1 Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi
kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity cost).
Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu ekonomi
mikro dan ilmu ekonomi makro.
1) Ekonomi Makro
Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi.
Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment.
Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti
perekonomian dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum
berada pada posisi kesempatan kerja penuh.
Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang
moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi
inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut
disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu
membaik yang lainnya cenderung memburuk.
2) Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, rumah tangga.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan
sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum.
Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang
optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan
dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.
1.2 Globalisasi
Kata globalisasi muncul pada akhir abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan pertukaran
barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial suatu negara. Dengan
adanya Globalisasi, negara-negara dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, bahkan
individu dalam suatu negara dengan individu di negara lain dapat dengan mudah melakukan
suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dan
lainnya.
Globalisasi pada pokoknya berarti proses interkoneksi yang terus meningkat di antara
berbagai masyarakat sehingga kejadian-kejadian yang berlangsung mempengaruhi negara
dan masyarakat yang lainya. Globalisasi menjadi sebuah tatanan dunia baru saat ini. Banyak
kalangan yang memperdebatkan globalisasi, terutama pada dampak yang akan di berikan
terhadap segala yang ada pada alam semesta. Sebagian dari mereka menganggap bahwa
globalisasi merupakan kepanjangan tangan dari kapitalisme, yang mana pada akhirnya akan
merugikan negara-negara berkembang dan menguntungkan negara maju.
Globalisasi adalah proses pemampatan ruang dan waktu terjadi(5), dimana intensitas
sosial yang terjadi di dunia tidak terelakan. Semakin mudahnya mempengaruhi sebuah
peristiwa walupun berada di tempat yang berbeda. Musnahnya batas-batas teritorial negara
dan politik internasional semakin memperkuat arus globalisasi saat ini.
Dari beberapa pengertian di atas tentu saja dapat dipahami bahwa dengan globalisasi
sebagai instrumennya, paham kapitalisme akan semakin mudah untuk masuk dan
menjalankan apa yang seharusnya dikejar. Maka tidak heran ketika banyak yang mengartikan
globalisasi sebagai kepanjangan tangan kaum kapitalis dan koorporat. Konsep kapitalisme
berasal dari pemikiran Marx tentang sifat dasar manusia, yaitu keserakahan, ketamakan dan
kekerasan(6). Sifat itulah yang kemudian menjadikan para pemilik modal dan alat produksi
berlomba-lomba untuk mencari kekayaan semaksimal mungkin meskipun harus
mengorbankan banyak orang bahkan eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan sehingga
akan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan jangka panjang.
1.3 Kapitalisme
Prinsif tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk
masyarakat.Setiap individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai
kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
Pernyataan ini menjadi kata kunci kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya intervensi
pemerintah akan menyebabkan timbulnya ndividualism ekonomi dan kebebasan
ekonomi. Intervensi pemerintah dibatasi pada aktivitas-aktivitas tertentu.
Doktri utama dari sistem ekonomi kapitalis laissez faire dan pasar bebas yang merujuk
kepada pemikiran ahli ekonomi klasik dimana digambarkan bahwa perekonomian
akan berjalan tampa campur tangan pemerintah, model pemikiran ini bertahan cukup
lama dari kwartal terakhir abad ke-18 dan pertengahan pertama abad ke-19, pandangan
dan pemikiran para tokoh ekonomi pada zaman ini sangat berpengaruh di Eropa dan Amerika
serikat hampir satu abad lamanya (Bachrawi Sanusi:2004). Akan tetapi dengan
terjadinya depressi duniapada tahun 1930an akan memaksa banyak orang untuk
menjadari bahwa telah terjadi perubahan-perubahan dan mengakui bahwa pemikiran-
pemikiran lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan perekonomian pada zaman
itu, oleh karena depressi mengakibatkan beberapa Negara industri yang maju,
menciptakan banyak pengganguran basar-besaran, berbagai perbankan dan perusahaan
menjadi bangkrut, para petani banyak yang kehilangan tanah, penghasilan dan
pengeluaran merosot. Akibat tersebut muncul pendapat kebanyakan orang utamanya ahli-ahli
ekonomi pada zaman itu, mereka berpendapat bahwa satu-satunya obat yang paling
mujarab adalah perlunya kebijaksanaan pemerintah dalam pembelanjaan besar-
besaran,pendapat kebanyakan orang soal depressi dan obat mujarabnya benar, Karena
terbukti dari cacatan sejarah bahwa kebanyakan Negara-negara industri termasuk
Amerika Serikat kesulitan akibat depressi dan pengangguran dapat di atasi dengan
kebijaksanaan pembelanjaan pemerintah yang cukup besar untuk membangun proyek
prasarana.Ahli-ahli ekonomi klasik yang merupakan penganjur dari sistem ekonomi
kapitalis tidak mampu menemukan solusinya pada waktu itu. Pada saat yang
bersamaan lahirlah buku General Theory Of Emfloyment. Interest And Money karya Yohn
Maynard Keynes yang mengungkapkan konsep Negara kesejastraan. Dalam konsep ini
sektor swasta dipersilahkan berkembang namun intervensi pemerintah tetap diperlukan untuk
menstabilkan perekonomian suatu Negara, khususnya untuk menggerakkan sektor riil dan
menciptakan lapangan kerja, Keynes yakin bahwa depressi yang terjadi sangat
membutuhkan progam besar untuk membiayai prasarana melalui pinjaman modal.
Akibat ganda dari pengeluaran pemerintah akan berakibat pada penghasilan masyarakat,
pembelanjaannya dan lowongan kerja yang meningkat,Keynes menyarankan juga perlunya
distribusi penghasilan/pendapatan yang lebih merata serta perlu adanya
kebijaksanaan pembatasan penghasilan sebagai suatu cara untuk menyehatkan
perekonomian. Dengan lahirnya the General Theori dari Keynesbanyak ahli-
ahliekonomi duniayang menyokong teori ini dan dinilai oleh ahli ahli ekonomi
dunia sebagai suatu revolusi dalam pemikiran ekonomi.Pada saat itulah awal dari
runtuhnya sistem ekonomi kapitalis.Pemikiran ekonomi Keynesian yang
mendominasi Negara-negara industri selama tiga puluh tahun sempat menjadi
panutan oleh kebanyakan anggota PBB.Namun dengan terjadinya krisis minyak
bumi yang dimulai pada akhir tahun 1973 mengakibatkan resesi ekonomi dunia,
pengangguran dan inflasi di atas 20 persen di sejumlah Negara dan menyeret Negara-
negara dunia ketiga tidak mampumembayar utangnya. Sejak saat itu Negara-negara
kapitalis memandang doktrin Keynesian tidak mampumemberikan solusi bahkan dianggap
sebagai penyebab krisis.Krisis minyak bumi mendorong Negara-negara kapitalis
menempuh cara baru di dalam mengelola perekonomiannya. Pembatasan fiscal
dan control atas money supply menjadi tren baru di Negara-negara industry maju,
inilah yang mengilhami munculnya kembali paham system ekonomi kapitalis dengan
nama baru neoliberalisme doktrim ekonomi neoliberalis dikembangkan ke dalam
kerangka liberalisme yang lebih sistimatis. Elizabeth Martinez and Arnoldo Garcia
menjelaskan lima kerangka utama neoliberalisme:
1) Free market.
Dalam konsep free market swasta dibebaskan dari keterikatannya terhadap Negara
dan tanggung jawab terhadap permasalahan social yang terjadi karena aktivitas
perusahaan mereka. Pengurangan tingkat upah dengan menghapus serikat-serikat
pekerja dan memotong hak-hak buruh Harga dibiarkan bergerak tampa intervensi
pemerintah. Kebebasan total dalam perpindahan modal, barang, jasa. Para pengusung free
market senantiasa menyatakan: pasar yang tidak diatur adalah jalan terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan memberikan keuntungan bagi setiap orang.
3) Deregulasi.
4) Privatisasi.
Menjual badaan usaha, barang atau jasa yang menjadi milik Negara (BUMN) kepada
investor, khususnya aset-aset dalam bentuk bank, industry-industri kunci, kereta api,
jalan tol, listrik, sekolah, rumah sakit, dan air bersih. Alasan utama dilakukannya
prinatisasi untuk megejar efisiensi. Namun pada faktanya privatisasi justru
menciptakan konsentrasi kekayaan ke tangan segelintir orang-orang kaya sedangkan
rakyat harus menanggung beban harga-harga public utilitiesyang mahal.
Pemindahan tanggung jawab pengadaan barang dan layanan public darai tangan
Negara menjadi tanggung jawab individu. Dengan kata lain, masyarakat harus
menemukan sendiri solusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka akan barang-
barang public.
1.6 Kapitalisme Global di Indonesia
Untuk menunjukkan keterkaitan ajaran kapitalisme dengan tragedi ekonomi yang saat ini
berkembang, analisis yang pernah diajukan Karl Marx sesungguhnya sudah cukup ampuh
untuk dapat memahami fenomena tersebut. Ada dua teori penting dari Karl Marx yang perlu
kita fahami bersama (Deliarnov, 1997 & Koesters, 1987):
Dalam membangun teorinya, Marx berangkat dari pandangan nilai (value) terhadap barang
dan jasa menurut Adam Smith dan David Ricardo. Nilai suatu barang itu diukur dari
seberapa banyak tenaga yang telah dikorbankan oleh pekerja untuk memproduksi barang
tersebut. Selanjutnya Marx melihat bahwa dengan adanya perubahan pola produksi dari
sistem yang primitif kepada sistem yang modern, maka akan muncul ketidakadilan dalam
ekonomi.
Dalam pola produksi modern, yang bekerja adalah buruh-buruh perusahaan. Majikan sebagai
pemilik perusahaan, kenyataannya tidak pernah terlibat dalam proses produksi. Akan tetapi,
majikanlah yang menikmati seluruh keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Sementara itu tenaga para buruh hanya dianggap sebagai bagian dari komponen biaya
produksi. Sesuai dengan teori ekonomi kapitalisme, untuk memperoleh keuntungan yang
maksimum, maka salah satu metodenya adalah dengan menekan biaya produksi seminimum
mungkin. Jika nilai barang itu diukur dari besarnya tenaga yang telah dikorbankan, maka
sesungguhnya telah terjadi surplus nilai tenaga buruh yang telah diambil oleh majikannya.
Dengan demikian, ekonomi kapitalisme adalah ekonomi yang sangatdzalim terhadap kaum
buruh dan menjadi surga bagi para kapitalis.
2. The law of capital accumulations
Menurut Marx, dalam persaingan yang bebas, perusahaan yang besar akan senantiasa
memakan perusahaan yang kecil. Oleh karena itu, jumlah majikan akan semakin
berkurang, sebaliknya jumlah kaum buruh akan semakin banyak. Demikian juga, jumlah
perusahaan yang besar juga akan semakin sedikit, namunakumulasi kapitalnya akan semakin
besar. Jika jumlah buruh semakin banyak, maka akan berlaku hukum upah besi (the iron
wages law). Dengan demikian, nasib kaum buruh akan semakin tertindas sedangkan para
kapitalis akan semakin ganas dan serakah.
Analisis yang dikemukakan oleh Marx memang masih terlalu sederhana untuk ukuran
perkembangan ekonomi kapitalisme saat ini. Sebab, perkembangan kapitalisme global di
abad mutakhir ini sudah semakin canggih dan kompleks. Keserakahan kaum kapitalis tidak
hanya sampai pada pemerasan kaum buruh dan pencaplokan pengusaha kelas teri, namun
keserakahan mereka sudah menerobos dan menjarah di banyak sektor yang lain, bahkan
dengan dukungan berbagai fasilitas dan lembaga yang mereka ciptakan sendiri. Berbagai
sektor maupun lembaga yang mereka ciptakan tersebut diantaranya adalah (Triono, 2007):
1. Sektor keuangan
Kaum kapitalis tidak hanya ingin membesar, tetapi mereka juga ingin membesar dengan
cepat. Caranya ialah dengan menciptakan lembaga perbankan. Fungsi utamanya adalah untuk
mengeruk dana masyarakat dengan cepat, sehingga dapat segera mereka manfaatkan untuk
menambah modal perusahaannya agar bisa menjadi cepat besar.
Ternyata keberadaan lembaga perbankan ini masih dianggap belum cukup, mereka terus
mengembangkan kreatifitasnya. Akhirnya ditemukanlah ide untuk menciptakan sebuah pasar
yang unik, yang selanjutnya mereka namakan sebagai pasar saham. Dengan adanya pasar ini,
mereka dapat dengan mudah untuk melempar kertas-kertas sahamnya agar dibeli masyarakat,
sehingga mereka segera mendapatkan gelontoran modal yang mampu untuk membuat
perusahaan mereka menjadi cepat menggurita.
Nafsu kapitalisme tidak akan pernah mengenal kata cukup. Mereka tidak pernah ingin
berhenti. Mereka tidak hanya ingin berhenti untuk untuk bermain di wilayah pasar hilir saja,
tetapi mereka terus merangsek untuk mencaplok sumber-sumber ekonomi di wilayah hulu.
Dengan dalih kebebasan ekonomi dan kebebasan pasar, mereka juga ingin menguasai
wilayah-wilayah ekonomi yang seharusnya menjadi milik umum yang menyangkut hajat
hidup orang banyak. Wilayah ekonomi yang ingin terus mereka kuasai tersebut misalnya
adalah berbagai macam sektor pertambangan, sumber daya hutan, sumber daya air, minyak
bumi, gas, jalan raya, pelabuhan, bandara dsb.
4. Sektor kekuasaan
Menjadi besar dan cepat besar ternyata masih dianggap belum cukup. Mereka juga ingin
memiliki rasa aman terhadap keberadaan perusahaan-perusahaan mereka. Jaminan rasa aman
hanya dapat diperoleh jika mereka bisa merambah ke wilayah kekuasaan. Sebab, di sektor
inilah berbagai produk hukum akan dibuat. Jika mereka bisa memasuki sektor ini, maka
mereka akan dengan mudah untuk dapat melahirkan berbagai produk hukum dan kebijakan
yang dapat menguntungkan dan menjamin kelestarian kerajaan bisnis mereka.
Dalam politik demokrasi yang kapitalistik, untuk menjadi penguasa prasyarat yang paling
menentukan hanya satu, yaitu harus memiliki dana yang besar untuk melakukan kampanye
maupun untuk membeli suara rakyat. Hal itu hanya mungkin dilakukan oleh kaum
kapitalis yang memang sudah berkubang dengan uang.
Cara yang mereka lakukan ada dua kemungkinan, yaitu dengan langsung mencalonkan diri
untuk menjadi penguasa, atau cara yang kedua adalah dengan mendanai orang lain lain agar
menang dalam pemilihan dan dapat menjadi penguasa. Mereka yang telah dicalonkan oleh
kaum kapitalis, jika menang maka dia harus menghambakan diri kepada mereka yang
telah mendanai bagi kemenangannya.
5. Sektor moneter
Apakah sepak terjang kaum kapitalis di atas sudah cukup? Ternyata masih tetap belum
cukup. Nafsu serakah untuk terus-menerus melakukan penjarahan kekayaan di berbagai
sektor dan ke berbagai negeri ternyata ingin terus mereka lakukan. Dengan apa? Ternyata
mereka masih memiliki cara yang benar-benar canggih dan nyaris lepas dari logika akal sehat
manusia. Mereka menciptakan sebuah mekanisme ekonomi yang dapat memperlicin seluruh
sepak terjang mereka, yaitu dengan mewujudkan sebuah sistem mata moneter yang benar-
benar menguntungkan mereka.
Sistem moneter yang mereka kembangkan adalah dengan menggunakan basis utama uang
kertas. Dengan berbasiskan pada uang kertas, mereka akan mendapatkan tiga keuntungan
sekaligus, yaitu; keuntungan dari seignorage, keuntungan dari suku bunga dan keuntungan
dengan mempermainkan kurs bebas. Dengan model tree in one inilah mereka akan dapat
memperoleh keuntungan yang berlipat-lipat dengan tanpa harus banyak mengeluarkan
banyak keringat.
6. Sektor pendidikan
Masih ada satu sektor lagi yang tidak boleh dilupakan, yaitu sektor pendidikan. Mengapa
sektor ini harus terseret ke dalam lingkaran kapitalisme? Kepentingan mereka sangat jelas,
yaitu kebutuhan untuk memperoleh tenaga kerja yang sangat professional, memiliki skill
yang tinggi dan mau digaji dengan sangat murah.
Caranya adalah dengan melemparkan dunia pendidikan ke pasar bebas mereka. Peran
Negara untuk mengurus pendidikan harus dikurangi, subsidi biaya pendidikan harus
dihabisi, sehingga biaya pendidikan bisa menjadi mahal dan produk yang dihasilkan
benar-benar sesuai dengan tuntutan pasar. Model pendidikan seperti ini hanya mengasilkan
manusia-manusia yang pragmatis, oportunis dan hanya bermental jongos. Sangat sulit dalam
dunia pendidikan yang mahal dapat menghasilkan manusia-manusia yang idealis yang mau
berfikir tentang jati dirinya maupun jati diri bangsanya.
Untuk memahami apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah sebaliknya yaitu
sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan adalah dengan melihat
seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor ekonominya. Jika sektor-sektor ekonomi
lebih banyak dikuasai oleh swasta, maka negara tersebut cenderung bercorak kapitalisme dan
sebaliknya, jika ekonomi lebih banyak dikendalikan oleh negara, maka lebih bercorak
sosialisme (Samuelson & Nordhaus, 1999).
Dengan menggunakan tolok ukur di atas, kita dapat menelusuri sejauh mana cengkeraman
kapitalisme telah menjalar ke Indonesia. Sesungguhnya jejak kapitalisme di Indonesia dapat
ditelusuri ketika Indonesia mulai memasuki era pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde
Baru dimulai sejak Bulan Maret 1966. Orientasi pemerintahanOrba sangat bertolak belakang
dengan era sebelumnya. Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjahui ideologi
komunis.
Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka arus modal asing
mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA dan hutang luar negeri mulai meningkat.
Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan Bank Dunia, Dana Moneter
Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu konsorsium Inter-
Government Group on Indonesia (IGGI) yang terdiri atas sejumlah negara industri maju
termasuk Jepang untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Saat itulah Indonesia
dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari sosialisme lebih ke arah semikapitalisme
(Tambunan, 1998).
Memasuki periode akhir 1980-an dan awal 1990-an sistem ekonomi di Indonesia terus
mengalami pergeseran. Menilik kebijakan yang banyak ditempuh pemerintah, kita dapat
menilai bahwa ada sebuah mainstream sistem ekonomi telah dipilih atau telah dipaksakan
kepada negara kita. Isu-isu ekonomi politik banyak dibawa ke arah libelarisasi ekonomi, baik
libelarisasi sektor keuangan, sektor industri maupun sektor perdagangan. Sektor swasta
diharapkan berperan lebih besar karena pemerintah dianggap telah gagal dalam
mengalokasikan sumberdaya ekonomi untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam maupun hutang luar negeri
(Rachbini , 2001).
Pakto 88 dapat dianggap sebagai titik tonggak kebijakan libelarisasi ekonomi di Indonesia.
Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan terjadinya
transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang sangat pesat, mewarnai
percaturan ekonomi Indonesia saat itu (Rachbini , 2001).
Masa pembangunan ekonomi Orde Baru-pun akhirnya berakhir. Puncak dari kegagalan dari
pembangunan ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya krisis moneter, yang diikuti
dengan ambruknya seluruh sendi-sendi perekonomian Indonesia.
Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian Indonesia
tidak bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan semakin liberal. Dengan mengikuti
garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar-benar telah menuju libelarisasi
ekonomi. Hal itu paling tidak dapat diukur dari beberapa indikator utama, yaitu (Triono,
2001):
1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara bertahap. Berarti, harga dari
barang-barang strategis yang selama ini penentuannya ditetapkan oleh pemerintah,
selanjutnya secara berangsur diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate). Sesuai dengan kesepakatan
dalam LoI dengan pihak IMF, penentuan nilai kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs
tetap (fix rate). Dengan kata lain, besarnya nilai kurs rupiah harus dikembalikan pada
mekanisme pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal adalah semakin kecilnya peran
pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk didalamnya adalah kepemilikan asset-asset
produksi. Dengan dijualnya BUMN kepada pihak swasta, baik swasta nasional maupun
asing, berarti perekonomian Indonesia semakin liberal.
4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan perjanjian GATT. Dengan
masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia tersebut, semakin memperjelas komitmen
Indonesia untuk masuk kubangan libelarisasi ekonomi dunia atau kapitalisme global.