Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai
kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat
modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan
dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam
mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang
lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja
bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam
konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul
dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional.
Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua
macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas
pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan
wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang
berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis
yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari
persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk
menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk
melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta
mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum
untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara.
Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru.
Sebagai sesuatu yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis

1
dalam masyarakat Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam memproduksi sesuatu kemudian memasarkannya, masyarakat Indonesia
tempo dulu juga telah berpatok pada pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi.
Namun dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang cinta damai, maka masyarakat
Indonesia termotivasi untuk menghindari konflik-konflik kepentingan termasuk dalam
dunia bisnis.
Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus
semenjak diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33. Satu hal yang relevan dari
pasal 33 UUD 45 ini adalah pesan moral dan amanat etis bahwa pembangunan ekonomi
negara RI semata-mata demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan
subyek atau pemilik negeri ini. Jadi pembangunan ekonomi Indonesia sama sekali tidak
diperuntukkan bagi segelintir orang untuk memperkaya diri atau untuk kelompok orang
tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi strategis melainkan demi seluruh rakyat
Indonesia. Dua hal penting yang menjadi hambatan bagi perkembangan etika bisnis di
Indonesia adalah budaya masyarakat Indonesia dan kondisi sosial-politik di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian etika?
2. Bagaimana etika dalam berwirausaha?
3. Apa keuntungan menjaga etika bisnis?
4. Bagaimana tanggung jawab sosial dalam bisnis?
5. Apa itu konsumerisme?
6. Apa itu budaya perusahaan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami konsep etika bisnis dan etika dalam berwirausaha.
2. Untuk mengetahui keuntungan menjaga etika bisnis.
3. Memahami konsep tanggung jawab sosial bisnis dan bagaimana konsep tanggung
jawab sosial bisnis diterapkan dalam dunia bisnis.
4. Memahami masalah konsumerisme
5. Untuk mengetahui tentang budaya perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS


1. Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu
: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Untuk menganalisis arti-
arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):
Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.

2. Pengertian Bisnis
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen
atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa
Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti sibuk dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk
memperhatikan etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah
bisnis yang mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani,
3
empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha
selalu menggunakan nuraninya.
Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :
Allan afuah (2004)
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industry
T. chwee (1990)
Bisnis merupaka suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat.
Grifin dan ebert
Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan.

3. Pengertian Etika Bisnis


Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan
masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum. Berikut ini beberapa pengertian etika bisnis menurut para ahli :
Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat
keputusan dan memecahkan persoalan.

4
Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah yang sering
digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan
suatu organisasi.
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000, Hal. 5),
Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis
Velasquez, 2005, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
Hill dan Jones, 1998, Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara
salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan
masalah moral yang kompleks.
Steade et al (1984: 701) dalam bukunya Business, Its Natura and Environment An
Introduction).Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan
cara membuat keputusan bisnis.
Business & Society - Ethics and Stakeholder Management, Caroll&Buchholtz, Etika
bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika
bisnis, yaitu :
1) Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.
Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
3) Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

5
B. PENGERTIAN ETIKA WIRAUSAHA
Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan
kemungkinan untung atau rugi. Oleh karena itu wirausaha perlu memiliki kesiapan
mental, untuk menghadapi keadaan yang merugi maupun untung besar.
Sehingga seorang wirausaha mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada
dirinya contohnya adalah sikap percaya diri, mempunyai banyak minat, bisa bersepakat,
mempunyai ambisi, berjiwa penjelajah, suka mencoba sesuatu atau hal baru dan masih
banyak lagi.
Secara etimologi Kewirausahaan berasal dari kata Wira dan Usaha. Wira berarti
pejuang, pahlawan, manusia yang unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Sedang kan Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.
Jadi Wirausaha bisa diartikan sebagai pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Pengertian wirausaha menurut para ahli :
Joseph C. Scumpeter
Wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan
kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil
keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut.
Raymond W.Y KAO
Wirausaha adalah orang yang mampu menciptakan dan merancang suatu gagasan
menjadi realita.
Rihard Cabtillon
Wirausaha adalah seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan
sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ketingkat
produktivitas yang lebih tinggi.
Schumperter
Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu).
Syamsudin Suryana
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi
pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas,
kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.
Prawirokusumo
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang dan perbaikan hidup.
6
Dalam etika berusaha perlu ada ketentuan yang mengaturnya. Adapun ketentuan
yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai berikut :
1. Sikap dan prilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam
suatu negara atau masyarakat.
2. Penampilan yang ditunjukan seseorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama
dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
3. Cara berpakain pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu
yang berlaku.
4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain.
5. Gerak-gerik pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerik
yang dapat mencurigakan.

Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap
pengusaha adalah sebagai berikut :
1. Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur, baik, dalam berbicara maupun
bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan
dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak di percaya konsumen
atau mitra kerjanya.
2. Bertanggung Jawab
Pengusaha harus bertangungjawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam
bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat dan pemerintah.
3. Menepati Janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang pengusaha ingkar janji
hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten
terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
4. Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan
usahanya.
7
5. Taat Hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan
telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban
moral bagi pengusaha apabila tidak diselesaikan segera.
6. Suka Membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan
bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukan kepada masyarakat dalam
berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi oleh banyak orang.
7. Komitmen dan Menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjungjung komitmen
terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai ol;eh berbagai
pihak.
8. Mengejar Prestasi
Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin
tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang
berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, perusaha juga harus tahan
mental tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi.

C. KEUNTUNGAN MENJAGA ETIKA BISNIS


Contoh nyata akan manfaat etika bisnis sebagai strategy pengembangan
perusahaan misalnya Company Social Responsibility dianggap dapat memberikan
keuntungan pada perusahaan dalam bentuk profitabilitas, kinerja financial yang lebih
kokoh, menurunkan resiko bentrok dengan lingkungan sekitar, meningkatkan reputasi
perusahaan, dll.Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul dimasa lalu),
seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima
hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah
sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan.
Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak memilikinya.

8
Manfaat etika bisnis bagi perusahaan :
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang
karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya
etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang sama,
sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis
yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam
melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk
mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga
saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi,diperlukan suatu landasan yang
kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, system
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan
perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang
harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral :
individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika
perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang

9
dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral,
hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.
Etika bisnis mempunyai prinsip dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai
upaya untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar (basic values) dalam perusahaan,
agar berbagai aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan. Secara lebih jelas,
mekanismenya berjalan sebagai berikut.Memaksimumkan kesejahteraan si pemilik
dalam jangka panjang, berhubungan dengan dimensi waktu yang relatif panjang serta
menyangkut sustainability. Hal ini membutuhkan adanya kepercayaan atau saling
mempercayai (trust) dari berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan
(stakeholders). Kalimat kesejahteraan pemilik merupakan derivasi dan perwujudan
dari hak kepemilikan (ownership) yang muncul dari adanya penghargaan (respect)
terhadap kepemilikan pribadi (property rights). Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka
panjang maupun jangka menengah karena :
Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik
intern perusahaan maupun dengan eksternal.
Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
Melindungi prinsip kebebasan berniaga
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan
akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat
kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan
beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun
nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada
umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan
yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.

10
D. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM BISNIS
Tanggung jawab sosial suatu perusahaan atau Corporate Social Responsibility
merupakan suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
dari karyawan dan komunitas lokal. Selain itu, Corporation Social Responsibility juga
merupakan konsep bahwa organisasi dan perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang ada disesuaikan
dengan objeknya masing-masing.
1. Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial
pada sebuah bisnis sebagai berikut:
a. Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
Kegiatan intern yang muncul bersifat sangat kaku, keras, zakeliyk (saklek), birokratik,
dan otoriter. Manfaat Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
Peningkatan moral kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan
produktivitas kerja.
Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta
kondisi manajemen Partisipatif.
Penurunan absen karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai hasil
hubungan kerja yang menyenangkan dan baik.
Peningkatan mutu produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa percaya diri
karyawan.
Kepercayaan konsumen yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi
perkembangan selanjutnya dari perusahaan.

b. Ekologi dan gerakan pelestarian lingkungan


Ekologi yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam
lingkungannya banyak di pengaruhi oleh proses produksi.
c. Penghematan energi
Pengurasan secara besar-besaran energi yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti batubara, minyak, dan gas telah banyak terjadi.
Kesadaran bahwa sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui telah mendorong
dilaksanakannya proses efisiensi serta mencari pengganti sumber daya tersebut.
11
d. Partisipasi pembangunan bangsa
Kesadaran masyarakat pebisnis terhadap suksesnya pembangunan sangat diperlukan.
Karena dengan adanya kesadaran tersebut, akan membantu pemerintah menangani
masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan penggunaan tenaga kerja yang
ada.
e. Gerakan Konsumerisme
Awal perkembangannya tahun 1960-an di negara barat yang berhasil memberlakukan
Undang-undang Perlindungan Konsumen yang meliputi beragam aspek.

2. Bentuk Tanggung Jawab Sosial


Berikut ini adalah uraian yang lebih mendetail mengenai bentuk tanggung jawab
sosial yang wajib dilakukan oleh sebuah perusahaan kepada masing-masing objek yang
terkait.
a. Tanggung Jawab Sosial Kepada Konsumen
Dalam dunia perdagangan dan industri, kepuasan konsumen merupakan tanggung
jawab yang paling utama. Kepuasaan konsumen ini dapat tercapai dengan cara :
o Memberikan harga sesuai dengan kualitas barang yang dijual, atau dengan kata
lain, perusahaan berlaku jujur dan tidak melakukan penipuan dalam pemasaran
produk.
o Produk yang dijual merupakan produk yang sehat dan tidak mengancam
kesehatan konsumen.
o Memberikan garansi dan diskon yang sesuai pada produk yang dijual.

b. Tanggung Jawab Sosial Kepada Karyawan


Karyawan merupakan salah satu faktor penunjang terpenting dalam perusahaan.
Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, keharmonisan antara pihak perusahaan
dengan karyawan haruslah terjaga. Oleh karena itu, pihak perusahaan haruslah
memperlakukan karyawan dengan baik sesuai dengan hak mereka. Berikut ini adalah
bentuk tanggung jawab yang dapat dilakukan pihak perusahaan kepada karyawan:
o Memberikan gaji sesuai dengan jam kerja yang dihabiskan karyawan.
o Memberikan asuransi kesehatan beserta tunjangan kepada karyawan.
o Memberikan kenaikan gaji apabila terjadi laju inflasi di negara tempat perusahaan
tersebut berdiri.

12
c. Tanggung Jawab Sosial Kepada Pemegang Saham
Pemegang saham juga merupakan faktor penunjang yang penting dalam berdiri
dan berjalannya suatu perusahaan karena merekalah yang memberikan modal agar
perusahaan tersebut dapat terus beroperasi. Pemegang saham mendapat keuntungan
melalui deviden yang diterima pada saat pelaporan keuangan perusahaan di setiap
tahunnya. Berikut ini adalah bentuk tanggung jawab sosial yang dapat dilakukan
perusahaan kepada para pemegang saham :
o Memberikan laporan keuangan secara jujur dan transparan.
o Tidak menggelapkan laba perusahaan dan tidak mengurangi keuntungan para
pemegang saham.

d. Tanggung Jawab Sosial Kepada Lingkungan


Selain kepada manusia yang terlibat dalam berdiri dan berjalannya sebuah
perusahaan, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab kepada lingkungan yang ada di
sekitar perusahaan tersebut. Tindakan perusahaan terhadap lingkungan dapat dijadikan
sebuah parameter baik atau tidaknya sebuah perusahaan. Tanggung jawab sosial yang
dapat dilakukan perusahaan terhadap lingkungan adalah sebagai berikut :
o Membuang limbah perusahaan dengan metode yang baik dan benar serta tidak
mencemari lingkungan sekitar.
o Melakukan rehabilitasi yang secara tidak sengaja rusak akibat kegiatan perusahaan.
(misalnya perusahaan kertas yang dalam produksinya terus-menerus menebang
pohon, mereka harus menanam ulang pohon tersebut dengan pohon baru yang lebih
muda).

Semua bentuk tanggung jawab tersebut harus dilakukan oleh sebuah perusahaan
apabila mereka ingin dikenal sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan
pribadi, tapi juga dikenal sebagai perusahaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.
Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di
Indonesia adalah:
o Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP)
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah
banyak dijalankan pengusaha dengan karyawannya dan di tuangkan dalam buku.

13
o Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Penanganan limbah industri sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi
menjaga lingkungan.
o Penerapan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Penekanan pada faktor keselamatan pekerja dengan mempergunakan alat-alat yang
berfungsi menjaga Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil milik
masyarakat.
o Sistem Bapak Angkat Anak Angkat
Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha kecil/menengah
sebagai mitra kerja yang harus mereka bina.

3. Tujuan Tanggung Jawab Sosial


o Agar perusahaan dapat mendasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan norma-
norma moral dan etika.
o Agar perusahaan meluncurkan produk yang mampu memenuhi kebutuhan para
penggunanya.
o Perusahaan menyediakan informasi dan melakukan promosi yang jujur dan faktual
tentang produk yang dihasilkan.
o Agar perusahaan memberikan informasi mengenai komposisi, takaran manfaat,
tanggal kadaluwarsa produk, kemungkinan efek samping, cara penggunaan yang
tepat, kuantitas, mutu, dan harga dalam kemasan produknya untuk memungkin
konsumen mengambil keputusan rasional dalam mempergunakan suatu produk.
o Agar perusahaan memperhatikan keselamatan dan keamanan konsumen ketika
menggunakan produk tersebut.

E. KONSUMERISME
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.
Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.

14
Konsumerisme itu sendiri merupakan gerakan konsumen (consumer movement)
yang mempertanyakan kembali dampak-dampak aktivitas pasar bagi konsumen (akhir).
Dalam pengertian lebih luas, istilah konsumerisme, dapat diartikan sebagai gerakan yang
memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara
dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk
harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi
konsumer.
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia kontemporer (Peter Salim, 1996), arti
konsumerisme (consumerism) adalah cara melindungi publik dengan memberitahukan
kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan
sebagainya. Selain itu, arti kata ini adalah pemakaian barang dan jasa.

1. Masyarakat konsumerisme
Dalam ranah masyarakat konsumer hasrat direproduksi lewat ide-ide yang
terbentuk lewat proses sosial. Baudrillard misalnya melihat bahwa struktur nilai yang
tercipta secara diskursif menentukan kehadiran hasrat. Struktur nilai dalam realitas
masyarakat konsumer ini menurutnya mengejawantah dalam kode-kode. Produksi tidak
lagi menciptakan materi sebagai objek eksternal, produksi menciptakan materi sebagai
kode-kode yang menstimulasi kebutuhan atau hasrat sebagai objek internal konsumsi.
Dalam nalar Freudian hasrat untuk mengonsumsi secara mendasar adalah sesuatu yang
bersifat instingtual. Ia berada dalam fase pertama perkembangan struktur psikis manusia:
yaitu id. Pada fase id ini semua tindakan mengacu atau didasari oleh prinsip kesenangan-
kesenangan yang bersifat spontan. Adalah jelas bahwa tindakan untuk mencapai
kepuasan dan kesenangan spontan ini dalam fase id bersifat irasional. Mengonsumsi pada
awalnya terkait dengan tindakan menggapai kepuasan secara irasional, spontan dan
temporal fase id struktur psikis manusia.

2. Proses Gaya Hidup


Dalam masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi cara
belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup (Feathersone,
2005). Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi, dan radio, yang
banyak menekankan peningkatan diri, pengembangan diri, transformasi personal,
bagaimana mengelola kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta bagaimana membangun
gaya hidup.
15
Dengan demikian, mereka yang bekerja di media, desain, mode, dan periklanan
serta para intelektual informasi yang pekerjaannya adalah memberikan pelayanan serta
memproduksi, memasarkan dan menyebarkan barang-barang simbolik disebut oleh
Bordieu (1984) sebagai perantara budaya baru. Dalam wacana kapitalisme, semua yang
diproduksi oleh kapitalisme pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru
berikutnya, berdasarkan hukum kemajuan dan kebaruan. Dan karena dukungan
media, realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh media
(Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).
Budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa industrialisasi ketika
barang-barang mulai diproduksi secara massal sehingga membutuhkan konsumen lebih
luas. Media dalam hal ini menempati posisi strategis sekaligus menentukan; yaitu
sebagai medium yang menjembatani produsen dengan masyarakat sebagai calon
konsumen.
Masalah ini dikaji secara reflektif-akademik oleh seorang cendikiawan Prancis
terkemuka, Jean Baudrillard. Secara umum, menurutnya, media berperan sebagai agen
yang menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas. Keputusan setiap orang untuk membeli
atau tidak, benar-benar dipengaruhi oleh kekuatan imaji tersebut. Jadi motivasi untuk
membeli tidak lagi berangkat dari dalam diri seseorang berdasarkan kebutuhannya yang
riil, namun lebih karena adanya otoritas lain di luar dirinya yang "memaksa" untuk
membeli. Hasrat belanja masyarakat merupakan hasil konstruksi yang disengaja. Jauh
hari sebelum hari-hari besar itu, media terutama televisi telah memoles-moles dirinya
untuk bersiap bergumul ke dalam kancah persaingan merebut hati para pemirsa. Berbagai
program, dari mulai sinetron, kuis, sandiwara komedi, sampai musik, disediakan sebagai
persembahan spesial untuk menyambut hari spesial. Semakin cantik acara yang disajikan
akan semakin mengundang banyak penonton. Selanjutnya, rating-pun tinggi sehingga
merangsang kalangan produsen untuk memasang iklan. Iklan merupakan proses persuasi
yang sangat efektif dalam memengaruhi keputusan masyarakat dalam mengonsumsi.
Bagaimana menghindar dari konsumerisme? Mengonsumsi sebenarnya
merupakan kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini disadari bahwa
masyarakat tidak hanya mengonsumsi, tapi telah terjebak ke dalam budaya
konsumerisme. Budaya ini dikatakan berbahaya karena berekses negatif terhadap
lingkungan hidup, juga meluruhnya hubungan sosial dan bertahtanya kesadaran palsu di
benak masyarakat. Sekarang sudah saatnya menjadi konsumen yang cerdas dan kritis,
bukan lagi saatnya menjadi -- dalam istilah Bre Redana -- mindless consumer, konsumen
16
yang tidak berotak, pasif, dan gampang dibodohi. Mulailah mengendalikan diri dan
membelanjakan uang hanya untuk barang yang benar-benar kita perlukan, jangan mudah
terpengaruh dengan rayuan untuk membeli dan mulai mempertanyakan proses di balik
pembuatan barang yang akan kita beli. Sebagai konsumen, kita berhak melakukannya
karena kita adalah raja.

3. Budaya konsumerisme
Dalam ranah masyarakat konsumer hasrat direproduksi lewat ide-ide yang
terbentuk lewat proses sosial. Baudrillard misalnya melihat bahwa struktur nilai yang
tercipta secara diskursif menentukan kehadiran hasrat. Struktur nilai dalam realitas
masyarakat konsumer ini menurutnya mengejawantah dalam kode-kode. Produksi tidak
lagi menciptakan materi sebagai objek eksternal, produksi menciptakan materi sebagai
kode-kode yang menstimulasi kebutuhan atau hasrat sebagai objek internal konsumsi.
Dalam nalar Freudian hasrat untuk mengonsumsi secara mendasar adalah sesuatu yang
bersifat instingtual. Ia berada dalam fase pertama perkembangan struktur psikis manusia:
yaitu id.
Pada fase id ini semua tindakan mengacu atau didasari oleh prinsip kesenangan-
kesenangan yang bersifat spontan. Adalah jelas bahwa tindakan untuk mencapai
kepuasan dan kesenangan spontan ini dalam fase id bersifat irasional. Mengkonsumsi
pada awalnya terkait dengan tindakan menggapai kepuasan secara irasional, spontan dan
temporal fase id struktur psikis manusia.

F. BUDAYA PERUSAHAAN
Budaya perusahaan atau budaya organisasi, berakar dari kata budaya yang berarti
hasil interaksi antara aka budi manusia sebagai makhluk sosial dengan alam
sekelilingnya, dalam upaya mencapai kesejahteraannya. Interaksi manusia di dalam
organisasi akan membentuk Budaya Organisasi,yang akan mencerminkan tingkah laku
dan tindakan organisasi dalam menghadapi persoalan baik internal maupun ekternal
organisasi.
Kemampuan merubah budaya perusahan merupakan kunci keberhasilan
menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Biasanya budaya
sebuah perusahaan atau organisasi sudah terbentuk sejak lama, sudah terbiasa, sudah
mendarah daging, jadi kadang-kadang sulit untuk dirubah. Apanya yang sulit berubah ?
Inilah yang dikatakan budaya, yang sulit dikatakan, tapi dapat dirasakan dna dilihat, yaitu
17
semacam cerita, kepercayaan, keyakinan, pengalaman, norma, yang merupakan ciri khas
sebuah perusahaan. Misalnya jika kita memasuki sebuah area perusahaan maka akan
terasa dan terlihat bagaimana suasana, bagaimana cara karyawan, atau lingungan
perusahaan menyambut tamu, cara mereka berpakaian, memberi salam, cara bicara, cara
kerja sibuk, santai dsb. Dalam hal ini contoh dari pimpinan akn ditiru langsung oleh
karyawan. Jadi faktor pemimpin sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya
perusahaan.
Budaya organisasi yang terbentuk dalam sebuah perusahaan sangat tergantung
pada visi dan misi organisasi dan ini melekat pada pimpinan organisasi itu sendiri.
Budaya ini akan membentuk perilaku keseluruhan personal perusahaan, yang dapat
memperkuat nilai-nilai atau memperlemah nilai-nilai dalam bekerja. Nilai-nilai ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam organisasi yang kelak dapat membuat sebuah
organisasi tampil beda dengan organisasi yang lain.
Budaya organisasi dapat membuat karyawan gairah, disiplin, suka, memiliki
moral tinggi atau sebaliknya, tidak bergairah, tidak disiplin, santai, atau malas, selalu
mengharap imbalan dsb. Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang akan
membuat perbedaan pula dalam cara mereka berperilaku. Adakalanya budaya organisasi
merupakan sesuatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh terhadap pikira,
perasaan, dan tindakan seseorang dalam bekerja.
Dalam organisasi bisa dilihat perangkat keras dari sebuah budaya seperi adanya
struktur, kebijakan, peraturan, teknologi, keuangan, yang dapat diawasi dan di ukur.
Namun ada pula perangkat lunak yang tidak tampak, yang bersifat kejiwaan menyangkut
sisi kemanusiaan dari organisasi, seperti nilai, kepercayaan, keyakinan, norma-norma,
kebiasaan yang sudah mendarah daging, yang sulit dikuantifisir, sulit diawasi, dan sulit
dirubah.
Budaya organisasi berarti sistem nilai dan kepercayaan yang dianut bersama oleh
anggotaa organisasi yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya. Dalam
berbagai literatur banyak dikemukakan pengertian budaya organisasi, yang secara umum
dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi ialah keteraturan perilaku yang dapat dilihat,
pada saat orang berinteraksi, seperti menggunakan kata-kata, simbol-simbol, mimik,
kualitas kerja, penghargaan terhadap atasan atau bawahan.
Contoh simbol-simbol misalnya seperti yang sering diceramahkan oleh Dai
kondang Aa Gym yaitu hendaklah kita melaksanakan simbol berikut dalam pergaulan :
SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, SANTUN.
18
Simbol simbol tersebut dapat pula dijadikan budaya pada sebuah perusahaan,
bila akan melayani tamu yang berkunjung keperusahaan. Lontarkan senyum terlebih
dahulu, ucapkan salam dan sapa. Kemudian diikuti dengan tatacara yang sopan dan
santun.
Ada pula sebuah perusahaan yang mengutamakan simbol-simbol Keamanan,
Kebersihan, Keindahan, Kesopanan dan Kepribadian dalam tata interaksi di
perusahaannya. Manajemen sebuah perusahaan dapat saja menciptakan simbol-simbol
lain yang harus dibudidayakan agar diikuti dan dibiasakan secara umum, misalnya
simbol-simbol kerja keras, efisien, ikhlas, ihsan, kaizen (Jepang = unending
improvement) tepat waktu, akurat, dsb.
Pusdik Pertamina dalam Aan Komariah, (2004:191) menyatakan bahwa secara
tipologis budaya organisasi dapat dibedakan :
1. Academy, yaitu budaya organisasi yang menekankan pada spesialisasi jabatan. Tipe
ini menghendaki karyawn berasal dari suatu Perguruan Tinggi yang terkenal yang
akan dididik dan ditempatkan pada suatu bidang kerja yang profesional;
2. Club, dalam hal ini budaya organisasi menjadi senioritas, loyalitas, komitmen dan
pengalaman sebagai ciri khas budaya organisasi;
3. Baseball Team, mencari bakat-bakat muda yang dapat memberikan sumbanga yang
cemerlang bagi kemajuan organisasi, tidak mementingkan umur, tapi yang penting
adalah individu yang memiliki jiwa entrepreneur dan inovatif;
4. Fortress, menekankan pada kelangsungan hidup organisasi, survive melalui kepekaan
terhadap tantagan-tantangan baru.

Beach dalam Aan Komariah, (2004:192) menyatakan ada 7 fungsi budaya


perusahaan sebagai berikut :
1. Memberi spesifikasi apa yang utama yang harus dilakukuan buat organisasi, sehingga
ada standar pengurukuran baik terhadap keberhasilan ataupun kegagalan.
2. Memberi pedoman bagaimana cara menggunakan resources, dan untuk apa
digunakan.
3. Menetapkan apa yang dapat diharapkan oleh organisasi dari karyawan, dan
sebaliknya.
4. Membuat metode pengawasan perilaku dalam organisasi, mana yang sah, dan mana
yang tidak sah, dimana letak kekuasaan dan bagaimana menggunakan kekeuasaan.

19
5. Menetapkan mana perilaku yang boleh dilakukana dan mana yang tidak, dan
menetapkan hukuman atau penghargaan.
6. Menentukan suatu tatanan bagaimana anggota harus menciptakan kebersamaan
sesama anggota dan bagaimana menghadapi non anggota, dalam hal berkompetisi,
bekerjasama, berlaku sopan, dsb.
7. Memberi petunjuk kepada anggota bagaimana memperlakukan lingkungan eksternal,
aggresively, exploitatively, responsibly or proactively.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya
informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan
luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia
bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya
kurang memperhatikan etika dalam bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing
elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok ( supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah
elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika,
sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga
kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan
tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan
keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh
elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting.

B. SARAN
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang
terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis
pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Riffely Dewi. 2013. Pengantar Bisnis Edisi 1. Universitas Terbuka: Tangerang
Selatan

eprints.undip.ac.id/.../POSMODERNISME_DAN_BUDAYA_KONSUMEN.doc

http://arieedwi.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-bisnis.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/kewirausahaan-dan-etika-bisnis

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/peranan-etika-dalam-bisnis

22

Anda mungkin juga menyukai