LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : By. ST
Berat badan : 13 kg
Alamat : Entrop
Pekerjaan ayah : -
Pendidikan ayah : SD
Demam
Pasien datang ke UGD DOK 2 di antar oleh orang tuanya dengan keluhan utama
demam yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi
naik turun, disertai menggigil sesaat sebelum demam, berkeringat (+) sampai baju
basah. Selama demam ibu pasien mengatakan tidak memberikan oat penurun panas
kepada pasien. Pasien mengalami penurunan nafsu makan tetapi masih mau minum
susu. Keluhan lainnya Batuk (-), mual (+), muntah (-), pusing (+), BAB cair (-).
Pasien lahir cukup bulan dan secara spontan dilahirkan normal dirumah sakit dok II.
1.1.7 Riwayat neonatal
Pasien lahir cukup bulan, dan lahir spontan serta pada saat dilahirkan, pasien
Selama masih kecil pasien mendapatkan ASI sampai dengan umur 1 tahun. Sekarang
pasien sudah dapat mengkonsumsi makanan padat, serta ibunya mengatakan napsu
Penyakit Jantung (-), Hipertensi (-), Diabetes militus (-), Asma (-) dan penyakit
lainya disangkal.
pengakuan Orang tuanya, pasien tidur tidak menggunakan kelambu karena merasa
panas.
1.1.12 Riwayat tinggal di daerah endemik
Pasien tinggal di area pemukiman padat penduduk yang berhimpitan dengan rumah
tetangga sekitarnya.
TD : 110/60 mmHg
Saturasi O2 : 99%
Berat Badan : 13 kg
ubun-ubun besar datar , konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), oral
Thoraks : Simetris, ikut gerak nafas, Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus 4 kali/mnt, Hepar /Lien tidak teraba
- WBC: 9.800
- PLT: 107.000
- HCT: 19,4 %
1.3 RESUME
Pasien anak berjenis kelamin perempuan berumur 3 tahun 2 bulan, Berat badan 13 kg
datang ke UGD DOK 2 diantar oleh orangtuanya dengan keluhan utama demam. Demam
tinggi naik turun, mengigil (+) sesaat sebelum demam, dan berkeringat(+) sampai bajunya
basah. Ibu pasien mengatakan tidak memberikan obat penurun panas saat pasien demam.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan tetapi masih mau minum susu. Keluhan lainnya
Demam
Anemia
- Demam tifoid
1.7 PERENCANAAN
Terapi:
1.8 PROGNOSIS
O : Kesadaran : Komposmentis
KU : TSS
RR: 22x/mnt
SB:36,62 C
SpO2:98%
Thorak : Simetris, ikut gerak nafas, Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Anemia Sedang
P :
Pemeriksaan Laboratorium :
- WBC: 9.800
- PLT: 107.000
- HCT: 19,4 %
FOLLOW UP
O : Kesadaran : Komposmentis
KU : TSS
N : 101 x/m
RR: 24x/mnt
SB: 36,8 C
SpO2: 99%
Thorak : Simetris, ikut gerak nafas, Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Abdomen :Tampakdatar, supel, bising usus 4 kali/mnt, Hepar Lien tidak teraba
Anemia Sedang
P :
FOLLOW UP
S : Demam (+), Lemas (+), pusing (+), mual (-), muntah (-)
O : Kesadaran : Komposmentis
KU : TSS
N: 94 x/mnt
R : 24 x/m
SB:36,6 C
SpO2:98%
Thorak : Simetris, ikut gerak nafas, Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Abdomen :Tampakdatar, supel, bising usus 4 kali/mnt, Hepar Lien tidak teraba
Anemia Sedang
P :
- Inj. Artesunat 32 mg
FOLLOW UP
S : Demam (-), Lemas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
O : Kesadaran : Komposmentis
KU : TSS
N: 86 x/mnt
R : 24 x/m
SB:36,5 C
SpO2:98%
Kepala/Leher : Normosefal, rambut hitam, persebaran merata, tidak mudah
Thorak : Simetris, ikut gerak nafas, Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Abdomen :Tampakdatar, supel, bising usus 4 kali/mnt, Hepar Lien tidak teraba
Anemia Sedang
P :
Pemeriksaan Laboratorium :
- WBC: 11.300
- PLT: 220.000
- HCT: 29,4 %
- DDR : Negatif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Malaria adalah penyakit Infeksi yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Kelima jenis plasmodium ditularkan
dari manusia ke manusia yaitu P.falcifarum, P.vivax, P.ovale (dua jenis), dan P.malariae.
Infeksi manusia dengan parasit malaria monyet yaitu P.knowlesi dilaporkan dari Asia
2.2 Epidemiologi
maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Diperkirakan prevalensi
malaria diseluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Batas dari penyebaran malaria
adalah 64 lintang utara (Rusia) dan 32 lintang selatan (Argentina). Ketinggian yang
memungkinkan parasit hidup adalah 400 meter di bawah permukaan laut (laut mati) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke
daerah tropis.2
Plasmodiumfalciparumadalahspesiespre-dominandiAfrika,
Selatan,dan Oceania.3
Gambar 1.DistribusiglobalspesiesPlasmodiumfalciparumdanPlasmodiumvivax1
berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas
permukaan laut. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah plasmodium falciparum dan
plasmodium vivax. Air tergenang dan udara panas masing-masing diperlukan untuk
padatahun2005,2006,dan2007tercatat0,95,0,19dan 0,16.Sedangkandi
dibawahusia5 tahun.3
2.3 Etiologi
Malaria disebabkan oleh infeksi parasit protozoa dari genus plasmodium pada sel darah
merah melalui nyamuk anopeles betina. Pada manusia, plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu
Malaria dapat ditular melalui dua cara yaitu alamiah dan bukan alamiah. Penularan
secara alamiah adalah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina, sedangkan bukan
alamiah adalah melalui plasenta dan tali pusat (malaria kongenital) serta melalui transfusi
hanyateridentifikasi padakera.2,3,4
eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk cincin yang kemudian membesar
membentuk tropozoit. Tropozoit berkembang biak secara aseksual yang kemudian ruptur
dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang secara klinis ditandai dengan demam.
Pada dinding luar, nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
Gejala malaria timbul pada saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala
yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh pirogen endogen, yaitu
TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi perifer yang mungkin disebabkan
retikuloendotelial untuk mengfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit
akibat hemolisis. Juga terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem
retikuloendotelial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas
pejamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuestrasi oleh limpa pada
eritrosit ang terinfeksi maupun yang normal, dan gangguan eritropoiesis. Pada hemolisis
Dalam kasus ini pasien mengalami demam dengan suhu 39,2 0C dan juga anemia dilihat
pasien diakibatkan karenaadanya tropozoit yang berkembang biak secara aseksual yang
kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang secara klinis ditandai
merangsang hypothalamus sebagai pusat pengatur suhu sehingga suhu tubuh pasien
meningkat. Sedangkan anemia ini sebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis
oleh sistem retikuloendotelial. Anemia juga dapat disebabkan oleh hemolisis autoimun,
sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal, dan gangguan
eritropoiesis.
2.5 Manifestasi klinis
Secara klinis, penderita malaria biasanya menunjukkangejala utama demam tinggi yang
bersifat paroksisme (beberapa serangan demam dengan interval tertentu) yang diselingi oleh
suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam biasanya merasa lemah, nyeri
Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni stadium
dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium berkeringat (sweating
stage).Manifestasi klinis malaria pada anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga sering
minimal seperti berkurangnya aktifitas, anoreksia atau bahkan asimptomatik; tidak harus
positif parasit malaria didarah, dapat hanya menunjukkan splenomegali sebagai temuan
tunggal.Pada anak di bawah umur 5 tahun, stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai
kejang. Serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrinsik). Masa
inkubasi bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit. Pada malaria akibat
tranfusi darah, masa inkubasi plasmodium vivax 16 hari. Masa inkubasi pada penularan
secara alamiah bagi masing-masingspesies parasit, untuk plasmodium vivax 13-17 hari.
Setelah lewat masa inkubasi, pada anak besar dan orang dewasa timbul gejala demam yang
1. Stadium dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan pasien biasanya pasien menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan
selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit
kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini
Dalam kasus ini, pasien menggigil sesaat sebelum demam dengan suhu badan 39,2
C.Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari malaria yang merupakan 1 dari tiga
2. Stadium demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas
seperti terbakar, nyeri kepala, seringkali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi.
Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang
dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada plasmodium vivax, skizon dari
tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari ke tiga
Dalam kasus ini, pasien mengalami demam dengan suhu badan 39,2 C. Dan hal ini
disertai dengan mual (+), muntah (+) 1x 4 hari sebelum masuk rumah sakit, berisi air,
lendir(+). Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari malaria yang merupakan 1
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, tempat tidurnya basah, kemudian suhu
badan menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah normal. Black water fever
yang merupakan koplikasi berat adalah munculnya hemoglobin pada urin sehingga
menyebabkan warna urin berwarna tua atau hitam. Limpa biasanya membesar pada serangan
pertama yang berat atau setelah beberapa serangan dalam periode yang cukup lama. Dengan
Pada kasus ini, setelah demam pasien berkeringat) sampai bajunya basah.
Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari malaria yang merupakan 1 dari tiga
Malaria tertiana jarang disertai anemia berat. Pada infeksi akut, beratnya anemia
Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama. Limpa bertambah
besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu kedua. Kejang dapat terjadi pada saat
Pada kasus ini, tidak dijumpai adanya pembesaran hati dan juga limpa. Namun, anemia
dijumpai pada kasus ini dengan kadar Hb 6,3 gr/dl. Anemia pada kasus ini dapat
merupakan akibat dari tingginya parasitemia pada karena pada kasus ini ditemukan
Diagnosis malaria dapat ditegakkan secara klinis dan laboratorium. Secara klinis, sesuai
Didaerah non endemis, diagnosis klinis malaria tidak harus didasarkan pada
kemungkinan paparan malaria seperti bepergian ke daerah endemis dan riwayat demam 3
Didaerah endemis, diagnosis klinis didasarkan pada riwayat demam dalam 24 jam
terakhir dan atau adanya gejala anemia (pucat pada palmar merupakan tanda paling
reliabel pada anak yang lebih muda. Tetap perlu diperhatikan adanya gejala klasik seperti
demam, menggigil, pucat disertai splenomegali; dan gejala lain seperti nyeri kepala,
mual-muntah, nyeri otot tulang, riwayat kejang (terutama bayi < 1 tahun), diare (balita)
dan nyeri perut (anak > 5 tahun). Riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat
sakit malaria, riayat minum obat malaria satu bulan terakhir dan juga riwayat transfusi
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menyertai antara lain anemia, trombositopenia, leukosit
normal atau leukopenia, dan peningkatan LED. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan apusan
darah tebal dan apusan darah tipis. Apusan darah tebal dibuat dengan pewarnaan Giemsa atau
fieldstain, sedangkan apusan darah tipis dengan pewarnaan wright atau giemsa. Pemeriksaan
apusan darah tebal bertujuan melihat jumlah eritrosit dalamm darah sementara pemeriksaan
apusan darah tipis bertujuan melihat perubahan bentuk bentuk eritrosit, jenis plasmodium dan
Aapusan darah :5
- Dikatakan negatif jika tidak ditemukan parasit dalam 100 lapang pandang.
- Dikatakan +1 bila ditemukan 1-10 parasit dalam 100 lapang pandang
Hasil apusan darah negatif tunggal tidak meniadakan diagnosis malaria, karena sebagian
besar pasien bergejala akan menunjukkan hasil positif dalam 48 jam. Pemeriksaan darah
serial setiap 6 jam selama tiga hari berurutan dapat dilakukan. Pemeriksaan praktis terutama
didaerah endemis dapat dilakukan pemeriksaan tes parasitologi (mikroskopi) atau rapid
diagnostic test (RDT) berbentuk dipstick, dianjurkan menggunakan diagnostik cepat yang
memiliki kemampuan minimal sensitivitas 95 % dan spesifisitas 95%. Semua pasien yang
dicurigai malaria harus diterapi berdasarkan hasil tes mikroskopik atau RDT darah.1
Malaria Berat4
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila didalam darahnya ditemukan parasite
plasmodium falcifarum atau plasmodium vivax stadium aseksual atau RDT positif ditambah satu
7. Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital. Bilirubin total > 50 umol/L dengan jumlah
9. Perdarahan spontan
10. Edema Paru (secara radiologi) atau saturasi <92% dengan frekuensi nafas >30/menit.
Gambaran Laboratorium :
4) Hemoglobinuri
5) Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : > 2% atau > 100.000 parasit/Ul; daerah
laboratorium. Pada kasus ini, selain dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa diketahui bahwa pasien memiliki gejala klasik malaria seperti
adanya demam, muntah dan penurunan nafsu makan. Demam tinggi yang naik
turun, dan sesaat sebelum demam pasien menggigil, kemudian berkeringat sampai
bajunya basah. Dari anamnesa tersebut kita dapatkan periode paroksisme pada
malaria yang terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold
stage), stadium demam (hot stage) dan stadium berkeringat (sweating stage).
Pada kasus ini, didapatkan malaria berat yang disebabkan oleh plasmodium
vivax +4dengan jumlah gamet Vivax 12 p/lp. Dikatakan +4 bila ditemukan >10
Demam tifoid:4
Penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri genus salmonella, memiliki masa inkubasi 7-
14 hr (3-30 hr). Gejala klinis menyerupai penderita dewasa, onset insidious, malaise,
anoreksia, mialgia, sakit kepala, sakit daerah abdomen (anak biasanya tidak dapat
menunjukan daerah yang paling sakit/rasa tidak nyaman difus), keluhan meningkat pada
minggu kedua. Demam sampai hari ke-4 bersifat remiten, dengan pola seperti anak tangga
(stepwise fashion), sesudah hari ke-5 atau paling lambat akhir minggu pertama pola
pada minggu kedua bertambah berat, dapat ditemukan disorientasi, letargi, delirium, bahkan
Pada kasus ini,pasien mengalami demam dengan suhu badan 39,2 C. Dan hal ini
disertai denganmual (+), muntah (+) 1x 4 hari sebelum masuk rumah sakit, berisi air,
lendir(+). Namun pada pasien ini memiliki pola demam naik turun, sedangkan pada
demam tifoid memiliki pola seperti anak tangga (stepwise fashion), serta didukung oleh
Pengobatan Simptomatik
Pemberian antipiretik pada anak demam untuk mencegah hipertermia dengan dosis
paracetamol 10-15 mg/kgBB/dosis setiap 4-6 jam. Apabila terjadi hipertermia (suhu rektal
perlahan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/dosis atau diazepam rektal 5 mg (berat badan <10
kg) atau 10 mg (berat badan 10 kg) dan segera rujuk ke rumah sakit, karena kejang
merupakan salah satu gejala malaria berat yang membutuhkan penanganan lanjutan.
Suplementasi zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna meningkatkan kadar
hemoglobin pada penderita malaria tropika di daerah endemis. Namun, pemberian zat besi
pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali bila disebabkan oleh defisiensi
besi.3
Pengobatan Anti-malaria4
LINI PERTAMA :
1. Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan
artemeter intramuskular atau kina drip. Artesunat parenteral tersedia dalam vial 60 mg
yang berisi serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium
kemudian diencerkan dengan D5% atau Nacl 0,9 % sebanyak 5 ml sehingga didapatkan
diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB intravena sebanyak 3 kali jam 0, 12, 24.
Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB intravena setiap 24 jam perhari sampai penderita
mampu minum obat.Bila penderita sudah mampu minum obat maka pengobatan
dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya selama 3 hari dan diberikan
primakuin.
dengan dosis 3,2 mg/kgBB secara IM dan diberikan hari berikan hari berikutnya dengan
dosis 1kali 1,6 mg/kgBB sampai penderita mampu minum obat, kemudian dilanjutkan
LINI KEDUA :
1. Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat namun dapat
diberikan bila tidak tersedia artesunat atau artemeter dan pada ibu hamil pada trimester
pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. 1 ampul berisi
500 mg/2 ml. Pada anak kina HCL 25 % perinfus diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB
(bila umur kurang dari 2 bulan diberikan 6 sampai 8 mg/kgBB, diencerkan dengan
dextrosa 5% atau Nacl 0,9% sebanyak 5-10 cc/kgBB. Diulang setiap 8 jam sampai
penderita dapat minum obat.4Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oral
diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa / klindamisin pada ibu
hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang
pertama.
DHP berisi 40 mg dehidroartemisin dan 320 mg piperakuin. DHP diberikan dengan dosis
4 mg/kgBB/hari diberikan selama 3 hari. Obat anti malaria lini pertama dan kedua (blood
yang dorman dalam jaringan, terutama hepar (tissue schizonticidal). Untuk plasmodium
falcifarum khusus untuk anak > 1 tahun, dosis primakuin 0,75 mg/kgBB/dosis tunggal 1 hari.
diberikan untuk anak usia < 1 tahun, ibu hamil, dan defisiensi G6PD. Kondisi klinis malaria
pada anak dapat cepat memburuk. Edukasi oang tua pasien penting sebagai partner pemantauan
selama rawat jalan. Apabila anak tidak bisa menoleransi obat oral atau muncul gejala-gejala
malaria berat sebaiknya dirujuk untuk pemberian anti malaria intravena dengan dosis terukur.
WHO merekomendasikan pemberian artesunat rektal dosis tunggal pada anak dengan malaria
sebelum ditujuk ke pusat pelayanan lanjutan. Data menunjukkan kematian akibat malaria pada
anak menurun dengan pemberian artesunat per rektal jika waktu rujuk melebihi 6 jam.3,2
Penatalaksanaan pada pasien ini diruangan adalah dengan pemberian: IVFD D5 1/2 NS
1000cc/ 24 jam 40 tpm mikro.Inj. Ranitidin 2x10 mg (Intravena), pro piretik supp 160 mg, Inj.
Artesunat 24 mg (0 jam, 12jam, 24jam), puyer panas 3x1 pulv, Primakuin 1x 1/4 tablet selama
14 hari, darplex tab 1x1 (selama 3 hari), Pro transfuse PRC serial 2x75cc, Inj. Pre lasix 5 mg
(IV) pre transfusi PRC, Pemberian transfusi pada pasien ini telah sesuai dengan pemberian
per serial.
Pada kasus ini pasien diberikan IVFD D5 1/2 NS 1000cc/ 24 jam 40 tpm mikro, jumlah
cairan ini sesuai dengan perhitungan cairan menggunakan rumus holiday segar yaitu 10 kg
berat badan pertama dikali 100. Berat badan pasien 10 kg dikalikan dengan 100 maka
didapatkan 1000cc cairan yang dibutuhkan. Kemudian untuk menghitung tetesan mikro
Inj. Ranitidin 2x10 mg (Intravena), pro piretik supp 160 mg, puyer panas 3x1 pulv
diberikan untuk mengatasi gejala simptomatik seperti demam dan juga muntah.
Terapi antimalaria pada kasus ini yaitu Inj. Artesunat 24 mg (0 jam, 12jam, 24jam),
Primakuin 1x 1/4 tablet selama 14 hari,dan DHP 1x1 tab(selama 3 hari) sewaktu pasien
diperbolehkan pulang. Dosis Artesunat, primakuin dan DHP yang diberikan sesuai dengan
teori dimana dosis pemberiaan artesunat secara intravena ialah 2,4mg/KgBB dan pasien
diberikan injeksi artesunat sebanyak 24 mg. Pada kasus ini pasien diberikan Primakuin 1x
tablet (3,75 mg) selama 14 hari, sesuai dengan dosis pemberian primakuin 0,2 mg/KgBB
selama 14 hari. Dosis pemberian DHP menurut teori 4mg/KgBB, pemberian pada kasus ini
sesuai dengan dosis pemberiannya yaitu 1 tablet (40 mg) selama 3 hari. Pada kasus ini Hb
pasien > 5 g/dl (6,3g/dl) sehingga kami menggunakan rumus delta Hb, dengan perhitungan
2.9 Prognosis
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak
menyebabkan kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung
sampai 3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunai sifat relaps. Indikator prognosis buruk
apabila:2
Indikator klinis
o kejang berulang
o deserebrasi
o indikator laboratorium
o leukositosis
o PCV (packed cell volume) <15%
o hemoglobin <5g/dl
o antitrombin rendah
Prognosis pada kasus ini adalah bonam, karena tidak ditemukan adanya indikator klinis yang
2.10Pencegahan2
Semua anak dari daerah non-endemik apabila masuk ke daerahh endemik malaria, maka
2 minggu sebelumnya sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari daerah endemik
dengan memakai kelambu atau kasa anti nyamuk di rumahnya dan menggunakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit endemis di daerah Papua, sehingga dilakukan pencegahan
agar tidak terinfeksi malaria. Malaria memiliki gejala klinis yang khas berupa menggigil,
demam, dan berkeringat. Namun, gejala tersebut tidak dapat digunakan untuk memberi
terapi pasien dengan antimalaria karena untuk mendiagnosa pasti malaria perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopi atau RDT malaria. Pengobatan malaria yang tepat dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang mengakibatkan pada prognosis yang buruk yaitu
malaria berat.
Pada pasien ini didiagnosis dengan malaria tertiana berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang di mana dari anamnesis didapatkan keluhan demam,
menggigil, berkeringat, muntah, pucat dan penurunan nafsu makan, batuk. Pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, adanya konjungtiva anemis, Dari
menyimpulkan hal ini berdasarkan literature termasuk dalam kategori malaria tertiana.
Prognosis pada pasien ini yaitu bonam karena setelah mendapat pengobatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria 3rd edition. 2015. p23-31
2. Soedarmo SP, Game H, Hadinegoro SS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
4. Ikatan Dokter Indonesia, WHO. Buku Saku Penatalaksanan Kasus Malaria. Ditjen
2012.
2.1 Definisi
2.2 Epideiologi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Diagnosa
2.7 Diagnosa Banding
2.8 Penatalaksanaa malaria berat
2.9 Prognosis
Prognosis malaria yng disebabkan oleh p. Vivax ada umunya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati, infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan
atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps (kambuh kembali). Indikator prognosis
buruk apabila:2
Indikator klinis
o kejang berulang
o refleks kornea negatif
o deserebrasi
o indikator laboratorium
o leukositosis
o hemoglobin <5g/dl
o Antitrombin rendah
Prognosis pada kasus ini adalah bonam, karena tidak ditemukan adanya indikator klinis yang
Semua anak dari daerah non-endemik apabila masuk ke daerah dengan endemik
malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai dengan 4 minggu setelah keluar dari daerah
dengan memakai kelambu atau kasa anti nyamuk di rumahnya dan menggunakan