Cardio - Heart Examination
Cardio - Heart Examination
Jantung
Daftar Instruktur
2
II. PROSEDUR
Pendahuluan
Posisi Pasien & You will need to expose the patient's chest for this examination. For female
Persiapan patients you may want to use an examination gown or drape. Place your patient
in a semi-supine position, at an angle of 45%. Make sure that the patient is
comfortable in this position.
Pencegahan Prior to examining the patient, make sure you properly wash your hands and
infeksi cleanse the diaphragm / bell components of your stethoscope with alcohol
wipes.
Inspeksi Observe the chest carefully. Specifically note for any: Scars (e.g. median
sternotomy scar; thoracotomy scar); chest
wall deformities (e.g. pectus excavatus )
To palpate for the apex beat place your hand over the left hemi-thorax
region and feel for the most lateral and inferior pulsation. To count
intercostal spaces (ICS), first identify the manubriosternal junction.
The rib attached along side this is the 2nd rib and the space below the rib is
the 2nd ICS. Count down until you are at the level where you can feel the
apex beat.
3
Palpation for the apex beat
Perkusi Percussion of the heart is rarely performed and will not be discussed further
here.
Auskultasi a) Heart sounds : The heart sounds are sometimes described as sounding like
lupp dubb (1st followed by 2nd heart sounds) The first heart sound is caused
by vibrations arising from closure of the mitral and the tricuspid valves. It
coincides with the beginning of ventricular systole and so each first sound
comes at the beginning of the pulse wave. The second heart sound is softer,
shorter and of higher frequency and is caused by closure of the aortic and the
pulmonary valves. It coincides with the end of ventricular systole and so occurs
at the end of each pulse. Because of their relationship to the pulse wave it is
useful to listen to the heart sounds while feeling the pulse.
4
as a result of an abnormal communication between the chambers of the heart /
great vessels. If a murmur is heard, the following should be noted: timing of the
murmur (systole [ejection, pan, mid, late] or diastole [early, mid]); quality;
radiation; intensity (grading); location where murmur is best heard; variation with
respiration (murmurs on the right side of the heart increase during inspiration).
You will learn more about murmurs in the CSEC, clinical attachments and in
other modules in your undergraduate career.
It is essential to simultaneously examine the carotid pulse long enough to give
you an indication of the timing of systole and enable sounds to be placed in the
correct part of the cardiac cycle
Penutup
Pencatatan
5
III. CHECK LIST
KETRAMPILAN
PEMERIKSAAN THORAX
(JANTUNG)
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :
Penilaian
JENIS KEGIATAN
0 1 2
PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Mencuci tangan
2. Pemeriksa menempatkan diri di sebelah kanan pasien
3. Memberikan penjelasan tentang pemeriksaan ini
4. Mempersilahkan pasien melepas baju
5. Menempatkan pasien dalam keadaan berbaring dengan posisi semi supine, dengan
sudut 45% sedemikian rupa sehingga pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut
Inspeksi
6. Melihat dan menilai bentuk dada
7. Melihat adakah simetri/asimetri, bekas operasi, dll
8. Melihat adakah tumor /benjolan lain yang seharusnya tidak ada
9. Melihat iktus kordis tampak atau tidak tampak
Palpasi
10. Melakukan palpasi apex cordis
11. Menilai adanya kuat angkat atau tidak kuat angkat
12. Menilai ada tidaknya thrill
Perkusi
13. Memeriksa batas jantung kanan dan melaporkan hasilnya
14. Memeriksa batas jantung kiri dan melaporkan hasilnya
15. Memeriksa pinggang jantung dan melaporkan hasilnya
Auskultasi
16. Menentukan proyeksi katup-katup jantung
17. Memeriksa ada tidaknya murmur
18. Mendiskipsikan jenis murmur yang ditemukan (bila ada murmur)
PEMERIKSAAN JVP
19. Menempatkan pasien dalam posisi duduk (45o)
20. Meminta pasien menoleh ke kiri lebih kurang 30 45o.
21. Menentukan titik R
22. Menentukan tinggi bendungan vena jugularis
23. Mengukur proyeksi bendungan vena jugularis pada posisi tegak lurus
24. Mencatat dan melaporkan hasilnya
Keterangan penilaian : Tutor,
= dikerjakan dengan benar/sesuai urutan prosedur
X = dikerjakan tetapi kurang benar/tidak sesuai urutan prosedur
- = tidak dikerjakan
( )
Lulus/Gagal
6
Modul
Skill development
Blok Kardiovaskular
7
Adult basic cardiac life support
Adult basic cardiac life support merupakan urutan intervensi yang digunakan untuk korban-korban atau
pasien-pasien henti jantung. Urutan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa satu orang penolong, biasanya
tanpa alat-alat resusitasi, akan melakukan pertolongan. Dengan memberikan basic cardiac life support
(BCLS) penolong bertujuan untuk memastikan bahwa korban menerima perfusi dan ventilasi yang
adekuat sampai layanan kegawat-daruratan datang. Selanjutnya layanan kegawat-daruratan mengambil
alih tanggungjawab dan memindahkan pasien ke rumah sakit. Resusitasi jantung-paru (CPR =
cardiopulmonary resuscitation) oleh orang yang menemukannya akan memperlambat laju perburukan
otak, jantung dan organ-organ vital lainnya dan meningkatkan kesempatan korban untuk hidup.
Urutan tindakan mengikuti algoritme yang dikeluarkan oleh American Heart Association.
- Diagnosis: Diagnosis henti-jantung diasumsikan jika korban tidak responsive dan bernapas secara tidak
normal. Jika korban tidak dalam keadaan henti jantung, maka diposisikan dalam posisi recovery dan minta
bantuan jika perlu.
- Pastikan henti-jantung: jika diduga henti jantung maka bahu korban digoyang-goyang dan korban
ditanya Anda baik-baik saja?
- Berteriak untuk minta tolong: penolong harus berusaha mencari bantuan dengan berteriak , namun tidak
meninggalkan korban. Segera setelah diagnosis henti jantung ditegakkan, sistem kegawatan darurat harus
diaktifkan dan bantuan yang memadai diberikan.
- Memposisikan korban pada punggungnya (berbaring): lebih mudah untuk menilai dan mengobati jika
korban diposisikan berbaring pada punggungnya.
- Menilai denyut nadi karotis: Check pulsasi (denyut nadi) di arteri karotis.
- Jika tidak ada pulsasi, mulai kompresi dada: 30 kompresi, dua ventilasi. Kedalaman kompresi 5-6 cm.
Frekuensi minimal 100 kali per menit. Beri kesempatan dada mengembang penuh. Hindari ventilasi
berlebihan.
- Penderita yang bernapas tidak normal (gasping): dianggap juga mengalami henti jantung.
- Dua pernapasan pertolongan: jika diusahakan pernapasan pertolongan maka diberikan masing-masing
satu detik. Namun demikian, dipahami bahwa beberapa penolong mungkin memilih tidak memberikan
resusitasi mulut-ke-mulut.
- Jika kompresi dada sendirian: jika penolong tidak mau melakukan napas pertolongan kemudian kompresi
paling tidak 100 kali per menit (100-120 maksimum per menit). CPR yang hanya berupa kompresi lebih
baik dikerjakan daripada tidak melakukan apa-apa, khususnya selama menit-menit awal sesudah henti
jantung. Beberapa studi menunjukkan bahwa outcome (luaran) dari kompresi dada saja seefektif
sebagaimana standar
- Ketika bantuan datang: penolong tambahan segera membantu untuk bergantian memberikan bantuan
resusitasi (kompresi dan ventilasi).
Kompresi dada
Berjongkok (jika pasien di lantai) atau berdiri disisi pasien (jika pasien berbaring di tempat tidur).
Meletakkan tumit satu tangan di tengah dada dan meletakkan tumit tangan lainnya di atas tangan yang
pertama. Saling mengunci jari-jari tangan. Kompresi ke bawah harus diberikan melalui tumit tangan dan
kemudian tekanan harus dilepaskan. Kompresi dan recoil melengkapi setiap siklus kompresi individu. Jika
terdapat jumlah penolong lebih dari satu, maka kompresi dada harus digantikan setiap dua menit dengan
penundaan yang minimal.
8
Napas pertolongan (ventilasi pernapasan)
Membuka jalan napas korban dengan memakai maneuver chin lift dan head tilt (atau jaw thrust jika ada
jejas di spina cervicalis)
- Posisi: satu tangan untuk menjepit area hidung yang lunak milik korban segera di bawah jembatan hidung
(dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari). Tangan lainnya mempertahankan agar dagu terangkat.
- Menutup di sekitar bibir. Sementara mulut dibiarkan terbuka, penolong memakai bibirnya untuk
menutupi mulut korban.
- Meniup ke dalam mulut korban selama satu detik: penolong harus melihat gerakan dada. Sesudah
masing-masing pernapasan penolong harus memindahkan mulutnya dan mengambil napas normal. Dua
napas pertolongan diperlukan antara masing-masing siklus 30 kompresi dada.
9
Posisi recovery (pemulihan)
- Lepaskan kacamata
- Berjongkok di sebelah korban / pasien
- Meletakkan tangan yang dekat pada sudut yang tepat terhadap tubuh-telapak tangan ke atas
- Membawa tangan yang jauh melewati dada dan mempertahankan tangan di atas pipi korban
- Menyesuaikan kaki yang jauh (sekarang kaki atas) sedemikian hingga panggul dan lutut terlipat pada
sudut yang tepat.
- Luruskan lagi kepala belakang untuk memastikan bahwa jalan napas tetap terbuka. Atur tangan di bawah
pipi untuk memastikan kepala dalam posisi lurus.
- Mengecek pernapasan secara teratur, dan putar pada posisi yang berlawanan setiap 30 menit.
Posisi kompresi dada : Penolong meletakkan tangan di tengah bagian bawah tulang dada. Pada
prakteknya tangan diletakkan di tengah dada tanpa penundaan. Kompresi dada jangan dilakukan di atas
tulang rusuk.
Jika bantuan napas tidak berhasil: cek mulut penderita (korban) dan buang jika ada benda yang
menyumbat misalnya gigi-palsu, makanan, gumpalan darah. Cek ulang bahwa kepala lurus, dagu
terangkat secara optimal untuk meluruskan jalan napas. Jangan buang waktu jika napas pertolongan sulit,
kerjakan dua napas bantuan dan lanjutkan dengan kompresi dada 30 kali.
Infeksi: terhadap penolong adalah suatu keniscayaan dan telah dilaporkan untuk tuberculosis, herpes
simplex dan sindroma distress pernapasan akut yang berat. Alat penapis mulut (filter) yang khusus
dirancang untuk pernapasan mulut ke mulut akan mengurangi transmisi bakteri.
Agonal gasps: ini seringkali dibingungkan dengan pernapasan yang berguna. Penolong harus diajari
bahwa hal ini terjadi pada sekitar 40% kasus henti jantung. CPR harus dimulai segera.
10
Ventilasi mulut ke hidung: harus dipertimbangkan sebagai alternative yang efektif terhadap ventilasi
mulut ke mulut. Khususnya berguna pada jejas mulut atau CPR dalam air. Ventilasi mulut ke
trakheostomi adalah mungkin pada keadaan perkecualian dimana pasien sudah memakai trakheostomi.
Ventilasi sungkup : berguna namun memerlukan ketrampilan tambahan.
11
Jenis Kegiatan 0 1 2
( )
Lulus/Gagal
12
Resusitasi dewasa di rumah sakit termasuk perintah do-not-attempt resuscitation
Latar belakang
Algoritme resusitasi di-rumah-sakit dibuat untuk memberikan urutan resusitasi yang lebih memadai untuk
professional kesehatan yang menemukan pasien henti jantung atau collapse di rumah sakit. Untuk semua
henti jantung di rumah sakit maka diharapkan:
- Henti kardiorespirasi segera dikenali
- Permintaan bantuan harus diteriakkan
- CPR (RJP) segera diberikan
- Defibrilasi segera diberikan, jika memang ada indikasi
13
- Cek pernapasan, apakah pernapasan normal atau tidak, dikerjakan kurang dari 10 detik. Jika ragu, maka
dianggap abnormal
- Cek pulsasi karotis tidak lebih dari 10 detik. Dikerjakan bersamaan dengan pengecekan pernapasan. Jika
ada denyut , maka diperlakukan sebagai pasien yang memberi respons.
- Jika tidak ada pulsasi (denyut)
o Satu orang melakukan RJP (resusitasi jantung paru = CPR= cardiopulmonary resuscitation), orang
lain memanggil tim emergency (henti jantung) dan mengambil trolley (kereta) resusitasi dengan
monitor dan defibrillator.
o Tiga puluh kompresi dada berbanding 2 ventilasi pernapasan dengan menggunakan alat bantu
saluran napas . Laju kompresi 100-120 kali per menit
o Alat bantu saluran napas berupa: pocket mask (sungkup saku), guedal airway (mayo) dengan
pocket mask, laryngeal mask airway (LMA), atau kantong (bag) dan sungkup. Jika perlu dilakukan
intubasi endo-trakheal.
o Defibrilator: begitu alat ini datang maka pads nya ditempelkan pada dada pasien tanpa
mengganggu kompresi dada. Berhenti sejenak diperlukan untuk menilai irama. Jika terindikasi
untuk didefibrilasi, maka segera dilakukan defibrilasi tanpa penundaan.
- Jika tidak terdapat pernapasan namun ada pulsasi (henti napas), pertahankan saluran napas seperti di
atas dan mencari pendapat ahli dan tatalaksana definitive saluran napas
- Banyak pasien akan mengalami baik henti jantung maupun henti napas dan akan memerlukan aktivasi tim
bantuan hidup jantung lanjut. Urutan kejadian akan tergantung pada penilaian penuh status klinik pasien
dan ko-morbiditas.
- Pada pasien henti (jantung dan/atau napas) yang disaksikan dan termonitor: pada keadaan tidak ada
denyut (pulsasi) nadi, dan belum ada alat defibrillator, maka dilakukan RJP/CPR. Namun jika alat
defibrillator sudah ada, jika gambaran di monitor adalah VT/VF, maka diberikan defibrilasi.
Perintah Do-not-attempt resuscitation (DNAR) atau (Menghentikan resusitasi atau Jangan melakukan
resusitasi)
Pada beberapa keadaan di rumah sakit, pasien mungkin dipertimbangkan bukan kandidat untuk resusitasi
lebih lanjut pada kejadian yang mestinya RJP diperlukan. Harus ditekankan kepada professional medis,
keluarga pasien dan khususnya pasien sendiri bahwa perintah DNAR tidak bermakna akhir dari terapi dan
perawatan memadai lainnya. Semua keputusan secara cermat harus dipertimbangkan dan didiskusikan
dengan dokter yang lebih senior dan keluarga pasien jika situasinya memungkinkan.
14
- Keputusan DNAR seharusnya didiskusikan dengan pasein jika memungkinkan: hal ini tidak selalu mudah
dan tidak selalu mungkin dan macam keputusan yang memungkinkan pasien meninggal secara alamiah
dengan tindakan paliatif yang memuaskan bisa saja mungkin terjadi. Alasan mengapa diskusi menjadi
tidak mungkin atau tidak memadai harus dicatat. Diskusi semacam ini dapat menimbulkan distress
(kesusahan) yang besar pada beberapa pasien.
- Ringkasan diskusi dengan keluarga atau kawan kawan pasien :jika pasien tidak memiliki kapasitas atau
tidak mampu melkaukan diskusi yang baik maka keluarga dan kawan-kawannya harus dikonsultasi (diajak
diskusi) dan mungkin memiliki informasi penting mengenai keinginan-keinginan pasien. Terapi
melanjutkan hidup bisa jadi ditolak oleh pengacara pasien atas nama pasien. Kerahasiaan pasien harus
dihormati dan tidak dilanggar. Catat dengan jelas hasil diskusi dan pihak pihak yang hadir saat diskusi
berlangsung.
- Melibatkan tim multi-disiplin dan pendapat dokter senior: Mereka ini perlu dilibatkan dalam
memutuskan perintah DNAR dan ikut menandatangani perintah tersebut.
15
JENIS KEGIATAN 0 1 2
Penilaian: LULUS/GAGAL
( )
16
Adult advanced Cardiac Life support (ACLS)
Latar belakang
Algoritme advanced cardiac life support (ACLS) atau bantuan hidup jantung lanjut ditujukan bagi tenaga
medis dan menawarkan pendekatan terstandar terhadap tatalaksana henti jantung. Tim henti jantung yang
terlatih dengan ACLS memiliki keunggulan mampu mempersiapkan masing-masing tahap resusitasi tanpa
mengalami gangguan dalam melakukan tatalaksana. Masing-masing anggota tim memahami perannya
yang diperlukan untuk memastikan pengobatan atau tindakan yang segera, efisien dan bagus. Kemampuan
melakukan ACLS harus dimiliki oleh dokter, staf di unit perawatan intensif kardiovaskular, staf di unit
perawatan intensif, semua staf resusitasi dan klinisi lainnya.
Catatan
Umum
- Monitoring jantung: segera sesudah terpasang monitor jantung, pasien dengan henti jantung harus
dikategorikan untuk pengobatan tergantung pada irama jantung yang dikenali
o Irama yang bisa di-shock (shockable) : VF atau VT tanpa nadi. Keduanya memerlukan defibrilasi
segera
o Irama yang tidak bisa di-shock (non-shockable rhythm): asistol atau pulseless electrical activity
(PEA).
- Semua pasien memerlukan
o Kompresi dada
o Tatalaksana jalan napas dan ventilasi napas
o Akses intravena: adrenalin, obat obat lainnya
o Pengobatan penyebab yang teridentifikasi dan dapat dibalik (identified reversible causes).
Pengobatan atau tindakan yang paling mungkin dapat memperbaiki survival adalah defibrilasi segera dan
CPR efektif yang tidak terputus. Pada orang dewasa irama awal yang paling sering adalah VF, jika alat
defibrillator segera tersedia, maka tindakan pengobatan adalah defibrilasi yang diikuti dengan CPR dua
menit. Jika terdapat keterlambatan atau penundaan dalam mendapatkan defibrillator dan henti jantung
disaksikan serta kejadian terlihat di monitor maka pemberian pukulan dada (precordial thump) dapat
dipertimbangkan. Namun ada yang tidak merekomendasikan precordial thump, sebaliknya dilakukan CPR
tanpa precordial thump.
Defibrilasi
- VF atau VT tanpa nadi (pulseless VT): Shock satu kali 150-200 joule (defibrillator bifasik) atau 360 Joule
(defibrillator monofasik). Segera lakukan CPR 2 menit (30 kompresi berbanding 2 pernapasan). Cek irama
jika irama tidak berubah maka di shock kedua dengan 150-200 J (bifasik) atau 360 J (monofasik). Ulangi
siklus sesuai dengan keperluan dan nasihat tenaga ahli diperlukan jika ada.
- Untuk memastikan defibrilasi yang aman dan efektif: sejumlah pertimbangan harus diperhatikan:
o Posisi defibrilasi (dan padle electrode monitoring EKG): pad dada kanan dilekatkan di sebelah
kanan sternum di bawah klavikula. Pad apex kiri diletakkan vertical pada garis mid-aksilla, pada
posisi V6 elektrode EKG
o Rambut dada: perlu dicukur
o Pastikan defibrilasi aman dengan atmosfer yang kaya oksigen: dengan menggunakan self-
adhesive defibrillation pads, bebaskan sungkup oksigen atau kanula hidung paling tidak satu
meter jaraknya dari dada pasien.
o Pada waktu melakukan defibrilasi para anggota tim penolong harus menjauh dari penderita
Kompresi dada
Siklus CPR: berlangsung selama dua menit untuk pengobatan henti jantung. Setelah dua menit dilakukan
penilaian ulang dan jika terjadi perubahan irama dilakukan penilaian ulang pulsasi nadi dan pernapasan
serta tanda vital lainnya. Perlu ditekankan bahwa kompresi dada harus berkualitas tinggi (high quality
CPR) sehingga setiap dua menit perlu diganti penolong baru untuk kompresi dada untuk menghindari
kelelahan. Waktu penundaan harus diminimalisir pada setiap pergantian penolong kompresi dada dan
antara defibrilasi dan kompresi dada . Koordinasi yang baik antar anggota tim penolong sangat diperlukan
dalam mencapai CPR berkualitas tinggi.Ketika sudah terpasang endotracheal tube (terintubasi)
17
perbandingan 30:2 sudah tidak diperlukan lagi. Kompresi tetap diberikan dengan frekuensi 100-120 kali
per menit, tanpa diinterupsi oleh ventilasi, dengan kedalaman 5-6 cm.
Obat-obatan
- Adrenalin: pemberian adrenalin dengan interval 3-5 menit selama CPR, dosisnya 1 mg secara intravena.
- Atropin: tidak lagi digunakan secara rutin pada pasien asistole atau PEA. Atropin hanya digunakan pada
pasien bradikardia dengan hemodinamik yang tidak stabil.
- Amiodaron: jika VT/VF menetap setelah 3 kejut defibrilasi, maka diberikan 300 mg amiodaron secara
bolus. Selanjutnya dosis 150 mg dapat diberikan untuk VT/VF refrakter diikuti oleh infus amiodaron 900
mg selama 24 jam. Lidocain dapat diberikan jika tidak tersedia amiodaron.
Terapi hipotermia
Pasien dewasa yang tidak sadar dengan sirkulasi spontan dapat mengambil manfaat dari terapi hipotermia
32-34 oC. nasihat dari ahli diperlukan.
Bahan bacaan
1. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care
Science. Supplement to Circulation. Circulation. 2010;122[suppl 3]:S640 S656.
2. Vinod Patel, John Morissey. Practical and professional clinical skills. Oxford University Press, 2011.
N A L O F T H E A M E R I C A N HE A R T A S S O C I A T I O N
18
Adult advanced cardiac life support
Anda diminta untuk melihat pasien usia 60 tahun dengan nyeri dada hebat. Pasien collapse dan
nampaknya mengalami henti jantung. Anda yang pertama kali melihat pasien tersebut.
JENIS KEGIATAN 0 1 2
Memastikan - Gunakan universal precautions (pertimbangkan
keamanan/universal sarung tangan)
precautions - Waspada dengan bahaya klinik
Memahami indikasi / - Cek keamanan
penilaian pasien - Cek repons
- Meminta pertolongan (dengan teriak atau menelpon)
- Pendekatan ABC untuk pasien yang tidak respons
- Memastikan henti jantung
Ketrampilan - Mengaktifkan system kegawat daruratan /
komunikasi mengumpulkan tim emergency beserta peralatan
emergency nya
Pengetahuan tentang - Mengikuti algoritme ACLS
algoritme ACLS - Melakukan CPR efektif
Kemampuan teknis - Melekatkan paddle defibrillator ketika alat tersebut
dengan berbagai alat datang
khusus - Mengenali irama (shockable or non-shockable)
- Memberikan defibrilasi atas indikasi
Awsa dengan - Mengenali irama (non-shockable)
perubahan-perubahan - Mengikuti jalur non-shockable
irama - Mempertimbangkan penyebab yang reversible
- Menyebutkan penyebab-penyebab yang 4 T dan 4 H
Pengetahuan tentang - Mampu mengindikasikan pemakaian adrenalin,
obat-obatan amiodaron dan atropine
Perawatan pasca - Mengenali return of spontaneous circulation (ROSC)
resusitasi - Mengikuti pendekatan ABCDE pada periode pasca
resusitasi
Meminta pertolongan - Rujukan ke tim yang memadai
dengan tepat - Memindahkan pasien ke ICVCU (intensive
cardiovascular care unit)/ CCU (Coronary care Unit)/
ICU (intensive care unit)
Komunikasi - Mengalihkan pasien ke tim emergency
- Mengisi form resusitasi dengan lengkap
- Melengkapi catatan klinik (berkas status) penderita
Profesionalisme - Bertindak sebagai pimpinan tim sampai dokter senior
datang
- Bekerja secara professional
- Tidak meninggalkan pasien sampai terjadi pengalihan
pasien ke tim perawatan lebih lanjut
Etika perawatan akut - Mengetahui audit tentang henti jantung
- Mengetahui tentang panduan DNAR
Keterangan penilaian : Tutor,
= dikerjakan dengan benar/sesuai urutan prosedur
X = dikerjakan tetapi kurang benar/tidak sesuai urutan prosedur
- = tidak dikerjakan
( )
Lulus/Gagal
19
-
20