KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TAHUN PERTAMA Rony Wahyudi Eka Bebasari Elda Nazriati rony.wahyudi99@yahoo.com
ABSTRACT
Prevalence of stress occasion on medical students is pretty high,
especially first grade medical students. Problems of adaptation to new environment are the most common cause of stress occuring on first grade medical students. Stress can become negative effect for individual. Various strategies of stress management were done to reduce stress, one of them was exercise. Routine exercise can reduce incidence and severity of mood disorders related to stress. This study was aimed to understand the correlation between exercise habits and stress levels on first grade medical students of Faculty of Medicine, University of Riau. This study used analytic design with cross-sectional approach. Study samples were 166 samples using total sampling technique. Data were accumulated using Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) that had been modified for stress levels and exercise habits questionnaire. The obtained data were analyzed using Chi Square test and obtained a value of p=0,045 (p<0,05) that showed that there was a significant correlation between exercise habits and stress levels.
Keyword: stress levels, exercise habits, first grade medical students, MSSQ
PENDAHULUAN kedokteran memiliki prevalensi
kejadian stres yang cukup tinggi, Stres merupakan suatu terutama bagi mahasiswa tahun fenomena yang sering terjadi dalam pertama. Permasalahan adaptasi kehidupan sehari-hari yang tidak terhadap sistem pembelajaran dapat dihindari dan akan dialami diperkuliahan menjadi penyebab oleh setiap orang. Stres normal stres terbesar bagi mahasiswa tahun dialami setiap individu dan menjadi pertama.2 Hal ini dibuktikan oleh bagian yang tak terpisahkan dalam Abdulghani di Saudi Arabia, kehidupan. Stres membuat seseorang diketahui bahwa prevalensi stres yang mengalaminya berpikir dan pada mahasiswa tahun pertama berusaha keras dalam menyelesaikan sebanyak 78,7%, merupakan yang suatu permasalahan atau tantangan tertinggi dibandingkan dengan dalam hidup sebagai bentuk respon angkatan tahun-tahun di atasnya.3 adaptasi untuk tetap bertahan.1 Pada penelitian ini, mahasiwa Berbagai penelitian tahun pertama Fakultas Kedokteran menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Riau adalah angkatan
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
1 2014. Angkatan 2014 terdiri dari 166 mengurangi stres, salah satunya mahasiswa yang berasal dari dengan melakukan olahraga.5 berbagai daerah di dalam maupun di Olahraga adalah serangkaian luar Provinsi Riau. Perbedaan kultur, gerak raga yang teratur dan terencana tempat tinggal yang baru bagi untuk memelihara gerak dan mahasiswa yang datang dari luar meningkatkan kemampuan gerak. Pekanbaru, dan ekonomi keluarga Melakukan olahraga secara teratur juga menjadi tuntutan tersendiri bagi untuk kebugaran merupakan salah mahasiswa-mahasiswa tersebut. Hal satu cara terbaik untuk mengurangi ini menjadi stresor bagi mahasiswa stres. Olahraga yang teratur dapat dan dapat menimbulkan stres yang menurunkan insiden dan keparahan akan berakibat buruk jika tidak gangguan mood yang berkaitan diatasi dengan baik. dengan stres termasuk ansietas dan Penelitian sebelumnya yang depresi. Hal ini dapat terjadi dilakukan Lisa (2012) di Fakultas berhubungan dengan adanya Kedokteran Universitas Riau dengan perubahan kimia dalam otak setelah responden mahasiswa tahun pertama, berolahraga, seperti peningkatan menunjukkan bahwa mahasiswa neurotransmitter terutamanya mengalami tingkat stres sedang serotonin dan dopamin serta sekresi sebanyak 63,37% dan stres berat endorfin.6 sebanyak 19.80%. Angka tersebut Berdasarkan hal di atas maka menunjukkan bahwa prevalensi stres kebiasaan berolahraga dapat di Fakultas Kedokteran Universitas mempengaruhi tingkat stres dari Riau tahun pertama cukup tinggi.4 setiap individu. Saat ini belum ada Stres yang dihadapi penelitian tentang pengaruh mahasiwa dapat berdampak pada kebiasaan berolahraga terhadap aspek psikologis. Dampak tersebut tingkat stres di Fakultas Kedokteran dapat berupa dampak positif dan Universitas Riau. Oleh karena itu, dampak negatif. Dampak positif dari peneliti tertarik untuk meneliti stres tersebut berupa peningkatan apakah terdapat hubungan antara kreativitas dan memicu kebiasaan berolahraga dengan pengembangan diri, selama stres tingkat stres pada mahasiswa yang dialami masih dalam batas Fakultas Kedokteran Universitas kapasitas individu tersebut. Dampak Riau angkatan 2014. negatif dari stres dapat berupa penurunan konsentrasi dan METODE PENELITIAN pemusatan perhatian selama kuliah, penurunan minat, demotivasi diri Penelitian ini merupakan bahkan dapat menimbulkan perilaku penelitian yang bersifat analitik kurang baik seperti sengaja terlambat dengan menggunakan pendekatan datang ketika kuliah, minum alkohol, cross sectional study, yaitu suatu merokok dan sebagainya.2,3 jenis penelitian yang pengukuran Berbagai strategi penanganan variabelnya dilakukan hanya satu stres dapat dilakukan dengan banyak kali dalam suatu waktu. Penelitian cara. Penanganan yang tepat akan ini dilaksanakan pada bulan membantu mengurangi dampak yang November 2014 sampai Februari ditimbulkan akibat stres. Ada banyak 2015 di Fakultas Kedokteran cara yang dapat dilakukan untuk Universitas Riau. Populasi penelitian
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
2 ini adalah seluruh mahasiswa dinyatakan lulus kaji etik oleh Unit Fakultas Kedokteran Universitas Etik Fakultas Kedokteran Universitas Riau tahun pertama, yaitu angkatan Riau berdasarkan Surat Keterangan 2014 yang berjumlah 166 orang. Lolos Kaji Etik nomor Penelitian ini menggunakan metode 130/UN19.1.28/UEPKK/2014. total sampling, yaitu mengambil seluruh data dari populasi yang HASIL PENELITIAN memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. 4.1 Karakteristik umum subjek Kriteria inklusi pada penelitian penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Subjek penelitian ini adalah Riau angkatan 2014 yang bersedia mahasiswa Fakultas Kedokteran mengikuti penelitian dan mengisi Universitas Riau angkatan 2014 yang informed concent dan kriteria berjumlah 166 orang. Berdasarkan ekslusi, yaitu mahasiswa yang data yang diperoleh, ditetapkan menggunakan obat-obatan anti- bahwa seluruh mahasiswa Fakultas ansietas dan/atau obat-obatan anti- Kedokteran Universitas Riau depresan, mahasiswa yang tercatat angkatan 2014 memenuhi kriteria sebagai atlet, mahasiswa yang inklusi. Sampel terdiri dari 40 laki- memiliki penyakit kronis yang laki dan 126 perempuan. Sebaran mengganggu aktivitas olahraganya, usia responden berkisar 16 sampai 20 seperti penyakit jantung, PPOK. tahun dengan jumlah masing-masing, Variabel independen pada usia 16 tahun sebanyak 2 orang, usia penelitian ini adalah kebiasaan 17 tahun sebanyak 13 orang, usia 18 berolahraga, sedangkan variabel tahun sebanyak 124 orang, usia 19 dependennya adalah tingkat stres. tahun sebanyak 25 orang, dan usia 20 Instrumen pada penelitian ini tahun sebanyak 2 orang. Sebaran menggunakan Medical Student data berdasarkan tempat tinggal Stressor Questionnaire (MSSQ) didapatkan 82 responden tinggal yang telah dimodifikasi untuk tingkat sendiri dan 84 responden tinggal stres dan kuesioner tentang bersama orang tua. kebiasaan berolahraga. Data dikumpulkan melalui 4.2 Gambaran Kebiasaan kuesioner yang dibagikan kepada Berolahraga Mahasiswa para responden. Sebelumnya Fakultas Kedokteran responden diberikan penjelasan Universitas Riau Angkatan tentang cara pengisian, tujuan dari 2014 kuesioner dan disertai petunjuk pengisian kuesioner. Bedasarkan pada data yang Pengolahan data dilakukan diperoleh dari kuesioner tentang dengan menggunakan program kebiasaan berolahraga yang diisi oleh komputer. Analisis data dibagi 166 responden didapatkan gambaran menjadi dua, yaitu analisis univariat kebiasaan seperti terlihat pada tabel dan analisis bivariat menggunakan 4.1berikut. uji Chi Square. Penelitian ini telah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas 4.3 Gambaran Tingkat Stres
didapatkan bahwa sebagian besar pada Mahasiswa Fakultas subjek penelitian tergolong dalam Kedokteran Universitas kategori tidak rutin berolahraga Riau Angkatan 2014 sebanyak 136 responden (81,93%), sedangkan yang termasuk dalam Berdasarkan data yang kategori rutin berolahraga sebanyak diperoleh dengan menggunakan 30 responden (18,07%). kuesioner medical student stress questionnaire (MSSQ) didapatkan gambaran tingkat stres mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2014 seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres responden
Kategori Frekuensi Persentase (%) Ringan 38 22,89 Sedang 95 57,23 Berat 29 17,47 Sangat Berat 4 2,41 Total 166 100
Tabel 4.2 di atas Stres yang dialami oleh
menunjukkan bahwa frekuensi responden dapat terjadi karena tingkat stres pada mahasiswa adanya stresor. Gambaran stresor Fakultas Kedokteran Universitas yang mendasari terjadinya stres pada Riau angkatan 2014 terbanyak adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran stres sedang yaitu 95 responden Universitas Riau angkatan 2014 (57,23%), sedangkan frekuensi dapat dilihat pada gambar 4.1 tingkat stres paling sedikit yaitu stres berikut. sangat berat sebanyak 4 responden (2,41%).
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
4 Jumlah mahasiswa 140 120 100 80 60 40 20 0 Jumlah mahasiswa
Gambar 4.1 Stresor yang menyebabkan stres pada responden
Gambar 4.1 di atas taraf signifikansi () 0,05 atau
menunjukkan bahwa stresor yang tingkat kepercayaan 95%. Setelah paling banyak menyebabkan stres dilakukan analisis, data yang pada mahasiswa Fakultas diperoleh tidak memenuhi syarat Kedokteran Universitas Riau karena memiliki nilai expected angkatan 2014 adalah stresor terkait kurang dari 5 yaitu 25% dari jumlah akademik dan stresor terkait sel, jadi dilakukan penggabungan sel hubungan belajar-mengajar yaitu pada tingkat stres, yaitu sebanyak 133 responden (80,12%), penggabungan tingkat stres berat sedangkan stresor yang paling sedikit dengan tingkat stres sangat berat menyebabkan stres yaitu stresor menjadi stres berat.9 Hasil uji terkait aktivitas kelompok sebanyak analisis data setelah dilakukan 58 responden (34,94%). penggabungan sel dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. 4.4 Hubungan antara Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2014
Untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres maka dilakukan analisis melalui proses komputerisasi dengan SPSS menggunakan uji chi-square dengan
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
5 Tabel 4.3 Hasil uji statistik hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres setelah dilakukan penggabungan sel Tingkat Stres Olahraga Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat p N % N % N % N % Rutin 12 31,6 14 14,7 4 12,1 30 18,1 0,045 Tidak rutin 26 68,4 81 85,3 29 87,9 136 81,9 Total 38 100 95 100 33 100 166 100
Setelah dilakukan Olahraga rutin
penggabungan sel kemudian memiliki banyak manfaat bagi tubuh dilakukan uji chi-square, didapatkan seperti mencegah penyakit, menjaga nilai P value = 0,045 (p<0,05) yang berat badan, dan menurunkan stres. berarti terdapat hubungan yang Seseorang yang berolahraga akan bermakna antara kebiasaan terlihat lebih rileks dan ceria karena berolahraga dengan tingkat stres ketika berolahraga tubuh pada mahasiswa Fakultas menghasilkan hormon endorfin yang Kedokteran Universitas Riau memicu rasa senang dan nyaman angkatan 2014. dalam tubuh. Hormon ini juga memiliki efek melawan hormon stres PEMBAHASAN yaitu kortisol. Sehingga seseorang yang rutin berolahraga lebih tahan 5.1 Gambaran Kebiasaan terhadap stres baik fisik maupun Berolahraga Mahasiswa emosional.11 Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 5.2 Gambaran Tingkat Stres 2014 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Berdasarkan tabel 4.1 Riau Angkatan 2014 didapatkan bahwa sebagian besar subjek penelitian tergolong dalam Hasil penelitian ini kategori tidak rutin berolahraga menunjukkan gambaran tingkat stres sebanyak 136 responden (81,93%), mahasiswa Fakultas Kedokteran sedangkan yang termasuk dalam Universitas Riau angkatan 2014 yang kategori rutin berolahraga sebanyak terbanyak yaitu tingkat stres sedang 30 responden (18,07%). Hal ini dapat sebanyak 95 responden (57,23%), disebabkan karena mahasiswa sedangkan yang paling sedikit adalah kedokteran memiliki jadwal yang stres sangat berat yaitu 4 responden padat untuk belajar dan hanya (0,41%). Data tersebut menunjukkan memiliki sedikit waktu luang.14 bahwa tingkat stres pada mahasiswa Peneliti tidak menemukan penelitian Fakultas Kedokteran Universitas yang sama terhadap mahasiswa Riau angkatan 2014, yang kedokteran. Penelitian ini sesuai merupakan mahasiswa tahun dengan penelitian Karlina (2011) pertama, cukup tinggi. Hal ini dapat yang mengatakan 54,4% mahasiswa terjadi karena mahasiswa tahun tingkat persiapan bersama di Institut pertama harus mengalami proses Pertanian Bogor memiliki kebiasaan adaptasi terhadap lingkungan belajar berolahraga yang buruk.10 yang baru, mempertahankan prestasi
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
6 akademik, dan juga keadaan tempat 133 responden (80,12%). Hal ini tinggal yang berbeda dari didapat dengan menghilangkan sebelumnya.2 Sesuai dengan jumlah stres ringan pada responden penelitian Suganda (2014) yang di setiap stresor. Menurut Yusof mengatakan bahwa mahasiwa tahun (2010), stres ringan dapat dikatakan pertama di Fakultas Kedokteran sebagai keadaan tidak stres karena Universitas Sumatera Utara memiliki tidak menimbulkan efek berbahaya tingkat stres yang cukup tinggi, dan atau dapat diatasi oleh tubuh.8 tingkat stres terbanyak pada tingkat Berdasarkan hasil penelitian stres sedang yaitu 86,5%.12 menunjukkan bahwa stresor terkait Respon terhadap stres yang akademik dan stresor terkait diberikan setiap individu berbeda- hubungan belajar-mengajar menjadi beda. Hal ini disebabkan oleh stresor yang paling banyak berbagai faktor seperti faktor menyebabkan stres pada responden. kepribadian, karakteristik stresor dan Hal ini dapat disebabkan karena kemampuan adaptasi individu perbedaan sistem belajar yang baru terhadap stres atau strategi koping ditemukan oleh mahasiswa tingkat terhadap stres yang dihadapi.13 pertama di Fakultas Kedokteran. Faktor kepribadian sangat Penelitian ini sesuai dengan berpengaruh terhadap bagaimana penelitian Sharif et al (2007) yang seseorang mengolah stresor sehingga mengatakan bahwa stres akademik menimbulkan dampak stres yang merupakan penyebab terbanyak berbeda.7 kejadian stres pada mahasiswa Kemampuan adaptasi dan kedokteran tingkat pertama. Hal ini strategi koping mahasiswa juga dikaitkan dengan proses adaptasi dan berperan dalam respon tubuh kesulitan dalam menghadapi ujian terhadap stres, seseorang yang serta sedikitnya waktu untuk kurang baik dalam hal adaptasi atau persiapan diri menghadapi ujian.14 mengkoping stres maka stres tidak Stresor lain yang dapat dapat teratasi secara keseluruhan menyebabkan stres pada responden sehingga menimbulkan dampak yang paling banyak yaitu stresor negatif dari stres.13 Dampak negatif terkait hubungan belajar-mengajar. dari stres terhadap mahasiswa dapat Berdasarkan jawaban kuesioner, stres berupa penurunan konsentrasi dan ini terjadi karena banyaknya materi pemusatan perhatian selama kuliah, pelajaran yang harus dipelajari, penurunan minat, demotivasi diri kurangnya feedback yang diberikan bahkan dapat menimbulkan perilaku dosen, kualitas dosen yang mengajar, kurang baik seperti sengaja terlambat serta banyaknya tugas yang datang ketika kuliah, minum alkohol, diberikan dosen. Sesuai dengan merokok dan sebagainya.2,3 penelitian Al-Dabal et al (2010) di Hasil penelitian ini juga Arab Saudi yang mengatakan bahwa menunjukkan stresor yang dapat metode mengajar dan lingkungan menyebabkan stres paling banyak belajar merupakan salah satu pada mahasiswa Fakultas penyebab stres bagi mahasiswa Kedokteran Universitas Riau kedokteran.15 angkatan 2014 adalah stresor terkait akademik dan stresor terkait hubungan belajar-mengajar sebanyak
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
7 5.3 Hubungan Kebiasaan neurotransmiter seperti serotonin dan Berolahraga dengan dopamin. Rendahnya kadar Tingkat Stres pada neurotransmiter ini sering dikaitkan Mahasiswa Fakultas pada kejadian gangguan mood dan Kedokteran Universitas depresi.20 Riau angkatan 2014 Mood atau suasana hati merupakan suatu kondisi emosional Pada penelitian ini yang subyektif dan kurang spesifik didapatkan hasil nilai P value = pada setiap individu yang 0,045 (p<0,05), yang menunjukkan dipengaruhi oleh stimulus tertentu, bahwa terdapat hubungan yang baik positif maupun negatif. bermakna antara kebiasaan Gangguan mood jangka pendek berolahraga dengan tingkat stres dapat terjadi dari hitungan jam pada mahasiswa Fakultas hingga hari berupa neurotisisme Kedokteran Universitas Riau tertentu, takut, marah dan angkatan 2014. Hal ini sesuai dengan sebagainya, sedangkan gangguan teori yang mengatakan bahwa mood jangka panjang berupa depresi olahraga rutin dapat menurunkan dan gangguan bipolar.21 stres. Hasil penelitian ini juga sesuai Stres dapat memicu gangguan dengan penelitian Strohle (2007) di mood pada individu. Namun, tidak Jerman yang mengatakan bahwa semua individu yang dihadapkan adanya penurunan kejadian depresi stresor yang sama akan mengalami pada remaja yang melakukan gangguan mood.21 Menurut Rasmun olahraga secara rutin.18 Hal ini juga (2004) respon stres terhadap individu sesuai dengan penelitian Akandere berbeda-beda tergantung pada dan Tekin (2002) yang mengatakan beberapa hal, yaitu kemampuan bahwa terdapat hubungan yang individu mempersepsikan stresor, bersifat inversi antara olahraga intensitas stresor yang dialami, dengan tingkat kecemasan, yang jumlah stresor yang dihadapi dalam berarti olahraga dapat menurunkan waktu yang sama, lamanya paparan stres yang dapat menimbulkan stresor terhadap individu, kecemasan dan depresi.18,19 pengalaman masa lalu terhadap Olahraga bermanfaat untuk stresor yang sama, dan tingkat menurunkan stres. Hal ini terkait perkembangan individu.13 dengan penurunan hormon-hormon Banyak dampak negatif yang stres saat berolahraga. Olahraga rutin dapat ditimbulkan oleh stres apabila dapat menurunkan kadar hormon tidak ditangani dengan baik. Oleh epinefrin dan kortisol. Hormon- karena itu, perlu strategi khusus hormon tersebut yang disebut juga untuk menanggulangi efek negatif sebagai hormon stres akan terhadap stres, salah satunya dengan meningkat saat tubuh menghadapi rutin berolahraga.13,16 suatu stresor. Saat seseorang berolahraga maka tubuh akan SIMPULAN DAN SARAN memproduksi beta-endorfin yang memiliki efek memperbaiki suasana Berdasarkan hasil penelitian, hati sekaligus menurunkan hormon maka dapat disimpulkan: kortisol dalam tubuh.17,22 Olahraga 1. Kebiasaan berolahraga pada juga memicu pelepasan mahasiswa Fakultas Kedokteran
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
8 Universitas Riau angkatan 2014 Fakultas Universitas Riau, dr. Eka yang terbanyak adalah tidak rutin Bebasari, S.Ked., M.Sc dan dr. Elda berolahraga sebanyak 81,93%. Nazriati, S.Ked., M.Bmd., Dr.Ked 2. Tingkat stres pada mahasiswa selaku Pembimbing, dr. Miftah Fakultas Kedokteran Universitas Azrin, S.Ked., Sp.K.Or dan dr. Riau angkatan 2014 yang Firdaus, S.Ked., M.Med. Ed selaku terbanyak adalah tingkat stres dosen penguji, beserta dr. Fauzia sedang sebanyak 57,23%. Stresor Andrini, S.Ked., M.Bmd selaku terbanyak yang dapat supervisi yang telah memberikan menyebabkan stres pada waktu, pikiran, bimbingan, ilmu, mahasiswa Fakultas Kedokteran motivasi dan dorongan kepada Universitas Riau adalah stresor penulis selama penyusunan skripsi terkait akademik dan stresor sehingga skripsi ini dapat terkait hubungan belajar diselesaikan. sebanyak 80,22%. 3. Hasil uji statistik mengatakan DAFTAR PUSTAKA bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan 1. Purwati S. Tingkat stres berolahraga dengan tingkat stres akademik pada mahasiswa dengan nilai p=0,045. reguler angkatan 2010 Berdasarkan hasil penelitian, Fakultas Ilmu Keperawatan saran yang dapat penulis berikan Universitas Indonesia adalah sebagai berikut: [Skripsi]. Depok: Fakultas 1. Diharapkan agar mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Universitas Indonesia; 2012. Riau dapat melaksanakan 2. Moffat KJ, McConnachiel A, rutinitas olahraga minimal 3 kali Ross S, Morrison JM. First seminggu dengan durasi lebih year medical student stress dari 30 menit dalam setiap and coping in a problem- olahraga untuk menjaga based learning medical kesehatan jasmani sekaligus curriculum. Medical rohani dan juga diharapkan dapat Education. 2004; (38): 482- memanajemen stresor yang 91. dihadapi sehingga terhindar dari 3. Abdulghani HM. Stress and stres yang merugikan yang dapat depression among medical menimbulkan penyakit psikiatri students: a cross sectional seperti depresi. study at Medical College in 2. Kepada peneliti lain diharapkan Saudi Arabia. Pakistan dapat meneliti lebih lanjut Journal Medical Science. tentang faktor-faktor yang 2008; (24): 12-7. mempengaruhi tingkat stres 4. Lisa R. Hubungan tipe selain kebiasaan berolahraga, kepribadian dengan tingkat baik yang meringankan maupun stres pada mahasiswa memperberat tingkat stres. Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan UCAPAN TERIMA KASIH 2011 [Skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Penulis mengucapkan terima Universitas Riau; 2012. kasih dan penghargaan kepada pihak
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
9 5. Hawari D. Manajemen stres, Fakultas Kedokteran cemas dan depresi. Jakarta: Universitas Sumatera Utara Balai Penerbit FK UI; 2008. angkatan 2013. [Skripsi]. 6. Greenwood BN, Fleshner M. Medan: Fakultas Kedokteran Exercise, learned, Universitas Sumatera Utara; helplessness and the stress- 2014. resistant brain. 13. Rasmun. Stres, koping dan Neuromolecular Medicine. adaptasi. Jakarta: Sagung 2008: (10): 81-98. Seto; 2004. 7. Sriati A. Tinjauan tentang 14. Sharif S, Kamil EA, Mansour stres. Jatinangor. Universitas A. Stres and coping strategies Padjadjaran Fakultas Ilmu among medical students in Keperawatan: Petunjuk Basrah. Medical Journal of Keperawatan Jiwa; 2008. Basrah University. 2007: 8. Yusoff MS, Rahim AF. The (25); 28-32. medical student stressor 15. Al-Dabal BK, Koura MR, questionnaire (MSSQ) Rasheed P, Al-Sowielem L, manual. Kelantan: KKMED; Makki SM. A comparative 2010. study of perceived stress 9. Dahlan MS. Statistik untuk among female medical and kedokteran dan kesehatan. non-medical university Edisi 5. Jakarta: Salemba students in Dammam, Saudi Medika; 2010. Arabia. SQU Medical 10. Karlina. Hubungan konsumsi Journal. 2010; (10): 231-40. susu dan kebiasaan 16. Gunarya A, Tamar M, Ibnu berolahraga dengan status IF. Bersahabat dengan stres. gizi dan densitas tulang Makasar. Universitas remaja di asrama tingkat Hasanudin. 2011; Available persiapan bersama (TPB) from: Institut Pertanian Bogor http://repository.unhas.ac.id/b (IPB). [Skripsi]. Bogor: itstream/123456789/34/1/10 Fakultas Ekologi Manusia %20MD%2010%20%20Bers Institut Pertanian Bogor; ahabat 2011. %20dengan%20stress.pdf 11. Suryanto. Peranan olahraga [diakses pada 27 Januari dalam mengurangi stress. 2015]. Yogyakarta. Universitas 17. Sundari J. Hubungan antara Negeri Yogyakarta. 2011; tingkat stres dan intensitas Available from: olahraga pada mahasiswa http://staff.uny.ac.id/sites/def reguler 2008 Fakultas ault/files/131808680/4.%20P Matematika dan Ilmu eranan%20Olahraga%20Dala Pengetahuan Alam m%20Mengurangi%20Stres Universitas Indonesia. %20%28%20WUNY,%20Me [Skripsi]. Depok: Fakultas i%202011%20%20%29.pdf Ilmu Keperawatan [diakses 27 januari 2015]. Universitas Indonesia; 2012. 12. Suganda. Tingkat stress pada mahasiswa tahun pertama
JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015
10 18. Strohle A, Hofler M, Plister H. Physical activity and prevalence and incidence of mental disorders in adolescents and young adults. Psychology Medicine. 2007; 37(11): 1657-66. 19. Akandere M, Tekin A. The effect of physical exercise on anxiety. Sport Journal. United States Sports Academy. 2002. 20. Salmon P. Effects of physical exercise on anxiety, depression, and sensitivity to stress. Clinical Psychology Review. 2001; 21(1): 33-61. 21. Kaplan HI, Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadocks synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 10th ed. Grebb JA. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. 22. Young SN. How to increase serotonin in the human brain without drugs. Journal Psychiatry Neuroscience. 2007; 32(6): 394-9.