Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN PENGANGGURAN

Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang
menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak
mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. I.

JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja
kurang dari 35 jam selama seminggu.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak
ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan, seperti : Akibat permintaan berkurang Akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi Akibat kebijakan pemerintah
Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran
yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari
kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat
pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:


Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih


besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya
sangat jarang terjadi.
Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang Kebutuhan jumlah dan
jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum
tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan
yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian
tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam
seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang Jumlah angkatan
kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah
ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP


PEREKONOMIAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu
mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara Tujuan akhir pembangunan
ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang
dijelaskan di bawah ini: Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih
rendah. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan
kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun.
Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun. Pengangguran tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya
beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian
tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat Berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan
terhadap masyarakat pada umumnya: Pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan Pengangguran akan
menimbulkan ketidakstabilan social politik.

PROSENTASE PENGANGGURAN di INDONESIA

Tahun ini, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta akan mengentaskan 20.000 pengangguran.Ini


merupakan peningkatan dari tahun lalu, yang baru bisa mengentaskan 18.000 orang.Langkah
yang akan dilakukan dengan cara perintisan kerja sama antar instansi.Masalah pengangguran
semakin kompleks dan tak hanya dihadapi generasi muda.Banyak orang tua yang harus
kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja.Faktor tingginya jumlah pengangguran,
menurut Paku Alam, karena banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal. "Begitu
kehilangan pekerjaan di sektor formal,mereka menjadi kelabakan dan tidak bisa menciptakan

pekerjaan sendiri," ujarnya.Angka pengangguran di Indonesia diperkirakan mencapai 20


juta orang atau hampir 15% jumlah angkatan kerja nasional.Angka ini diproyeksikan
akan terus meningkat jika tidak ada langkah signifikan untuk mengatasinya.Jika kita
amati seksama,kisruh penerimaan calon pegawai menjadi sipil (CPNS) yang beberapa
tahun lalu mewarnai media cetak dan elektronik cukup memperhatinkan kita.Dengan
munculnya KKN kerap menjadi alasan utama mereka melakukan protes.Mereka
menganggap pemerintah tidak konsisten dan adil serta masih menetapkan pola-pola lama
dalam seleksi CPNS.Di luar itu semua sebenarnya ada persoalan yang selama ini belum
kita kerjakan secara serius yaitu masalah penganggguran.Orang berduyun-duyun dan
berdesak-desakan melamar PNS adalah bukti konkret bagaimana pengangguran di
Indonesia semakin nyataPekerjaan seakan seperti nyawa dalam kehidupan.Karena itu
bekerja kemudian dianggap sebagai eksistensi manusia dalam masyarakat.

Terungkap dari berbagai jajak pendapat yang dilakukan Kompas semenjak tahun
1999 hingga kini.Semakin besarnya tingkat kekhawatiran yang diekspresikan publik ini
sekaligus kian menipiskan sikap optimisme mereka terhadap upaya pemerintah dalam
mengatasi persoalan lain, mereka merasa tidak yakin akan niat dan kemampuan
pemerintah dalam mengatasi persoalan lapangan kerja di negeri ini.Lebih spesifik lagi,
penganggur berpendidikan tinggi tersebut ternyata didominasi oleh sarjana dari beberapa
cabang utama ilmu-ilmu sosial. Sedikit banyak, kondisi ini sebenarnya juga dipengaruhi
oleh cara pandang sebagian masyarakat kita sendiri terhadap output sebuah sistem
pendidikan tinggi. Fenomena penganggur bergelar sarjana berpotensi untuk memicu
penilaian masyarakat luas bahwa intelektualitas kesarjanaan belum terlalu dibutuhkan
oleh pasar tenaga kerja di Indonesia.

Apalagi biaya pendidikan tinggi di Indonesia ternyata masih tergolong mahal, bahkan
makin lama makin tidak terjangkau.Bisa-bisa masyarakat kita makin menempatkan
pendidikan, khususnya pendidikan tinggi sebagai prioritas terakhir dalam kebutuhan
hidup di era persaingan tanpa batas ini,Buat apa mengenyam pendidikan tinggi, kalau
ujung-ujungnya hanya menjadi pengangguran?
. Dari sisi karakteristik konsumen pendidikan misalnya.Masih ada konsumen produk
pendidikan yang berkuliah hanya demi memiliki gelar sarjana dalam waktu cepat dengan
biaya tidak terlalu besar.Jumlahnya konsumen seperti ini masih sangat besar, bahkan
hingga hari ini.

CARA MENGATASI PENGANGGURAN


Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja Segera memindahkan kelebihan
tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector
ekonomi yang kekurangan
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara
sbb:
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai
bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector
agraris dan sector formal lainnya
Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.

Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
Cara mengatasi Pengangguran Siklus Untuk mengatasi pengangguran jenis ini
adalah
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
Meningkatkan daya beli Masyarakat.

Solusi mengurangi pengangguran

Ada beragam alasan yang mendorong rasa kekhawatiran mereka.

Pertama: berkaitan dengan semakin banyaknya kasus-kasus pemutusan


hubungan kerja yang ada di sekeliling mereka.Sebagai gambaran, hasil jajak
pendapat ini mengungkap tidak kurang dari 32 persen responden mengaku,
dalam keluarga besar mereka sudah ada yang menjadi korban pemutusan
hubungan kerja semenjak krisis ekonomi bergulir.Proporsi tersebut semakin
diperkuat pula oleh pengakuan 32 persen responden berstatus sebagai pekerja,
yang mengungkapkan bahwa selama krisis ini kantor tempat mereka bekerja
sudah pernah melakukan pemutusan hubungan kerja.
Kedua:kekhawatiran muncul oleh karena semakin gencarnya pemberitaan
akhir-akhir ini yang mengungkapkan ancaman gelombang pemutusan kerja di
beberapa tempat usaha.Kasus-kasus pemutusan hubungan kerja yang akhir-
akhir ini mengancam di beberapa pabrik sepatu, misalnya, tidak kurang turut
menjadi sumber kekhawatiran mereka.Hal yang sama juga mereka tunjukkan
berkaitan dengan kepulangan ribuan tenaga kerja ilegal Indonesia dari
Malaysia.Berbagai kasus yang datang secara beruntun tersebut mau tidakmau
membayangi pemikiran mereka dan sekaligus meningkatkan rasa was-was
mereka akan kemungkinan yang sama terjadi pada tempat usaha.

Untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran di atas,setidaknya


kita perlu memperhatikan beberapa hal;

Pertama, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat

Kedua, melakukan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

Ketiga, peningkatan pelayanan bagi penduduk miskin,terutama masyarakat terpencil.

Keempat, peningkatan kualitas SDM dengan membuka akses pendidikan seluas-


luasnya bagi masyarakat agar mampu mengelola SDA yang ada.

Kelima, membuka akses ekonomi secara luas baik di tingkat regional maupun global.

Ada dua hal mendasar lain yang perlu segera dilakukan saat ini.

Pertama: sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang


selama ini menjadi kebijakan untuk mengatasi pengangguran,seperti kebijakan
revitalisasi pertanian,pedesaan,perikanan,dan kelautan.Langkah ini sudah tepat, namun
butuh tindakan nyata dan penjiwaan dari para anggota kabinet agar kebijakan ini benar-
benar dapat diserap oleh angkatan kerja.

Tetapi, tindakan nyata melalui barometer PDCA (Plan-Do-Check-Act) dan penjiwaan


dengan dasar GAIP (Goal-Action-Improvement- Persistence) maka kebijakan itu hanya
sebatas dekorasi semata, seperti ungkapan:Jauh panggang dari api.
Kedua:revitalisasi keterlibatan (involvement) perguruan tinggi pada ranah
orientasi.Artinya,perguruan tinggi saat ini dituntut mampu mengubah orientasi peserta
didik dari pencari kerja menjadi pencipta kerja.Karena itu penambahan pendidikan dan
kuliah perlu di tambah.
Ada tiga fenomena ketenagakerjaan dalam satu semester terakhir yang menunjukkkan
masalah pengangguran di Tanah Air yang sangat membutuhkan perhatian ekstra dan
solusi segera. Pertama, sekitar lima bulan lalu kita dikejutkan oleh fenomena Nunukan.
Tidak kurang dari 450 ribu tenaga kerja Indonesia, yang diistilahkan pendatang haram
oleh pemerintah Malaysia, dideportasi dari negeri jiran itu.

Walaupun begitu, derasnya kunjungan penjabat ke Nunukan ternyata bukan


jaminan masalah tenaga kerja ilegal itu selesai, dalam arti para pencari kerja di negara itu
dapat kembali bekerja ke tempat semula. Sebaliknya, sebagian besar mereka terpaksa
harus kembali pulang kampung atau mencari kerja di dalam negeri yang notabene sudah
semakin sempit lahan dan kesempatan kerjanya.

Kedua, peristiwa korban bom Bali yang menambah panjang barisan pengangggur
di Tanah Air. Tidak kurang dari 150 ribu calon penganggur baru, yang merupakan pekerja
di industri wisata adalah salah satu dampak ekonomi negatif dari peristiwa tersebut.
Ketiga, di pengujung November 2002 kita dihentakkan oleh keinginan salah satu raksasa
industri asing di Indonesia, PT Sony Electronics Indonesia, yang menyebabkan tidak
kurang dari 1.100 orang terpaksa akan dipecat. Sebelumnya telah hengkang pula
beberapa raksasa industri asing seperti Aiwa Korea dan Nike Internasional yang
berdampak ribuan karyawan kehilangan pekerjaan.

Tidak mengherankan kalau Direktur Pengembangan dan Perluasan Kerja


Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan bahwa prospek perluasan
lapangan kerja 2003 diperkirakan tetap suram. Bahkan ditaksir puncak ledakan
pengangguran terjadi pada 2004.

Dengan pertumbuhan ekonomi hanya 3,3 persen pada 2002, 3 persen pada 2003
dan 2004, Centre for Labor and Development Studies (CLDS) memperkirakan total
penganggur menjadi 40,1 persen atau 42 juta pada 2002. 41,2 persen atau 43,6 juta pada
2003 dan 42,5 persen atau 45,2 juta pada 2004

CARA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PENGANGGURAN


Istilah dari Sistim Ekonomi Kapitalis yang memisahkan antara para pengelola Ekonomi
yang bermodal besar dan yang bermodal kecil,sehingga penanganannya pun di bedakan
antara keduanya.Pengelola Ekonomi Makro itu terdiri dari para kapitalis yang menguasai
Industri-industri besar dan di fasilitasi oleh negara dengan bantuan Modal besar dari
Bank dan pelayanannya pun dipernudah oleh Pemerintah dan Bank.

Sedangkan Pengelola ekonomi Mikro yang kebanyakan masyarakat kecil dengan modal
kecil dan cara mendapatkan modalnya-pun terbatas walaupun sama-sama dapat fasilitas
dari Bank,tertapi jumlah uang yang dapat dipinjam itu kecil sehingga peluang untuk
merampok bank itu juga tidak ada karena pengawasannya juga ketat,terlambat membayar
itu sudah di nilai kondite nya jelek dan di persulit oleh Bank untuk meminjam
lagi,apalagi kalau sampai tidak bisa membayar langsung di eksekusi,asetnya di
sita.sehingga para pengelola ekonomi makro itu akhirnya terjerat uang riba kepada Lintah
darat hanya untuk menutupi ke Bank.Dalam hal ini Negara tidak mau peduli dan tidak
ada perlindungan seperti halnya kepada para pengelola Ekonomi Makro yang jelas-jelas
merampok dan selalu bermasalah tetapi selalu mendapat perlindungan dari negara yang
beridiologi kapitalis tersebut seperti halnya di Indonesia.

Oleh karena itu Para pengelola ekonomi mikro tersebut tidak menimbulkan Krisis yg
berdampak sistemik kepada negara atau dunia,karena memang tidak ada ketergantungan
besar kepada Bank,dan tidak ada peluang untuk melarikan aset negara karena mayoritas
pengelola nya adalah rakyat pribumi yang tidak punya perusahaan di luar negri.Negara
pun tidak di rugikan sebab kebanyakan para pengelola ekonomi makro itu sifatnya
Mandiri dan cukup dengan modal kecil(!00 ribuan) juga jadi.(lihat Krisis Ekonomi th
1997 semua pengusaha kecil itu dapat bertahan).

Inilah bentuk Ekonomi yang real yang dapat mengatasi masalah pengangguran,hanya saja
Pemerintah selalu berlaku diskriminasi dan menghancurkan para pengelola ekonomi
Mikro tersebut,alias tidak ada keberpihakan kepada mereka(Kami),lihat saja pasar
tradisional yang selalu di kepung oleh Supermarket dan Mall,ini adalah salah satu bentuk
ketidak berpihakannya Pemerintah kepada rakyat kecil sehingga bebas memberi surat
perijinan kepada para Pemilik Modal besar untuk bersaing dengan rakyat yg ekonominya
lemah.Bahkan saat ini Pemerintah membuka Kran Perdagangan Bebas dengan negara
Cina yang Produk-produknya lebih murah di banding dengan produk Lokal,artinya ini
secara Kasat mata negara membunuh perekonomian rakyatnya sendiri dengan alasan
yang di rasionalkan supaya ada persaingan,ini jelas bentuk ketidak adilan kepada rakyat
pengusaha kecil,ibarat becak dengan motor BMW secara fhsikologis itu jelas sudah kalah
duluan sebelum bertanding.

Sempurnalah sudah keberpihakan Negara kapitalis ini kepada Asing,dari dalam negara
dirampok oleh para Bankir dan Pengusaha yang berstatus WNI keturunan Cina
sedangkan bebannya di pikul oleh Rakyat semua melalui kenaikan kebutuhan pokok
penggenjotan Pajak,dari Luar Negara di ludesi oleh para kapitalis Asing sumber daya
alamnya,dan perekonomian rakyat nya di hancurkan oleh Pemerintah sendiri melalui
Perdagangan Bebas dengan Cina DLL.

Oleh sebab itu cara mengatasi pengangguran tidak bisa di ukur oleh Ekonomi makro dan
Mikro sebab itu semuanya adalah cara Pandang Kapitalis,tapi yang benar adalah Sistem
yang saat ini dijalankan itu harus di rubah total menjadi Sistim Syariat Islam yang
memiliki keberpihakan kepada semua warga negara secara adil baik yang kaya atau yang
miskin,dan mensejahterakan rakyat secara maksimal karena itu adalah kewajiban Negara
dan Pemimpin yang bertanggung jawab di hadapan ALLAH SWT kelak.

TigaTugas Pemerintah

Ada tiga tugas pemerintah yang berkaitan dengan upaya menghidupkan kembali
investasi dalam rangka menyediakan lapangan kerja baru yang sebanyak-banyaknya bagi
puluhan juta pencari kerja domestik. Pertama, menggairahkan kembali investasi swasta
(baik asing atau domestik) melalui kebijakan-kebijakan berikut:

1) Meningkatkan kapasitas administrasi institusi birokrasi dengan langkah:


membernaskan koordinasi manajemen antar departemen dan intradepartemen di
pemerintahan. Ketiadaan koordinasi yang menyebabkan para pelaku bisnis memandang
tidak adanya kepastian usaha, karena sebagaimana yang kita ketahui dalam melakukan
investasi dan bisnisnya, seorang investor akan berhubungan dengan lintas departemen,
kalau antar departemen melahirkan peraturan yang tidak saling sinkron bahkan saling
bertolak belakang tentu ini akan merugikan mereka.

2) Bersungguh-sungguh memberantas korupsi dan transaction cost, drama


tentang likuiditas pansus Bulog gate II beberapa waktu lalu adalah sinyal buruk tentang
tiadanya kesungguhan itu. Begitu juga dalam menegakkan rasa aman berusaha termasuk
mengatasi masalah konflik industrial antara perusahaan dan pekerja, konflik sosial antara
perusahaan dan penduduk lokal maupun antara perusahaan dan pemerintah daerah.

3) Pemberantasan penyelundupan dan pemberian insentif ekonomi berupa


penghapusan pajak penjualan barang mewah (PPn-BM) dan tax holiday.

Karena bersifat reformasi struktural dan institusional, tugas pertama pemerintah di


atas akan membutuhkan waktu cukup panjang, padahal masalah pengangguran sangat
mendesak untuk diatasi. Karena itu, sebelum kondisi iklim investasi swasta pulih,
pemerintah berkewajiban menyediakan lapangan kerja itu melalui investasi
pemerintah.

Ide awal tentang investasi pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja lahir
dari solusi Keynes untuk mengatasi pengangguran yang masif di era Great Depression
pada 1936-an di Eropa dan Amerika. Logikanya sederhana, jika pengeluaran modal
(investasi) sektor swasta tidak mencukupi, yang menyebabkan sempitnya kesempatan
kerja, maka mengapa tidak pemerintah saja yang melakukan pengeluaran-pengeluaran
modal yang diperlukan.

Artinya, pemerintah melalui government spending (pengeluarannya)


memprioritaskan pembelian barang modal dalam pembangunan jalan-jalan raya,
jembatan, irigasi, bendungan, prasarana pasar, sekolah-sekolah atau pembangunan
infrastruktur lain yang dalam jangka pendek mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah
banyak (proyek pembangunan yang bersifat padat karya).

Pertanyaan kemudian, dari mana dananya? Bukankah anggaran negara terbatas?


Pertanyaan ini mudah dijawab bila ada political will dalam arti bahwa kita semua,
khususnya pihak eksekutif (pemerintah) dan legislatif (DPR), sepakat bahwa masalah
pengangguran yang masif adalah masalah ekonomi makro yang menempati prioritas
pertama untuk diselesaikan.
Political will inilah yang akan memberikan motivasi kuat kepada pemerintah
untuk menggeser pengeluarannya untuk pembayaran utang ke sektor-sektor
pembangunan yang padat karya seperti yang telah dikemukakan di atas. Untuk ini
memang ada konsekuensinya: pemerintah harus mampu melobi urgensi kebijakan ini
pada pihak-pihak eksternal yang diduga akan keberatan dengan kebijakan itu.

PENGANGGURAN SARJANA

Dengarlah uraian Dekan Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Dr Andreas Lako


mengungkapkan, setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi tingginya pengangguran
mahasiswa.

Pertama adalah faktor eksternal, yaitu menyempitnya lapangan kerja yang ada,
pesatnya lulusan PT tidak diimbangi dengan permintaan dari dunia usaha.

Kedua dari PT, kebanyakan PT tidak mempersiapkan para lulusan untuk memiliki
kompetensi yang memadai dan menjadikan mahasiswa mandiri.

Dan, yang terakhir adalah faktor internal, yaitu dari sarjana itu sendiri, ketika kuliah
mereka justru tidak memanfaatkan waktu untuk mengambil ilmu semaksimal mungkin.
UPAYA PEMERINTAH
MENGATASI PENGANGGURAN

GURU PEMBIMBING :
BU. RETNO R.

KELAS VIII C

NAMA KELOMPOK :
1. GANDAZETA WIKANDANA(23)
2. DENI EKO PRASETYO (08)
3. FAJAR BAYU PRIAMBODO (20)

SMPN 1 SUMBERGEMPOL
TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2009/2010

Anda mungkin juga menyukai