. Karsinoma Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan
di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau
pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel.
Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-
ubah tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi
faktor lain maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak
normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang
terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan
berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun
waktu 10-15 tahun. (Kasdu.D.2005).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan yang tumbuh
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara.
Epidemiologi
The American Cancer Society memperkirakan hampir 1,4 juta kasus baru
kanker payudara invasif pada tahun 2008. Selama 25 tahun terakhir, tingkat
insidensi kanker payudara telah meningkat secara global, dengan tingkat tertinggi di
negara-negara barat. Selain kanker payudara invasif, 62.280 kasus baru pada kanker
payudara in situ terjadi di kalangan wanita di tahun 2009. Sekitar 85% di antaranya
karsinoma duktal in situ (DCIS). (Swart, 2010)
Etiologi
Perkiraan Resiko
Faktor Resiko
Relatif
Riwayat Keluarga >5
- Relatif dua atau lebih (ibu, saudara kandung) >2
- Relatif satu tingkat pertama >2
- Riwayat keluarga perempuan dengan kanker
ovarium usia >50th
Riwayat Pribadi 34
- Riwayat pribadi >4
- Mutasi BRCA1/BRCA2 positif 45
- Biopsi payudara dengan hyperplasia atipikal 81
- Biopsi payudara dengan LCIS atau DCIS
Riwayat Reproduksi 2
- Menarche usia dini (>12 tahun) 1,5 2
- Menopouse terlambat 2
- Usia kehamilan pertama cukup tua (>30 1,5 2
tahun) / nulliparitas 1,25
- Penggunaan kombinasi esterogen/
progesterone
- Sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi
oral
2.2.4 Morfologi
Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri daripada kanan.
Pada sekitar 4% pasien ditemukan tumor bilateral atau tumor sekuensial di payudara
yang sama. Lokasi tumor di dalam payudara adalah sebagai berikut:
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktus in situ (DCIS; karsinoma intraduktus)
2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
B. Invasif (infiltratif)
1. Karsinoma duktus invasif (not otherwise specified;NOS; tidak dirinci
lebih lanjut)
2. Karsinoma lobulus invasif
3. Karsinoma medularis
4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)
5. Karsinoma tubulus
6. Tipe lain
Karsinoma lobulus invasif terdiri atas sel yang secara morfologis identik
dengan sel pada LCIS. Pada dua pertiga kasus ditemukan LCIS di sekitar tumor. Sel-
sel secara sendiri-sendiri menginvasi stroma dan sering tersusun membentuk
rangkaian. Kadang-kadang sel tersebut mengelilingi asinus atau duktus yang tampak
normal atau karsinomatosa, menciptakan apa yang disebut sebagai mata sapi (bulls
eye). Meskipun sebagian besar tumor bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba
atau densitas pada mamografi, sebagian mungkin memiliki pola invasi difus tanpa
respons desmoplastik serta secara klinis tersamar.
Karsinoma medular adalah subtipe karsinoma yang jarang dan membentuk
sekitar 2% kasus. Kanker ini terdiri atas lembaran sel besar anaplastik dengan tepi
berbatas tegas. Secara klinis, tumor ini mungkin di sangka fibroadenoma. Selalu
terdapat infiltrat limfoplasmasitik yang mencolok. DCIS biasanya minimal atau tidak
ada.
Gambaran umum bagi semua kanker invasif. Pada semua bentuk kanker
payudara yang dibahas di atas, perkembangan penyakit menyebabkan terbentuknya
gambaran morfologik lokal tertentu. Gambaran ini mencakup kecenderungan untuk
melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam di dinding dada sehingga terjadi fiksasi
lesi, serta melekat ke kulit di atasnya, yang menyebabkan retraksi dan cekungan kulit
atau puting payudara. Yang terakhir adalah tanda penting, karena mungkin merupakan
indikasi awal adanya lesi, yang dilihat sendiri oleh pasien saat melakukan
pemeriksaan tubuh sendiri. Keterlibatan jalur limfatik dapat meneybabkan limfedema
lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami penebalan di sekitar folikel rambut, suatu
keadaan yang di kenal sebagai peau dorange (kulit jeruk).
kanker
2.2.6 Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan
pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit,
antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin
dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan
pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan
keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda
radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).
b. Pemeriksaan Tambahan :
1. Mamografi payudara
2. CT pada payudara
5. Skrining tulang
6. Duktografi (galaktografi) adalah suatu tipe dari pencitraan mammografi yang
dibuat kontras untuk memperlihatkan saluran susu yangf ada dalam payudara.
b. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Salah Satu Cara Deteksi Dini
Kanker Payudara
Gambar 2.5. Pemeriksaan SADARI
Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita itu
sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara.
Oleh karena itu dikembangkanlah metode pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
atau disebut juga breast self exam (BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana
seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan
dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya
(Singh et al., 1999).
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan
dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun. SADARI dilakukan 3 hari setelah
menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon
ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti
menjelang menstruasi (Swart et al., 2010).
SADARI terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Adapun tahap
dalam melakukan SADARI, yaitu :
1. Melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri di depan cermin dengan
posisi kedua lengan lurus di samping tubuh. Lakukan pemeriksaan di ruangan
yang terang. Lihat dan perhatikan apakah terdapat kelainan pada payudara berupa
:
a. bentuk dan ukuran kedua payudara simetris
e. kulit payudara tampak menebal dengan pori-pori melebar, seperti kulit jeruk
f. permukaan kulit payudara tidak mulus dan tampak adanya kerutan atau
cekungan pada kulit payudara
Kemudian ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas.
Setelah selesai, ulangi kembali pengamatan dengan posisi kedua tangan di pinggang,
dada dibusungkan, dan kedua siku ditarik ke belakang. Semua pengamatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya tumor yang terletak dekat
dengan kulit (Suryaningsih, E. K., dan Sukaca, B. E., 2009).
Gambar 2.6. Pemeriksaan Inspeksi dab Palpasi SADARI
2. Palpasi kedua payudara dengan 3 jari, yaitu jari ke 2, 3 dan 4. Palpasi dilakukan
dengan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting. Setelah itu geser
posisi jari sedikit ke sebelahnya, kemudian lakukan kembali gerakan memutar dari
tepi payudara hingga ke puting susu. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian
payudara dan ketiak diperiksa tanpa ada yang terlewatkan. Gerakan memutar juga
dapat dilakukan mulai dari puting susu, melingkar semakin lebar ke arah tepi
payudara; atau secara vertikal ke atas dan ke bawah mulai dari tepi paling kiri
hingga ke tepi paling kanan
3. Harus diperhatikan bahwa perabaan harus dilakukan dalam tiga macam tekanan,
yaitu : tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit, tekanan
sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara, dan
tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang
4. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke puting.
Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu (seharusnya,
tidak ada cairan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang menyusui).
Kemudian ulangi palpasi dalam posisi berbaring.
Gambar 2.7. Pemeriksaan Palpasi SADARI