Anda di halaman 1dari 17

Rumusan masalah

1. Apakah definisi kanker payudara?


2. Apakah penyebab kanker payudara?
3. Bagaimana epidemiologi kanker payudara?
4. Bagaimana etiologi kanker payudara?
5. Bagaimana tanda-tanda kanker payudara?
6. Bagaimana penentuan derajat kanker payudara?
7. Bagaimana cara mendiagnosa kanker payudara?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Payudara

Payudara adalah sebuah kelenjar sebasea yang termodifikasi di jaringan


superfisialis dinding dada anterior, yang terdiri dari campuran variabel jaringan
kelenjar penghasil susu, lemak, dan jaringan ikat pendukung (ligamen Cooper).

. Karsinoma Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan
di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau
pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel.

Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-
ubah tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi
faktor lain maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak
normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang
terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan
berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun
waktu 10-15 tahun. (Kasdu.D.2005).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan yang tumbuh
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara.

Banyak pendapat mengenai definisi kanker payudara antara lain:


kanker payudara merupakan neoplasma spesifik tempat terlazim perempuan yang
merupakan penyebab utama kematian perempuan akibat kanker Sutriston (1992)
.kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara Luwia (2005).
Dari pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kanker payudara adalah perubahan sel-sel yang mengalami pertumbuhan tidak
normal dan tidak terkontrol pada payudara.

Epidemiologi

The American Cancer Society memperkirakan hampir 1,4 juta kasus baru
kanker payudara invasif pada tahun 2008. Selama 25 tahun terakhir, tingkat
insidensi kanker payudara telah meningkat secara global, dengan tingkat tertinggi di
negara-negara barat. Selain kanker payudara invasif, 62.280 kasus baru pada kanker
payudara in situ terjadi di kalangan wanita di tahun 2009. Sekitar 85% di antaranya
karsinoma duktal in situ (DCIS). (Swart, 2010)
Etiologi

Epidemiologi dan Faktor Risiko. Banyak faktor resiko yang memodifikasi


kemungkinan seorang perempuan terjangkit kanker bentuk ini berhasil di
identifikasi. Faktor tersebut diringkaskan pada tabel 19-4, yang membagi faktor
menjadi kelompok yang sudah dipastikan dan menunjukkan (jika mungkin) risiko
relatif yang ditimbulkan masing-maisng. Berikut ini di sajikan komentar mengenai
sebagian dari faktor risiko yang penting.
Variasi Geografik. Terdapat perbedaan yang mengejutkan di antara berbagai
negara dalam angka insidensi dan angka kematian akibat kanker payudara.
Usia. Kanker payudara jarang terjadi pada perempuan berusia kurang dari 30
tahun. Setelah itu, risiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah
menopause bagian menanjak dari kurva hampir mendatar.
Genetika dan Riwayat Keluarga. Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara
berkaitan dengan mutasi herediter spesifik.
Faktor Risiko Lain.
Pajanan lama ke estrogen eksogen pasca menopause, yang dikenal sebagai
terapi sulih estrogen (ERT, estrogen replacement therapy), di akui dapat
mencegah atau paling tidak menunda onset osteoporosis dan melindungi
pemakai dari penyakit jantung dan stroke.
Kontrasepsi oral juga dicurigai meningkatkan risiko kanker payudara.
Walaupun buktinya juga saling bertentangan, formulasi yang baru berupa
dosis rendah seimbang estrogen dan progestin hanya sedikit meningkatkan
risiko, yang lenyap 10 tahun setelah penghentian pemakaiannya.
Radiasi pengion ke dada meningkatkan risiko kanker payudara.
Berdasarkan penelitian epidemiologi, banyak faktor risiko lain yang belum
dipastikan, misalnya kegemukan, konsumsi alkohol, dan diet tinggi lemak,
diperkirakan berperan dalam terbentuknya kanker payudara walaupun bukti
umumnya bersifat kesimpulan.

Tabel 2.4.1 : Faktor Resiko Kanker Payudara

Perkiraan Resiko
Faktor Resiko
Relatif
Riwayat Keluarga >5
- Relatif dua atau lebih (ibu, saudara kandung) >2
- Relatif satu tingkat pertama >2
- Riwayat keluarga perempuan dengan kanker
ovarium usia >50th

Riwayat Pribadi 34
- Riwayat pribadi >4
- Mutasi BRCA1/BRCA2 positif 45
- Biopsi payudara dengan hyperplasia atipikal 81
- Biopsi payudara dengan LCIS atau DCIS

Riwayat Reproduksi 2
- Menarche usia dini (>12 tahun) 1,5 2
- Menopouse terlambat 2
- Usia kehamilan pertama cukup tua (>30 1,5 2
tahun) / nulliparitas 1,25
- Penggunaan kombinasi esterogen/
progesterone
- Sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi
oral

Faktor Gaya Hidup 1,5 2


- Peningkatan berat badan usia dewasa 1,3 1,5
- Gaya hidup menetap 1,5
- Konsumsi Alkohol

2.2.4 Morfologi

Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri daripada kanan.
Pada sekitar 4% pasien ditemukan tumor bilateral atau tumor sekuensial di payudara
yang sama. Lokasi tumor di dalam payudara adalah sebagai berikut:

Kuadran luar atas 50%

Bagian sentral 20%

Kuadran luar bawah 10%

Kuadran dalam atas 10%

Kuadran dalam bawah 10%

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran


basal (noninvasif) dan kanker yang sudah (invasif). Bentuk utama karsinoma
payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Noninvasif
1. Karsinoma duktus in situ (DCIS; karsinoma intraduktus)
2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
B. Invasif (infiltratif)
1. Karsinoma duktus invasif (not otherwise specified;NOS; tidak dirinci
lebih lanjut)
2. Karsinoma lobulus invasif
3. Karsinoma medularis
4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)
5. Karsinoma tubulus
6. Tipe lain

Dari tumor-tumor ini, karsinoma duktus invasif merupakan jenis tersering.


Karena biasanya memiliki banyak stroma, karsinoma ini juga disebut sebagai
scirrhous carcinoma. Komentar mengenai tipe yang umum ditemukan adalah
sebagai berikut:

Karsinoma Noninvasif (in situ) (termasuk penyakit paget). Terdapat dua


tipe karsinoma payudara noninvasif: karsinoma duktus in situ (DCIS) dan
memperlihatkan bahwa kedua biasanya berasal dari unit lobulus duktus terminal.
DCIS cenderung mengisi, mendistorsi, dan membuka lobulus yang terkena sehingga
tampaknya melibatkan rongga mirip-duktus. Sebaliknya, LCIS biasanya meluas,
tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus. Keduanya dibatasi oleh membran
basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskukar.

DCIS memperlihatkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya,


antara lain tipe solid, kribriformis, papilaris, mikropapilaris, dan clinging. Di setiap
tipe mungkin ditemukan nekrosis. Gambaran nukleus bervariasi dari derajat rendah
dan monomorfik hingga derajat tinggi dan heterogen. Subtipe komedo ditandai
dengan sel dengan nukleus derajat tinggi dan nekrosis sentral yang luas. Nama berasal
dari jaringan nekrotik mirip pasta gigi yang dapat dikeluarkan dari duktus yang
terpotong dengan tekanan lembut.

Penyakit Paget pada puting payudara disebabkan oleh perluasan DCIS ke


duktus laktiferosa dan ke dalam kulit puting susu didekatnya. Sel ganas merusak
sawar epidermis normal, sehingga cairan ekstrasel dapat dikeluarkan ke permukaan.
Gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkeropeng unilateral di atas puting dan
kulit areola. Pada sekitar separuh kasus, juga ditemukan karsinoma invasif penyebab.
Prognosis didasarkan pada karsinoma yang mendasari dan tidak diperparah oleh
adanya penyakit Paget.

LCIS, tidak seperti DCIS, memperlihatkan gambaran uniform. Sel bersifat


monomorf dengan nukleus polo bundar dan terdapat dalam kelompok kohesif di
duktus dan lobulus. Vakuol musin intrasel (sel cincin stempel) sering ditemukan.
LCIS hampir selalu ditemukan secara tidak sengaja, dan tidak seperti DCIS, tumor ini
jarang membentuk metastasis serta, tidak seperti DCIS, tidak membentuk massa
sehingga jarang mengalami kalsifikasi.

Karsinoma Invasif (infiltratif). Mula-mula disajikan morfologi subtipe


karsinoma invasif, kemudian gambaran klinis semua subtipe tersebut.

Karsinoma duktus invasif adalah istilah yang digunakan untuk semua


karsinoma yang tidak dapat disubklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus yang
dijelaskan di bawah dan tidak menunjukkan bahwa tumor ini secara spesifik berasal
dari sistem duktus. Karsinoma tanpa tipe khusus atau tidak dirinci lebih lanjut
sinonim untuk karsinoma duktus. Sebagian besar (70% hingga 80%) kanker masuk ke
dalam kategori ini. Kanker tipe ini biasanya berkaitan dengan DCIS, tetapi kadang-
kadang ditemukan LCIS.

Karsinoma inflamasi didefinisikan berdasrakan gambaran klinis berupa


pyudara yang mebesar, bengkak, dan eritematosa, biasanya tanpa teraba adanya
massa. Karsinoma penyebab umunya bukan tipe khusus dan menginvasi secara difus
parenkim payudara. Tersumbatnya saluran limf dermis oleh karsinoma merupakan
penyebab gambaran klinis. Peradangan sejati sebenarnya tidak ada atau minimal.
Sebagian besar tumor ini telah bermetastasis jauh dan prognosis sangat buruk.

Karsinoma lobulus invasif terdiri atas sel yang secara morfologis identik
dengan sel pada LCIS. Pada dua pertiga kasus ditemukan LCIS di sekitar tumor. Sel-
sel secara sendiri-sendiri menginvasi stroma dan sering tersusun membentuk
rangkaian. Kadang-kadang sel tersebut mengelilingi asinus atau duktus yang tampak
normal atau karsinomatosa, menciptakan apa yang disebut sebagai mata sapi (bulls
eye). Meskipun sebagian besar tumor bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba
atau densitas pada mamografi, sebagian mungkin memiliki pola invasi difus tanpa
respons desmoplastik serta secara klinis tersamar.
Karsinoma medular adalah subtipe karsinoma yang jarang dan membentuk
sekitar 2% kasus. Kanker ini terdiri atas lembaran sel besar anaplastik dengan tepi
berbatas tegas. Secara klinis, tumor ini mungkin di sangka fibroadenoma. Selalu
terdapat infiltrat limfoplasmasitik yang mencolok. DCIS biasanya minimal atau tidak
ada.

Karsinoma koloid (musinosa) juga merupakan subtipe yang jarang. Sel


tumor menghasilkan banyak musin ekstrasel yang merembes ke dalam stroma
disekitarnya. Seperti karsinoma medularis, tumor ini sering bermanifestasi sebagai
massa sirkumskripta dan mungkin disangka fibroadenoma. Secara makroskopis,
tumor bisanya lunak dan gelatinosa. Sebagian besar mengekspresikan reseptor
hormon, dan beberapa mungkin mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

Karsinoma tubulus jarang bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba


tetapi merupakan penyebab 10% karsinoma invasif yang berukuran kurang dari 1 cm
yang ditemukan pada pemeriksaan penapisan mamografik. Pada mamografi, tumor
biasanya tampak sebagai densitas iregular. Secara mikroskopis, karsinoma terdiri atas
tubulus yang berdiferensiasi baik dengan nukleus derajat-rendah. Jarang terjadi
metastasis ke kelenjar getah bening, dan prognosis baik.

Gambaran umum bagi semua kanker invasif. Pada semua bentuk kanker
payudara yang dibahas di atas, perkembangan penyakit menyebabkan terbentuknya
gambaran morfologik lokal tertentu. Gambaran ini mencakup kecenderungan untuk
melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam di dinding dada sehingga terjadi fiksasi
lesi, serta melekat ke kulit di atasnya, yang menyebabkan retraksi dan cekungan kulit
atau puting payudara. Yang terakhir adalah tanda penting, karena mungkin merupakan
indikasi awal adanya lesi, yang dilihat sendiri oleh pasien saat melakukan
pemeriksaan tubuh sendiri. Keterlibatan jalur limfatik dapat meneybabkan limfedema
lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami penebalan di sekitar folikel rambut, suatu
keadaan yang di kenal sebagai peau dorange (kulit jeruk).

2.2.5 Tanda tanda atau gejala kanker payudara


a. Tanda tanda Retraksi
1. Mekanisme
Ketika kanker payudara bertambah parah, penyakit ini akan
menimbulkan fibrosis ( jaringan parut). Pemendekkan jaringan fibrotik
ini akan menghasilkan tanda retraksi yang meliputi pembentukan
cekungan (dimpling). Perubahan kontur dan retraksi atau deviasi
puting. Penyebab retraksi yang lain meliputi nekrosis lemak dan
ekstasia duktus laktiferus.
2. Cekungan (Dampling) kulit
Cari tanda saat lengan pasien (penderita) diistirahatkan dengan
pengaturan posisi yang khusus dan pada saaat lengan digerakkan atau
pada saat payudara ditekan.
3. Kontur abnormal
Cari setiap variasi konveksitas normal pada payudara yang satu dengan
yang lainnya. Pengaturan posisi yang khusus mungkin berguna.
3. Retraksi dan Deviasi puting
Puting yang mengalami retraksi akan mendatar dan tertarik kedalam.
Puting juga bisa melebar dan teraba menebal. Jika lesinya asimetris
secara radial, puting dapat mengalami deviasi atau menunjuk ke arah
yang berbeda yang diperlihatkan oleh puting normal lain. Secara khas,
arah deviasi puting menuju kanker dibawahnya.
b. Edema kulit
Edema pada kulit disebabkan oleh penyumbatan saluran limfatik. Keadaan
ini terlihat sebagai kulit yang menebal dengan pori pori yang melebar
sehingga diberi nama tanda dari peau dorange (gambaran mirip kulit
jeruk). Tanda ini sering terlihat pertama kali pada pars inferior payudara
atau pada areola.

Tabel 2.6.1 Massa yang Dapat Diraba pada Payudara

Usia Lesi yang sering di jumpai karakteristik


biasanya berupa benjolan yang halu,

15 25 tahun Fibroadenoma halus, bundar, dapat di gerakkan , dan

tidak nyeri ketika disentuh

biasanya berupa benjolan yang lunak

hingga kenyal, bundar, dapat

digerakkan, sering terasa nyeri saat di

25 50 tahun Kista sentuh, Noduler menyerupai tambang.

Perubahan fibrokistik Kanker Benjolan yang ireguler, stelata, kenyal

atau keras, tidak memiliki batas tegas

dengan jaringan disekelilingnya.

50 tahun kanker sampai terbukti sebaliknya. sama seperti diatas

Adenoma saat menyusui, kista,

kehamilam/laktasi mastitis (peradangan payudara), dan sama seperti di atas

kanker

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
1. Anamnesa
Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat
penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge,
nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa skin dimpling, peau
dorange, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain itu juga ditanyakan apakah
terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila,
dan adanya benjolan di leher ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga
ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah
diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah). Riwayat
penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis
pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada pasien juga
ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007).

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan
pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit,
antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin
dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan
pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan
keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda
radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).

Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian


polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak
diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio,
terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering.
Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir
payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang
harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila,
infra dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan
(licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan
sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle,
2007).

b. Pemeriksaan Tambahan :

1. Mamografi payudara

Mamografi atau Mamogram payudara adalah proses penyinaran sinar-X


terhadap payudara.
Terdapat 2 tipe mamogram atau mamografi yaitu :
a. Screening mammogram di tujukan untuk wanita denga payudara yang tidak
bermasalah.mencakup dua pencitraan sinar-X untuk masing masing
payudara.

b. Giagnostik mammogram yang dilakukan untuk mengevaluasi


ketidaknormalan pada pasien baru atau pasien lama yang membutuhkan
pemeriksaan lanjutan.

2. CT pada payudara

3. Ultrasonografi (USG) Payudara

Digunakan untuk mengevaluasi jetidak normalan payudara yang ditemukan


pada hasil mammography screening atau mammography diagnostic atau uji
klinis payudara.

4. MRI (magnetic resonance imaging) payudara

Direkomendasikan bersamaan dengan dilakukan memmogram


bersamaan dengan dilakukannya mammogram tahunan. MRI merupakan tes
yang sensitif,namun masih tetap melewatkan beberapa kanker yang mampu
dideteksi oleh mammogram.

Scan MRI menggunakan magnet dan gelombang radio sebagai


paengganti dari sinar-X untuk menghasilkan citra tubuh dengan sangat detail
dari berbagai posisi.

5. Skrining tulang
6. Duktografi (galaktografi) adalah suatu tipe dari pencitraan mammografi yang
dibuat kontras untuk memperlihatkan saluran susu yangf ada dalam payudara.

c. Pemeriksaan Biopsi (Breast biopsy) adalah merupakan tindakan untuk mengambil


contoh jaringan payudara dan dilihat di bawa lensa mikroskop untuk mengetahui
adanya sel kanker payudara. Jenis Pemeriksaan biopsi terdiri dari :
1. Biopsi jarum halus atau Fine Needle Aspiration (FNA)

2. Biopsi Jarum Inti (Core needle biopsy)

3. Biopsi Stereotaksis (Stereotactic Biopsy)


4. Biopsi Terbuka atau Pembedahan

a. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan
PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk
follow up (Davey, 2006).

Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan,


baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan
biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop
dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

b. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Salah Satu Cara Deteksi Dini
Kanker Payudara
Gambar 2.5. Pemeriksaan SADARI

Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita itu
sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara.
Oleh karena itu dikembangkanlah metode pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
atau disebut juga breast self exam (BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana
seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan
dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya
(Singh et al., 1999).
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan
dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun. SADARI dilakukan 3 hari setelah
menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon
ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti
menjelang menstruasi (Swart et al., 2010).

SADARI terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Adapun tahap
dalam melakukan SADARI, yaitu :
1. Melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri di depan cermin dengan
posisi kedua lengan lurus di samping tubuh. Lakukan pemeriksaan di ruangan
yang terang. Lihat dan perhatikan apakah terdapat kelainan pada payudara berupa
:
a. bentuk dan ukuran kedua payudara simetris

b. bentuk payudara membesar dan mengeras

c. ada urat yang menonjol

d. perubahan warna pada kulit payudara

e. kulit payudara tampak menebal dengan pori-pori melebar, seperti kulit jeruk

f. permukaan kulit payudara tidak mulus dan tampak adanya kerutan atau
cekungan pada kulit payudara

g. puting payudara tertarik ke dalam

h. luka pada kulit atau puting payudara

Kemudian ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas.
Setelah selesai, ulangi kembali pengamatan dengan posisi kedua tangan di pinggang,
dada dibusungkan, dan kedua siku ditarik ke belakang. Semua pengamatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya tumor yang terletak dekat
dengan kulit (Suryaningsih, E. K., dan Sukaca, B. E., 2009).
Gambar 2.6. Pemeriksaan Inspeksi dab Palpasi SADARI

2. Palpasi kedua payudara dengan 3 jari, yaitu jari ke 2, 3 dan 4. Palpasi dilakukan
dengan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting. Setelah itu geser
posisi jari sedikit ke sebelahnya, kemudian lakukan kembali gerakan memutar dari
tepi payudara hingga ke puting susu. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian
payudara dan ketiak diperiksa tanpa ada yang terlewatkan. Gerakan memutar juga
dapat dilakukan mulai dari puting susu, melingkar semakin lebar ke arah tepi
payudara; atau secara vertikal ke atas dan ke bawah mulai dari tepi paling kiri
hingga ke tepi paling kanan

3. Harus diperhatikan bahwa perabaan harus dilakukan dalam tiga macam tekanan,
yaitu : tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit, tekanan
sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara, dan
tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang

4. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke puting.
Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu (seharusnya,
tidak ada cairan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang menyusui).
Kemudian ulangi palpasi dalam posisi berbaring.
Gambar 2.7. Pemeriksaan Palpasi SADARI

Jika pada tahap-tahap pemeriksaan tersebut ditemukan adanya kelainan pada


payudara dan daerah aksila (ketiak) berupa benjolan, nyeri, kemerahan, ulkus,
perubahan pada puting, dan perubahan pada kulit payudara, maka sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih akurat.
Dengan begitu diharapkan diagnosa pasti dapat segera diketahui dan dapat segera
dilakukan langkah yang tepat untuk pengobatan serta diharapkan prognosisnya akan
lebih baik

Anda mungkin juga menyukai