Anda di halaman 1dari 9

KONSEP.

DASAR MEDIK
SEPSIS

1. Pengertian
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi
dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis
telah diajukan, namun definisi yang saat ini digunakan di klinik adalah
definisi yang ditetapkan dalam consensus American College of Chest
Physician dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992 yang
mendefinisikan sepsis, sindroma respon inflamasi sistemik (systemic
inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis berat, dan
syok/renjatan septik (Chen et.al,2009).
Tabel 1.1. Terminologi dan Definisi Sepsis

Sindroma respons inflamasi sistemik (SIRS: systemic inflammatory


response syndrome) Respon tubuh terhadap inflamasi sistemik mencakup 2
atau lebih keadaan berikut:
suhu >38C atau <36C
frekuensi jantung >90
kali/menit
frekuensi nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32
mmHg leukosit darah >12.000/mm3, <4.000/mm3
atau batang >10%
Sepsis
Keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi
SIRS.
Sepsis berat
Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau
hipotensi termasuk asidosis laktat, oliguria, dan penurunan
kesadaran.
Ranjatan septik
Sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi
cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk
mempertahaankan tekanan darah dan perfusi organ.
Sumber: Chen et. al, 2009
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Etiologi

Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas


mikroorganisme. Dari hasil kultur darah ditemukan bakteri dan
jamur 20-40% kasus dari sepsis. Bakteri gram negatif dan gram
positif merupakan 70% dari penyebab infeksi sepsis berat dan
sisanya jamur atau gabungan beberapa mikroorganisme. Pada
pasien yang kultur darahnya negatif, penyebab infeksi tersebut
biasanya diperiksa dengan menggunakan kultur lainnya atau
pemeriksaan mikroskopis (Munford, 2008). Penelitian terbaru
mengkonfirmasi bahwa infeksi dengan sumber lokasi saluran
pernapasan dan urogenital adalah penyebab paling umum dari
sepsis (Shapiro, 2010)
Tabel 2.2. Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat

Sumber lokasi Mikroorganisme


Kulit Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk
cocci lainnya
Saluran kemih Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang
lainnya
Saluran pernafasan Streptococcus pneumonia
Usus dan kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative
bentuk batang lainnya, Bacteroides fragilis
Organ pelvis Neissseria gonorrhea,anaerob
Sumber: Moss et.al,2012
Tabel 2.3.Penyebab Umum Sepsis pada Pasien yang Dirawat

Masalah klinis Mikroorganisme


Pemasanagan kateter Escherichia coli, Klebsiella spp.,
Proteus spp., Serratia spp.,
Pseudomonas spp.
Penggunaan iv kateter Staphylococcus aureus,
Staph.epidermidis, Klebsiella spp.,
Pseudomonas spp., Candida albicans

Setelah operasi:
Staph. aureus, E.
Wound infection
coli, anaerobes(tergantung
Deep infection
lokasinya) Tergantung lokasi
Luka bakar anatominya
coccus gram-positif, Pseudomonas

spp., Candida albicans


Pasien immunocompromised Semua mikroorganisme diatas
Sumber: Moss et.al,2012
B. Psiko Patologi/ Patofisiologi
C. Manifestasi Klinis

Manifestasi dari respon sepsis biasanya ditekankan pada


gejala dan tanda- tanda penyakit yang mendasarinya dan infeksi
primer. Tingkat di mana tanda dan gejala berkembang mungkin
berbeda dari pasien dan pasien lainnya, dan gejala pada setiap
pasien sangat bervariasi. Sebagai contoh, beberapa pasien dengan
sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam paling
sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang
dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008).
Pasien dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas,
demam, takikardi, dan takipnea (Dasenbrook & Merlo, 2008).
Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi. Berdasarkan studi,
demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam
makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral
(70% dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Demam terjadi
pada <60% dari bayi dibawah 3 bulan dan pada orang dewasa
diatas 65 tahun (Gossman & Plantz, 2008). Infeksi menjadi
keluhan utama pada pasien (Hinds et.al,2012). Perubahan status
mental yang tidak dapat dijelaskan (LaRosa, 2010) juga
merupakan tanda dan gejala pada sepsis. Adanya tanda dan gejala
disseminated intravascular coagulation (DIC) meningkatkankan
angka mortalitas (Saadat, 2008).
Pada sepsis berat muncul dampak dari penurunan perfusi
mempengaruhi setidaknya satu organ dengan gangguan kesadaran,
hipoksemia (PO2 <75 mmHg), peningkatan laktat plasma, atau
oliguria (30 ml / jam meskipun sudah diberikan cairan). Sekitar
satu perempat dari pasien mengalami sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS) dengan infiltrat paru bilateral,
hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru
tekanan <18 mmHg .Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ
(Weber&Fontana,2007)
Diagnosis sepsis sering terlewat, khususnya pada pasien usia
lanjut yang tanda-tanda klasik sering tidak muncul. Gejala ringan,
takikardia dan takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga masih
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan
hipotensi, penurunan output urin, peningkatan kreatinin plasma,
intoleransi glukosa dan lainnya (Hinds et.al,2012).

Tabel 2.4.Indikator Laboratorium


Penderita Sepsis

Pemeriksaan Temuan Uraian


Laboratorium
Hitung leukosit Leukositosis atau leukopenia Endotoxemia menyebabkan
leukopenia
Hitung trombosit Trombositosis atau Peningkatan jumlahnya
trombositopenia diawal menunjukkan respon
fase akut; penurunan jumlah
trombosit menunjukkan DIC
Kaskade Defisiensi protein C; Abnormalitas dapat diamati
koagulasi defisiensi antitrombin; sebelum kegagalan organ
peningkatan D-dimer; dan tanpa pendarahan
pemanjangan PT dan PTT
Kreatinin Peningkatan kreatinin Indikasi gagal ginjal akut
Asam laktat As.laktat>4mmol/L(36mg/dl) Hipoksia jaringan
Enzim hati Peningkatan alkaline Gagal hepatoselular akut
phosphatase, AST, ALT, disebabkan hipoperfusi
bilirubin
Serum fosfat Hipofosfatemia Berhubungan dengan level
cytokin proinflammatory
C-reaktif protein Meningkat Respon fase akut
(CRP)
Procalcitonin Meningkat Membedakan SIRS dengan
atau tanpa infeksi
Sumber:LaRosa,2010

Pemeriksaan penunjang yang digunakan foto toraks,


pemeriksaan dengan prosedur radiografi dan radioisotop lain sesuai
dengan dugaan sumber infeksi primer (Opal, 2012)
2.1.1. Penatalaksanaan

Menurut Opal (2012), penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat


dibagi menjadi :
1. Nonfarmakologi

Mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70%


dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.
2. Sepsis Akut

Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV


dan vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan
darah >65 mmHg, menurunkan serum laktat dan mengobati
sumber infeksi.
a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai
resusitasi cairan.
b. Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin,
vasopressin) bila rata-rata tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg
tidak dapat dipertahankan oleh hidrasi saja. Penelitian baru-baru
ini membandingkan vasopresin dosis rendah dengan norepinefrin
menunjukkan bahwa vasopresin dosis rendah tidak mengurangi
angka kematian dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien
dengan syok sepsis.
c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi
jaringan dilakukan ventilasi mekanik ,bukan dengan
memberikan bikarbonat.
d. Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling
sering sebagai rekomendasi antibotik awal pasien sepsis.
Sebaiknya diberikan antibiotik spektrum luas dari bakteri gram
positif dan gram negative.cakupan yang luas bakteri gram positif
dan gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).
e. Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk
rekayasa genetika aktifasi protein C, telah disetujui untuk
digunakan di pasien dengan sepsis berat dengan multiorgan
disfungsi (atau APACHE II skor
>24); bila dikombinasikan dengan terapi konvensional, dapat
menurunkan angka mortalitas.
3. Sepsis kronis

Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi


dilanjutkan minimal selama 2 minggu.

1. 07).

Anda mungkin juga menyukai