Disusun oleh: NUR SHABRINA SAFITRI 14030184036 Kelas Pendidikan Fisika C 2014
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika 2017 Peer Instruction in introductory physics: A method to bring about positive changes in students attitudes and beliefs Ping Zhang, LinDing, and Eric Mazur Department of Physics, Beijing Normal University, Beijing 100875, Peoples Republic of China Department of Teaching and Learning, The Ohio State University, Columbus, Ohio 43210, USA Department of Physics and School of Engineering and Applied Sciences, Harvard University, Cambridge, Massachusetts 02138, USA Jurnal ini menganalisa perkembangan pre-post dalam pandangan epistimologi dari mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendahuluan Fisika di Beijing Normal University (BNU) di Cina. Dalam penelitian ini kami memeriksa sikap dan keyakinan IPA (n 441) di empat kelas, satu diajarkan menggunakan pengajaran tradisional, dan tiga lainnya diajarkan dengan Peer Instruksi (PI). Dalam dua kelas PI, kelompok mahasiswa terus dirubah dalam rentang waktu satu semester, sedangkan pada kelas lain kelompok mahasiswa dibiarkan tetap dalam rentang waktu satu semester. Hasil pra-dan post-tes dengan menggunakan Colorado Belajar Sikap tentang Survei Ilmu menunjukkan bahwa mahasiswa dalam pengajaran tradisional tidak menunjukkan perubahan dalam keyakinan mereka tentang fisika dan belajar fisika selama satu semester, hasil yang konsisten dengan apa yang dilaporkan dalam literatur. Namun, dari tiga kelas yang diajarkan menggunakan metode PI membaik sikap mahassiswa dan keyakinan tentang fisika dan belajar fisika. Di kelas PI dengan kelompok tetap, siswa menunjukkan pergeseran positif yang lebih besar dalam sikap dan keyakinan dibandingkan kelas PI lain dengan mengubah kelompok sebaya. Penelitian ini juga melihat perbedaan gender dalam sikap belajar siswa. Hasil gender mengungkapkan bahwa perempuan jurusan IPA di kelas PI mencapai perubahan positif yang lebih besar dalam sikap dan keyakinan setelah pengajaran daripada siswa laki-laki.
Peer instruction enhanced meaningful learning: ability to solve novel problems
Ronald N.Cortright, Heidi L. Collins, and Stephen E. Di Carlo Department of Exercise and Sport Science, East Carolina University, Greenville, North Carolina; and Department of Physiology, Wayne State University School of Medicine, Detroit, Michigan Siswa harus mampu menafsirkan, berhubungan, dan menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada dan menerapkan informasi baru untuk memecahkan masalah baru. Instruksi rekan (PI) adalah teknik pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pada pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan membuat keputusan. Oleh karena itu, kami menguji hipotesis bahwa PI meningkatkan pembelajaran yang bermakna, didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah baru atau kemampuan untuk memegang teguh apa yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks yang baru. Untuk menguji hipotesis ini, diambil kelas sarjana dari jurusan olahraga fisiologi dari 38 mahasiswa secara acak dibagi menjadi dua kelompok: kelompok A (n 19) dan kelompok B (n 19). Sebuah desain crossover yang acak di mana siswa baik menjawab pertanyaan secara individu atau selama PI digunakan untuk mengontrol waktu dan ketertiban efek. Faktor pertama yang memengaruhi pembelajaran bermakna adalah tingkat penguasaan bahan. Yang penting, rekan instruksi secara signifikan ditingkatkan penguasaan bahan asli. Selanjutnya, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah novel itu secara signifikan ditingkatkan dengan peer- instruction. Jadi berhenti dua sampai tiga kali selama kelas 50-menit untuk memungkinkan peer-instruction meningkatkan penguasaan bahan asli dan ditingkatkan pembelajaran bermakna,, kemampuan untuk memecahkan masalah baru mis. Siswa.
Effects of Inquiry-based Learning on Students Science Literacy Skills and Confidence
Cara Gormally, Peggy Brickman, Brittan Hallar, Norris Armstrong University of Georgia Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendefinisikan jenis kegiatan inquiry yang nantinya dikembangkan untuk jurusan non-IPA (2) mengukur kemampuan literasi sains, keterampilan proses sains, dan tingkap percaya diri dalam melakukan kegiatan ilmiah dan menulis ilmiah siswa (3) membandingkan keterampilan dan kepercayaan diri siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan inquiry dan tradisional. Bahan-bahan yang dijelaskan dalam penelitian ini dikembangkan untuk jurusan non-IPA yang diambil oleh semua mahasiswa untuk menempuh mata kuliah umum. Kuliah ini diadakan selama dua jam per minggu. Data dikumpulkan selama dua semester berturut-turut (musim gugur 2006 & semi 2007) dengan total 1300 mahasiswa. Selama dua semester, setengah dari mahasiswa diberikang pengajaran tradisional, dan setengaj yang lainnya menggunakan pengajaran inquiry terbimbing. Skor pre- test dari kedua kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. Penilaian literasi sains juga dilakukan dengan fokus pemaknaan dari laporan ilmiah populer. Penilaian ini diberikan pada sesi pertama dan sesi terakhir kelas. Penilaian ini terdiri atas 30 pertanyaan pilihan ganda yang telah dikembangkan dan dianalisis dengan metode Cronbach Alpha, pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel karena konsisten antara satu set item (berasal dari indikator dasar yang sama). Untuk lama penelitian yang mencapai dua semester, maka taraf nyata berkisar antara 0,70 dan 0,90 pada skala 1,0. Untuk penilaian literasi sains kami uji reliabilitas, menggunakan analisis Cronbach Alpha, adalah = 0,73 untuk Spring 2007, tetapi hanya = 0.63 untuk Fall 2007. Dengan demikian, hanya dapat dilakukan analisis lebih lanjut pada data yang kami terima dari Spring 2007. Setelah menganalisis hasil pre-test maka digunakan ANCOVA untuk menentukan apakah nilai post-test pada penilaian literasi sains berbeda pada Spring 2007.
Pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction terhadap
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa I.D. Kurniawati, Wartono -, M. Diantoro Pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing, dan pembelajaran konvensional. Selain itu, juga untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional berturut-turut terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis fisika. Rancangan penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan posttest only design. Data dianalisis dengan analisis multivariat (manova) satu jalur dan uji lanjut LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, penguasaan konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, dan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional.
Penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat menggunakan metode
make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Dolo Arumi Rahayu, Muhammad Ali, Haeruddin Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Dolo dengan penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat menggunakan metode make a match. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan desain The Non Equivalen Pre-test-Post-test Design. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil pengolahan data, untuk kelas eksperimen diperoleh rerata skor tes awal 4,95 dan tes akhir 15,00 dengan rerata skor maksimal 20,00. Sedangkan kelas kontrol diperoleh rerata skor tes awal 5,00 dan untuk tes akhir adalah 8,05 dengan rerata skor maksimal 20,00. Berdasarkan hasil pengujian N-Gain kelas eksperimen berada dalam kategori sedang dengan nilai N-Gain sebesar 66,41 dan kelas kontrol berada dalam kategori rendah dengan nilai N-Gain sebesar 20,38. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung = 9,61 dan ttabel = 2.02. Ini berarti bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penerapan model STM mengunakan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.