Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit


atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa gangguan
obstruksi saluran napas. Gangguan obstruksi yang terjadi memberikan dampak
buruk terhadap penderita karena menimbulkan gangguan oksigenasi dengan
segala dampaknya. Obstruksi saluran napas yang terjadi bisa bertambah berat jika
ada gangguan lain seperti infeksi saluran napas dan eksaserbasi akut penyakitnya.
1,2

Inflamasi memegang peran yang penting dalam patofisiologi PPOK.


Paparan terhadap asap rokok menginduksi berkumpulnya sel-sel inflamasi pada
saluran napas dan menstimulasi mekanisme imunitas tubuh. Inflamasi pada
saluran napas ini kemudian meningkatkan ketebalan dinding saluran napas,
hipersekresi mukus, serta hilangnya struktur elastis dari jaringan parenkim.
Sementara itu stress oksidatif merusak integritas jaringan dan meningkatkan
penuaan paru.4,5
PPOK semakin menarik untuk dibicarakan karena prevalensi dan angka
mortalitas yang terus meningkat. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga
DepKes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkhitis kronik
dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian tersering di
Indonesia. Di Amerika, sebagai penyebab kematian PPOK menempati peringkat
keempat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebrovaskular.4
Merokok merupakan faktor risiko terpenting penyebab PPOK disamping
faktor risiko lainnya. Adapun faktor yang berperanan dalam peningkatan penyakit
tersebut antara lain:
kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun
60-70%),
pertambahan penduduk,
meningkatnya usia rata-rata penduduk,
industrialisasi,
polusi udara.

1
Edukasi merupakan aspek yang sangat penting dalam tatalaksana PPOK.
Sebuah pendekatan yang komprehensif terhadap pasien dengan PPOK diperlukan
untuk menetapkan materi edukasi yang tepat, yang sesuai dengan kondisi biologis,
psikologis, sosio-ekonomis, dan kultural pasien. Melalui edukasi yang tepat,
pasien diharapkan dapat memahami dengan lebih baik mengenai penyakit yang
dideritanya serta memfasilitasi diskusi yang terbuka. Sebagai tujuan akhir, edukasi
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien, mencegah perburukan
penyakit, serta mencegah berulangnya episode eksaserbasi akut penyakit ini.5

2
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : IWD
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Tidak tamat SD
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Merpati Gang V no. 27 Denpasar
Tanggal MRS : 05 Juli 2013
Tanggal Kunjungn : 17 Agustus 2013

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : sesak nafas
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IRD RSUP SANGLAH dengan keluhan sesak nafas
sejak 3 hari terakhir dan memburuk sejak 1 hari SMRS . Sesak nafas
timbul secara mendadak tanpa didahului oleh aktivitas fisik yang berat,
sesak mulanya terasa ringan, tidak pernah hilang dan makin lama
dirasakan semakin memberat. Sesak nafas dirasakan terus-menerus
sepanjang hari saat pasien menarik nafas dalam-dalam. Sesak nafas
dirasakan seperti tertekan sampai membuat pasien merasa tidak bisa
bernafas dan pasien mengeluh tidak bisa tidur. Sesak tidak dipengaruhi
oleh posisi dan juga tidak membaik dengan perubahan posisi. Pasien
juga mengeluh sesak nafas terkadang disertai dengan bunyi ngik-ngik.
Sesak nafas juga membuat pasien menjadi lemas, sehingga
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.

3
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 4 hari SMRS dan semakin
lama dirasakan bertambah berat. Batuk pada awalnya tidak berdahak,
namun batuk mulai bertambah berat seiring dengan munculnya sesak
napas dan disertai dahak. Batuk dirasakan pasien terus-menerus
sepanjang hari dengan dahak kental berwarna putih. Pasien
mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak dan tenggorokan terasa
gatal. Batuk dengan dahak berdarah disangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengeluh demam. Pasien mengeluh mual dan
muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sedikit, tetapi
menyangkal adanya penurunan berat badan, serta berkeringat pada
malam hari. BAK pasien dikatakan biasa, dengan frekuensi berkemih
sekitar 4-5 kali dalam sehari, volume tiap berkemih hingga 1
gelas, warna jernih kekuningan. BAB pasien juga dikatakan biasa,
frekuensi 1-2 kali sehari, warna kecokelatan, konsistensi padat.

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien sudah pernah dirawat di RS Wangaya sebanyak 2 kali dengan
keluhan yang sama, dan juga di RS Sanglah 2 kali, dan didiagnosis
PPOK sejak 3 tahun yang lalu. Rawat inap terakhir kali dikatakan 1
bulan yang lalu karena keluhan sesak dan batuk. Sesak berkurang
setelah diberikan obat sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet
tapi kemudian kambuh kembali. Pasien juga memiliki riwayat
gangguan depresi sejak 7 tahun yang lalu. Selain itu Pasien juga
memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi sejak 3 tahun yang
lalu. Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, dan ginjal
disangkal oleh pasien.

c. Riwayat Pengobatan
Pasien minum sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet setiap 1
kali sehari. Pasien pernah dirawat sebanyak 2 kali di RS Wangaya
karena keluhan sesak. Pasien rutin minum obat untuk sesak nafas dan
kontrol ke Poli RS Wangaya. Pasien juga mengaku meminum obat anti

4
depresi sejak 7 tahun yang lalu yaitu risperidon tablet 1 kali sehari,
trihexyphenidil tablet kali sehari, dan kalxetin tablet 2 kali sehari.
Untuk penyakit jantung dan hipertensi yang dideritanya pasien
mengaku mengkonsumsi clopidogrel, captropil 3 x 12,5 mg dan asam
asetil salisilat.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan sama seperti
pasien saat ini. Keluhan batuk dan sesak di anggota keluarga banyak
terdapat pada keluarga pasien. Riwayat asma ataupun alergi pada
keluarga juga disangkal pasien, tetapi ayah pasien dikatakan meninggal
karena sakit jantung.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tidak bekerja selama kurang lebih 8 tahun dan mengaku
dulunya bekerja sebagai supir angkutan desa dan sempat bekerja
sebagai pembuat taji ayam. Pasien memiliki riwayat merokok dan
sudah berhenti sejak 9 tahun yang lalu. Pasien mengaku mulai
merokok sejak berumur 17 tahun dan sudah merokok kurang lebih
selama 31 tahun. Dulu pasien mengkonsumsi rokok sampai 2 bungkus
per hari. Pasien mengaku sekarang tidak pernah lagi merokok. Di
dalam lingkungan rumah dikatakan ada yang memiliki kebiasaan
merokok yaitu anak pasien namun hanya sesekali saja.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis(GCS : E4V5M6 )
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
RR : 20x/mnt
Suhu badan : 36,7 C

5
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 60kg
BMI : 20,76 kg/m2
Status general :
Mata : Anemis -/- , ikterus -/- , refleks pupil +/+ isokor
THT : Tonsil T1/T1, hiperemi (-), lidah normal, sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP PR + 0 cmH2O

Toraks
Toraks Depan
1. Inspeksi
Simetri toraks : simetris Bentuk toraks : barrel chest
Pergerakan saat napas : simetris Kulit : normal
Denyut iktus kordis : tak tampak Retraksi : tidak ada
Sela iga : melebar

2. Palpasi
Pergerakan napas : simetris Iktus kordis : teraba
Vokal fremitus : VF Normal Lokalisasi : MCL sinistra
Kulit : hangat
Otot : normal Luasnya : terlokalisir
Tulang : normal Irama : teratur

3. Perkusi
Paru Jantung
Batas bawah kanan : ICS VI Batas atas : ICS II
Batas bawah kiri : ICS VII Batas kiri : MCL sinistra
Pergerakan : normal Batas kanan : PSL dekstra
Perbandingan perkusi : hipersonor / hipersonor

4. Auskultasi
Paru Jantung
Suara napas : vesikuler +/+ Bunyi jantung S1S2 tunggal, reguler
Suara napas tambahan Murmur : tidak ada
Ronkhi : -/-, pada basal paru
Wheezing : +/+, ekspirasi memanjang

6
Toraks Belakang
1. Inspeksi
Bentuk : simetris Otot : N/N
Pergerakan : simetris Kulit : N/N
Tulang : N/N

2. Palpasi
Vokal fremitus : VF Normal Nyeri tekan : -/-
Tulang : N/N Otot : N/N

3. Perkusi
Batas bawah kanan : Th IX
Batas bawah kiri : Th IX

4. Auskultasi
Suara napas : vesikuler +/+
Suara napas tambahan
Ronkhi : -/-
Wheezing : +/+ pada basal paru

Abdomen
Inspeksi : distensi (-), meteorismus (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar / lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+), ascites (-)

Ekstremitas :
akral hangat + + Edema - -

+ + - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Parameter Result Unit Remarks Reference range
WBC 14,54 103/L H 4,5 11,00

7
Ne 89,36% 12,99 103/L H 47,00 80,00
3
Ly 6,728% 0,97 10 /L L 13,0 40,0
3
Mo 3,737% 0,54 10 /L 2,00 11,00
3
Eo 0,03% 0,00 10 /L 0,00 0,50
3
Ba 0,10% 0,02 10 /L 0,0 0 2,00
6
RBC 5,163 10 /L 4,50 5,90
HGB 15,76 g/dL 12,00-16,00
HCT 49,48 % 36,00-46,00
MCV 95,83 Fl 80,00 100,00
MCH 30,52 Pg 26,00 34,00
MCHC 31,84 g/dL 31,00 36,00
RDW 13,23 % 11,60 14,90
PLT 397,60 103/L 150,0 440,0
MPV 4,898 fL 0,00 100,00
Leukositosis

Kimia Klinik

Parameter Result Unit Remarks Reference range


SGOT 19,80 U/L 11,00 33,00
SGPT 15,10 U/L 11,00 50,00
BUN 11,00 mg/dL 10,00 23,00
Creatinine 1,05 mg/dL 0,50 1,20
Random 123,00 mg/dL 70,00 140,00
blood glucose

Analisis Gas Darah


Parameter Result Unit Remarks Reference range
Ph 7,44 - 7,35 7,45
pCO2 37,00 mmHg 35,00 45,00
pO2 105,00 mmHg H 80,00 100,00
HCO3- 25,10 mmol/L 22,00 26,00
TCO2 26,20 mmol/L 24,00 30,00
BE(B) 0,90 mmol/L -2 2
SO2c 98,00 % --
Natrium 136,00 Mmol/L 136,00 145,00
Kalium 3,70 Mmol/L 3,50 5,10

8
Foto Toraks PA
a. Cor : CTR 48,4%, waist tampak, bentuk normal
b. Pulmo :
- Tampak infiltrat pada parahilar kiri
- Tampak hiperaerated pada kedua lapang paru, sela iga melebar
c. Sinur pleura kanan dan kiri tajam
d. Diafragma kanan letak rendah, diafragma kiri normal
e. Tulang-tulang tak tampak kelainan
Kesan:
1. Sesuai untuk gambaran pneumonia
2. Emphysematous lung

Elektrokardiografi

9
Irama : sinus
HR : 88 kali/menit
Axis : normal
Gelombang P : normal
Kompleks QRS : normal
ST-T change : tidak ada
Kesimpulan : normal sinus rhythm

Spirometry :
FVC 1,28 (47%pred)
FEV1 0,73 (32%pred)
FEV1/FVC 0,53

V. DIAGNOSIS KERJA
- PPOK eksaserbasi akut
- ISPA
- Suspek Gangguan Depresi dd/ cemas

VI. PENATALAKSANAAN
a. Terapi
- MRS

10
- Oksigen 2 liter/menit (nasal canule)
- IVFD NaCl 12 tetes/menit
- Diet rendah karbohidrat
- Nebuliser Salbutamol + Ipratropium bromide @ 8 jam
- Metilprednisolone 2 x 62,5 mg
- Azithromycin 1 x 500 mg
- Ambroxol syrup 3 x 15 ml
b. Rencana diagnostik:

- Sputum gram / kultur / sensitivity test

c. Rencana monitoring:

- Tanda vital

- Keluhan

11
BAB IV
DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Daftar Permasalahan


Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala penderita dalam hal
menghadapi penyakitnya antara lain:
1. Pasien masih kurang paham dengan penyakitnya, gejala-gejala eksaserbasi
akut, dan penanganannya.
2. Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, dan di rumah yang padat
penghuni (8 orang) dengan ventilasi rumah yang kurang baik terutama di
kamar tempat pasien tidur.
3. Terdapat tetangga pasien yang sedang membangun rumah sehingga debu pasir
dapat beterbangan dan menjadi faktor risiko terpaparnya pasien terhadap
faktor risiko eksaserbasi.
4. Pasien memiliki anggota keluarga yang masih merokok yaitu anak pasien
sehingga walaupun pasien tidak merokok lagi namun pasien kadang-kadang
terpapar asap rokok sebagai perokok pasif.
5. Tetangga pasien juga memiliki pekerjaan sebagai tukang pembuat minyak dari
kelapa dengan bahan bakar kayu api sehingga asapnya sering terkena rumah
pasien.

3.2 Analisis Kebutuhan Penderita


3.2.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis
a. Kecukupan Gizi
Nutrisi Harian Pasien
Jenis Jumlah Jadwal/hari Jadwal/minggu
Karbohidrat
Nasi 1 gelas 3 kali 21 kali
Roti - - -
Mie - - -
Lainnya - - -
Protein
Hewani 1 potong 2 kali 14 kali
Nabati 2 potong 1 kali 7 kali
Sayur gelas 3 kali 21 kali
Buah 1 buah 1 kali 3 kali
Susu 1 gelas 1 kali 7 kali

12
Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali. Lauk
yang disiapkan oleh menantunya dikatakan tidak selalu sama, namun dapat
dibuat gambaran umum menu untuk masing-masing jadwal makan sebagai
berikut:
- Sarapan : nasi, tempe/tahu, sayur, susu
- Makan siang : nasi, daging ayam, sayur
- Makan malam : nasi, tempe/tahu atau ikan laut, sayur
Pasien sesekali makan buah diantara waktu makan besar, tergantung dari
ketersediaan buah tersebut. Buah-buahan yang sering dikonsumsi pasien
seperti pisang.
Analisis Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Brocca dengan pertama-tama menentukan berat badan ideal (BBI).
BBI = (TB 100) 10% x 1kg
= (170 100) 10% x 1kg
= 63 kg.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, berat badan pasien
saat ini adalah 60 kg, atau dengan kata lain 95,2% dari BBI, pasien
termasuk kategori normal. Selanjutnya dilakukan penghitungan
kebutuhan kalori basal dan penyesuaian terhadap kebutuhan kalori pasien
sesuai kondisi pasien.
1. Kebutuhan kalori basal (jenis kelamin laki-laki)
= BBI x 30 kalori
= 63 x 30 kalori = 1890 kalori

2. Penyesuaian
a. Usia 57 tahun, maka dikurangi 10% dari kebutuhan kalori
basal
10% x 1890 kalori = 189 kalori
b. Tingkat aktivitas ringan, maka dikurangi 10% dari
kebutuhan kalori basal
10% x 1890 kalori = 189 kalori
c. Berat badan normal

Total kebutuhan kalori pasien dalam satu hari adalah 1890 kalori 189
kalori - 189 kalori, yaitu 1512 kalori/hari.
Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori
penderita adalah 1500 kalori/hari.

13
Distribusi Makanan
Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2
porsi makanan selingan, yaitu:
a. Makan pagi : 20% x 1500 kalori = 300 kalori
b. Makan siang : 30% x 1500 kalori = 450 kalori
c. Makan malam : 25% x 1500 kalori = 375 kalori
d. Asupan di sela makan pagi dan siang : 15% x 1500 = 225 kalori
e. Asupan di sela makan siang dan malam : 10% x 1500 = 150 kalori
Distribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah:
Waktu Karbohidrat Protein Lemak
Total
makan (50% x kalori) (20% x kalori) (30% x kalori)
Makan Pagi 300 kalori 150 kalori 60 kalori 90 kalori
Makan Siang 450 kalori 225 kalori 90 kalori 135 kalori
Makan Malam 375 kalori 187,5 kalori 75 kalori 112,5 kalori
Selingan 1 225 kalori
Selingan 2 150 kalori

Pemilihan Jenis Makanan


Dengan penghitungan tersebut maka dicoba untuk memberikan
suatu pola jadwal yang mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah
makanan. Perhitungan di atas sudah disesuaikan dengan kondisi penyakit
pasien, dimana pasien membutuhkan diet rendah karbohidrat untuk
mencegah timbulnya gejala eksaserbasi akut.
Berdasarkan data dari poliklinik gizi RSUP Sanglah maka penulis
mencoba menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk
ukuran yang dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun
disesuaikan dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.

Waktu
Karbohidrat Protein Lemak
Makan
Makan Pagi Roti putih tawar: 3 Protein hewani Telur ayam 1 butir
iris Ayam tanpa kulit 1 Telur bebek asin 1
Nasi putih: 3/4 potong sedang butir
gelas Teri kering 1 sdm Hati ayam 1 buah
Singkong: 1,5 Putih telur ayam 2 sedang

14
potong btr Bebek potong
Mi basah : 2 gelas sedang
Biskuit: 4 buah Protein Nabati Daging ayam
besar Kacang hijau 1,5 dengan kulit
+ sdm ptng sedang
Jeruk manis 1 Kacang tanah 1,5
buah sdm
Tahu 0,5 potong
besar
Tempe 1,5 potong
sedang
Selingan 1 Biskuit 4 buah besar
Kentang 2 buah sedang
Roti putih 3 iris
Susu sapi 1 gelas + biskuit 1 buah besar
Makan siang Nasi putih 1,25 Protein hewani Telur ayam 2 butir
gelas Ayam tanpa kulit 2 Telur bebek asin 2
Roti tawar 5 iris potong sedang butir
Mi basah 3,5 gelas Teri ke v ring 2 Hati ayam 2 buah
sdm sedang
Putih telur ayam 4 Bebek 1 potong
btr sedang
Daging ayam
Protein Nabati dengan kulit 1
Kacang hijau 2,5 ptng sedang
sdm
Kacang tanah 2,5
sdm
Tahu 1,5 potong
besar
Tempe 3 potong
sedang
Selingan 2 Biskuit 4 buah besar 1 potong besar pepaya
Roti putih 3 sisir + 2 buah jeruk
Singkong 1,5 potong buah mangga besar
Makan Nasi putih 1 gelas Protein hewani Telur ayam 1,5
Malam Roti tawar 4 iris Ayam tanpa kulit butir
Mi basah 2,5 gelas 1,5 potong sedang Telur bebek asin
+ Teri kering 1,5 sdm 1,5 butir
Pepaya potong Putih telur ayam 3 Hati ayam 1,5
besar btr buah sedang
Jeruk manis 1 Bebek 3/4 potong
buah Protein Nabati sedang
Kacang hijau 2sdm Daging ayam
Kacang tanah 2 dengan kulit 3/4
sdm ptng sedang
Tahu 1 potong besar
Tempe 2 potong

15
sedang

b. Akses Pelayanan Kesehatan


PPOK merupakan penyakit kronis yang dapat kambuh bila ada faktor
pencetus bahkan dapat menyebabkan kematian. Pasien tinggal di seputaran
monang-maning, Kota Denpasar, akses pelayanan kesehatan cukup mudah
dijangkau. PUSKESMAS, RSUD Wangaya, rumah sakit Balimed ataupun
RSUP Sanglah sebagai pusat layanan kesehatan terdekat. Biasanya pasien
mengontrol kondisi kesehatannya ke poliklinik RSUD Wangaya. Akses
pelayanan yang dekat memberikan kemudahan bagi pasien terutama saat
sesak napasnya kambuh. Pasien juga ada transportasi motor untuk mencapai
tempat pelayanan kesehatan terdekat. Sampai saat ini pasien hanya 2 kali
saja mengalami sesak yang sampai harus dibawa ke rumah sakit untuk rawat
inap.

c. Lingkungan
Saat ini pasien tinggal bersama istri, 3 orang anak perempuan, 2 orang anak
laki-laki dan 1 orang cucu perempuan. Pasien beserta anak-anaknya tinggal di
1 bangunan yang sama. Pasien tinggal di rumah dengan luas bangunan dan
pekarangan sekitar 2,5 are. Rumah pasien berhimpitan dengan rumah-rumah
di sekitarnya. Keadaan rumah pasien tergolong kurang layak untuk dihuni.
Lantai rumah pasien terbuat dari semen dan beratapkan genteng. Tempat
tinggal pasien terdiri dari 4 kamar yang terpisah, 1 buah dapur, 1 ruangan
keluarga, 1 toilet, terdapat sumur dan padmasana. Kamar tidur pasien
berukuran 4 x 2,5 m2. Kamar tidur pasien tertutup dan tidak memiliki
ventilasi sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk ke kamar pasien.
Kamar pasien juga dekat dengan dapur. Kadang-kadang keluarga pasien
meletakkan dupa di dalam kamar saat sembahyang dan pada saat yang
bersamaan pasien sedang menonton televisi atau sedang beristirahat bersama
cucunya. Kamar Sumber air minum dan air MCK untuk keluarga pasien
adalah dari air PDAM. Di rumah tersebut, terdapat 1 dapur dengan 2 kompor.

16
3.2.2 Kebutuhan Bio-psikososial
a. Lingkungan Biologis
Dalam lingkungan biologis/keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan
hal serupa seperti dialami pasien. Kondisi imun pasien sangat penting dalam
timbulnya kekambuhan pada penyakit pasien. Lingkungan yang kurang
mendukung serta kecukupan gizi yang tidak sesuai diduga menjadi faktor
penting kambuhnya penyakit pasien.
Kondisi rumah pasien dimana ventilasinya kurang memadai tidak
mendukung untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Selain itu, rendahnya
aliran udara di dalam rumah pasien akibat minimnya ventilasi meningkatkan
risiko penyebaran penyakit menular yang bersifat airborne di kalangan
anggota keluarga menjadi lebih mudah.
Kecukupan gizi pasien masih tergolong dalam kondisi gizi sedang. Namun
demikian pola makan pasien tetap perlu diperhatikan sesuai dengan ketentuan
diet yang tepat bagi penderita PPOK, yaitu diet dengan rendah karbohidrat.
b. Faktor Psikososial dan Kultural
Pasien sudah tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya
untuk mencari nafkah. Pasien sudah tidak bekerja selama 7 tahun dan hanya
diam dirumah saja bersama cucu dan anaknya. Sebagian besar biaya untuk
kebutuhan sehari-hari ditopang oleh anak-anak dan istrinya. Istri pasien
bekerja sebagai penjual canang di lingkungan rumahnya dan anak-anaknya
juga sudah bekerja. Pasien mengaku dari pendapatan istri dan anak pasien
tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
Semenjak pasien sakit pasien tidak pernah mengikuti kegiatan social di
banjar maupun kegiatan di sekitar tempat tinggal pasien. Pasien hanya diam
dirumah sepanjang hari. Pasien juga jarang berekreasi ataupun bersilaturahmi
ke keluarga pasien atau teman-teman pasien.
Anggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan
pasien, cukup memahami kondisi pasien saat ini, serta cukup mendukung
kesembuhan pasien. Secara umum putra pasien dan keluarganya memahami
gambaran besar mengenai penyakit pasien serta ikut menjaga supaya penyakit

17
pasien tidak kambuh. Sebagai contoh, putra pasien memilih untuk tidak
merokok di dalam rumah atau dimanapun dekat pasien berada untuk
menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok.

3.3 Saran dan KIE


a. Pasien lebih mengetahui tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko yang harus
dihindari untuk mencegah eksaserbasi penyakitnya, serta mengenali gejala
eksaserbasi akut dan cara menanganinya.
KIE yang diberikan:
- PPOK merupakan penyakit menyerang paru yang bersifat kronis dan
dapat kambuh (mengalami eksaserbasi) apabila ada pencetus.
- Faktor-faktor risiko pemicu eksaserbasi akut PPOK pada pasien ini:
kebiasaan merokok, paparan terhadap debu dan asap, sirkulasi udara
dalam rumah yang kurang baik.
- Untuk mencegah kekambuhan pasien dapat mengenakan masker atau
kain penutup hidung dan mulut saat bepergian keluar rumah serta dalam
setiap kondisi menghindari terpapar dari asap (saat pembakaran sampah,
pada ruangan tertutup dengan dupa menyala saat sembahyang, dll).
- Gejala-gejala eksaserbasi akut yang muncul dapat berupa : sesak napas,
produksi mucus yang meningkat, laju pernapasan yang meningkat serta
dapat disertai batuk-batuk yang semakin sering sebelum terjadinya
eksaserbasi.
- Jika terjadi gejala eksaserbasi akut yang telah dijelaskan tersebut,
langkah awal yang dapat dilakukan pasien adalah menggunakan inhaler
terbutaline/salbutamol yang sudah tersedia dirumah pasien dan cepat
menuju ke pusat pelayanan kesehatan terdekat jika kondisi pasien
memburuk.
b. Ventilasi udara di rumah pasien perlu dimaksimalkan penggunaannya, agar
udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif.
KIE yang diberikan:
- ventilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman
bagi anggota keluarga namun juga meningkatkan risiko kambuhnya
penyakit pada pasien.
- jendela-jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari
agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.

18
- Bersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan ventilasi udara
(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba-laba, dll).
c. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan jangan
membiarkan diri bekerja sampai badan terlalu lelah.
KIE yang diberikan:
- Pasien dapat tetap bekerja namun harus selalu memperhatikan untuk
istirahat secara berkala.
- Tidak memaksakan diri untuk bekerja kapanpun pasien merasa kondisi
tubuhnya menurun.
d. Mengikuti pola makan yang baik dengan gizi seimbang sesuai dengan pola
yang telah dianjurkan.
KIE yang diberikan:
- Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang baik dan utama bagi tubuh,
namun pasien dengan PPOK perlu membatasi asupan karbohidrat karena
konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat memicu eksaserbasi akut.
- Makanan sumber karbohidrat yang baik dan sekaligus perlu diperhatikan
porsinya antara lain: nasi, mie, roti, kentang, singkong.
- Jenis lauk dan sayuran dapat bervariasi agar pasien tidak merasa bosan,
namun dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan pola
yang dianjurkan.
e. Melakukan kontrol ke poli interna RSUP Sanglah secara teratur serta rajin
dan terbuka dalam melaporkan perkembangan kondisi tubuhnya serta
penyakitnya kepada dokter.
KIE yang diberikan:
- Datang ke poliklinik RSUP Sanglah untuk kontrol obat secara teratur dan
sesuai jadwal poli divisi Pulmonologi.
- Menyampaikan dengan sebenar-benarnya perkembangan kondisi dirinya
kepada dokter poliklinik, termasuk keluhan yang sudah membaik,
keluhan yang belum membaik, serta apabila ada keluhan baru.
- Memanfaatkan waktu kontrol di poliklinik untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai penyakitnya ataupun hal-hal yang masih belum
dimengerti oleh pasien.
f. Tetap optimis menjalani hidup dan jangan merasa terbebani oleh penyakit
yang dideritanya saat ini.
KIE yang diberikan:
- Senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
menjalani peribadatan sesuai keyakinan yang dianut pasien.

19
- Penyakit yang diderita pasien bukanlah alasan untuk menghentikan
aktivitas pasien ataupun alasan bagi pasien untuk menarik diri dari
kehidupan sosialnya.
- Kepada anggota keluarga yang lain supaya senantiasa mendukung pasien
dalam mencapai kesembuhan dan mencegah kekambuhan penyakitnya,
serta melakukan tindakan nyata yang dapat mencegah kekambuhan
tersebut (seperti menjaga kebersihan rumah, tidak merokok di dalam
rumah dan sekitar pasien)

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jilid II. 2006. Hal: 984-5
2. Kanervisto M, dkk. COPD, Chronic Bronchitis, and Capacity for Day-to-
day Activities: Negative Impact of Illness on the Health-related Quality of
Life. Chronic Respiratory Disease. 2010. 7(4): 207-215.
3. Tan WC, Ng TP. COPD in Asie: Where East Meets West. CHEST. 2008;
133: 517-527
4. Roche N, dkk. Beyond Corticosteroids: Future Prospects in the Management
of Inflammation in COPD. Eur Respir Rev 2011; 20: 121, 175-182
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK): Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003.

DENAH TEMPAT TINGGAL PASIEN

Sumur
Sanggah
21
Kamar Anak

Dapur
Kamar Pasien

Toilet

Kamar Anak

Ruang Keluarga
Kamar Anak

Pintu
Masuk
Teras

HALAMAN DEPAN

Pintu Masuk
JALAN

FOTO KUNJUNGAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai

  • KANDID
    KANDID
    Dokumen4 halaman
    KANDID
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Pasien Kusta
    Pasien Kusta
    Dokumen1 halaman
    Pasien Kusta
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • CV Rendy
    CV Rendy
    Dokumen2 halaman
    CV Rendy
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Soal Dermatitis Dan Reaksi Alergi
    Soal Dermatitis Dan Reaksi Alergi
    Dokumen6 halaman
    Soal Dermatitis Dan Reaksi Alergi
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • SOP Malaria
    SOP Malaria
    Dokumen4 halaman
    SOP Malaria
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Haji
    Kesehatan Haji
    Dokumen171 halaman
    Kesehatan Haji
    Zaenal Arifin
    Belum ada peringkat
  • HipertensiRumah
    HipertensiRumah
    Dokumen3 halaman
    HipertensiRumah
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • SOP Puspres Campak
    SOP Puspres Campak
    Dokumen2 halaman
    SOP Puspres Campak
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Haji
    Kesehatan Haji
    Dokumen171 halaman
    Kesehatan Haji
    Zaenal Arifin
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Dokumen178 halaman
    Dermatitis Atopik
    Dewi Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Kunjungan Rumah Puskesmas Iship
    Kunjungan Rumah Puskesmas Iship
    Dokumen22 halaman
    Kunjungan Rumah Puskesmas Iship
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • HipertensiRumah
    HipertensiRumah
    Dokumen3 halaman
    HipertensiRumah
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Fix Sop
    Fix Sop
    Dokumen2 halaman
    Fix Sop
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • PBL Obgyn
    PBL Obgyn
    Dokumen3 halaman
    PBL Obgyn
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan Fix
    BAB I Pendahuluan Fix
    Dokumen27 halaman
    BAB I Pendahuluan Fix
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Mini Projek 3
    Mini Projek 3
    Dokumen9 halaman
    Mini Projek 3
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Apa Itu Kuman Streptococcus Suis
    Apa Itu Kuman Streptococcus Suis
    Dokumen2 halaman
    Apa Itu Kuman Streptococcus Suis
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • PBL Obgyn
    PBL Obgyn
    Dokumen3 halaman
    PBL Obgyn
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • CBD Pulmo
    CBD Pulmo
    Dokumen6 halaman
    CBD Pulmo
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Responsi Oma KLK
    Responsi Oma KLK
    Dokumen21 halaman
    Responsi Oma KLK
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Responsi Oma KLK
    Responsi Oma KLK
    Dokumen21 halaman
    Responsi Oma KLK
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • EKGDasar
    EKGDasar
    Dokumen85 halaman
    EKGDasar
    BenedictaAdrianaArumBestari
    100% (1)
  • Cover CBD Pulmo
    Cover CBD Pulmo
    Dokumen1 halaman
    Cover CBD Pulmo
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi FIX
    Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi FIX
    Dokumen3 halaman
    Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi FIX
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Haji
    Kesehatan Haji
    Dokumen171 halaman
    Kesehatan Haji
    Zaenal Arifin
    Belum ada peringkat
  • Inap Vertigo
    Inap Vertigo
    Dokumen2 halaman
    Inap Vertigo
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Protap Rabies
    Protap Rabies
    Dokumen2 halaman
    Protap Rabies
    Wiwid Hidayah
    Belum ada peringkat
  • Cover Kata Pengantar Daftar Isi
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Cover Kata Pengantar Daftar Isi
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Responsi
    Responsi
    Dokumen34 halaman
    Responsi
    Dewa Made Rendy Sanjaya
    Belum ada peringkat