Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri
dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak
dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat
percepatan (akselerasi) pada arah tersebut. Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke
suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok
maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat
gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka
dikatakan fraktur maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).

Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu cedera otak
primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau
bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya
menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil,
sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera
primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi
substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat
lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan
cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan
dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder
dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.

Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial akan dapat
menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), ataupun hipotens. Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan
menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat
mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan
susunan syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas
(Brain Injury Association, 2005).
MANIFESTASI KLINIS

Secara umum, manifestasi klinis cedera kepala menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi
gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, dan
perubahan tanda vital. Kemungkinan pula dapat timbul gangguan pengelihatan dan pendengaran,
disfungsi sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang dan banyak efek
lainnya.

Manifestasi Klinis Trauma Kepala Menurut Reissner (2009)

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:

a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)
b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)
c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau manifestasi klinis untuk cedera kepala ringan Reissner (2009);
a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.
b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
c. Mual atau dan muntah.
d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
e. Perubahan keperibadian diri.
f. Letargik.

Tanda-tanda atau manifestasi klinis untuk cedera kepala sedang, Diane C (2002)

a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan koma.
b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, perubahan
TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala,
vertigo dan gangguan pergerakan.
Tanda-tanda atau manifestasi klinis untuk yang trauma kepala berat (Diane C, 2002);

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau
meningkat.
b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).
d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal
ekstrimitas.
e. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
f. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
g. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.

Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. (2002). Keperawatan Medikal Bedah,Brunner and Suddarth Volume 3 Edisi
8. Jakarta : EGC.

Brain Injury Association of Michigan. (2005). Traumatic Brain Injury Provider Training Manual.
Michigan Department Of Community Health.

Reissner A., (2009). Understanding Traumatic Brain Injuries. Medical Director of Neuro Trauma
Program.

Smeltzer, C, Suzanne, Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner
& Suddarth Edisi : 8 (Vol 2) Alih bahasa Agung Waluyo. Jakarta : EGC.

Sastrodiningrat, A.G., (2007). Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam Menentukan Prognosa


Cedera Kepala Berat. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai