Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, tentunya akan berhasil
apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik unsur pemerintahan maupun unsur masyarakat
dan dunia usaha. Kemudian untuk mengintegrasikan kegiatan seluruh kepentingan dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi salah
satu lembaga yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama dan terbukti berhasil mengatasi
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan
penyakit menular dan lain-lain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya angka
kematian ibu dan angka kematian bayi (Depkes RI, 2006).
Program posyandu dan peran serta kader dapat berjalan secara optimal dengan upaya-upaya diantaranya
pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang baik, pelatihan/bimbingan dari puskesmas setempat dan
pemberian penghargaan untuk meningkatkan motivasi. Seorang kader yang memiliki motivasi yang tinggi
dan kemampuan yang bagus dalam menjalankan tugasnya akan menghasilkan kinerja yang baik. Menurut
Widiastuti (2007), motivasi kader dalam pelaksanaan posyandu merupakan suatu faktor dominan yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan penimbangan balita.
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga
profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya
pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan (Puryaning, 2010).
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), mengklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan, yaitu: faktor predisposing merupakan faktor internal yang ada pada diri individu,
kelompok, dan masyarakat, yang mempermudah individu berperilaku seperti pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai-nilai dan budaya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku salah satunya
adalah pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang atau over behavior (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu, diantaranya:
1. Faktor-faktor Presdisposisi (Presdisposing Factors) : umur ibu, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan
ibu, jumlah anak dalam keluarga, pendapatan dan sikap.
2. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Posyandu yang dilakukan oleh kader posyandu yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu
balita sehingga kader tersebut ramah dan baik. Kader Posyandu yang ramah, terampil dalam memberikan
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan ibu-ibu balita rajin datang dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan di Posyandu (Yon Ferizal dan Mubasysyir Hasanbasri, 2007).
Menurut Apriliyanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader posyandu memanfaatkan
meja penyuluhan yaitu :

1. Umur
Semakin tua umur seorang kader posyandu maka kesiapan kader posyandu dalam memanfaatkan
posyandu (Notoatmodjo, 2003).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan kader kesehatan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga
pengetahuan tentang pemanfaatan meja penyuluhan menjadi terhambat atau terbatas (Suhardjo, 2009).

3. Pekerjaan
Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu masalah
pada pemanfaatan meja penyuluhan serta tidak ada waktu kader mencari informasi karena kesibukan
mereka dalam bekerja (Depkes RI, 2000).

4. Pendapatan

Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah dalam pemanfaatan meja penyuluhan tidak akan berjalan
lancar, sebaliknya apabila tingkat pendapatan meningkat dalam pemanfaatan meja penyuluhan akan
lancar (Notoatmodjo, 2003).

5. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku didalam kehidupan sehari-
hari (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan tentang posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat
membentuk sikap positif terhadap program posyandu khususnya pemanfaatan meja penyuluhan. Pada
gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan posyandu. Kurangnya
pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan
karena kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu dalam
menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari (Sediaoetama, 2009).
Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin baik pemanfaatan meja penyuluhan.
Orang dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa percaya diri yang
berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan meja penyuluhan (Sediaoetama, 2009).

6. Sikap (Attitude)

Pada penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting (Notoatmojo, 2003).
Pendapat dari bidan tentang posyandu di Kelurahan Sirnagalih yaitu kader posyandu yang berpendidikan
SD sebanyak 80% dari jumlah keseluruhan kader, 60% kader berusia 40 tahun ke atas, 80% kader bekerja
sebagai IRT, dan pengetahuan tentang posyandu belum merata di semua kader (Bidan Desa Sirnagalih,
2012).
Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Posyandu merupakan salah satu upaya
pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan dukungan teknis petugas puskesmas.
Kegiatan posyandu meliputi 5 program pelayanan kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Imunisasi, Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi dan penanggulangan diare (Depkes RI, 2006).
Pelaksanaan penimbangan di posyandu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
dilaporkan dari 15 juta balita yang berusia 0 -59 bulan di Indonesia, cakupan penimbangan balita 4 6
kali dalam 6 bulan hanya 46%. Sementara masih terdapat 25,5% balita tidak pernah ditimbang.
Dalam Riskesdas juga dilaporkan posyandu masih merupakan sarana paling tinggi sebagai sarana
kegiatan penimbangan balita (Litbangkes, 2008). Cakupan pelaksanaan penimbangan balita yang dilihat
dari pelaksanaan penimbangan di posyandu pada tahun 2011, dimana hasil penimbangan balita masih
rendah dari 23.009.874 balita hanya sebesar 67.87% balita yaitu 15.616.801 yang ditimbang di posyandu
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusdatin, data & informasi, Jakarta, 2011). Menurut tingkat
perkembangannya di Indonesia pada tahun 2003 tercatat 245.154 unit posyandu dengan total lapor
242.221 unit posyandu.
Menurut data dari Survei GAVI-HSS Ditjen Bina Gizi KIA, seluruh desa di Provinsi Jawa Barat telah
memiliki Posyandu, bahkan ada desa/kelurahan yang memiliki 84 posyandu. Rata-rata jumlah kader per
posyandu adalah 5 orang, dengan persentase rata-rata kader aktif per Posyandu adalah 89%. Sementara
rata-rata jumlah kader per posyandu yang sudah dilatih program KIA adalah sebanyak 2 orang. Namun
demikian berdasarkan data dalam Sistem Informasi Posyandu, bahwa ternyata dari seluruh Posyandu di
Provinsi Jawa Barat yang mencapai 47.265 Posyandu, 26,22 % Posyandu masih tergolong Posyandu
Pratama dan 46,77 % Posyandu Madya sehingga tingkat cakupan programnya rata-rata kurang dari 50 %.
Kemudian terdapat 22,6 % Posyandu Purnama yang dapat didorong menjadi Posyandu Mandiri dan baru
4,35 % Posyandu Mandiri (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2010).
Di Kota Tasikmalaya terdapat 729 buah posyandu dengan total yang lapor ada 729 posyandu. Target
jumlah kader yang ada 3.467 sedangkan yang aktif ada 3.035 orang. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
mencatat jumlah balita gizi buruk pada 2011 sebanyak 4.261 jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Tasikmalaya tercatat saat ini tercatat ada 84.378 balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.057 balita
yang rutin dilakukan penimbangan dan dikontrol di posyandu setempat. Sementara sisanya sebanyak
35.321 balita kondisi kesehatannya tidak terkontrol karena tidak melakukan penimbangan. Jumlah balita
di Indihiang 2.619 jiwa. Jumlah balita yang memiliki KMS yaitu 2.512 jiwa. Jumlah bayi yang ditimbang
di posyandu sebanyak 2.196 jiwa.
Di Puskesmas Indihiang terdapat 47 Posyandu dengan total lapor ada 47 Posyandu. Target jumlah kader
yang ada 231 sedangkan yang aktif 215 orang. Jumlah kader di Kelurahan Sirnagalih sebanyak 39 orang
(Dinas Kesehatan kota Tasikmalaya, 2011). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja
UPTD (Unit Pelaksana Tingkat Daerah) Puskesmas Indihiang Januari-Mei tahun 2012 yang dilakukan
dengan pendataan pada pelaksanaan kegiatan posyandu Kelurahan Sirnagalih didapatkan cakupan
kunjungan balita yang sesuai dengan standar sebesar 60% dari 584 balita hanya 350 balita yang datang ke
posyandu. Data ini menunjukkan penimbangan balita dan pemantauan tumbuh kembang balita di
Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya belum maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan
antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan
Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :Adakah hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke
posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012?

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke
posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran pengetahuan kader tentang posyandu di Kelurahan Sirnagalih


Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

2. Mendapatkan gambaran tentang kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan


Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan


ibu balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan kajian tentang hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu terhadap
kunjungan ibu balita ke posyandu sehingga dapat meningkatkan pengetahuan kader yang dapat
menunjang akan meningkatnya cakupan kunjungan balita.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian serta sebagai media pembelajaran
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan.

b. Bagi Kader Posyandu

Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan bagi kader agar dapat meningkatkan
pelayanan posyandu. dengan tujuan untuk meningkatkan kunjungan balita ke posyandu
khususnya.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Instansi kesehatan khususnya puskesmas dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dengan berperan serta bersama kader untuk memberikan
pengarahan kepada masyarakat untuk memahami peran dan fungsi posyandu khususnya.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi, dokumentasi dan sebagai bahan pustaka.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka, penulis menemukan penelitian dengan judul Gambaran pendidikan
dan pengetahuan kader tentang deteksi ibu hamil berisiko di wilayah kerja Puskesmas Berangas tahun
2011 oleh Asheni Fahriyah Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
mengambil sampel secara cluster sampling dan variabelnya pendidikan kader dan pengetahuan kader
tentang deteksi ibu hamil berisiko .
Sedangkan penelitian ini mengambil judul, yaitu : Hubungan antara pengetahuan kader tentang
posyandu terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota
Tasikmalaya Tahun 2012. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah jenis penelitiannya yaitu korelatif dengan menggunakan total sampling dan variabel penelitiannya
yaitu pengetahuan kader tentang posyandu dan kunjungan ibu balita ke posyandu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan what. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Menurut
Skinner dalam Notoatmodjo (2010), pengetahuan yaitu apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan maka dapat
disimpulkan bahwa ia mengetahui bidang tersebut. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.
Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% 100% dari seluruh petanyaan.
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% 75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% 55% dari seluruh pertanyaan.

B. Kader

Pengertian

Menurut Ismawati (2010), kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

Syarat-syarat Kader Posyandu


Adapun syarat-syarat seorang kader harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Dapat membaca dan menulis.

2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.


3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.

4. Mempunyai waktu yang cukup.

5. Bertempat di wilayah posyandu.

6. Berpenampilan ramah dan simpatik.

7. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.

8. Tugas Kader Posyandu

Melakukan kegiatan bulanan posyandu.

Tugas kader posyandu pada hari H- atau saat persiapan hari buka Posyandu, meliputi:
1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur,
obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan/materi penyuluhan.
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu.
3) Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan
meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik
untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

1. Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi:


1) Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau buku bantu
kader.
2) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya.
3) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu
datang ke Posyandu pada kegiatan berikutnya.

1. Pelatihan Kader Posyandu

Seorang calon kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu, seperti :

1. Konsep posyandu balita

2. Gizi seimbang, penentuan status gizi balita, cara menentukan status gizi balita, serta penentuan
Bawah Garis Merah (BGM), serta pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS.

3. Pemanfaatan dan pemberian ASI ekslusif.

4. Makanan pendamping ASI yang sehat.

5. Penyakit yang sering di derita oleh balita, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan
balita di rumah.

6. Stimulasi tumbuh kembang anak.


7. Pengukuran antropometri (Ismawati, 2010).

C. Posyandu

Pengertian

Pengertian posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita (Karwati, dkk, 2011).
Kegiatan Pelayanan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan.
Kegiatan utama, sekurang-kurangnya mencakup 5 kegiatan, yaitu:
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Pencegahan dan penanggulangan diare.

Kegiatan pengembangan atau pilihan, dapat menambah kegiatan baru disamping 5 kegiatan utama yang
telah ditetapkan dan dilaksanakan dengan baik. Kegiatan baru tersebut misalnya :

1) Bina keluarga balita (BKB).


2) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB). Misalnya infeksi
saluran nafas akut, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak dan tetanus neonatorum.
3) Program diservikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui tanaman obat
keluarga.
4) Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

Sasaran Posyandu

Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di posyandu
terutama :

1. Bayi dan anak balita

2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

3. Pasangan usia subur

4. Pengasuh anak

5. Strata Posyandu

Ada 4 strata dalam posyandu, diantaranya:

1. Posyandu Pratama (merah)

Syarat-syaratnya, yaitu :
1) Keadaan : posyandu belum mantap
2) Penimbangan <8 kali="" p=""> 3) Rata-rata jumlah kadernya 5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA <50 p=""> 5) Cakupan kumulatif KB <50 p=""> 6) Cakupan
kumulatif Imunisasi <50 p="">

2. Posyandu Madya (kuning)

1) Keadaan : kelestarian sudah baik, cakupan rendah


2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA <50 p=""> 5) Cakupan kumulatif KB <50 p=""> 6) Cakupan kumulatif
Imunisasi <50 p="">

3. Posyandu Purnama (hijau)

1) Keadaan : kelestarian sudah baik, cakupan tinggi, ada program tambahan.


2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA >50%
5) Cakupan kumulatif KB >50%
6) Cakupan kumulatif Imunisasi >50%
7) Cakupan dana sehat <50 p=""> 8) Program pengembangan posyandu sudah ada.

4. Posyandu Mandiri (biru)

1) Keadaan : Kelestarian sudah baik, cakupan tinggi, ada program tambahan dan dana sehat.
2) Penimbangan >8 kali
3) Rata-rata jumlah kadernya >5 orang
4) Cakupan kumulatif KIA >50%
5) Cakupan kumulatif KB >50%
6) Cakupan kumulatif Imunisasi >50%
7) Cakupan dana sehat >50%
8) Program pengembangan posyandu sudah aktif (Ismawati, 2010).

5. Manfaat Posyandu

Bagi masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi balita dan ibu.
2) Pertumbuhan balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk.
3) Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A.
4) Ibu hamit terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi tetanus
toksoid.
5) Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.
6) Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
7) Apabila terdapat kelainan pada balita, ibu hamil, ibu nifas menyusui dapat segera diketahui dan
dirujuk ke puskesmas.
8) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan balita.

Bagi kader
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2) Ikut berperan serta nyata dalam perkembangan tumbuh kembang balita dan kesehatan ibu.
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan balita dan kesehatan ibu (Karwati, dkk,
2011).

Pelaksanaan Posyandu

Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu hai dalam satu bulan. Apabila diperlukan hari buka posyandu
dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Ada 5 meja posyandu, yaitu:

Meja 1

1) Bumil/bayi/balita datang ke posyandu.


2) Kader melakukan pendaftaran pada ibu dan balita yang datang pada buku register.

Meja 2

1) Menimbang bayi/ /ibu yang datang ke posyandu.


2) Melaksanakan pengukuran dengan pita Lila (bagi WUS).
3) Hasil penimbangan/pengukuran dituliskan pada secarik kertas tadi

Meja 3

1) Mencatat hasil penimbangan pada KMS.


2) Ajari ibu balita untuk mengetahui cara membaca KMS.
3) Menilai berat badan (naik/tetap/turun).
4) Memasukkan data ke SIP (register bayi/balita/bumil).

Meja 4

Memberikan penyuluhan/ konseling secara perorangan/ per kasus.

Meja 5

1) Pelayanan oleh tenaga kesehatan/ BKKBN.


2) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan), Oralit, Vitamin A, Tablet Fe,
Rujukan, dan lain-lain (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2011).

D. Balita

Pengertian

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia
setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah
(www.wikipedia.com).
Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 3 tahun (batita) dan anak usia
prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-
sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga
anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan tidak terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun
penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki diakses tanggal 12 Juni 2012).

Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola
yang sama, yakni:

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan
tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu
menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda
dengan jemarinya.

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan
lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita
merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.


2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya,
seperti rambut, kuku, dan sebagainya (http://balita-sehat.com// diakses tanggal 12 Juni 2012).

Kunjungan Ibu balita ke posyandu

Kunjungan Ibu Balita di Posyandu adalah keteraturan kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau
lebih. Peran serta ibu dalam menimbangkan balitanya ke Posyandu dilihat berdasarkan frekuensi
kehadiran balita dalam kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur jika frekuensi penimbangan minimal
8 (delapan) kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur jika frekuensi penimbangan kurang
dari 8 (delapan) kali dalam satu tahun (Depkes RI, 2004).
Kunjungan balita ke Posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan sebagainya. Kunjungan balita ke
posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali per tahun. Untuk itu kunjungan balita
diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang
dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau
lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung
dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jabar, 2007).
Sehingga dapat disimpulakan bahwa ibu balita dapat dikatakan berperan serta baik dalam kegiatan
posyandu yaitu jika dalam frekuensi minimal 8 kali pertahun atau lebih, dan sebaliknya ibu balita
dikatakan berperan serta buruk atau kurang baik yaitu jikan kunjunngannya ke posyandu kurang dari 8
kali pertahun.
Faktor faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu (Sri poedji, 2002).

1. Umur balita

Umur balita merupakan permulaan kehidupan untuk seseorang dan pada masa ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat.
Menurut Sri Poerdji menyatakan bahwa umur hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh
terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita
merasa bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak semakin
bertambah.

2. Jumlah anak

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu yang mempunyai anak balita untuk hadir
atau berpartisipasi dalam posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock (2005)
bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula permasalahan yang akan muncul dirumah
terutama untuk mengurus kesehatan anak mereka.
Dalam kaitanya dengan kehadirannya di posyandu seorang ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di
posyandu karena waktunya akan habis umtuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam mengurus
anaknya di rumah.

3. Status pekerjaan ibu

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu- ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu
balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat
kurang bahkan tidak ada sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu.
Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan
meluangkan waktu untuk membawa anaknya ke posyandu.
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan keluarga. Hal ini
dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke
posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan semua pekerjaan.
Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan, tempat ibu bekerja serta
jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarga di rumah ( Husnaini, 1989).

4. Jarak tempat tinggal

Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu untuk hadir / berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu. Hal tersebut sesuai dengan dinyatakan oleh lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) bahwa faktor lingkungan fisik/ letak geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorang/
masyarakat terhadap kesehatan. Ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan karena ibu tersebut jauh
dengan posyandu sehingga ibu balita trrsebut tidak datang untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu.
Demikian juga yang dikemukakan oleh WHO dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa sikap
akan terwujud didalam satu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu balita mau datang ke
posyandu tetapi karena jaraknya jauh/situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke
posyandu.

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu balita
dalam kegiatan posyandu, diantaranya:

1. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing factors)

1. Pengetahuan kader
Kunjungan ibu balita ke
posyandu
Variabel Independen Variabel Dependen
b. Umur kader
c. Pendidikan kader
d. Pekerjaan kader
e. Pendapatan kader
f. Sikap kader

1. Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Pengetahuan
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Pendapatan
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
= hubungan variabel yang diteliti = hubungan variabel yang tidak diteliti
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
1 Pengetahuan Pemahaman kader Kuesioner 1. Baik 76% Ordinal
kader tentang segala sesuatu 100% 2. Cukup
yang berkaitan dengan 56% 75%
posyandu yang dapat 3. Kurang 40%
dinilai dari hasil jawaban 55%
yang didapat pada saat (Arikunto,2006)
penelitian.
2 Kunjungan ibu Ibu balita yang Lembar Ordinal
balita ke membawa anak balita cecklist 1. Baik
posyandu (12 59 bulan) yang >75%
memperoleh pelayanan
pemantauan 2. Cukup 60-
pertumbuhan dan 75%
perkembangan ke 3. Kurang <60
posyandu pada saat p=""
dilakukan penelitian rikunto="">
(Juknis SPM, 2008).
C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di
Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Tahun 2012.
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke
posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan

Anda mungkin juga menyukai