27 53 1 SM PDF
27 53 1 SM PDF
1, 2014, artikel 1
Hasrat AS
hasrat_ash@yahoo.com,
John Haluan, and I Ketut Budiastra
ABSTRAK
ABSTRACT
The aim of this study is to determine the status of sustainable management of aquaculture.
Aquaculture sustainable management analysis was done using Rapfish. The institutional
and socio-cultural dimension have a very low sustainable index. s A multidimensional
analysis showed that more sensitive attributes were phosphate, nitrate, productivity of
fisheries, heavy metal, fisheries sector contribution to GDP, feasibility of fishery, amount
of venture capital for aqua culture, availability of social institutions, availability of micro
finance institutions, level of public compliance, availability of resource management
regulations, pattern of public relations in the fisheries, community empowerment and level
of employment. These attributes need attention in the management of aquaculture at the
study sites.
LATAR BELAKANG
PPK diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak merusak lingkungan. Kegiatan
perikanan budidaya yang sesuai untuk PPK antara lain rumput laut, berbagai jenis ikan
kerapu, teripang, dan kerang-kerangan. Perikanan budidaya merupakan suatu usaha
memanfaatkan sumberdaya di kawasan pesisir dalam hal memelihara berbagai jenis ikan,
kerang-kerangan, rumput laut dan biota laut lainnya yang bernilai ekonomis penting
(Ismail et al., 2001).
Menurut Lim (1998), garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki
empat dimensi, yaitu ekologis, sosial ekonomi budaya, sosial politik, serta hukum dan
kelembagaan untuk pemecahan masalah-masalah di wilayah pesisir. Lebih lanjut Fauzi dan
Anna (2002) menyatakan bahwa konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan
mengandung aspek: ecological sustainability, socioeconomic sustainability, community
sustainability dan institutional sustainability. Goodland (1995) pembangunan
berkelanjutan dibedakan menjadi empat, yakni environmental sustainability, economic
sustainability, social sustainability dan sustainable development. Dalam hal ini pengertian
pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi dari tiga aspek, yakni: kelestarian sosial,
kelestarian lingkungan dan keberlangsungan ekonomi.
Pengelolaan usaha budidaya perikanan dapat dilakukan pada kawasan seperti selat,
teluk, laguna, dan gusung yang terlindung dari pengaruh arus kuat, gelombang besar, angin
yang kencang serta bebas cemaran. Arifin et al. (2011), melaporkan bahwa luas perairan
yang potensial untuk budidaya rumput laut di kawasan pesisir Makassar sekitar 110,012.6
hektar dengan klasifikasi sesuai dan sekitar 1.963,6 hektar dan tidak sesuai sekitar
108.156 hektar serta luasan yang efektif sebesar 243,225 hektar. Luas perairan yang
potensial untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA adalah sebesar 1961.3 hektar dengan
klasifikasi sesuai sekitar 1.961,3 hektar dan tidak sesuai sekitar 108.158,2 hektar, dengan
luasan yang efektif sekitar 209,97 hektar. Permasalahan yang hendak dikaji adalah:
bagaimana keberlanjutan dapat dicapai dan seberapa besar nilai keberlanjutan pengelolaan
perikanan budidaya, yang meliputi dimensi ekologi, ekonomi, kelembagaan dan sosial
budaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui status keberlanjutan pengelolaan
perikanan budidaya.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
Pengumpulan Data
Dari hasil analisis diperoleh bahwa indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar
65,257 (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan dimensi ekologi
cukup berkelanjutan. Menurut Arifin et al. (2011), kandungan fosfat pada lapisan
permukaan perairan pesisir Makassar berkisar antara 0,05 mg/l - 1,77 mg/l. Kandungan
fosfat tertinggi diperoleh pada lokasi dekat pantai. Distribusi rerata kandungan nitrat di
lapisan permukaan berkisar antara 0,033 mg/l 0,072 mg/l. Sementara itu Lifu (2001)
melaporkan bahwa perairan pesisir Makassar telah terkontaminasi logam berat antara lain
besi (Fe), timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Kandungan logam besi yang terukur adalah
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
berkisar antara 0,00297 0,0324 ppm , timbal (Pb) sekitar 0,64 -1,39 ppm dan tembaga
(Cu) berkisar antara 0,37 - 0,57 ppm.
Perairan PPK Makassar merupakan bagian dari Selat Makassar, dimana
perairannya relatif subur, proses penyuburan yang terjadi berlangsung sepanjang tahun,
baik pada musim barat maupun pada musim timur. Namun demikian usaha perikanan
budidaya belum dioptimalkan. Hal tersebut menyebabkan tingginya nilai sensitivitas
atribut produktivitas usaha perikanan.
A B
Gambar 3. Indeks status keberlanjutan dimensi ekologi (A) Peran masing-masing atribut
dimensi ekologi yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS (B)
Figure 3. The status of sustainability indeks for ecological dimension (A) Each role
ecological dimension attribute expressed in types of RMS change value (B)
Analisis leverage dilakukan bertujuan untuk melihat atribut yang sensitif
memberikan konstribusi terhadap indeks dimensi ekologi. Berdasarkan Gambar 2 dari
empat belas (14) atribut yang dianalisis, menunjukkan bahwa atribut fosfat, nitrat,
produktivitas usaha perikanan dan logam berat memiliki tingkat sensitivitas yang relatif
lebih tinggi, sedangkan atribut kesesuaian perairan memiliki tingkat sensitivitas yang
relatif lebih rendah dari ke tigabelas (13) atribut lainnya.
Dimensi Ekonomi
Dari hasil analisis diperoleh bahwa indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar
50,998 (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan dimensi ekologi
cukup berkelanjutan. Product Domestic Regional Bruto (PDRB) dapat dijadikan
indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Lapangan usaha yang sangat menonjol
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
konstribusinya terhadap PDRB Kota Makassar adalah perdagangan, hotel dan restaurant
sebesar 28,57%.
PPK Makassar merupakan bagian dari kepulauan Spermonde, dimana pada
perairan tersebut merupakan pertemuan massa air yang berasal dari Selat Makassar dan
Laut Flores yang menyebkan kawasan ini relatif subur sehingga kelayakan usaha
perikanan relatif tinggi. Kebutuhan modal usaha dalam kegiatan budidaya KJA cukup
tinggi, dimana modal untuk pengadaan wadah KJA dengan luasan 3 x 3 x 3 m per
kotaknya berkisar antara Rp 10 juta sampai Rp15 juta termasuk biaya operasional. Hal ini
disebabkan biaya operasionalnya juga cukup tinggi, untuk pembelian bibit ikan kerapu
macan mencapai Rp 1000-Rp 1500/cm (untuk hasil pembibitan yang didatangkan dari Bali
atau Takalar), disamping itu masa pemeliharaan juga menjadi faktor penyebab rendahnya
minat masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya KJA. Kegiatan usaha rumput laut
membutuhkan modal sekitar Rp 1.000.000-1.500.000 per unitnya (40 x 60 m), disamping
teknologi budidayanya relatif sederhana dan dapat dikuasai (Kasnir, 2010).
Analisis leverage dilakukan bertujuan untuk melihat atribut yang sensitif
memberikan konstribusi terhadap indeks dimensi ekonomi. Berdasarkan Gambar 3 dari
sepuluh (10) atribut yang dianalisis, menunjukkan bahwa atribut konstribusi sektor
perikanan terhadap PDRB, kelayakan usaha perikanan dan besarnya modal usaha untuk
budidaya laut memiliki tingkat sensitivitas yang relatif lebih tinggi, sedangkan atribut
jenis komoditas unggulan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih rendah dari atribut
lainnya.
A B
Gambar 4. Indeks status keberlanjutan dimensi ekonomi (A); Peran masing-
masing atribut dimensi ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk
perubahan nilai RMS (B)
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
Figure 4. The status of sustainability indeks for economic dimension (A) Each role
economic dimension attribute expressed in types of RMS change value
(B)
Dimensi Kelembagaan
A B
Gambar 5. Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan (A); Peran masing-masing atribut
dimensi kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS
(B)
Figure 5. The status of sustainability indeks for institutional dimension (A) Each role
institutional dimension attribute expressed in types of RMS change value (B)
Dari hasil analisis diperoleh bahwa indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya
sebesar 40,236 (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan dimensi
sosial budaya kurang berkelanjutan. Analisis leverage dilakukan bertujuan untuk melihat
atribut yang sensitif memberikan konstribusi terhadap indeks dimensi sosial budaya.
Berdasarkan Gambar 5 dari sembilan (9) atribut yang dianalisis, menunjukkan bahwa
atribut yaitu pola hubungan masyarakat dalam kegiatan perikanan, pemberdayaan
masyarakat dan tingkat penyerapan tenaga kerja. memiliki tingkat sensitivitas yang relatif
lebih tinggi, sedangkan atribut memiliki nilai sejarah, seni dan budaya memiliki tingkat
sensitivitas yang lebih rendah dari atribut lainnya.
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
A B
Gambar 6. Indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya (A); Peran masing-masing atribut
dimensi sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS
(B)
Figure 6. The status of sustainability indeks for socio-cultural dimension (A) Each role
socio-cultural dimension attribute expressed in types of RMS change value (B
Faktor tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan
perikanan umumnya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga sendiri yang
disesuaikan dengan peran dalam tahapan persiapan, proses produksi, panen dan
pemasaran. Untuk KJA memerlukan paling tidak 2 orang per unitnya dalam proses
produksi berupa memberikan pakan pagi, siang dan sore hari, membersihkan keramba,
mengontrol penyakit dan pertumbuhan. Budidaya rumput laut hanya memerlukan satu
orang mulai dari pengikatan, penanaman dan pemeliharaan, penangkapan.
Dari hasil analisis multi dimensi memperlihatkan bahwa dimensi kelembagaan dan
sosial budaya merupakan dimensi yang paling rendah indeks keberlanjutannya. Nilai
indeks keberlanjutan untuk masing-masing dimensi disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Indeks keberlanjutan pada setiap dimensi
Table 1. Index of sustainability on each dimension
Dimensi Indeks keberlanjutan
Ekologi 65,257
Ekonomi 50,998
Kelembagaan 33,986
Sosial budaya 40,236
A B
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
Gambar 7. Diagram Layang keberlanjutan (A); Ordinasi analisis Monte Carlo yang
menunjukkan posisi median dan selang kepercayaan 95% terhadap median
(B).
Figure 7. Kite diagram sustainability (A); Ordination analysis Monte Carlo the indicate
median position and interval 95% confidence about median.
Beberapa parameter statistik yang diperoleh dari analisis Rapfish dengan
menggunakan metode MDS berfungsi sebagai standar untuk menentukan kelayakan
terhadap hasil kajian yang dilakukan di daerah studi. Tabel 2 menyajikan nilai stress dan
R2 (koefisien determinasi) untuk setiap dimensi maupun multidimensi. Nilai tersebut
berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan
dimensi yang dikaji secara akurat (mendekati kondisi sebenarnya).
Tabel 2. Hasil analisis Rapfish untuk beberapa parameter statistik
Table 2. Result of Rapfish analysis for some statistical parameters.
Nilai Statistik Multidimensi Ekologi Ekonomi Kelembagaan Sosial budaya
Stress 0,125 0,120 0,130 0,400 0,140
R2 0,935 0,950 0,940 0,950 0,940
Jumlah Iterasi 3 3 3 3 3
ternyata mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks total maupun
masing-masing dimensi. Ordinasi analisis Monte Carlo dapat dilihat pada Gambar 6 B.
Pada Gambar 7 B terlihat bahwa selang kepercayaan 95% terhadap indeks keberlanjutan
pengelolaan perikanan budidaya pada analisis Monte Carlo adalah 50,210.
Berdasarkan Tabel 3 berikut, terlihat bahwa indeks keberlanjutan pengelolaan
perikanan budidaya pada selang kepercayaan 95% diperoleh hasil yang tidak banyak
mengalami perbedaan antara hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo. Perbedaan
indeks keberlanjutan antara hasil analisis metode MDS dengan analisis Monte Carlo
mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: 1) kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut
relatif kecil, 2) variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, 3) proses
analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, 4) kesalahan pemasukan data dan
data hilang dapat dihindari.
Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada Tabel 3,
menunjukkan bahwa analisis Rapfish dengan menggunakan metode MDS untuk
menentukan keberlanjutan sistem yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi,
dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa metode analisis Rapfish yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi untuk menilai secara
cepat (rapid appraisal) keberlanjutan dari sistem pengelolaan budidaya laut.
Tabel 3. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai keberlanjutan dari masing-masing
dimensi pada selang kepercayaan 95%
Table 3. The result analysis Monte Carlo to value sustainability for each dimensin
interval 95% confidence.
Status Indeks Hasil MDS Hasil Monte Carlo
Ekologi 65,257 63,952
Ekonomi 50,998 48,328
Kelembagaan 33,986 32,715
Sosial budaya 40,236 41,904
Multidimensi 50,985 50,210
KESIMPULAN
1. Dimensi kelembagaan dan sosial budaya merupakan dimensi yang paling rendah
indeks keberlanjutannya.
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
2. Berdasarkan penilaian terhadap setiap atribut, diperoleh atribut yang paling sensitif
yaitu fosfat, nitrat, produktivitas usaha perikanan, logam berat, konstribusi sektor
perikanan terhadap PDRB, kelayakan usaha perikanan, besarnya modal usaha
untuk budidaya laut, ketersediaan lembaga sosial, ketersediaan lembaga keuangan
mikro, tingkat kepatuhan masyarakat, ketersediaan peraturan pengelolaan
sumberdaya secara formal, pola hubungan masyarakat dalam kegiatan perikanan,
pemberdayaan masyarakat dan tingkat penyerapan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, T., T. L. Kepel, S. N. Amri dan A. Daulat. 2011. Analisis Kebijakan Pengelolaan
Kawasan Pesisir Kota Makassar. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir. Jakarta.
Beckmann Benda von F , Keebet von Benda Beckmann dan J. Koning, 2001. Sumberdaya
Alam dan Jaminan Sosial. Pustaka Pelajar. 414 p.
Bohari, Ridwan, 2010. Model Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan
Berkelanjutan di Pantai Makassar Sulawesi Selatan (Disertasi). SPs-IPB. 263 hal.
Chotim, E.E dan Handayani, A.D, Lembaga Keuangan Mikro Dalam Sejarah, Jurnal
Analisis Sosial, Vol.6, No. 3 Desember 2001. p11-29, Bandung, Akatiga.
Dolman, A.J. 1990. The Potential Contribution of Marine Resources to Sustainable
Development in Small-Island Developing Countries, in Beller, W.P. DAyala and
P. Hein (Eds), Sustainable Development and Environmental Management of Small
Island. Mand and the Biosphere Series, Volume 5. UNESCO, Paris and Parthenon
Publishing Carnforth.
Fauzi, A., and S. Anna. 2002. Assessment of fishery resource depreciation for policy
considerations. Journal of Coastal and Marine Resources 4(2):3649.
Fauzi, A., and S. Anna. 2003. Assessment of sustainability of integrated coastal
management projects: a CBA-DEA approach. Journal of Coastal and Marine
Resources, Special Issue 1:3448.
Fisheries Com. 1999. Rapfish Project. http:/fisheries.com/project/rapfish.htm. Diakses 5
Desember 2010.
Goodland, R. 1995. The Concept of Environmental Sustainability. Annual Review of
Ecology and Systematics. JSTOR, Volume 26, 1-24.
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 1
Ismail, A., Wedjatmiko, Sarifuddin dan B. Sumiono. 2001. Kajian Teknis Pembesaran
Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus spp.) dalam Keramba Jaring Apung di lahan
Petani. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan JICA, p. 407-427.
Johnson, RA & Wichern, DW. 1992. Applied Multivariate Statistical Analysis, 3th.
Prentice Hall Englewood Cliss, New Jersey.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya
Perikanan. LkiS.Yogyakarta. 190 p.
Lim. 1998. Carrying capacity assessment of Pulau Payar Marine Park, Malaysia . Bay of
Bengal Programme. Madras. 129 p.
Nikijuluw, Victor P.H. (2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta
Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Secara Terpadu. Makalah pada Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek
Pesisir, PKSPL, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 29 Oktober 2001. 17 p.
Scott, J.C. 1983. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di AsiaTenggara.
Edisi Kedua. LP3ES. Jakarta.