Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO V

KELAINAN PADA LIDAH


Oleh: drg. Ayu Mashartini, Sp.PM

Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke RSGM FKG Universitas Jember


dengan keluhan rasa pedih pada lidah. Berdasarkan anamnesis, keluhan tersebut
diperparah saat pasien makan makanan berbumbu tajam dan minum-minuman
bersoda, belum pernah diobati oleh pasien sejak keluhan tersebut timbul. Sebelumnya
pasien pernah mengalami keluhan serupa dan membiarkannya saja hingga sembuh
dengan sendirinya. Pemeriksana klinis pada lidah dijumpai depapilasi multipel
berbentuk sirkuler dengan peninggian pada tepinya berwarna putih kekuningan. Pada
bagian anterior dijumpai fisura, multipel, panjang 3 cm, kedalaman 6 cm disertai
eritema.
Berdasarkan riwayat kesehatan, pasien 2 bulan sebelumnya pernah ke dokter
gigi untuk memeriksakan lidahnya karena kelhan tidak nyaman pada bagian belakang
lidah karena adanya kemerahan dan beberapa benjolan. Menurut dokter gigi benjolan
tersebut tidak dapat hilang dan sudah ada sejak kecil, hanya pasien tidak menyadari
sebelumnya. Pemerikasan klinis pada saat itu dijumpai eritema pada bagian sentral
disertai permukaan yang berlobus di daerah posterior lidah.

1
STEP 1
IDENTIFYING UNFAMILIAR WORDS

1. Depapilasi multiple
Jawab: hilangnya papila pada beberapa bagian

2
STEP 2
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa lidah pasien saat memakan makanan yang tajam dan minuman
bersoda terasa pedih?

2. Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada lidah?

3. Mengapa terdapat gambaran klinis depapilasi multiple dan apakah ada


hubungannya dengan gangguan fungsi pengecapan?

4. Bagaimana gambaran anatomi normal lidah?

5. Mengapa rasa sakit pada pasien baru dirasakan saat berusia 20 tahun?

6. Apa saja etiologi dan faktor predisposisi yang mempengaruhi kelainan pada
lidah?

7. Apakah kelainan pada gambar 2 merupakan kelanjutan dari kelainan pada


gambar 1?

8. Bagaimana mekanisme kekambuhan dari kelainan yang dialami pasien pada


skenario?

9. Bagaimana bisa pasien tidak menyadari adanya benjolan pada bagian


posterior lidah dan apakah tidak mempengaruhi fungsi fisiologis lidah?

10. Mengapa terjadi perbedaan kelaianan yaitu depapilasi multiple yang


berbentuk sirkuler dan bagian anterior yang berbentuk fissure?

11. Bagaimana mekanisme terbentuknya fissure hingga memliki panjang 3 cm


dan kedalaman 6 mm?

3
12. Apakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap kelainan pada
skenario tersebut?

13. Bagaimana fungsi fisiologi dan struktur anatomi lidah berdasarkan pada usia
seseorang?

14. Apakah benjolan pada posterior lidah yang sudah ada sejak lahir merupakan
kelainan pada saat proses pembentukan lidah? Apakah termasuk kelainan
kongenital atau herediter?

15. Apakah ada keterkaitan antara depapilasi lidah multiple dengan rasa pedih
yang dirasakan pasien?

16. Bagaimana gambaran histologis lidah normal?

17. Bagaimana gambaran HPA fissure pada lidah?

18. Bagaimana proses pembentukan lidah?

19. Bagaimana keterkaitan antara kelainan pada gambar 1 dan gambar 2?

4
STEP 3
BRAINSTORMING

1. Mengapa lidah pasien saat memakan makanan yang tajam dan minuman
bersoda terasa pedih?
Rasa pedih yang dialami pasien dapat disebabkan karena kondisi pada lidah
yaitu adanya depapilasi multiple. Depapilasi multiple terjadi karena sel-sel
epitel pada lidah mengalami atrofi. Lidah yang lapisan epitelnya tipis ini dapat
terjadi karena adanya kelainan kongenital maupun herediter. Akibatnya, ketika
ada makanan pedas maka dapat menjadi bahan iritan pada lidah. Selain itu
reseptor pada lidah itu juga mempunyai ambang reseptor untuk merasakan
berbagai rasa, jika ambangnya sudah melewati batas maka akan
diterjemahkan oleh nosiseptor sebagai rasa nyeri, oleh karena itu mengapa
ketika dirangsang oleh makanan tajam dapat menyebabkan lidah menjadi
perih.

2. Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada lidah?


Fissure tongue, merupakan kelainan dimana terdapat bentukan seperti
celah memanjang dan dengan kedalaman tertentu pada permukaan
lidah. Fisssure tongue dapat berupa keadaan yang fisiologis maupun
patologis. Fissure tongue fisiologis merupakan suatu bentuk variasi
normal pada lidah yang terjadi sejak kecil dan kemungkinan karena
adanya kelainan kongenital. Fissure tongue fisiologis biasanya tidak
perih ketika dirangsang oleh makanan dan minuman. Yang mungkin
disebabkan karena intensitas menerima rangsang tajam itu sudah
sering sejak kecil jadi kemungkinan sudah terbiasa. Sedangkan fissure
tongue patologis merupakan bentukan yang terjadi karena adanya
iritasi atau trauma yang didapat saat postnatal. Biasanya perih dan
sakit ketika dirangsang oleh makanan dan minuman yang tajam serta
disertai kemerahan.

5
Geographic tongue, merupakan bentukan seperti pulau-pulau berwarna
merah pada lidah. Umumnya terasa perih saat dirangsang oleh
makanan dan minuman tajam.
Atrophy papilla dan hypertrophy papilla. Dapat terjadi karena
penggunaan obat-obatan antibiotika yang mempengaruhi keadaan
sistemik. Atrophy papilla biasanya terjadi pada papila filiformis.
Stomatitis, merupakan kedaan patologis disertai ulser dan terasa nyeri.
Dapat disebabkan karena stres, dan defisiensi vitamin C. Selain itu,
fase menstruasi pada wanita juga dapat memicu terbentuknya
stomatitis.
Bentukan benjolan pada posterior lidah gambar 1 bukan merupakan
pembesaran dari papila, mungkiin merupakan pembesaran dari
kelenjar saliva dibaawah lidah. Atau mungkin juga merupakan
pembesaran dari otot-otot ekstrinsik dan instrinsik lidah.

3. Mengapa terdapat gambaran klinis depapilasi multiple dan apakah ada


hubungannya dengan gangguan fungsi pengecapan?
Terjadinya depapilasi multiple dapat menyebabkan gangguan pada
pengecapan lidah. Ada hubungannya antara benjolan pada lidah bagian
posterior dan fisssure tersebut yaitu benjolan yang sudah ada sejak kecil itu
dan dipengaruhi adanya iritan atau infeksi yang disebabkan jamur atau infeksi
lainnya, maka akan menyebabkan fissure. Jadi merupakan kelanjutan dari
gambar 1 lalu gambar 2. Meskipun benjolan pada gambar 1 tidak terlihat pada
gambar 2.

4. Bagaimana gambaran anatomi normal lidah?


(menjadi LO)

5. Mengapa rasa sakit pada pasien baru dirasakan saat berusia 20 tahun?
Rasa sakitnya disebabkan karena fissure, karena benjolan pada posterior lidah
itu sudah ada sejak kecil dan hanya bersifat mengganggu saja. Selain itu
fissure tongue yang kedlamannya 6 mm itu mungkin sudah mencapai lamina

6
propria sehingga ketika mendapat iritan dapat menjadi sakit dan ditandai juga
dengan munculnya eritema.

6. Apa saja etiologi dan faktor predisposisi yang mempengaruhi kelainan pada
lidah? (menjadi LO)

7. Apakah kelainan pada gambar 2 merupakan kelanjutan dari kelainan pada


gambar 1? (menjadi LO)

8. Bagaimana mekanisme kakambuhan dari kelaianan yang dialami pasien pada


skenario? (menjadi LO)

9. Bagaimana bisa pasien tidak menyadari adanya benjolan pada bagian


posterior lidah dan apakah tidak mempengaruhi fungsi fisiologis lidah?
(menjadi LO)

10. Mengapa terjadi perbedaan kelaianan yaitu depapilasi multiple yang


berbentuk sirkuler dan bagian anterior yang berbentuk fissure? (menjadi LO)

11. Bagaimana mekanisme terbentuknya fissure hingga memliki panjang 3 cm


dan kedalaman 6 mm? (menjadi LO)

12. Apakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap kelainan pada
skenario tersebut? (menjadi LO)

13. Bagaimana fungsi fisiologi dan struktur anatomi lidah berdasarkan pada usia
seseoranng? (menjadi LO)

14. Apakah benjolan pada posterior lidah yang sudah ada sejak lahir merupakan
kelainan pada saat proses pembentukan lidah? Apakah termasuk kelainan
kongenital atau herediter? (menjadi LO)

7
15. Apakah ada keterkaitan antara depapilasi lidah multiple dengan rasa pedih
yang dirasakan pasien? (menjadi LO)

16. Bagaimana gambaran histologis lidah normal? (menjadi LO)

17. Bagaimana gambaran HPA fissure pada lidah? (menjadi LO)

18. Bagaimana proses pembentukan lidah? (menjadi LO)

19. Bagaimana keterkaitan antara kelainan pada gambar 1 dan gambar 2?


(menjadi LO)

8
STEP 4
MAPPING

Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lidah


herediter

kongenital
Etiologi
infeksi

Normal Tidak Normal Faktor


predisposisi

Anatomi Histologi Fisiologi

Macam-macam Kelaianan Lidah

Ukuran Bentuk Struktur


(morfologi)

STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
Patogenesis

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses pertumbuhan dan


Gambaran Klinis
perkembangan lidah.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
a. Struktur Anatomi Lidah
Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Penunjang

HPA Mikrobiologi
b. Fungsi Fisiologi Lidah
c. Gambaran Histologi Lidah
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor
predisposisi kelaianan pada lidah
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam kelainan
lidah meliputi kelainan bentuk (morfologi), ukuran, dan struktur.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis masing-masing
kelainan pada lidah.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis kelainan pada
lidah.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hasil pemeriksaan penunjang
pada kelainan lidah secara:
a. HPA
b. Mikrobiologi.

10
STEP 6
SELF-STUDY

11
STEP 7
REPORTING GENERALIZATION

7.1. Pembentukan Lidah


Sekitar minggu ke empat, sebuah tonjolan mediana, disebut
tuberculum impar, muncul di dalam entoderm dinding ventral atau dasar
pharynx (Gambar 7-1).Setelah itu, toirjolan lain, yang disebut tonjolan lingua
lateralis (berasal dari ujung anterior mas ng-masing arcus pharyngeus
pertama), muncul pada masing-masing sisi tuberculum impar.Tonjolan lingua
lateralis kemudian membesar, tumbuh ke medial, dan bergabung dengan sisi
lainnya serta tuberculum impar. Dengan demikian, tonjolan lingua
membentuk dua pertiga bagian depan corpus linguae. Karena tonjolan ini
berasal dari arcus pharyngeus pertama, membrane mucosa pada masing-
masing sisi dipersarafi oleh nervus lingualis, sebuah cabang divisi
mandibularis nervus cranialis kelima (sensasi umum).Chorda iympani dari
nervus cranialis ketujuh (pengecap) juga menyarafi daerah ini.
Sementara itu, tonjolan mediana kedua, disebut copula, muncul di
dasar pharynx, di belakang tuberculum impar. Copula meluas ke depan di
samping kanan dan kiri tuberculum impar membentuk huruf V. Pada saat yang
bersamaan, ujung anterior arcus pharyngeus kedua, ketiga, dan keempat
memasuki daerah ini. Ujung anterior arcus pharyngeus ketiga pada kedua sisi
berkembang melampaui aTcus-arcus lainnya dan meluas sampai ke dalam
copula dan bergabung di garis tengah.Saat ini copula menghilang.Dengan
demikian, membrana mucosa sepertiga bagian posierior lidah dibentuk dari
arcus pharyngeus ketiga dan dipersarafi oleh nervus cranialis kesembilan
(sensasi umum dan pengecap). Dua pertiga bagian depan lidah dipisahkan dari
sepertiga bagian belakang oleh sebuah alur, sulcus terminalis, yang
mencerminkan interval antara tonjolan lingua arcus pharyngeus pertama dan
ujung anterior arcus pharyngeus ketiga. Di sekitar ujung dua perliga bagian

12
anterior lidah, sel-sel ektoderm berproliferasi dan tumbuh ke inferior ke dalam
mesenchym yang ada di bawahnya.Kernudian, sel-sel ini berdegenerasi
sehingga bagian lidah ini menjadi bebas.Sebagian sel-sel entoderm tetap ada
di garis tengah dan membantu membentuk frenulum lnguae.Papilla
circumvalata terletak pada membrane mucosa tepat di anterior sulcus
terminalis dan kuncup pengecapnya dipersarafi oleh nervus cranialis
kesembilan.Diduga selama perkembangan, membrana mucosa darj seperiiga
bagian posterior lidah ditarik sedikit ke anterior, sehingga serabut-serabut
nervus cranialis ke sembilan menyilang sulcus terminalis uniuk menyarafi
kuncup pengecap ini (Gambar 7-1).
Otot-otot lidah berasal dari mrotom oksipital.yang pada awalnya
berhubungan erat dengan perkembangan otak belakang, yang kemudian
bermigrasi ke inferior dan anterior dl sekeliiing pharynx dan masuk ke Iidah.
Miotom yang bermigrasi membawa bersamanya saraf yang menyarafinya,
saraf otak keduabelas. Keadaan ini menjelaskan mengapa nervus hypoglossus
memiliki perjalanan yang pan.lang pada saat berjalan ke bawah dan depandi
dalam trigonum caroticum di daerah leher

13
Gambar 7-1 Pembentukan lidah

7.2. Struktur Histologi dan Anatomi Lidah

14
Gambar 7-2Bagian Anterior lidah potongan longitudinal

Gambar 7-3 Bagian Posterior lidah. Papila Circumpalata

Gambar 7-4Bagian posterior lidah. Tonsila lingualis

15
Gambar 7-5 Bagian posterior lidah terdapat taste bud

Gambar 7-6 Papila filiformis dan fungiformis

Terdapat perbedaan mendasar pada bentukan retpeg lidah pada bagian


atas dan bawah lidah.Dimana pada bagian atas lidah bentukan retpegnya lebih
meruncing-meruncing ujungnya.Sedangkan pada bagian bawah lidah

16
bentukan retpegnya lebih membulat.Pengetahuan tentang bentukan spesifik
retpeg normal berguna dalam mengetahui gambaran patologis pada jaringan
lidah.
Bagian histologis dari tiga jenis papila lidah A, filiform papilla dan B,
papilla fungiform dari bagian anterior dari lidah. Epitel papila filiform adalah
lapisan keratin; sedangkan papilla fungiform adalah keratinisasi tipis atau
mukosanya tidak berkeratin. C.Papila Foliata, Epitel mukosanya tidak
berkeratin meliputi papila yang berisi berbagaitaste buds dan terletak
lateral.D, bagian histologis papilla sirkumvalata dari dorsum lidah. Sebuah
alur berjalan sekitar papilla, Kepala panah menunjukkan berbagai taste bud
pada dinding lateral papilla. Inset, Pembesaran pandangan taste bud dengan
penampilan seperti tong dan pori apikal.
A. Papilla Fungiformis
Bagian anterior lidah terdapat papilla fungiform (yang mempunyai bentuk
seperti jamur) dan filiform (seperti rambut) papila. Papila Fungiform tersebar
diantara banyak filiform papila di ujung lidah. Struktur papilla fungiform
yang Halus dan bulat yang tampak merah karena sangat dekat dengan
jaringan vaskular, terlihat tipis, mukosanya tidakberkeratin meliputi epitel.
Taste bud terdapat dalam epitel pada permukaan superior.

B. Papilla Filiformis
Filiform papila menutupi seluruh bagian depan lidah dan terdiri dari struktur
berbentuk kerucut, masing-masing dengan inti jaringan ikat ditutupi oleh
epitel keratin tebal. Bersama-sama mereka permukaan yang terlibat dalam
mengompresi dan melanggar makanan ketika lidah apposed ke langit-langit
keras. Jadi punggung mukosa fungsi lidah untuk mengunyah .Terdapat
beberapapenumpukan hasil keratin di pemanjangan filiform yang papila pada
beberapa pasien. Dorsum lidah kemudian memiliki penampilan berbulu

17
disebuthairy tongue . Lidah sangat extensible, dengan perubahan bentuknya
ditampung oleh daerah mukosanya tidak berkeratin.

C. Papilla Foliate
Papilla Foliate (leaflike) kadang-kadang terdapat di lateral margin dari bagian
posterior lidah, meskipun mereka terlihat lebih sering pada mamalia selain
manusia. Ini papila merah muda terdiri dari pegunungan paralel yang
alternatif dengan alur yang mendalam di mukosa, dan beberapa rasa tunas
yang hadir dalam epitel dinding lateral ridges.

D. Papilla circumvalata
Berdekatan dan anterior ke sulkus terminalis yang 8 sampai 12 papila
sirkumvalata (berdinding) , struktur besar masing-masing dikelilingi oleh
cekungan mendalam, alur melingkar ke yang membuka saluran kelenjar ludah
minor (kelenjar Ebner).Papila ini memiliki jaringan ikat inti yang ditutupi
pada permukaan superior oleh keratin epitel. Epitel yang menutupi dinding
lateral mukosanya tidak berkeratin dan berisi selera.

18
Gambar 7-7 Struktur anatomi lidah

Lidah manusia terdiri atas dua bagian bagian lidah yaitu bagian
anterior dan bagian posterior. Bagian anterior adalah bagian yang terlihat dan
terletak di depan. Dua pertiga bagian dari panjang lidah kita merupakan
bagian anterior. Puncak anterior lidah berciri sempit dan tipis dan mengarah
kedepan.Otot-otot lidah dapat dibagi dalam dua jenis: intrinsik dan ekstrinsik.
Otot-Otot lntrinsik
Otot-otot ini seluruhnya terletak di dalam lidah dan tidak dihubungkan ke
tulang.Terdiri dari serabut-serabut longitudinal transversal, dan vertikal.
Persarafan: Nervus hypoglossus.
Gerakan: Mengubah bentuk lidah.
Otot-Otot Ekstrinsik
Otot-otot ini dilekatkan ke tulang dan palatum molle.Otot-otot ekstrinsik
lidah adalah musculus.genioglossus, musculus hyoglossus, musculus
styloglossus, dan musculus palatoglossus.
Persara{an: nervus hypoglossus.
Gerakan: mengubah posisi lidah di dalam rongga mulut.

Gambar 7-8 Otot intrinsik lidah

19
Gambar 7.9 Otot ekstrinsik lidah
Bentukan foramen caecum merupakan suatu bentukan bekas
muara ductus thyroglossus.Duktus tyroglossus merupakn suatu saluran yang
menghubungkan lidah dengan kelenjar thyroid saat masa pembetukan.Pada
masa pembentukan, pembentukan lidah dan pembentukan kelenjar thyroid
terjadi bersamaan.Awalnya kelenjar thyroid terbentuk diantara copula dan
tuberculum impar. Seiring berjalannya waktu kelenjar thyroid akan bermigrasi
ke bawah os hyoid dan ductus thyroglossus akan menghlang.

7.3. Fungsi Lidah

Berikut adalah fungsi lidah manusia :

Membantu mencerna makanan


Bukan hanya itu, baik lidah manusia ataupun hewan semua di lengkapi
kelenjar yang berguna merawat dan membantu lidah menjalankan
fungsinya. Salah satunya adalah untuk mencerna makanan. Jadi di lidah
terdapat kelenjar air liur yang membantu manusia untuk mengolah
makanan yang ada di dalam tubuh. Bantuan tersebut membuat makanan
menjadi lebih lembut, serta membantu lidah untuk membaui apakah rasa
dari makanan tersebut. Kelenjar ini juga membantu lidah untuk

20
meneruskan makanan dari mulut ke kerongkongan untuk pencernaan
makanan lebih lanjut. Peristiwa ini di namakan dengan gerakan peristaltic.

Membantu manusia berbicara


Bisakah kita berbicara kata dodi tanpa menggerakan lidah anda? tentu
saja tidak bisa! Dalam beberapa kata dan percakapan manusia
memerlukan lidah untuk membantu menjelaskan makna dan maksud
pembicaraan. Misalnya saat anda mengatakan dodi, bagian ujung lidah
akan menempel pada langit langit mulut. Mengapa? Karena hal ini bisa
memperjelas ucapan anda. jika anda hendak mengucapkan kata dodi
tanpa menggerakkan lidah, kata yang keluar nantinya adalah oi saja.

Membantu melembabkan mulut


Apakah anda juga mengalami bibir kering saat siang hari yang di
sebabkan karena panasnya matahari atau dehidrasi? Bagaimana dengan
mengatasinya agar bibir anda tetap segar? Biasanya orang orang
membasahi bibirnya dengan air liur yang di salurkan melalui lidah. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kelembaban bibir, agar tidak terlihat semakin
pecah pecah. Sebab jika anda membiarkan bibir tersebut sampai parah
tingkat kepecah pecahannya, akan menimbulkan luka sampai berdarah.
Keadaan ini memungkinkan seseorang terkena infeksi yang di tandai
dengan pembengkakan di daerah lidah

Membantu gigi memproses makanan


Jika mulut anda hanya terdapat gigi dan air liur saja, bisakah makanan di
cerna mulut? Mungkin bisa untuk terus di gigit gigiti saja, tapi makanan
tersebut tidak bisa di balik, tidak bisa di tata di dalam mulut. Masalah ini
seperti ketika anda seliliden atau terselipnya makanan di sela antara gigi
anda. Sangat menggelikan, sehingga secara tidak sadar lidah langsung

21
merangsang makanan tersebut agar segera keluar. Jika tidak ada bantuan
lidah, maka selipan makanan tersebut tidak akan bisa keluar dari gigi.

Indera Pengecap
Pengecapan diperankan oleh kuncup kecap (taste bud) yang terletak pada
papil-papil lidah. Papil yang mengandung kuncup kecap ini yaitu papil
sirkumvalata dan papil fungiformis. Papil sirkumvalata terletak pada
pangkal lidah, dan membentuk susunan seperti huruf V. Sedangakan, papil
fungsiformis terletak pada bagian ujung anterior lidah. Selain itu, kuncup
kecap ini juga terdapat pada palatum, tonsila, epiglotis, dan esofagus
proksimal. Kuncup kecap ini mengandung sel kecap dan sel sustentakular.
Sel kecap tersebut beregenerasi setiap 10 hari, digantikan oleh sel
sustentakular yang menjadi sel kecap. Pada usia di atas 45 tahun, terjadi
degenerasi kuncup kecap sehingga terjadi penurunan dari kemampuan
mengecap (Guyton dan Hall, 2006).

Gambar 7-10 Taste bud

22
Rangsang dari tastan, yaitu senyawa kimia yang dapat merangsang sel
kecap, menimbulkan depolarisasi pada sel kecap. Namun, cara untuk
menimbulkan depolarisasi tersebut berbeda-beda pada setiap rasa.
Depolarisasi pada sel kecap tersebut menyebabkan eksositosis dari vesikel
sinaps yang menyebabkan pelepasan neurotransmiter. Neurotransmiter
tersebut menyebabkan potensial aksi pada sel saraf first-order yang bersinaps
dengan sel kecap (Tortora, et al., 2009)
Terdapat lima rasa yang dapat dikenali oleh sel kecap, yaitu:
1) Rasa asin, yang diperankan oleh reseptor EnaC dan distimulasi oleh
NaCl. Reseptor ini dapat diinhibisi oleh amilorid. Ion Na+ pada
NaCl masuk melalui kanal Na+ dan menyebabkan depolarisasi pada
sel kecap, sehingga menimbulkan potensial aksi pada sel saraf orde
pertama.
1) Rasa asam, yang diperankan oleh reseptor EnaC, kanal kation HCN
(hyperpolarization-activated cyclic nucleotide-gated), dan beberapa
reseptor lainnya. Reseptor tersebut sensitif terhadap ion H+sehingga
adanya ion tersebut menyebabkan terbukanya reseptor dan terjadi
influks H+. Influks ini menyebabkan depolarisasi dari sel kecap dan
menimbulkan potensial aksi pada sel saraf orde pertama.
2) Rasa manis, yang diperankan oleh reseptor gustducin. Reseptor ini
teraktivasi oleh beberapa molekul, seperti gula, glikol, alkohol,
aldehid, keton, amida, ester, beberapa asam amino, beberapa
protein sederhana, asam sulfonat, asam halogenasi, garam
inorganik, dan beryllium. Molekul tersebut berikatan dengan
reseptor gustducin dan reseptor tersebut mengaktivasi protein G
untuk menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi tersebut akan
melepaskan neurotransmiter dan menyebabkan potensial aksi pada
sel saraf orde pertama.

23
3) Rasa pahit, yang juga diperankan oleh reseptor gustducin. Sama
dengan rasa manis, rasa pahit ini juga dapat ditimbulkan oleh
beberapa molekul, yaitu molekul organik rantai panjang yang
mengandung nitrogen dan alkaloid. Rasa pahit ini juga ditimbulkan
oleh aktivasi dari protein G. Selain itu, rasa pahit juga dapat
ditimbulkan oleh inhibisi fosfolipase yang menguraikan cGMP dan
peningkatan pembentukan DAG dan fosfat inositol.
4) Rasa umami, yang diperankan oleh reseptor mGluR4. Reseptor ini
diaktivasi oleh molekul L-glutamat (Tortora, et al., 2009; Ganong,
2003; Guyton dan Hall, 2006).

Gambar 7-11 Reseptor pada taste bud


Ambang batas dari sel kecap untuk dapat menimbulkan potensial aksi
dan mengenali rasa tersebut berbeda-beda pada setiap rasa. Ambang batas
untuk rasa pahit termasuk yang paling rendah, karena sel kecap tersebut dapat
mengenali rasa pahit pada konsentrasi yang paling rendah. Contohnya, sel
kecap dapat mengenali rasa pahit dari senyawa quinin pada ambang batas
0,000008 M, sedangkan rasa asam dapat dikenali pada ambang batas 0,0009
M. Rasa pahit merupakan rasa yang memiliki ambang batas terendah untuk

24
proteksi diri terhadap senyawa yang beracun, karena senyawa tersebut
mengandung alkaloid. Tak hanya senyawa beracun dan berbahaya bagi tubuh,
kafein, strychnine, nikotin, dan beberapa obat memiliki kandungan alkaloid.
Ambang batas yang terendah setelah rasa pahit yaitu rasa asam. Kemudian,
rasa manis dan asin memiliki ambang batas yang hampir sama namun lebih
tinggi daripada rasa asam (Tortora, et al., 2003; Guyton dan Hall, 2006).
1. Jaras pengecapan
Sinyal pengecapan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui tiga jalur berbeda,
yaitu:
1) Dua pertiga anterior lidah dipersarafi oleh saraf fasialis, yang awalnya
melewati saraf lingualis, menuju korda timpani, lalu ke saraf fasialis.
2) Satu pertiga posterior lidah dipersarafi oleh saraf glosofaringeus.
3) Epiglotis, tonsila, proksimal esofagus dipersarafi oleh saraf vagus.
Ketiga jaras tersebut kemudian bersinaps di nukleus traktus solitarius
dan diproyeksikan oleh sel saraf orde kedua. Kemudian, sel saraf ini menuju
nukleus talamus bagian ventral posterior medial dan bersinaps dengan sel
saraf orde ketiga. Sel saraf tersebut kemudian menuju korteks serebral, yaitu
pada area insular opercular yang terletak pada bagian bawah girus
postsentralis pada korteks parietalis serebral. Selain ke talamus, beberapa jaras
saraf ini menuju sistem limbik dan hipotalamus (Tortora, et al., 2009; Guyton
dan Hall, 2006)
Sedangkan, jaras untuk refleks terhadap pengecapan, seperti sekresi
saliva selama ingesti makanan, diperankan oleh jaras saraf yang menuju
nukleus salivatorius superior dan inferior setelah melewati nukleus traktus
solitarius. Sama seperti sistem olfaktorius, terdapat adaptasi pada pengecapan
yang terjadi dalam waktu 1 menit. Adaptasi ini sebagian besar diperankan oleh
sistem saraf pusat, sedangkan pada kuncup kecap, adaptasi diperankan oleh
mukus yang segera menyapu molekul yang terdapat pada mikrovili tersebut.

25
Gambar 7-12 Jaras pengecapan

7.4. Kelainan-Kelainan Pada Lidah

Klasifikasi Kelainan Lidah


1. Morfologi dan fungsi lidah
2. Abnormalitas perkembangan lidah dan kongenital yang diturunkan
3. Gangguan pada mukosa lidah
4. Gangguan pada batang lidah
5. Tumor ganas pada lidah

1) Ankiloglosia (Tongue Tie)


Frenulum lingualis normalnya melekat pada lidah dan tuberkel genial dari
mandibula. Jika frenulum tidak melekat dengan tepat ke lidah dan tuberkel
genial, tetapi melekat pada dasar mulut dari gusi lingual atau ujung ventral

26
dari lidah, maka keadaan itu disebut ankiloglosia atau tongue tie. Keadaan
congenital ini ditandai oleh frenulum lingualis yang pendek dan salah posisi,
serta lidah yang tidak dapat dijulurkan atau ditarik masuk. Perlekatan dapat
sebagian atau seluruhnya. Perlekatan sebagian lebih umum. Jika keadaan
tersebut parah, maka dapat mengganggu bicara. Koreksi bedah (frenektomi)
dan terapi wicara diperlukan jika bicaranya terganggu atau jika direncanakan
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan. Ankiloglosia terjadi dengan
kekerapan yang diperkirakan satu kasus setiap 1000 kelahiran.Kelainan ini
terjadi secara kongenital dimana lapisan endoderm dasar mulut gagal bepisah
dengan bagian bawah lidah.

Gambar 7-13 Ankiloglosia(Tongue Tie)


2. Fissure Tongue
Merupakan kelainan yang paling sering dijumpai.Dapat meupaka suatu variasi
normal pada seseorang dan dapat meruakan suatu keadaan patologis.Pola fisur
sangat bervariasi, dari pola yang tidak beraturan, atau simetris seperti tulang
daun. Juga jumlah dan kedalaman fisur bervariasi. Pada gambaran histlogis
fissure variasi normal yaitu epitel belapis piih berkeratin mengikuti pola
fissure. Hal ini yang dapat memberi alas an mengpa fissure variasi normal
tidak memerikan rasa sakit saat berkontak dengan makanan.Tetapi jika

27
terdapat inflamasi atau infeksi karena banyak sisa makanan yang terjebak
dalam fisur dan membusuk, maka akan menimbulkan gejala rasa sakit dan
pasien baru menyadari keberadaan fisured tongue. Fissure yang terjadi bukan
Karen variasi normal lidah tetapi karena suatu keadaan patologis disebabkan
kebersihan rongga mulut yang buruk sehingga sisa-sisa makanan yang juga
terdapat bakteri dapat bersembunyi diantara papilla-papila yang nantinya dapat
terjadi inflamasi yang menyebabkan terbentuknya fissure.

Gambar 7-14 Fissure tongue


3. Median Rhomboid Glositis
Disebabkan kegagalan fusi tuberculum impar dengan lateral swelling pada
masa pembentukan lidah sehingga tuberculum impar terekspose di luar.
KArena tuberculum impar berasal dari endoderm sehingga ada kelainan ini
tuberculum impar yang terletak ditengah sebelah posterior akan menampilkan
suatu kelainan depapilasi dan berwarna merah. Hal ini disebabkan lapisan
endoderm akan berkembang menjadi jaringan yang hanya memiliki lapisan
epitel satu lapis saja. Tidak terdapatnya papilla juga karena papilla hanya
berasal dari lateral swelling. Kelainan ini berbentuk diamond atau rhomboid.
Pada area ini terjadi depapilasi, agak meninggi, kadang berlobus.

28
Gambar 7-15 Median Rhomboid Glositis

4. Makroglossia
Makroglossia merupakan kelainan lidah dimana ukuran lidah lebih besar dari
normal.Pembesaran lidah juga dapat terjadi karena hemangioma atau
lymphangioma. Lidah yang besar pada masa kanak-kanak akan menimbulkan
problem pada pertumbuhan rahang dan oklusi gigi. Perawatan tergantung pada
penyebabnya.Makroglossia dapat dibedakan menjadi true dan aqquired.True
Makroglossia biadanya terkait dengan kelainan-kelainan genetic seperti
gigantism, syndrome down dll.Aquirred Makroglossia biasanya terkait dengan
hiperpalsia otot-otot lidah, neoplasia lidah, inflamasi dan kista lidah.

Gambar 7-16 Makroglossia

5. Mikroglossia

29
Merupakan kelainan yang jarang dijumpai, dimana ukuran lidah lebih kecil
dari normal.Biasanya terkait dengan kelainan genetic yaitu dwarfism.
6. Aberrant thyroid gland
Kelenjar thyroid mengalami aberrasi , berkembang dibagian anterior dari
inverted V shaped dari papila circumvallate. Hal ini disebabkan karena
kegagalan migrasi kelenjar thyroid pada masa pembentukannya.

7-17 Aberrant thyroid gland

7-18 Gambaran HPA Aberrant thyroid gland

7. Geographic tongue

30
Geographic tongue merupakan suatu kelainan pada permukaan lidah berupa
daerah kemerahan, tidak berpapila dengan penipisan epitel dorsal lidah,
biasanya dikelilingi zona sempit dari papila yang beregenerasi, berwarna lebih
putih dari daerah yang dikelilinginya.Etiologinya tidak diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan berhubungan dengan stress emosional, defisiensi nutrisi,
herediter, dan hormonal. Lesi ini biasanya sembuh dengan sendirinya dan
muncul kembali di tempat lain. Biasanya kelainan ini asimtomatis, tetapi rasa
terbakar atau iritasi pada lidah umumnya terjadi, terutama akibat makanan
yang panas atau pedas. Ketidaknyamanan yang muncul akibat geographic
tongue hilang dan timbul serta dapat memburuk pada saat-saat tertentu ketika
wanita sedang haid atau selama kehamilan.

Gambar 7-18 Geographic tongue

7-19 Gambaran HPA Geographic Tongue

31
8. Bald Tongue
Bald tongue merupakan kelainan lidah yang mempunyai gambaran klinis
berupa tidak adanya papila filiformis pada lidah yang mengakibatkan
permukaan lidah menjadi licin dan berwarna merah yang disertai rasa sakit.
Kondisi ini menyebabkan terganggunya fungsi pengecapan dan dapat juga
menimbulkan sensasi terbakar pada lidah.Atropi papilla lidah dapat disebabkan
oleh trauma kronis, defisiensi nutrisi dan abnormalitas hematologi, dan obat-
obatan. Namun kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh satu jalur.Biasanya
kelainan ini disebbkan oleh faktor local seperti trauma, infeksi bakteri dan
faktor sistemik seperti defisiensi nutria, aging dll. Pada pasien lanjut usia,
atropi papilla lidah dianggap sebagai perubahan akibat pertambahan usia

Gambar 7-20Bald tongue


9. HairyTongue
Kelainan pemanjangan secara abnormal dari papila-papila filiformis yang
membuat dorsum lidah tampak seperti berambut. Perubahan pada papila ini
terutama berdampak pada middorsum lidah yang seringkali menjadi berubah
warna. Pemanjangan papila ini dapat berwarna putih, kuning, coklat atau
hitam. Perubahan warna tersebut merupakan akibat dari faktor-faktor intrinsik
(organisme-organisme kromogenik) dikombinasikan dengan faktor-faktor
ekstrinsik (warna makanan dan tembakau). Penyebab terjadinya hairy tongue
tidak diketahui secara pasti. Perokok berat, terapi antibiotik, oral hygiene yang
buruk, terapi radiasi dan perubahan pH mulut meningkatkan kemungkinan
terjadinya hairy tongue. Hairy tongue lebih sering terjadi pada pria terutama

32
yang berusia di atas 30 tahun dan prevalensinya meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.

7-21 Gambran HPA Hairy Tongue

Gambar 7-22 Hairy Tongue

7.5. Pemeriksaan Penunjang Mikrobiologi pada Kelainan Lidah


dengan Adanya Infeksi Jamur

Diagnosa infeksi jamur pada lidah, dapat diketahui melalui


pemeriksaan swab yang diproses dengan kalium hidroksida atau bakteri Gram

33
negatif sebelum pemeriksaan mikroskopis atau dengan pemeriksaan kultur
untuk menentukan kuantitas dan kualitas jumlah dan jenis candida. Dalam
kondisi patologis, pseudohyphae tampaknya menembus ke epithelium. Gejala
infeksi jamur melibatkan pembakaran dan sensasi sensitif. Jika melibatkan
faring atau esofagus, disfagia dapat terjadi. Deskripsi klinis intraoral dari
infeksi jamur adalah berbagai dari kemerahan (eritematosa) ke
pseudomembran putih (thrush), dengan atau tanpa cheilitis angular.
Eritematosabiasanya ditemukan pada permukaan dorsal lidah ditandai dengan
hilangnya filliform papila. Sementara itu, bentuk pseudomembran biasanya
ditemukan di koloni organisme yang melekat pada permukaan yang bisa
hilang jika dipoles, tapi biasanya meninggalkan permukaan kemerahan dan
pendarahan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan swab langsung di laboratorium,
yang kemudian diketahui bahwa ada sel-sel ragi yang positif. Kelainan yang
dapat menunjukkan adanya infeksi candida antara lain median rhomboid
glossitis, kandidiasis, geographic tongue dan lain-lain

Gambar 7-23 Candida Albicans

34
DAFTAR PUSTAKA

Lynch, Malcolm A. 1992. Oralmedicine:diagnosis and treatment.


J.Blippincott company.
Purkait, Swapan Kumar. 2011. Essentials of Oral Pathology 3rd Edition.
Jaypee Brothers Medical Publisher: New Delhi
Picciani, Bruna Lavinas Sayed. dkk. 2016. Continuing Medical Education.
Geographic tongue and psoriasis: clinical, histopatological,
immunohistochemical, and genetic correlation - a litterature review.
91(4):410-21.
Langlais, Robert P. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Hipokrates: Jakarta.
Danser, MM et al. Tongue coating and tongue brushing: a literature review .
Int J Dent HygieneField, A and L. Lon
Pindborg, J.J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang:Bina Rupa
Aksara.
Fiore, Mariano. 1996. Atlas Histologi Manusia. Jakarta:EGC
Ganong, WF. 2003. Review of Medical Physiology. Ed ke-21. USA: McGraw-
Hill
Guyton, AC. dan Hall, JE. dan Hall JE. 2006. Textbook of Medical
Physiology. Ed ke-11 hal: 663-670. Philadelphia: Saunders Elsevier
Tortora, GJ dan Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Ed ke-12 hal: 599-604. USA: John Wiley & Sons

35
36

Anda mungkin juga menyukai