Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti di Indonesia. Walaupun terjadi sedikit penurunan angka kejadian pada tahun
2010, angka kejadian diare masih tergolong tinggi yaitu 411 kasus per 1.000
penduduk dan patut diwaspadai. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi
terutama di daerah dengan pengendalian faktor risiko yang masih rendah. Diare juga
menjadi penyebab kematian dan kesakitan pada anak. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang. Ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran penduduk akan higiene dan sanitasi
(Kemenkes RI).
Di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali terjadi peningkatan morbiditas diare
secara signifikan. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Karangasem, IR diare
meningkat dari 18,6/1000 penduduk tahun 2009 dan 20,06/1000 penduduk tahun
2010, menjadi 51/1000 penduduk pada tahun 2011. Sebesar 55% dari 18.601 kasus
yang tercatat merupakan kasus diare pada balita. Berdasarkan pengkajian di wilayah
kerja Puskesmas Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, jumlah
balita diare mengalami peningkatan dari 188 balita tahun 2010 dan 231 balita tahun
2011 menjadi 238 balita pada tahun 2012.
Perpaduan rendahnya status sosial, minimnya air bersih, serta rendahnya
kebiasaan masyarakat dalam hal mencuci tangan dan BAB di jamban memudahkan
berjangkitnya wabah ini. Penduduk dengan penghasilan rendah yang hidup di
lingkungan susah air serta punya kebiasaan BAB di sembarang tempat, sangat rentan
terhadap penyakit tersebut. Ketersediaan fasilitas kesehatan adalah faktor berikutnya.
Jauhnya rumah sakit ataupun puskesmas menyulitkan penderita mendapatkan
pertolongan secepatnya. (Depkes, 2005).
Menurut WHO, diare adalah bertambahnya defekasi atau buang air besar 3
kali atau lebih dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair. Diare biasanya
gejala dari infeksi saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit. Infeksi bisa berasal dari makanan yang terkontaminasi atau dari orang ke
orang dengan kebersihan yang buruk (WHO).
Beberapa prilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare adalah
tidak memberi ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan, menyimpan
makanan pada suhu kamar yang dapat menyebabkan makanan tercemar, tidak
membuang tinja dengan benar dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
sebelum makan (Depkes RI 2007). Tingkat kesadaran masyarakat untuk mencuci
tangan masih sangat rendah. Dimana masih 12% masyarakat yang mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar (Kusumawati, Oktaviani, dkk, 2011).
Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya mereka sering
tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada
umumnya belum paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh karena itu,
sanitasi makanan juga perlu dijaga karena bila tercemar akan menimbulkan gangguan
saluran pencernaan yang berakibat diare (Slamet,Juli Soemirat,2004). Selain itu
kesadaran anak untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
masih rendah sehingga bakteri yang ada di tangan ikut masuk ke dalam tubuh
bersama makanan yang dimakan dan menyebabkan infeksi saluran cerna seperti diare
(Permata, 2010). Cuci tangan merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif
dalam pencegahan penyakit menular. Menurut WHO, dengan cuci tangan dapat
mengurangi angka kejadian diare sebesar 47% .
Mencuci tangan sebelum makan sudah menjadi keharusan agar kita terlindung
dari bahaya kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan
(Kusumawati, Oktania, 2011). Saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang
mencuci tangan pakai sabun dengan benar padahal anak usia sekolah paling rentan
terkena diare. Hal ini mengindikasikan bahwa prilaku cuci tangan pakai sabun yang
merupakan suatu upaya yang mudah, murah dan berdampak besar bagi pencegahan
penyakit menular seperti diare belum menjadi kebiasaan pada anak sekolah (Fajar,
Nur Alam, 2011).
Undang-Undang no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyuluhan
kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta
dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan salah satu
kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan dan selalu ada dalam
program kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun
masyarakat (Depkes RI, 1997).
Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengaruh prilaku cuci tangan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam upaya
pencegahan diare. Selain itu bertujuan juga untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit diare, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang
harus diberikan kepada penderita diare.
BAB II
PERENCANAAN

II.1 Identifikasi Masalah


Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pencernaan, alergi,
malabsorbsi, immunodefisiensi dan sebab lainnya. Infeksi dapat disebabkan oleh
bakteri misalnya E.Coli, virus misalnya rotavirus serta parasit seperti cacing perut
(Widaya, 2004). Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan. Penularan diare bisa terjadi akibat tidak bersihnya lingkungan seseorang
yang menyebabkan tercemarnya makanan yang akan dikonsumsi. Selain itu
penularan juga bisa terjadi apabila kebersihan seseorang tidak terjaga contohnya tidak
mencuci tangan setelah buang air besar.
Diare hingga saat ini masih masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di
Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di Puskesmas Bebandem. Bulan Mei dan Juni
2013, diare masih masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Bebandem.
Diare menempati urutan ke-8 dan 10 dengan kasus sebanyak 71 dan 70 kasus.
Kecamatan Bebandem masih tergolong kecamatan dengan penduduk miskin cukup
tinggi. Karena angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, masih terdapat warga
yang tidak memiliki jamban untuk buang air besar. Kondisi ini semakin diperparah
dengan letak kecamatan Bebandem yang tergolong berada di dataran tinggi yang
menyebabkan beberapa desa yang letaknya cukup tinggi mengalami kesulitan air.
Sehingga, penduduk cenderung untuk membuang tinja secara sembarangan seperti
misalnya di sungai atau di kebun mereka. Akibatnya adalah air sungai tercemar dan
keadaan rumah mereka menjadi tidak bersih. Rendahnya kesadaran masyarakat
terutama anak-anak untuk cuci tangan dengan sabun juga mempengaruhi terjadinya
diare. Berdasarkan wawancara dengan 10 orang anak di Desa Bungaya tentang
perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, 5 diantaranya mengatakan
mencuci tangannya dengan air saja, 2 orang mencuci tangan dengan sabun dan 3
orang tidak mencuci tangan. Sedangkan dalam hal perilaku mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar, 2 orang diantaranya mengatakan bahwa mereka
mencuci tangan dengan sabun sedangkan sisanya hanya menggunakan air. Saat
ditanya tentang cara mencuci tangan dengan benar, tidak ada satupun dari 10 anak
yang mengetahui caranya.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya diare di wilayah
kerja Puskesmas Bebandem masih tinggi terutama di Desa Bungaya karena
masyarakatnya masih banyak yang mengkonsumsi air mentah. Selain itu, diare juga
cenderung tinggi pada kelompok usia anak sekolah dasar (SD). Oleh karena itu
diperlukan tambahan wawasan tentang prilaku cuci tangan dan diare kepada anak-
anak SD di Desa Bungaya.

II.2 Analisis Masalah


A. Perilaku sebagai penyebab langsung
- Penularan diare terjadi karena makanan yang terkontaminasi
B. Perilaku sebagai penyebab tidak langsung
1. Perilaku masyarakat yang meningkatkan faktor risiko :
- Kebersihan perseorangan yang kurang terutama mencuci tangan.
- Menggunakan air minum yang belum dimasak.
- Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
- Tidak mencuci dan merebus botol susu dengan benar
- Menyimpan makanan dengan tidak baik sehingga mudah dijangkau oleh
binatang seperti lalat
2. Diare sering terjadi di daerah yang padat penduduk dan sosial ekonomi
rendah. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga serta
sanitasi yang buruk.
3. Latar belakang perilaku yang membantu timbulnya dan menyebarnya
masalah :
a. Pemikiran bahwa tidak perlu mencari pengobatan jika terkena diare
karena nantinya akan sembuh dengan sendirinya
b. Kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya diare
c. Kurangnya pemahaman penyebab, faktor risiko, dan penularan diare
d. Kurangnya pemahaman mengenai penanganan dan pencegahan dari
diare
e. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya mencuci tangan dengan
sabun
4. Perilaku masyarakat yang diharapkan bisa mengurangi timbul dan
menyebarnya masalah:
a. Memiliki pemahaman tentang diare secara umum, penyebab, faktor
risiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Memiliki pemahaman tentang pentingnya perilaku sehat terutama
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
5. Kelompok masyarakat yang diharapkan dapat berperilaku seperti diatas
adalah semua masyarakat terutama anak-anak dalam hal ini siswa-siswi SD
6. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok bersangkutan untuk
mengubah perilakunya :
a. Kurangnya informasi tentang diare secara umum, penyebab, faktor
risiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Kurangnya informasi mengenai perilaku sehat terutama mencuci
tangan dengan sabun
7. Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan :
a. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai diare secara umum,
penyebab, faktor risiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai perilaku sehat terutama
mencuci tangan dengan sabun
c. Tenaga dan fasilitas kesehatan yang memadai

II.3 Sasaran
Perwakilan siswa-siswi kelas III, IV dan V SDN 1 Bungaya yang berjumlah 20 orang.
II.4 Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum : untuk memberikan informasi yang benar kepada siswa-siswi
SD tentang diare dan pentingnya mencuci tangan dengan sabun.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang penyakit diare,
penyebab, faktor risiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare.
b. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang pentingnya mencuci
tangan dengan sabun.
c. Meningkatkan kesadaran siswa-siswi SD untuk berperilaku mencuci
tangan dengan sabun.

II.5 Strategi Penyuluhan


A. Persiapan Penyuluhan
Sebelum kegiatan PKM dilaksanakan penyuluh (Mahasiswa) berkoordinasi
dengan pemegang program promosi kesehatan di Puskesmas Bebandem, yaitu
Ibu Suastiari yang kemudian berkoordinasi dengan pihak SDN 1 Bungaya.
Selain itu, penyuluh selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan
diri dalam hal penguasaan materi penyuluhan serta penguasaan cara-cara
penyampaian pesan. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan cara
membaca buku, mencari informasi di internet, melihat video-video tentang
cara mencuci tangan dengan sabun yang benar. Selain itu, persiapan
penyuluhan juga terdiri dari beberapa bahagian antara lain :
1. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk power point
presentation/ slide serta gambar/ video yang relevan.
2. Persiapan sabun untuk mencuci tangan serta door prize

B. Tempat dan waktu pelaksanaan


Hari/tanggal : Rabu, 9 Oktober 2013
Waktu : 09.30-selesai
Tempat : SDN 1 Bungaya Kecamatan Bebandem
C. Rencana Pelaksanaan penyuluhan
Pada hari Rabu, 9 Oktober 2013, tim penyuluh akan mengadakan penyuluhan di
SDN 1 Bungaya. Sebelumnya penyuluh akan meminta ijin serta
memperkenalkan diri kepada Kepala sekolah yang bersangkutan. Kemudian
diadakan sesi tanya jawab untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan mereka
tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun. Setelah itu penyuluh akan
menyampaikan materi diare dan perilaku cuci tangan dengan sabun
menggunakan power point. Disisipkan pemutaran video-video yang berisi cara
mencuci tangan dengan sabun yang benar. Selanjutnya dilakukan sesi tanya
jawab kembali untuk mengetahui peningkatan pegetahuan peserta tentang diare
dan mencuci tangan dengan sabun. Setelah melakukan tanya jawab, penyuluh
memberikan rewards kepada anak yang dapat menceritakan kembali poin-poin
penyuluhan yang telah penyuluh berikan. Peserta diajak untuk mempraktekkan
bersama-sama bagaimana langkah-langkah mencuci tangan yang benar dengan
dicontohkan oleh penyuluh. Kemudian beberapa anak diminta untuk maju ke
depan untuk memeragakan langkah-langkah mencuci tangan dengan benar.

II.6 Isi Penyuluhan


Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
Pengetahuan tentang diare
Pengetahuan tentang penyebab, faktor risiko, gejala-gejala serta
pencegahan, dan penanggulangan diare
Pengetahuan tentang mencuci tangan dengan sabun
Pengetahuan tentang manfaat mencuci tangan dengan sabun serta
akibat jika tidak mencuci tangan dengan sabun
Memberikan keterampilan mengenai cara mencuci tangan dengan
sabun yang benar
II.7 Metode Penyuluhan
Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan dan
penyampaian materi secara interaktif tentang diare serta perilaku mencuci tangan
dengan sabun dan demonstrasi cara mencuci tangan dengan sabun yang benar.

II.8 Media Penyuluhan


Media penyuluhan yang digunakan adalah power point. Media ini dipilih karena
lebih mudah dibuat, waktu untuk membuatnya tidak banyak dan pokok
pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya serta urutan penyajiannya dapat diatur.

II.9 Rencana Evaluasi


A. Penilaian Proses
Indikator penilaian
Dukungan dari pihak Puskesmas Bebandem dan pihak sekolah yang bersangkutan.
Ketepatan waktu pelaksanaan.
Jumlah cakupan peserta yang datang.
Keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan.
Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan
kegiatan.
Cara pelaksanaan
Tidak adanya kesulitan dalam melaksanakan koordinasi dengan pihak
Puskesmas maupun pihak sekolah
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan
4. Penilai
Dokter muda
B. Penilaian hasil
Indikator penilaian
Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah, melalui jumlah peserta yang berbicara
dengan temannya sendiri, jumlah peserta yang mengantuk/menguap selama jalannya
penyuluhan, dan jumlah peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan
berlangsung.
- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab
berlangsung.
- Penilaian pengetahuan tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun
yang dinilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan memberi pre test
dan post test kepada peserta.
Penilaian
- Sebelum penyuluhan dengan pre-test dan setelah penyuluhan dengan
post-test.
Cara penilaian
Dengan cara membandingkan persentase antara pre-test dan post-test
peserta yang mendapatkan diatas rata-rata. Jika persentase siswa yang
mendapat nilai diatas rata-rata post-test lebih dari 70%, maka
dikatakan penyuluhan berhasil
Penilai
- Dokter muda.
BAB III
HASIL

III.1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari/Tanggal : Rabu, 9 Oktober 2013
Waktu : 09.30-11.30
Tempat : Ruang Kelas II Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Bungaya

III.2 Peserta
Peserta yang hadir adalah perwakilan siswa-siswi kelas 3, 4 dan 5 SDN 1 Bungaya
yang berjumlah 20 orang.

III.3 Pelaksana Penyuluhan


Sebagai penceramah adalah tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana (UNUD) yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik madya di bagian
IKK/IKP dan bertugas di Puskesmas Bebandem.

III.4 Proses Kegiatan


Satu minggu sebelum diadakannya penyuluhan, pihak sekolah SDN 1 Bungaya sudah
diberitahukan oleh pemegang program promosi kesehatan bahwa akan diadakan
penyuluhan pada hari Rabu, 9 Oktober 2013 oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Selain itu pihak sekolah juga diberitahukan bahwa sasaran penyuluhan adalah siswa-
siswi yang duduk di kelas III, IV dan V. Pihak sekolah menyanggupi dan mengijinkan
terlaksananya penyuluhan akan tetapi pihak sekolah meminta agar peserta
penyuluhan adalah 20 orang perwakilan siswa-siswi dari kelas III, IV dan V agar
tidak mengganggu proses belajar mengajar. Pada hari pelaksanaan penyuluhan,
penyuluh datang ke SDN 1 Bungaya bersama dengan 1 orang petugas puskesmas
pada pukul 09.30. Penyuluh diterima dengan baik oleh ibu Kepala Sekolah SDN 1
Bungaya. Sambil menunggu siswa-siswi selesai beristirahat, penyuluh berbincang-
bincang dengan Kepala Sekolah mengenai materi yang akan penyuluh angkat.
Kemudian kepala sekolah meminta salah seorang guru untuk menyiapkan ruangan
untuk penyuluhan. Setelah siswa-siswi selesai beristirahat dan ruangan sudah siap
digunakan, penyuluh dipersilakan menuju ruangan untuk melaksanakan penyuluhan.
Pertama-tama dari pihak puskesmas memperkenalkan diri dan
memberitahukan maksud serta tujuan penyuluh datang ke SDN 1 Bungaya kepada
siswa-siswi tersebut yang dilanjutkan dengan perkenalan diri para penyuluh.
Kemudian penyuluh melakukan pre-test kepada seluruh peserta yang hadir selama 10
menit. Setelah melakukan pre-test penyuluh melakukan penyuluhan mengenai diare
serta cara mencuci tangan yang benar secara interaktif selama 30 menit. Sebelum
memberikan materi tentang cara mencuci tangan yang benar, penyuluh meminta 3
orang peserta untuk maju memperagakan cara mencuci tangan yang mereka ketahui.
Ketiga peserta tersebut tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar. Kemudian
penyuluh melakukan demonstrasi cara mencuci tangan yang benar dan diikuti oleh
seluruh peserta. Setelah melakukan demonstrasi, penyuluh meminta 1 orang peserta
laki-laki dan 1 orang peserta perempuan untuk meperagakan kembali cara mencuci
tangan dengan benar. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 15
menit. Terdapat 3 orang peserta yang bertanya dengan antusias. Peserta yang mampu
menjawab pertanyaan penyuluh selama materi, yang maju untuk meperagakan cara
mencuci tangan dengan benar dan yang bertanya, penyuluh berikan hadiah sebagai
reward.
Kemudian penyuluhan dilanjutkan dengan praktek mencuci tangan dengan
benar. Penyuluh membagi peserta menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 10 orang.
Lalu penyuluh meminta kelompok untuk keluar kelas secara bergantian dan
mempraktekkan cara mencuci tangan dengan sabun yang benar. Praktek mencuci
tangan dengan benar ini diawasi oleh penyuluh.
Setelah praktek mencuci tangan dengan benar usai, penyuluh mengadakan
post-test yang pertanyaannya sama dengan pre-test. Penyuluh mengalokasikan waktu
post-test 10 menit. Akan tetapi seluruh siswa mampu mengerjakan post-test selama 5
menit. Setelah itu, penyuluh bersama-sama dengan peserta mereview materi yang
telah diberikan. Seluruh peserta dapat mengulang materi yang telah diberikan. Dan
terakhir penyuluh meminta seluruh peserta secara bersama-sama memperagakan cara
mencuci tangan yang benar.
Setelah sesi penyuluhan berakhir, penyuluh berpamitan kepada para peserta.
Kemudian penyuluh menyerahkan sabun cuci tangan dan tissue sebagai lap tangan
kepada pihak sekolah, lalu penyuluh berpamitan dan mengucapkan terima kasih
kepada para Guru dan Kepala Sekolah.
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

IV.1 Evaluasi Kegiatan


Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menilai proses kegiatan dan hasil kegiatan
penyuluhan yang telah dilakukan. Untuk proses kegiatan sudah cukup berhasil. Hal
ini dikarenakan terdapatnya dukungan dari pihak puskesmas dan pihak sekolah.
Kemudian peserta juga sangat serius dalam mendengarkan materi yang diberikan oleh
penyuluh.
Untuk hasil kegiatan juga dikatakan sudah cukup berhasil. Hal ini dinilai
berdasarkan kemampuan untuk menjelaskan kembali tentang materi penyuluhan yang
telah diberikan. Hampir seluruh peserta dapat menjelaskan ulang materi yang telah
diberikan yaitu mengenai definisi diare, gejala diare, penyebab diare, pertolongan
pertama pada diare, kapan harus ke puskesmas jika terkena diare, saat-saat untuk
mencuci tangan dan cara mencuci tangan yang benar. Walaupun terdapat peserta yang
berdiskusi pada saat penyuluhan, hal ini tidak mengganggu jalannya penyuluhan
karena mereka berdiskusi mengenai jawaban pertanyaan yang diberikan penyuluh.
Tidak terdapat peserta yang mengantuk dan keluar dari ruangan penyuluhan. Dari
segi proses diskusi yang telah berlangsung, dapat dikatakan bahwa diskusi sudah
berlangsung dua arah. Para peserta sangat antusias untuk menjawab pertanyaan
maupun memberikan pertanyaan sehingga terdapat komunikasi timbal balik antara
peserta dan penyuluh.
Pada kegiatan ini, dilakukan pre-test sebelum dilakukannya penyuluhan dan
post-test di akhir kegiatan sebagai penilaian tertulis. Evaluasi tertulis ini ditujukan
kepada seluruh peserta penyuluhan yaitu sebanyak 20 orang siswa-siswi. Pre-test dan
post-test berisi 10 pertanyaan pilihan ganda yang menggambarkan materi diare dan
cara mencuci tangan dengan benar. Tingkat pemahaman peserta dikategorikan baik
apabila mampu menjawab benar sebesar 70% dari total 10 pertanyaan pilihan ganda.
Tabel yang menggambarkan hasil pre-test pada penyuluhan ini sebagai berikut:
Skor Jumlah %

70 9 45

< 70 11 55

Total 20 100

Gambaran awal tingkat pemahaman peserta terhadap materi diare dan cara
mencuci tangan dengan benar yang termasuk kategori baik dengan skor 70
sebanyak 13 siswa (37,5%), sedangkan 7 siswa (62,5%) masih memiliki pemahaman
yang tergolong kurang, dengan skor < 70. Dilihat dari data pre-test tersebut di atas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemahaman dari 50 orang siswa-siswi SDN 1
Bungaya mengenai diare dan cara mencuci tangan dengan benar yang dijadikan
materi penyuluhan, masih tergolong kurang.
Di akhir kegiatan, setelah dilakukan post-test maka diperoleh hasil seperti
tabel berikut:

Skor Jumlah %

70 17 85

< 70 3 15

Total 20 100

Berdasarkan dua tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan siswa-siswi mengenai diare dan cara mencuci tangan dengan benar,
yaitu dari 45% menjadi 85%. Dari data tersebut, diketahui bahwa setelah dilakukan
penyuluhan mengenai cegah diare dengan mencuci tangan dengan sabun telah terjadi
peningkatan pemahaman peserta terhadap materi diare dan cara mencuci tangan
dengan benar, yang pada kegiatan ini mampu mencapai target keberhasilan berupa
peningkatan pemahanan menjadi lebih dari 70% peserta.
Pendapat peserta secara lisan tentang kegiatan penyuluhan ini sangat baik dan
mereka berharap di kemudian hari akan ada penyuluhan seperti ini dengan tema yang
berbeda dan tentunya lebih menarik.

IV.2 Simpulan
Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah berjalan dengan baik. Selama
persiapan pihak dokter muda banyak mendapat bantuan dari pihak puskesmas
Bebandem dan pihak SD Negeri 1 Bungaya. Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 9
Oktober 2013, dilakukan untuk perwakilan kelas 3,4 dan 5 dengan jumlah peserta 20
orang. Selama penyuluhan berlangsung dan setelah penyuluhan, terdapat perubahan
pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu mengenai diare dan mencuci tangan
dengan sabun sebagai pencegahan diare yang dinilai dari evaluasi hasil survey awal,
pre-test dan post-test di akhir kegiatan. Terdapat peningkatan nilai diatas rata-rata,
yaitu dari 45% menjadi 85%.

IV.3 Hambatan PKM


Pelaksanaan penyuluhan secara umum telah berjalan dengan lancar. Tidak ada
hambatan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kami.

IV.4 Manfaat PKM


Manfaat yang dirasakan oleh penyuluh adalah sebagai latihan untuk menjadi
penyuluh yang baik di masyarakat, dimulai dari upaya pengumpulan materi,
penguasaan materi dan mengasah kemampuan berbicara di depan orang banyak agar
dapat menarik dan dapat dipahami oleh pendengar. Sedangkan manfaat bagi peserta
yakni diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang penyakit diare
serta cara mencuci tangan dengan benar sebagai salah satu cara yang efektif dan
efisien dalam mencegah diare, serta dapat mengajarkan kepada siswa-siswi lain yang
tidak mengikuti penyuluhan tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar.
LAMPIRAN

Gambar 1. Peserta mengerjakan soal tes Gambar 2. Pemberian Materi

Gambar 3. Peserta mempraktekkan cara Gambar 4. Praktek mencuci tangan


mencuci tangan dengan benar

Gambar 5. Praktek mencuci tangan Gambar 6. Foto bersama peserta dan


guru SD N 1 Bungaya

Anda mungkin juga menyukai