Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Setelah disahkan Qanun Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat pada 13
Desember 2013, menjadi sebuah solusi bagi penerapan hukum acara jinayat di Aceh. lahir
berdasarkan kewenangan pemerintah daerah Aceh membentuk qanun sebagai satuan pemerintah
otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Adapun tujuan
qanun hukum acara jinayat adalah: mencari dan mendapatkan kebenaran materil yang
selengkap-lengkapnya dari perkara jinayat, dengan menerapkan aturan hukum acara jinayat
secara tepat dan benar. Di sisi lain Qanun Acara Jinayat memberikan jaminan dan perlindungan
hukum kepada korban, pelapor, saksi, masyarakat, tersangka, dan terdakwa secara seimbang
sesuai ajaran Islam serta mengupayakan agar mereka yang pernah melakukan jarimah bertaubat
sungguh-sungguh, sehingga tidak lagi mengulangi perbuatan jarimah.

Antara Qanun Hukum Acara Jinayah dengan KUHAP dalam beberapa bagian memiliki
sedikit persamaan seperti, keduanya mengenal istilah praperadilan, ataupun dalam hal alat bukti,
Bahkan aparat penegak hukum pidana dengan jinayat memiliki kesamaan. Yang membedakan
adalah Qanun Hukum Acara Jinayat di rancang untuk penegakan syariat Islam di Aceh dengan
berlandaskan Al-Quran dan Hadits.

Untuk itu Berdasarkan tugas yang di berikan kelompok 10 akan mencoba membedakan
beberapa aspek dalam Hukum beracara antara Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
dengan Hukum Acara Jinayat.

Rumusan masalah

Bandingkan antara KUHAP dengan Qanun Acara Jinayat tentang :


o Pelaksanaan Putusan
o Pengawasan
Pelaksanaan Putusan

1. Pasal 270 KUHAP dengan Pasal 247 Qanun Hukum Acara Jinayat

Didalam KUHAP pelaksanaan putusan di atur dari Pasal 270 sampai 276 KUHAP, sedangkan di
dalam Qanun Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat pelaksanaan putusan di atur
dalam pasal 247 sampai 276.

Adapun yang membedakan antara kedua hukum acara tersebut adalah dalam hal
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap di lakukan oleh jaksa yang
mana panitera mengirimkan salinan putusan kepadanya (270 KUHAP), sedangkan dalam Hukum
acara Jinayat pasal 247:

(1) Pelaksanaan Uqubat adalah kewenangan dan tanggung jawab Jaksa Penuntut Umum.
(2) Pelaksanaan Uqubat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera dilaksanakan setelah
adanya putusan Mahkamah yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Dalam melaksanakan tugas Jaksa Penuntut Umum dapat meminta bantuan kepada
instansi/lembaga terkait.

Menurut kami kedua pasal tersebut tidak memiliki peredaan yang signifikan hanya saja
dalam pasal 270 KUHAP panitera mengirimkan surat salinan kepada jaksa sedangkan dalam
Qanun acara jinayat, disini jaksa penuntuk umum dalam pelaksanaan putusan mahkamah dapat
meminta bantuan terhadap instansi/lembaga terkait. Namun tidak dikatan secara tegas
lembaga/instansi yang di maksud.

2. Pasal 271 KUHAP dengan QHAJ


Pasal 271 KUHAP dalam hal pidana mati pelaksanaanya dilakukan tidak di muka umum
dan menurut ketentuan undang undang.

Menurut kesimpulan kami dalam Qanun Acara Jinayat tidak di atur mengenai hukuman
mati seperti di dalam pasal 271 KUHAP.

3. Pasal 272 KUHAP dengan QHAJ


Pasal 272 KUHAP Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudian
dijatuhi pidana yang sejenis sebelum ia menjalani pidana yang dijatuhkan terdahulu,
maka pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih
dahulu.
Sedangkang Pasal 248 Jika terhukum sudah dijatuhi Uqubat cambuk, denda atau
penjara dan kemudian dijatuhi Uqubat yang sejenis sebelum ia menjalani Uqubat yang
dijatuhkan terdahulu, maka Uqubat itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan
Uqubat yang dijatuhkan lebih dahulu.
Dalam hal ini mengenai pidana/uqubat yang di jalankan secara berturut-turut
adalah sama, hanya saja dalam QHAJ hukuman yang dijalankan itu berupa cambuk,
denda, dan sebagainya.
4. Pasal 273 KUHAP dengan pasal 250 QHAJ
Kedua pasal tersebut mengatur tentang hukuman denda, yang mana di dalam
KUHAP pembayaran denda diberikan jangka waktu selama 1 bulan dan dapat di
perpanjang selama 1 bulan lagi. Sedangkan dalam QHAJ pembayaran denda juga
diberikan jangka waktu selama 1 bulan dan apabila tidak membayar maka jaksa dapat
menyita harta kekayaan terhukum dan denda tersebut dinyatakan dengan tanda buktu
penyetoran uang denda yang dikeluarkan oleh baitulmal kepada jaksa.
5. Dalam hal pengadilan menjatuhkan juga putusan ganti kerugian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99, maka pelaksanaannya dilakukan menurut tatacara putusan perdata (pasal
274 KUHAP), sedangkan dalam Pelaksanaan Uqubat kompensasi dilakukan oleh Jaksa
dengan cara mengeluarkan surat pemberitahuan kepada terhukum untuk
membayar/menyerahkan uang kompensasi tersebut kepada korban atau kuasanya.
6. Dalam Qanun Acara Jinayat tidak di atur mengenai pidana/uqubat bersyarat, seperti yang
di cantumkan dalam pasal 276 KUHAP, tetapi pidana didalam qanun hanya berupa
cambuk, dendan dan penjara.
7. Dalam hal penjatuhan hukuman, di dalam KUHAP bisa saja di jatuhkan hukuman
penjara, denda, hukuman mati, dan kurungan, sedangkan dalam Qanun Hukum Acara
Jinayah penjatuhan uqubat bisa saja cambuk, denda dan penjara.
Pengawasan

Didalam KUHAP PENGAWASAN DAN PENGAMATAN PELAKSANAAN


PUTUSAN PENGADILAN di atur dari Pasal 277 sampai 283 KUHAP, sedangkan di dalam
Qanun Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat PENGAWASAN DAN
PENGAMATAN PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH di atur dalam pasal 277 sampai
283.

Pasal 277 KUHAP

(1) Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu ketua
dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang
menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan.
(2) (2)Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang disebut hakim pengawas dan
pengamat, ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk paling lama dua tahun.

Sedangkan Pasal 277 QHAJ

(1) Pada setiap Mahkamah Syariyah Kabupaten/Kota ditunjuk Hakim yang bertugas untuk
membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan
Mahkamah yang menjatuhkan Uqubat .
(2) Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebut Hakim Pengawas dan Pengamat,
ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Syariyah Kabupaten/Kota untuk paling lama 2 (dua)
tahun.

Dari kedua pasal diatas yang berbeda hanyalah pada penyebutan pengadilan (untuk
nasional berdasarkan KUHAP) dan mahkamah Syariyah (untuk kabupaten/kota yang ada
di provinsi aceh berdasarkan Qanun Hukum Acara Jinayat)

Pasal 278 KUHAP


Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang
ditandatangani olehnya, kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilan yang
memutus perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya dalam register pengawasan dan
pengamatan.
Sedangkan pasal 278 QHAJ

Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan mahkamah yang ditanda
tangani olehnya, terhukum dan/atau lembaga pemasyarakatan kepada Mahkamah yang memutus
perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya dalam register pengawasan dan
pengamatan.

Pasal 279 KUHAP

Register pengawasan dan pengamatan sebagaimana tersebut pada Pasal 278 wajib
dikerjakan, ditutup dan ditandatangani oleh panitera pada setiap hari kerja dan untuk diketahui
ditandatangani juga oleh hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277.

Sedangkan Pasal 279 QHAJ

Register pengawasan dan pengamatan wajib dikerjakan, ditutup dan ditandatangani oleh
panitera pada setiap hari kerja dan untuk diketahui ditandatangani juga oleh Hakim Pengawas
dan Pengamat.

Pasal 280 KUHAP

(1) Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian
bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
(2) Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan penelitian demi
ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku narapidana
atau pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap nara
pidana selama menjalani pidananya.
(3) Pengamatan sebagaiamana dimaksud dalama ayat (2) tetap dilaksanakan setelah
terpidana selesai menjalani pidananya.
(4) Pengawas dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277 berlaku pula bagi
pemidanaan bersyarat.
Sedangkan Pasal 280 QAHJ

(1) Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian
bahwa putusan Mahkamah dilaksanakan sebagaimana mestinya.
(2) Hakim Pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan penelitian demi
ketetapan yang bermanfaat bagi penjatuhan Uqubat , yang diperoleh dari prilaku
terhukum atau pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap
terhukum selama menjalani hukumannya.
(3) Pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap dilaksanakan setelah terhukum
selesai menjalani hukumannya.

Dalam kedua pasal diatas yang membedakan adalah KUHAP mengatur tentang pengawasan dan
pengamatan bagi pemidanaan bersyarat, sedangkan QHAJ tidak mengatur mengenai pengawasan
dan pengamatan terhadap pemidanaan bersyarat.

Pasal 281 KUHAP

atas permintaan hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga pemasyarakatan menyampaikan
informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada
dalam pengamatan hakim tersebut.

Sedangkan Pasal 281

Atas permintaan Hakim Pengawas dan Pengamat, Kepala Lembaga Pemasyarakatan


menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang prilaku terhukum tertentu
yang ada dalam pengamatan hakim tersebut.

Pasal 282 KUHAP Jika dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan, hakim pengawas dan
pengamat dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan
narapidana tertentu.

Sedangkan Pasal 282 QHAJ


Jika dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan, Hakim Pengawas dan Pengamat dapat
membicarakan dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan tentang cara pembinaan terhukum
tertentu.

Pasal 283 KUHAP Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkan oleh hakim pengawas dan
pengamat kepada ketua pengadilan secara berkala.

Sedangkan Pasal 283 QHAJ

Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat kepada
ketua Mahkamah Syariyah Kabupaten/Kota secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai