Anda di halaman 1dari 4

Efektivitas Pemilu Serentak Dalam Pemilukada Tahun 2017

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai Negara dengan banyak daerah otonomi seperti provinsi dan kabupaten,
Indonesia memiliki tantangan untuk menjaga keutuhan daerah-daerah ini. Sehingga meskipun
telah ada pengalihan wewenang dari pusat ke daerah untuk menjalankan sendiri kepentingan
daerahnya, tetaplah harus dengan pakem atau aturan yang berlaku. Demokrasi sangat
memegang peranan dalam hal ini untuk menjaga agar wewenang di setiap daerah tetap pada
jalurnya sesuai yang diinginkan oleh seluruh rakyat Indonesia agar jangan sampai
menerapkan demokrasi yang berlebihan.

Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari peran rakyat Indonesia yang dalam melaksanakan Pemilihan Umum dengan jumlah
pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit. Pemilihan umum ini langsung
dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk memilih presiden dan wakil presiden serta
anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di tahun 2004. Walaupun masih terdapat masalah yang
timbul ketika pelaksanaan namun dapat dikatakan sukses.

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana perkembangan sistem pemilihan umum di Indonesia?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem pemilihan umun kepala daerah (Pilkada)
serentak tahun 2017 di Indonesia?

Tujuan Penulisan:

1. Untuk mengetahui seperti apa perkembangan sistem pemilihan umum di Indonesia


dari masa ke masa
2. Untuk mengukur akan sejauh mana efektifitas dengan melihat kelebihan dan
kekurangan pilkada serentak tahun 2017 di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan sistem pemilihan umum di Indonesia.

Definisi pemilihan umum atau pemilu menurut UU No.8 tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ,Dewan Perwakilan Daerah ,dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, disebutkan dalam pasal 1 angka 1, pemilihan
umum,selanjutnya disebut pemilu ,adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung ,umum ,bebas ,rahassia,jujur dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 Indonesia telah mengalami beberapa pemilu.
Dari pengalaman pemilu sebanyak itu, pemilu tahun 1955 dan 2004 memiliki arti tersendiri
bagi sejarah Bangsa Indonesia. Indonesia pertamakali dalam melaksanakan Pemilu pada
akhir tahun 1955 yang diikuti oleh banyak partai ataupun perseorangan. Dan pada tahun 2004
telah dilaksanakan pemilu yang secara langsung untuk memilih wakil wakil rakyat serta
presiden dan wakilnya. Berikut perkembangan sistem pemilu dari tahun 1955 hingga 2004:

A1. Zaman Demokrasi Parlementer (Tahun 1945-1959)


Pemilu pada era ini dilakukan pada tahun 1955 menggunakan Sistem
Proporsional. Jumlah anggota DPR ditetapkan berdasarkan imbangan jumlah
penduduk dimana tiap 300.000 penuduk diwakili oleh 1 anggota DPR. Calon yang
terpilih adalah yang memperoleh suara sesuai BPPD (Bilangan Pembagi Pemilih
Daftar). Bila tidak ada calon yang memperoleh suara sesuia BPPD maka suara yang
diberikan kepada partai lah yang akan menetukan.

A2.Zaman Demokrasi Terpimpin (Tahun 1959-1965)


Di zaman ini tidak diadakan pemilu. Setelah mencabut Maklumat Pemerintah
November 1945 tentang kebebasan untuk mendirikan partai, Presiden Soekarno
mengurangi jumlah partai menjadi hanya 10 partai yang kemudian ikut dalam pemilu
1971 di era Orde Baru
A3. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Beberapa pemilu pada zaman ini menggunakan Sistem Proporsional dengan
Stelsel Daftar Tertutup. Pemilih memberikan suara hanya kepada partai dan partai
akan memberikan suara kepada calon dengan nomor urut teratas. Namun ada sedikit
sistem distrik didalamnya, karena setiap kabupaten diberi jatah 1 kursi anggota DPR
untuk mewakili daerah tersebut. Pada pemilihan umum tahun-tahun ini setiap anggota
DPR mewakili 400.000 penduduk.

A4. Zaman Reformasi (1998-1999)


Terdapat satu lembaga baru dalam lembaga lgislatif yaitu DPD (Dewan
Perwakilan Daerah). Untuk pemilihan umum anggota DPD digunakan Sistem Distrik
tapi dengan wakil 4 kursi untuk setiap provinsi.
Sedangkan untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan Sistem
Proporsional dengan Stelsel Daftar Terbuka, sehingga pemilih dapat memberikan
suaranya secara langsung kepada calon yang dipilih.

B. Kelemahan dan kekurangan sistem Pilkada Serentak Tahun 2017 di Indonesia

B.1 Keuntungan sistem Pilkada Serentak


Keuntungan pilkada serentak antara lain menurut Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
(Dirjen Otda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Djohermansyah Johan
mengungkapkan adanya keuntungan dalam pelaksanaan Pilkada serentak adalah
1). Adanya Pilkada serentak maka perencanaan pembangunan lebih sinergi antara
pusat dan daerah.
2). Rakyat tidak perlu berulang kali ke bilik suara.
3). Efisiensi biaya dan waktu.
4). Tidak banyak tim sukses.
5). Bila ada sengketa, untuk dibatasi waktu jika sengketa melalui pengadilan,
sehingga tahapan tidak terganggu.
6). Penyelenggara hanya sekali atau dua kali melaksanakan Pilpres dan Pilkada
pelantikan dapat dilakukan serentak oleh presiden dan atau MDN (Menteri Dalam
Negeri) atau oleh Gubernur
B.2 Kelemahan sistem Pilkada Serentak
Kelemahan pilkada serentak antara lain menurut Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
(Dirjen Otda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Djohermansyah Johan
mengungkapkan adanya kelemahan dalam pelaksanaan Pilkada serentak adalah
1). Adanya Pilkada serentak membuat kepemimpinan pejabat sementara dapat
mencapai dua tahun sehingga kurang efektif
2). Pilkada serentak dapat memenuhi kriteria efektif dan efisien apabila Pemilihan
Gubernur dilakukan secara langsung oleh rakyat dengan satu pemilihan dua kertas
suara.
3). Jika terjadi ekses Pilkada (Kerusuhan) yang bersamaan mengancam stabilitas
nasional dan penanganannya membutuhkan sumber daya yang besar termasuk dana
dan gelar pasukan yang belum merata diseluruh daerah, selain itu konstrain
penyelesaian sengketa Pilkada, dimana waktunya terbatas sementara jumlah sengketa
banyak.
4). Pengawasan Pilkada yang relatif sulit.

Anda mungkin juga menyukai