Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi tipe ini dapat ditatalaksanakan dengan mudah tetapi dokter gigi harus
tetap waspada karena infeksi maksilofasial dapat menjadi fatal dalam waktu
mikrobiota rongga mulut. Gigi dan mukosa yang utuh merupakan pertahanan
pertama yang hampir tidak tertembus apabila sistem kekebalan hospes dan
dalam suatu kavitas yang terjadi karena hancurnya suatu jaringan biasanya
disebabkan oleh infeksi pada jaringan sekitar dan infeksi dapat juga berasal
dari gigi. Seperti yang kita ketahui juga ada banyak manusia yang terkena
Infeksi dapat bersifat akut atau kronis. Suatu kondisi dikatakan akut
biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa sakit yang hebat dengan
keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat. Infeksi kronis
bukannya rasa sakit, serta reaksi ringan dari jaringan sekitarnya misalnya
terjadi dari rongga mulut. Dapat disebabkan oleh karies gigi. Dalam semua
kasus infeksi tersebut berasal dari mikroba mulut. Tergantung pada jenis,
lunak, keras dan sekitarnya. Infeksi odontogenik selalu berasal dari berbagai
servikofasial.
abses dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium dan tahap lebih lanjut
yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri dapat
masuk ke jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel rambut. Pada
terlihat. Mereka dapat berkisar dari periapikal abses, infeksi superfisial dan
dalam di leher.
efektor yang berbeda dari darah perifer ke daerah luka. Cedera sel dapat
terjadi karena trauma, kerusakan genetik, agen fisik dan kimia, nekrosis
jaringan, agen tubuh asing, reaksi imun dan infeksi. Sehingga inflamasi dapat
cepat diperluas dari periodontum kepala dan leher tertentu dan dapat
menyebar lebih jauh, melintasi membran fasia yang memisahkan mereka. Jika
(Ludwig angina) adalah salah satu komplikasi lebih berbahaya yang dapat
sumber infeksinya dari gigi yang terkena maka harus dihilangkan. Setelah gigi
Bagaimana pernah, faktor terakhir tidak harus bergoyang penilaian ahli bedah
para dokter harus lebih teliti karena dapat memiliki konsekuensi serius jika
infeksi besar hadir. Ekstraksi melibatkan gigi adalah metode yang paling cepat
ruang pulpa dan kanal. Atau, terapi endodontik dapat digunakan untuk
ditemui baik infeksi ringan sampai dengan infeksi serius yang dapat berakibat
tertentu karena adanya gigi geligi sebagai sumber infeksi, struktur anatomis
region tersebut dan lokasinya yang berdekatan dengan saluran napas bagian
atas. Oleh karena itu pada kasus-kasus infeksi region maksilofasial yang berat
sistemik harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak terjadi komplikasi
yang jelas tentang bakteri penyebab infeksi, riwayat pathogenesis infeksi dan
mencegah infeksi yang lebih lanjut. Pada makalah ini ini akan dibahas secara
B. Rumusan Masalah
regio maksilofasial?
C. Tujuan
maksilofasial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maksilofasial
1. Anatomi Maksilofasial
dan kedua setelah lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya.
Pada anak usia 4-5 tahun, besar kranium sudah mencapai 90% kranium
adalah wajah bagian atas, di mana patah tulang melibatkan daerah frontal
dan sinus. Bagian kedua adalah midface. Midface dibagi menjadi bagian
atas dan bawah. Para midface atas adalah di rahang atas dimana fraktur Le
Fort II dan III terjadi.Bagian ketiga dari daerah maksilofasial adalah wajah
yang lebih rendah, di mana patah tulang yang terisolasi ke rahang bawah (
Pappachan, 2012 ).
2012 ).
dari gigi, trauma, luka tembak, dan sebagainya. Penyebab paling sering
terjadi secara perconinuitatum (melalui jaringan ikat jarang atau pat space)
Gigi karies >> nekrosis pulpa >> abses dentoalveolar >> menjalar
atau palatal >> jika daya tahan jaringan setempat rendah semua >> abses
periosteum >> infeksi menyebar >> jaringan lunak >> tergantung potensial
maksila.
penyebab ini yang berasal dari periapeks adalah yang paling sering. Pulpa
gigi yang nekrosis akibat karies profunda member jalan bagi bakteri untuk
menuju plat kortikal. Bila plat kortikal ini tipis, infeksi akan mengerosi tulang
penyebaran tergantung pada potensial space dan origo serta insersi otot-
relative jarang.
perawatannya.
atau fistula. Pada pemeriksaan intra oral perlu diperhatikan keadaan gigi
geligi, adanya karies, gigi non vital, nyeri tekan dan mobilitas gigi.
Kemudian dilihat pula apakah ada proses supurasi pada jaringan lunak di
kerusakan tulang. Apabila infeksi sudah lebih lanjut perlu pula dilakukan
foto toraks.
bakterisid dosis tinggi secara parenteral bila perlu dilakukan kultur bakteri
dan tes resistensi. Analgetik dan antipiretik untuk mengurangi rasa sakit
roborantia dan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein untuk
perlu dilakukan sesuai indikasi. Perbaikan jalan napas dan dehidrasi bila
ada.
b. Perawatan pembedahan. Pengeluaran pus dengan cara insisi dan
pada daerah intra oral telah mencapai daerah subkutan dan ada
setelah tanda-tanda infeksi reda, karena bila dilakukan pada saat fase
d. Bila kasus infeksi terus berlanjut secara cepat dan progresis, penjalaran
infeksi telah mencapai ruang fascia, pasien sulit bernafas dan menelan,
suhu meningkat dan terdapat trismus kurang dari 1 cm, maka dokter gigi
terjadi di Kedokteran Gigi dan dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani
secara umum dan lokal. Secara umum daya tahan tubuh memiliki first
line defense yang dilakukan oleh sel-sel PMN, leukosit, fagosit, dan
anatomi tubuh saat menghadapi infeksi. Infeksi akan mudah terjadi pada
b. Faktor mikroorganisme
tertentu).
c. Faktor anatomis
infeksi yaitu parential space (celah atau ruang di antara jaringan yang
B. Infeksi Ondotogenik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) sebagian besar adalah endogen, dan
yang sering berasal dari penyakit gigi dan periodontal yang ada.
dalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada penjamu terhadap
nyeri. Fungsi yang hilang merupakan tanda klinis lain yang juga sering
pergeseran ke kiri dimana 85% sel darah putih yang terlihat pada sediaan
Mereka mulai dengan pelebaran arteriol dan pembukaan kapiler baru dan di
edema inflamasi.
dan menandakan adanya infeksi. Cairan ini harus diperiksa oleh dokter,
baik warna, bau, konsistensinya, dan ciri-ciri lain yang dapat membantu
terapi yang sesuai. Pada beberapa kasus infeksi, biopsi jaringan akan
yang paling sering kita jumpai pada manusia. Pada kebanyakan pasien
infeksi ini bersifat minor atau kurang diperhitungkan dan seringkali ditandai
mengalami gangguan.
Fistula Bakteremie-Septikemie
Bakteri
Virus
Parasit
Mikotik
b. Berdasarkan Jaringan
Odontogenik
Non-odontogenik
Pulpa
Periodontal
Perikoronal
Fraktur
Tumor
Oportunistik
Akut
Kronik
Spasium kaninus
Spasium bukal
Spasium infratemporal
Spasium submental
Spasium sublingual
Spasium submandibula
Spasium masseter
Spasium pterigomandibular
Spasium temporal
Spasium retrofaringeal
Spasium prevertebral
3. Faktor-faktor yang berperan terjadinya infeksi
maupun bakteri asing, maka akan terjadi perubahan dan bakteri bersifat
bersifat virulen.
dengan cara insisi poket periodontal yang dalam, jaringan pulpa yang
normal di dalam mulut, bakteri ini biasanya hidup normal di dalam tubuh
belum diketahui.
d. Pertahanan Seluler
ini diikuti oleh keluarnya monosit dari aliran darah ke jaringan dan
4. Tahapan Infeksi
menjalani resolusi:
adonannya konsisten.
lebih lanjut yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila
bakteri dapat masuk ke jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel
rambut. Pada abses rahang dapat melalui foramen apikal atau marginal
gingival.
lebih lanjut.
Pada keadaan ini substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga
daerah luka.
dinding lesi.
panas merupakan akibat aliran darah yang relatif hangat dari jaringan
infeksi. Akibat aksi faktor bebas atau faktor aktif seperti kinin, histamin,
faktor mekanis dan reflek inhibisi dari pergerakan otot yang disebabkan
Pada infeksi akut, kelenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit di
Pada infeksi kronis perbesaran kelenjar limfe lebih atau kurang keras
Proses ini dapat terjadi secara spontan dan memerlukan insisi dan
drainase.
rahang, atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi.
relatif cepat dari alveolar tulang yang mendukung gigi. Jumlah dan rute
a. Abses periapikal
jaringan pulpa atau setelah periode laten yang tiba-tiba menjadi infeksi
akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan demam. Mikroba
penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa berasal
sistemik (bakteremia).
b. Abses subperiosteal
menyebar ke ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi
serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar
dan fluktuasi podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka
a b
Gambar: a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa dengan lokalisasi
didaerah bukal.
b. Tampakan klinis Abses Submukosa
gigi rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta
merah.
a b
Gambar : a. Ilustrasi abses Fossa kanina
b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
spasium infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau
menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses
perabaan.
a b
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan
Spasium ini berupa suatu celah sempit yang berjalan dari tepi depan
Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan bagian
lembar fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar
spasium ini.
trismus yang berjalan cepat, toksik dan delirium. Bagian posterior ramus
Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia
Tahap akhir akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif.
dan apeks bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh
dilakukan.
merupakan ciri khas dari lesi periapikal, maka palpasi digital yang
Lokasi standar untuk melakukan insisi abses adalah daerah yang paling
terlalu kecil. Insisi yang agak lebih besar mempermudah drainase dan
tekankan kepada pasien bahwa mereka harus makan dan minum yang
A. Kesimpulan
di rumah sakit maupun di tempat prakter dokter gigi. Sumber infeksi region ini
adalah gigi geligi yang umumnya merupakan infeksi ringan dan mudah di
cepat maka akan menyebabkan kasus infeksi menjadi lebih berat dan
B. Saran
dikarenakan anatomi dari abses leher dalam sangat kompleks dan tertutupi
Gordon WP. 1996. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa : purwanto,
basoeseno. Philadelphia. Jakarta: EGC.
Harti FJ, Ogston R. 1995. Kamus kedokteran gigi (concise illustrated dental
dictionary). Alih bahasa, Narlan S. Jakarta: EGC.
Karasutisna, Tis dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah Mulut. Infeksi Odontogenik.
Bandung: FKG Universitas Padjadjaran.
Soemartono. 2000. Majalah Kedokteran Gigi; Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional
III:323.