Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH SEBAGAI APOTEK HIDUP

Ditulis oleh :
Michelle Sharon Jessica Sinurat
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan jumlah manusia sebagai salah satu penduduk bumi yang sangat
berpengaruh, baik dalam hal positif maupun negatif, sangat memberikan pengaruh
bagi keselamatan alam. Karena tidak bisa dipungkiri lagi manusia selalu
membutuhkan setidaknya sandang,pangan dan papan. Tanpa pemenuhan minimal 3
aspek ini,manusia tidak akan mampu bertahan hidup. Semua aspek kebutuhan
manusia itu diperoleh dari alam. Oleh karena semakin sempitnya lahan akibatnya
peningkatan populasi manusia, maka pemanfaatan ruang kecil di sekitar rumah
sebagai lahan untuk menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia
sudah seharusnya dilakukan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran Akan alam
dalam masyarakat, maka dewasa ini diupayakan kegiatan untuk kembali ke alam
(Back to nature) dengan peanfaatan tanaman sayur dan obat-obatan yang ada
dipekarangan rumah atau disebut apotek hidup.

Banyak tanaman obat yang ada di sekitar kita dan mudah untuk ditanam sendiri,
sehingga mudah untuk memperoleh dan menggunakannya. Kalau penggunanya
secara tepat tentunya tidak menimbulkan efek samping, dibanding dengan obat-
obatan dari bahan sintetis dan kimia.

Pemanfaatan tanaman obat tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan


ataupun mencegah penyakit dengan biaya yang murah, mudah diperoleh, aman dan
praktis serta ekonomis.

Jenis-jenis tanaman ini akrab dalam kehidupan kita sehari-hari serta memiliki
banyak sekali manfaat. Apalagi Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan
keanekaragaman hayati yang berlimpah
1.2 Pembatasan Masalah

Karena cakupan pemanfaatan pekarangan rumah banyak jenisnya dan


tujuannya, maka saya membatasi penelitian hanya dari segi pemanfaatan pekarangan
rumah sebagai apotek hidup yang berfungsi sebagai penyaji obat-obatan di rumah.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1.Apa defenisi pekarangan ?


1.3.2.Apa defenisi apotek hidup?
1.3.3.Apa syarat membuat suatu apotek hidup?
1.3.4.Bagaimana membuat pekarangan menjadi sebuah apotek hidup?
1.3.5.Apa manfaat dari apotek hidup?

1.4 Tujuan

Tujuan penulis memilih judul karya tulis ini karena ingin :


1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai apotek hidup.
2. Mengenalkan berbagai macam tanaman obat yang ada disekitar kita serta
cara menanam dan merawatnya agar terhindar dari hama.
3. Membuka wawasan para pembaca agar lebih luas.
4. Membantu para pembaca untuk mengobati sendiri penyakit yang
dideritanya, khususnya bagi mereka yang tidak mampu berobat ke dokter.
5. Ketergantungan masyarakat khususnya para pembaca akan obat-obatan
dengan bahan kimia bisa dikurangi.

1.5 Manfaat

Manfaat yang yang bisa diambil dari penyusunan buku ini adalah:

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan kita akan tanaman obat.


2. Dapat mengetahui bermacam-macam tanaman obat.
3. Dapat menambah wawasan pembaca lebih luas.
4. Dapat mengobati penyakit sendiri jika tidak mampu berobat ke dokter.
5. Dapat mengurangi pemakaian obat-obatan kimia.

1.6 Ruang Lingkup

Dalam penulisan ini, ruang lingkup yang dibahas adalah Pemanfaatan


pekarangan rumah sebagai apotek hidup yang menghasilkan obat-obatan dari
tanaman herbal seperti ; kelor atau merunggai, jambu biji,jahe ,kunyit, lidah buaya,
dll.

BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman


hortikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias), rempah-
rempah, obat-obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan
yang berlipat ganda. Pada tahun 1980an terutama di DKI Jakarta, pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman produktif dalam bentuk apotik hidup sudah merupakan
program pemerintah, sampai pada saat impor hasil hortikultura, obat-obatan,
membanjiri negara kita. Pada saat buah-buahan atau sayuran segar di impor dari luar
negeri, telah menyebabkan orang sudah kurang memperhatikan pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman produktif. Hal ini tidak mengherankan karena siapa saja
dapat membelinya dengan mudah dan murah di mana saja, dengan kualitas yang lebih
bagus, termasuk dipasar tradisional.

Prinsip utama apotik hidup adalah pemanfaatan pekarangan dengan tanaman


produktif. Tanaman produktif itu adalah tanaman yang menghasilkan baik buah,
bunga, biji dan daun yang berguna untuk dimakan, maupun untuk obat yang dapat
memenuhi kebutuhan jasmaniah. Apotik hidup, sebenarnya bermakna tanaman obat-
obatan yang ditanam di pekarangan. Dalam hal ini apotik hidup d juga mempunyai
fungsi sosial, yaitu jika tetangga memerlukan obat, dapat kita berikan. Jenis tanaman
untuk apotik hidup sangat banyak dan perlu dikembangkan.

Apotik hidup ditanam dipekarangan, jika pekarangannya memadai, jika


pekarangannya kecil dapat ditanam di dalam pot. Teknologinya dapat secara
tradisional, hidroponik atau aeroponik, maupun melalui media lainnya. Sedangkan
budidaya secara hidroponik, kita dapat menanamnya dalam pot, plastik, bambu,
maupun menggunakan bekas-bekas apa saja yang dapat menampung air, atau krikil
dan bahan nutrisi yang kita berikan. Bila pemanfaatan pekarangan semakin
berkembang, dengan kreatifitas ibu dan anggota keluarga lainnya pada suatu saat
dapat menjadi industri pekarangan, sehingga dapat menjadi usaha tersendiri. Sudah
banyak contohnya ibu-ibu yang berhasil dimulai dari pemanfaatan pekarangan.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Apotek Hidup

Pernahkah anda mendengar istilah apotek hidup? Mungkin jarang, tapi pada
kenyataan sudah sangat banyak masyarakat khususnya di Indonesia yang
memanfaatkan pekarangannya sebagai apotek hidup. Kata apotek pasti menjadi
pacuan berpikir kita dimana yang berhubungan dengan obat-obatan. Namun, apotek
hidup bukanlah tempat penjualan obat.Apotek hidup adalah obat-obatan alami yang
diambil dari tanaman obat.

Disebut tanaman obat karena tanaman ini mengandung berbagai manfaat dan
khasiat yang berguna bagi pengobatan suatu penyakit.Pengobatan yang
mempergunakan bahan alami seperti apotek hidup ini rata-rata terhindar dari unsur
kimia.Oleh karena itu, kebanyakan orang ingin memanfaatkannya untuk kesembuhan
penyakit mereka.Selain biayanya lebih murah, tanamn obat (apotek hidup) mudah
dicari di lingkungan sekitar kita.

Sebenarnya, tanaman obat sangat beragam jumlahnya. Apalagi, di wilayah


Indonesia yang terkenal dengan kesuburan tanahnya. Di Indonesia, jenis tanaman
obat mudah diolah dan dikembangbiakkan. Kurang lebih 7.000 jenis tanaman dapat
dibuat dan dimanfaatkan untuk penyembuhan suatu penyakit.Hanya saja, banyak
orangyang tidak mengetahui manfaat dan khasiatnya.Padahal, tanaman tersebut
berada di rumah dan biasa dilihat sehari-hari.

3.2 Penanaman Tanaman Obat

Sebelum membahas khasiat dan manfaat tanaman obat, ada baiknya untuk
mengenal cara penanaman tanaman obat tersebut. Dengan demikian, jika suatu saat
anda ingin menanamnya, anda dapat membudidayakan tanaman tersebut.

3.2.1 Persiapan

Persiapan awal yang perlu dilakukan, yaitu penentuan jenis tanaman,


penyesuaian jenis tanaman, serta persiapan dan pengolahan tanahnya.

3.2.1.1 Penentuan Jenis Tanaman

Sebelum memulai penanaman, sebaiknya pertimbangkan terlebih dahulu


penentuan jenis tanaman yang dilakukan. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara
lain:
a. Tanaman obat apa yang dapat menyembuhkan penyakit utama, seperti kanker,
hipertensi, diabetes, atau stroke.

b. Tanaman obat apa yang mudah dimanfaatkan.

c. Tanaman obat apa yang sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias.


3.2.1.2 Penyesuaian Jenis Tanaman

Berdasarkan kondisi lingkungan yang dibutuhkan, tanaman obat dapat dibagi


menjadi dua kelompok, yaitu jenis tanaman obat dataran tinggi dan dataran rendah.

a. Jenis Tanaman Obat Dataran Tinggi

Tanaman obat dataran tinggi yaitu tanamn yang dapat tumbuh di ketinggian
600-200 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian ini, curah hujan sedang sampai
tinggi.Beberapa contoh tanaman yang tumbuh pada ketinggian ini, yaitu adas,
bawang putih, belimbing wuluh, beluntas, daun ungu, jeruk nipis, kapulaga, kayu
putih, pegagan, pulosari, dan sembung.

b. Jenis Tnaman Obat Dataran Rendah

Tanaman obat dataran rendah yaitu tanaman yang dapat tumbuh baik sampai
ketinggian 600 m di atas permukaan laut.Jenis tanaman pada ketinggian ini biasanya
memiliki kandungan kimia yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena cahaya yang
diterima untuk membantu proses pembentukannya lebih lama dibandingkan dengan
dataran tinggi.

Jenis tanaman obat yang baik di dataran rendah ini, yaitu alang-alang, asam,
bawang merah, brotowali, cabe jawa, delima putih, jahe, kunyit, kencur, jinten,
kelapa hijau, ketepeng cina, lempuyang, lengkuas, lidah buasya, meniran, mengkudu,
patikan kebo, patikan cina, salam sirih, tapak dara, dan daun dewa.

3.2.1.3 Persiapan dan Pengolahan Tanah


Setelah ditentukan lokasi penanaman dan jenis tanah yang sesuai untuk
budidayatanaman obat selanjutnya dapat dilakukan kegiatan persiapan dan
pengolahan tanah. Persiapan dan pengolahan tanah bertujuan untuk :

a. Membuat kondisi fisik tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan porositas


tanah,memperbaiki aerase dan drainase tanah.

b. Membersihkan lahan dari gulma, semak, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

c. Pada areal penanaman yang terletak di lereng bukit atau pegunungan sebaiknya
dibuat teras untuk mencegah erosi dan mempermudah pemeliharaan tanaman.

Teknik persiapan dan pengolahan tanah ditentukan oleh jenis tanaman obat
yang akan dibudidayakan dan kondisi awal lahan tersebut. Secara umum tahapan
pengolahan tanah adalah :

a. Pembersihan lahan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan.

b. Pembajakan yaitu membalik tanah dengan menggunakan bajak atau traktor

c. Penggaruan

Pada penggaruan menghancurkan gumpalan tanah yang besar sehingga


menjadi lebih halus dan merata. Pada partikel tanah yang lebih kecil maka hubungan
antara partikel tanah dengan akar tanaman akan lebih luas dan akar akan lebih mudah
mendapatkan zat hara yang dibutuhkan.

d. Pembuatan bedengan

Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggikan


permukaan tanah dari hasil galian parit sebagai batas bedengan. Bedengan sebaiknya
dibuat memanjang dengan arah timur - barat. Panjang dan lebar bedengan dibuat
sesuai dengan kebutuhan. Beberapa jenis tanaman obat sebaiknya dibudidayakan
pada bedengan-bedengan terutama untuk jenis tanaman semusim atau tanaman
berbentuk perdu dan memiliki habitus kecil yang relatif tidak tahan air yang
tergenang seperti pegagan, memiran, daun dewa, temu temuan. Sedangkan untuk
tanaman obat tahunan seperti kayu manis, mahkota dewa, kina, dan pala tidak
membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya

3.2.2 Persiapan Bibit dan Penanaman

Selama ini teknik pembibitan tanaman obat dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu pembibitan secara vegetatif dan secara generatif. Pembibitan tanaman
yang dilakukan secara vegetatif biasanya ada unsur campur tangan manusia dalam
proses pembibitan tanaman tersebut. Jadi pembibitan ini tidak terjadi secara alamiah.
Adapun pembibitan tanaman secara generatif yaitu pembibitan tanaman yang
menggunakan bibit sebagai bahan perkembangbiakannya.

Tujuan pembibitan adalah untuk memperoleh bahan tanaman yang


pertumbuhannya baik, seragam, dan untuk mempersiapkan bahan tanam untuk
penyulaman. Bila bibit tanaman yang ditanam di lapangan merupakan bibit yang
telah terseleksi maka diharapkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada
masa vegetatif dan generatif akan lebih baik.

Contoh pembibitan secara generatif dan vegetatif,antara lain :

3.2.2.1 Pembibitan Generatif

Beberapa jenis tanaman obat yang pembibitannya dilakukan dengan


menggunakan biji adalah meniran, sambiloto, mahkota dewa, dan pala. Pembibitan
tanaman obat ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebelum bibit siap untuk
dipindahkan ke lahan. Jumlah bibit yang harus disiapkan dihitung berdasarkan jumlah
populasi tanaman yang akan ditanam di lahan ditambah bahan tanaman untuk
penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik.
Biji tanaman yang sebaiknya diperoleh dari tanaman induk yang pertumbuhannya
sehat. Biji tersebut berasal dari buah yang benar-benar matang fisiologis, tidak cacat,
tidak terdapat bekas serangan hama dan penyakit.

3.2.2.2 Pembibitan Vegetatif

Pebanyakan vegetatif bertujuan untuk mendapatkan bahan tanaman yang


memiliki sifat-sifat yang sama dengan induknya dan mempercepat masa produksi
tanaman. Perbanyakan vegetatif juga memiliki beberapa kelemahan yaitu
perakarannya lebih lemah sehingga tanaman kurang kokoh dan umur tanaman relatif
lebih pendek dibandingkan tanaman yang diperbanyak dengan biji.

Contoh pembibitan secara vegetatif, antara lain :

a. Rimpang

Pembibitan dengan cara rimpang biasanya dilakukan untuk jenis-jenis


tanaman yang termasuk kelompok temu-temuan. Jenis tanaman yang dapat
dikembangbiakkan dengan cara rimpang yaitu jahe, kunyit, kencur, dan temulawak.

b. Setek

Tanaman yang dapat dikembangbiakkan secara setek, di antaranya daun dewa,


daun ungu, dan brotowali. Perbanyakan tanaman tersebut dilakukan dengan cara
memotong sebagian kecil dari tanaman induk. Kemudian potongan tersebut ditanam
langsung ke dalam media tanam. Tanaman itu bisa langsung ditanam di tanah atau
dimasukkan ke dalam polibag
Pembibitan dengan vara ini merupakan cara perkembangbiakkan yang paling
sederhana dan tidak perlu pengetahuan khusus untuk mempelajarinya. Selain itu
melalui perkembangbiakkan ini tanaman yang dihasilkan relatif akan cepat tumbuh

c. Tunas

Pembibitan melalui cara tunas biasanya dilakukan pada tanaman yang


berumpun. Rimpun pada tanaman yang akan dijadikan bibit dipecah. Dengan
demikian nantinya akan didapatkan tunas yang siap untuk disemai. Tanaman yang
biasa dikembangbiakkan dengan cara ini, yaitu kapulaga dan sereh wangi

d. Okulasi

Okulasi adalah penggabungan dua sifat tanaman yang berbeda untuk


menghasilkan tanaman baru yang diinginkan. Namun tanaman yang digabung ini
haruslah tanaman yang sejenis. Hasil dari penggabungan ini akan menghasilkan jenis
tanaman yang berkualitas yang berbeda dari tanaman induknya. Mengapa demikian?
Karena tanaman yang digabungkan dengan cara ditempel ini akan menghasilkan
tanaman yang kualitasnya melenihi tanaman induknya.

Tanaman yang dapat dikembangbiakkan dengan cara okulasi, antara lain pala,
ketepeng cina, mahkota dewa, dan daun ungu.

e. Sambung

Cara pembiakan ini hampir sama dengan okulasi. Perbedaannya pembiakan


dengan cara sambung dilakukan dengan menyambung batang pohon atau tanaman
dari dua jenis tanaman yang berbeda, bukan dari mata tunasnya. Namun ketika akan
menyambung batang ini harus diperhatikan penempatan kambiumnya. Kedua batang
yang akan disambung, baik dari ukuran maupun besarnya lingkaran batang haruslah
sama.
Setelah kita mempersiapkan bibit dan sudah tahu cara-cara
memperbanyak bibit, maka marilah menanam bibit tersebut. Bibit yang akan ditanam
di areal budidaya tanaman obat adalah bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang
sehat dan pertumbuhannya baik. Bibit yang disemaikan dengan menggunakan polibag
dipindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian
bibit dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar
media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah galian lubang
tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat tumbuh dengan kokoh.
Bibit yang baru ditanam disiram dengan air secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibit
ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari.

3.3 Pemeliharaan Tanaman Obat

Setelah kita menanam tanaman obat tentu kita harus memeliahara tanaman
tersebut agar mendapat hasil yang maksimal. Pemeliharaan tanaman meliputi
pemupukan, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan.

3.3.1 Pemupukan

Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk organik maupun
anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat adalah
pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan
pengaruh yang kurang baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang
ada pada tanaman.

3.3.2 Penyiraman
Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus dilakukan
dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

3.3.3 Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk menghindarkan


kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang dibudidayakan, yaitu persaingan
dalam penyerapan unsur hara dan air, penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga
dapat menjadi tanaman inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang
dibudidayakan. Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa lebih dari 50%.

3.4 Hama yang Dapat Menyerang Tanaman Obat dan Cara Menanggulanginya

Dalam suatu pemeliharaan sering sekali hama-hama dapat menyerang


tanaman obat tersebut, terkadang kita tidak tahu hama apa yang menyerang dan
gejala-gejala yang ditimbulkannya apalagi menanggulanginya. Untuk itu berikut ini
merupakan contoh hama-hama yang dapat menyerang tanaman obat dan cara
menanggulanginya.

3.4.1 Kutu Daun

Gejala : Serangan hama ini menghambat pembungaan dan bila berbuah


mengakibatkan buah-buahan mudah gugur atau menurunkan kualitas buah. Pada
serangan hebat mengakibatkan tanaman tersebut tidak akan mengalami pembuahan

Cara Pengendaliannya :

a.Secara biologis, menggunakan musuh alami seperti Coccinelliade dan Lycosa


b.Secara kultur teknis, dengan sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam
c.Secara kimia, dengan insektisida seperti pegasaus 500 Ec atau Supracide 40 Ec
sebanyak 2 kali seminggu bila terdapat 5 ekor per daun

3.4.2 Tungau atau Spidermite atau Cabuk Merah

Gejala : Serangan pada buah yang mengakibatkan bercak coklat

Cara Pengendaliannya :

a.Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Cocconellidae dan


Lycosa
b.Secara kimia, dengan menggunakan pestisida seperti Omite 570 Ec sebanyak 2 cc
per liter air setiap 2 minggu sekali pada awal peningkatan jumlah hama, yaitu apabila
ditemukan 8 ekor kutu per daun

3.4.3 Thrips

Gejala : Serangan pada buah yang masih sangat mudah dan timbul bekas luka
bewarna coklat keabu-abuan.

Cara Pengendalian :

a.Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan


Lycosa
b.Secara kimia, dengan menggunakan insektisida kontak seperti Lannate 25 WP.
Dosisnya 2 cc per liter air. Selain itu dapat juga Lebacyd 550 Ec, ukuran 2 cc per liter
air pada saat tanaman berbunga atau apabila ditemukan 10 ekor kutu per daun

3.4.4 Ulat Daun (Spodoptera Litura)


Gejala : Serangan pada buah maupun daun dan timbul bekas luka pada kulit buah dan
daun

Cara Pengendaliannya :

a. Secara kultur teknis, dengan membuang kelompok telur ular sebelum menetas
b.Secara kimia, dengan menggunakan insektisida, apabila ditemukan 2 larva ulat per
daun dengan insektisida seperti Tamaron 200 LC, Nuvacron 20 SCW, Matador 25 EC
dengan ukuran 2 cc per liter air

3.4.5 Serangga Penghisap Daun (Helopheltis sp)

Gejala : Serangan pada buah dengan menghisap cairan sel dan timbul bercak-bercak
coklat

Cara Pengendaliannya :

a.Secara kultur teknis, dengan membungkus buah dengan plastik


b.Secara kimia, dengan menyemprotkan insektisida seperti Lannate 25 WP, Baycarp
500 EC dengan ukuran 2 cc per liter air

3.4.6Lalat Buah (Rhagoletis Pomonella)

Gejala : Larva memakan daging buah yang mengakibatkan buah menjadi benjol-
benjol, timbul lubang-lubang dan akhirnya membusuk
Cara Pengendaliannya :

a.Secara kultur teknis, dengan membungkus buah.


b.Secara kimia, dengan menyemprotkan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC
dengan ukuran 2 cc per liter air. Penyemprotan dilakukan apabila telah ditemukan
lalat buah dalam kebun. Selain itu dapat juga digunakan.

3.5 Tanaman Obat dan Manfaatnya

a. Lidah Buaya ; Lidah buaya atau aloe vera sudah lama dikenal sebagai tanaman
penyubur rambut. Manfaat lainnya adalah dapat meredakan batuk.

b. Sirih ; Dikenal karena memiliki kandungan antiseptik yang baik. Anda juga dapat
menggunakannya untuk meredakan batuk.

c. Lengkuas ; Selain sebagai bumbu dapur, lengkuas dapat menyembuhkan panu pada
kulit.

d. Temulawak ; Bermanfaat mengatasi penyakit kuning.

e. Jinten ; Bila ada anggota keluarga yang panas, gunakan daun jinten untuk
menurunkan panas. Bermanfaat juga untuk melancarkan ASI bagi ibu yang sedang
menyusui.

f. Jahe ; Dapat digunakan untuk menyembuhkan batuk dan rematik karena


menghasilkan rasa hangat.

g. Bawang Merah ; Bumbu dapur yang terkenal ini juga bermanfaat untuk mengobati
masuk angin.

h. Mahkota dewa ; Tanaman yang telah terkenal sebagai tanaman obat. Dapat
menyembuhkan penyakit darah tinggi.

i. Kumis kucing ; Dapat digunakan untuk meredakan sakit pinggang.


j. Sambiloto ; Rasanya yang pahit dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit.
Anda dapat menggunakan daunnya untuk menyembuhkan penyakit tifus dan penurun
panas.

k. Mengkudu (pace) ; Buah yang bermanfaat banyak untuk tubuh. Dengan


mengkonsumsi buahnya dapat meredakan osteoporosis.

l. Jeruk nipis ; Buah yang asam dapat dimanfaatkan untuk meredakan batuk.

m. Begonia ; Merupakan tanaman hias, tetapi juga memiliki manfaat untuk mengatasi
nyeri haid.

n. Puring ; Juga merupakan tanaman hias yang umum ditanam di taman karena
daunnya yang berwarna-warni. Dapat dimanfaatkan daunnya yang berwarna kuning
hijau untuk menghangatkan perut.

o. Melati ; Bunga indah yang keharumannya sering dimanfaatkan sebagai bahan baku
parfum, ternyata termasuk tanaman obat. Khasiat daunnya dapat menyembuhkan
sesak nafas dan sakit kepala. Bunganya dapat digunakan untuk mengatasi radang
mata.

p. Daun Salam ; Air rebusan daun salam mampu mengatasi penyakit maag dan juga
mampu menurunkan kadar gula dalam darah dengan cepat sehingga bagus untuk
penderita diabetes.

q. Jambu Biji ; Jambu biji juga memiliki khasiat. Daunnya dapat digunakan untuk
mengatasi penyakit buang air atau diare. Fungsi daunnya mampu membuat keras
feses sehingga mengurangi buang air besar. Jus buahnya juga baik untuk kesehatan
karena mengandung banyak vitamin C serta baik untuk penderita demam seperti
DBD.

Anda mungkin juga menyukai