Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
disusun oleh :
TIO DORA ULTARIA NIM 25010112120028
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
ORGANISASI KESEHATAN
A. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak
ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan
beberapa pendapat sebagai berikut :
a. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya The Executive Functions
mengemukakan bahwa : Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang
atau lebih (I define organization as a system of cooperatives of two more
persons)
b. James D. Mooney mengatakan bahwa : Organization is the form of every
human association for the attainment of common purpose (Organisasi adalah
setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama)
c. Menurut Dimock, organisasi adalah : Organization is the systematic bringing
together of interdependent part to form a unified whole through which authority,
coordination and control may be exercised to achive a given purpose (organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling
ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui
kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditentukan).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar,
yaitu :sekumpulan orang, kerjasama, dan ada tujuan yang ingin dicapai. Suatu
organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauhmana organisasi
tersebut dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Ciri-ciri Organisasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan
secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,
2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
3. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran,
tenaga, dan lain-lain,
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
5. Adanya tujuan yang ingin dicapai
C. Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M.
Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
Organization of Canadian Government Administration (1965), bahwa prinsip-
prinsip organisasi meliputi :
1) Prinsip bahwa Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2) Prinsip Skala Hirarkhi
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari
pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas
dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan
3) Prinsip Kesatuan Perintah,
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan saja.
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang,
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
5) Prinsip Pertanggungjawaban
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6) Prinsip Pembagian Pekerjaan,
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian
dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7) Prinsip Rentang Pengendalian,
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah
pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya
8) Prinsip Fungsional,
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab
dari pekerjaannya.
9) Prinsip Pemisahan,
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung
jawabnya kepada orang lain
10) Prinsip Keseimbangan,
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan
melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya
sederhana (tidak kompleks) contoh koperasi di suatu desa terpencil, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar
seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya
11) Prinsip Fleksibilitas,
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena
adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya
12) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau
dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya
proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
D. Jenis-Jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.
(1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua
kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. (2) bentuk komisi,
pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang,
semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu
kesatuan.
2. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.
Bentuk organisasi ini meliputi; (1) organisasi lini atau bentuk lurus,
kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para
pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi, (2) bentuk lini dan staff,
dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan
tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi, (3)
bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-
fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja
lebih bersifat horizontal.
E. Organisasi Kesehatan
Dari beberapa uraian tentang organisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
Organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang aktivitas
pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan salah satu
tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Menurut Pohan (2007:13) mutu layanan kesehatan dapat dilihat berdasarkan
beberapa perspektif, yaitu:
1. Perspektif pasien atau masyarakat
Bahwa pasien atau masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu
sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang
dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan santun, tepat waktu,
tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah
berkembangnya atau meluasnya penyakit.
2. Perspektif pemberi layanan kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang
bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan
profesi dalam melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan
mutahir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu.
Untuk itu, agar organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit dan
puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal, perlu melakukan
perubahan atau reformasi. rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi
pelayanan kesehatan, apabila ingin tetap mampu menjalankan fungsinya secara
optimal perlu melakukan perubahan dalam organisasi tersebut, terutama perubahan
tata nilai yang dapat menciptakan suasana organisasi yang kondusif, memiliki visi
dan misi yang jelas sebagai pedoman dalam kegiatan ke masa depan, menetapkan
strategi yang konkrit, dan juga perubahan strukur yang mendukung tujuan dan visi
organisasi.
1) Karakteristik Pekerja
Karakteristik pekerja berhubungan dengan peranan perbedaan individu para
pekerja dalam hubungan dengan efektivitas.Para individu pekerja mempunyai
pandangan yang berlainan, tujuan dan kemampuan yang berbeda-beda pula.
Variasi sifat pekerja ini yang sedang menyebabkan perilaku orang yang berbeda
satu sama lain. Perbedaan tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap
efektivitas organisasi.Dua hal tersebut adalah rasa keterikatan terhadap organisasi
dan prestasi kerja individu.
2) Kebijakan dan praktek manajemen
Karena manajer memainkan peranan central dalam keberhasilan suatu
organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang
ditujuan kearah sasaran.Kebijakan yang baik adalah kebijakan tersebut secara
jelas membawa kita kearah tujuan yang diinginkan. Kebijakan harus dipahami
tidak berarti bahwa kebijakan harus ditulis
Kepada andalas, Minggu (3/5), Direktur Format NGO Azmi Saini Batubara sangat
menyesalkan keadaan Pustu yang ada di desa-desa, tidak hanya Pustu di Kecamatan
Tanjung Tiram, bahkan hampir semua Pustu di desa Kabupaten Batu Bara dinilai
gagal dalam memberikan pelayanan ke warganya.
Buat apa ada Pustu, jika tidak bisa melayani masyarakat. Untuk saat ini warga
sangat membutuhkan Pustu tersebut, diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk
memberikan tindakan kepada petugas Pustu ini, kata Azmi.
Saya sempat marah-marah di Puskesmas, masya' saya sakit tidak ada perawatan
serius, hanya diberi obat, tetapi badan saya tidak diperiksa dan didiagnosa. Kalau
begitu sama saja halnya saya beli obat di kedai biasa,"kata Saparuddin mengisahkan
pengalaman pribadinya.
Sumber : http://harianandalas.com/kanal-sumatera-utara/warga-batu-bara-keluhkan-
pustu-tak-berfungsi
2. PEMBAHASAN
Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di
suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Diselenggarakannya upaya kesehatan
strata pertama oleh puskesmas pembantu, pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah dari Puskesmas. Puskesmas
Pembantu merupakan jaringan Pelayanan dari puskesmas. Manfaat Puskesmas
Pembantu adalah menunjang dan membantu memperluas jaringan Puskesmas
dengan melaksanakan kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkupp
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Landasan pelaksanaan
Puskesmas Pembantu adalah :
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 128 Tahun 2014 Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 Teentang
Puskesmas
Berdasarkan kasus diatas, diketahui bahwa puskesmas pembantu di desa-desa di
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara belum berjalan secara optimal.
Hal ini dapat dilihat dari Puskesmas Pembantu tidak melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik. Tugas dan fungsi dari Puskesmas Pembantu diatur oleh
Pemerintah daerah masing-masing. Berikut ini adalah tugas pokok dan fungsi
dari Puskesmas Pembantu :
a. Tugas Pokok
Melaksanakan dan mengerakkan pembangunan berwawasan Kesehatan
dalam wilayah kerjanya di kelompok masyarakat. ( Kampung ).
b. Kegiatan Pokok
1. Memberikan Pelayanan secara langsung kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
2. Mengerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
3. Meningkatkan Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
4. Meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
dengan tingkat Puskesmas.
5. Menggerakan pembangunan kesehatan dan mendorong kemandirian hidup
sehat, melalui UKBM dan PHBS.
6. Memelihara, meningkatkan mutu dalam pemerataan keterjangkauan
pelayanan kesehatan.
7. Memelihara dan meningkatkan Kesehatan perorangan.
8. Memberikan Sistim Informasi Kesehatan (SIK) ke tingkat Puskesmas
9. Membantu Melakukan Kegiatan Kegiatan Yang Dilakukan Unit
Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ) Dalam Ruang Lingkup Wilayah Yang
Lebih Kecil.
10. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dasar Kepada masyarakat Melalui
Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak, keluarga Berencana, Perbaikan Gizi,
Imunisasi Dan Pengobatan Sederhana
11. Melaksanakan Penyuluhan Dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam
Wilayah Kerja Tertentu Yang Ditetapkan Unit Pelaksana Teknis Dinas
( UPTD ).
12. Melaksanakan Tugas Tugas Lain Yang Diberikan Oleh Kepala Unit
Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ) Sesuai Dengan Tugas Dan Fungsinya.
Pada kasus diatas juga terdapat masalah yaitu orang miskin/orang yang
memiliki kartu miskin tidak dilayani secara serius oleh petugas Puskesmas
Pembantu. Hal ini bertentangan dengan pasal 5 ayat 2 UU Kesehatan No 36 Tahun
2009 yaitu setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau. Selain itu hal ini juga bertentangan dengan
Pancasila sila ke 2 dan ke 5. Pada sila ke 2 yaitukemanusiaan yang adil dan
beradab dan pada sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,
maksudnya dalam pelayanan kesehatan yang di berikan pihak Puskesmas beserta
tenaga medisnya kepada masyarakat harus secara merata tanpa membedakan status
ekonomi, derajat, kedudukan, dan sosial dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan
semestinya sesuai dengan kode etik yang menaungi mereka
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 128 Tahun 2014 Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas