Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study).
Penelitian diadakan di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin. Subjek penelitian adalah kepala
sekolah, guru, dan karyawan untuk dijadikan informan penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) aspek konteks di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin
diperhatikan dengan sangat efektif; (2) pada aspek pendidik dan tenaga kependidikan SDN
Percobaan 2 sangat efektif sedangkan, SDN Ngringin masuk kategori kurang efektif. Pada
aspek pemenuhan sarana prasarana sekolah di SDN Percobaan 2 maupun SDN Ngringin
sudah diupayakan secara efektif; (3) pada aspek proses pelaksanaan PBM pada dua sekolah
tersebut berjalan efektif; dan (4) aspek produk, yakni budi pekerti dan kedisiplinan siswa,
prestasi guru, dan prestasi sekolah di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin sudah berhasil
dengan efektif.
Kata kunci: efektivitas sekolah, manajemen berbasis sekolah
Abstract
This study aimed to find out the effectiveness of the implementation of the School-Based Management
at SDN Percobaan 2 and SDN Ngringin in Depok District, Sleman Regency. This study used a
qualitative approach, the case study method (case study). The research was conducted in SDN
Percobaan 2 and SDN Ngringin. The subjects were the principal, teachers, and employees to serve as
research informants. The data were collected by using interviews, observation, and documentation.
The result showed that: (1) the context aspect both the two schools are focused very effectively; (2) in
the aspect of teachers and educational personnel SDN Percobaan 2 is very effective while SDN
Ngringin is in the ineffective. In the aspect of infrastructure facilities available for the both two school
are effectively achieved; (3) from the process aspect, the teaching-learning processes in both two
schools are effective; and (4) products including the students moral and discipline attitude, teachers
and schools achievements, at SDN Percobaan 2 and SDN Ngringin are effectively achieved.
Keyword: school effectiveness, school-based management
ting diperhatikan adalah jangan meman- kungan untuk melakukan perubahan. Arti-
dang MBS sebagai tujuan atau akhir dari nya sekolah harus mampu memobilisasi
sebuah perubahan akan tetapi MBS sebagai sumber daya yang ada di sekolah serta
proses administratif bagi para kepala seko- tetap mencari sumber daya lain dari ma-
lah, guru untuk berbagi kemampuan, ke- syarakat sekitar.
wenangan dan tanggung jawab demi terca- Sementara itu Murni & Rivai (2012, p.
painya sebuah sistem pendidikan yang 148) menyatakan bahwa tujuan MBS
lebih baik. Orang tua dan masyarakat ter- adalah: (1) meningkatkan mutu pendidikan
libat sesuai porsinya, yaitu sebagai pelang- melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
gan pendidikan, bukan sebagai penentu dalam mengelola dan memberdayakan
atau pengambil kebijakan. sumber daya yang tersedia; (2) meningkat-
Berdasarkan uraian tersebut dapat kan kepedulian warga sekolah dan masya-
disimpulkan bahwa konsep MBS yang rakat dalam penyelenggaraan pendidikan
dikembangkan menekankan pada pemberi- melalui pengambilan keputusan bersama;
an kewenangan, kepercayaan, dan keman- (3) meningkatkan tanggung jawab sekolah
dirian kepada sekolah untuk mengelola kepada orangtua siswa, masyarakat, dan
dan mengembangkan sumber daya pendi- pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
dikan dalam rangka meningkatkan mutu (4) meningkatkan kompetensi yang sehat
pendidikan di sekolah serta mempertang- antar sekolah tentang mutu pendidikan
gungjawabkan hasilnya kepada orangtua yang akan dicapai.
siswa, masyarakat, pemerintah dalam kori- Tujuan MBS adalah untuk meman-
dor kebijakan pendidikan nasional. Tujuan dirikan dan memberdayakan sekolah mela-
utama MBS adalah pemberdayaan sekolah lui pemberian kewenangan, pemberian
untuk secara mandiri dapat meningkatkan tanggung jawab, pekerjaan yang bermak-
mutu pendidikan. na, pemecahan masalah sekolah secara
Depdiknas (2001, p. 11) menyatakan teamwork, variasi tugas, hasil kerja yang ter-
tujuan pelaksanaan MBS untuk meman- ukur, kemampuan untuk mengukur kiner-
dirikan dan memberdayakan sekolah mela- janya sendiri, tantangan, kepercayaan, ada
lui pemberian kewenangan, pemberian pujian, menghargai ide-ide, mengetahui
tanggung jawab, pekerjaan yang bermak- bahwa guru adalah bagian penting dari
na, pemecahan masalah sekolah secara sekolah, kontrol luwes, dukungan, komu-
teamwork, variasi tugas, hasil kerja yang nikasi yang efektif, umpan balik yang
terukur, kemampuan untuk mengukur kin- bagus, sumber daya yang dibutuhkan ada,
erja sendiri, tantangan, kepercayaan, dide- warga sekolah diberdayakan sebagai ma-
ngar, ada pujian, menghargai ide-ide, me- nusia ciptaan-Nya yang memiliki martabat
ngetahui bahwa ia adalah bagian penting tinggi. Tujuan penerapan MBS untuk me-
dari sekolah, control yang fleksibel, du- ningkatkan kualitas pendidikan secara
kungan, komunikasi yang efektif, umpan umum baik itu menyangkut kualitas pem-
balik yang bagus, sumber daya yang di- belajaran, kualitas kurikulum, kualitas
butuhkan ada, warga sekolah diberdaya- sumber daya manusia baik guru maupun
kan sebagai manusia di sekolah. Berdasar- tenaga kerja kependidikan lainnya, dan
kan uraian tersebut dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan pendidikan secara
sekolah merupakan unit utama pengelola- umum. Bagi sumber daya manusia, pening-
an proses pendidikan. MBS bermaksud katan kualitas bukan hanya meningkatnya
meningkatkan kapasitas sekolah. Upaya pengetahuan dan keterampilan, melainkan
meningkatkan kapasitas sekolah tidak juga dapat meningkatkan kesejahteraan.
hanya mempertimbangkan sumber daya Fungsi-fungsi yang dapat disentralisasi da-
yang sudah ada di sekolah, tetapi juga lam MBS adalah pemberian otonomi yang
harus memperhatikan hubungan baik anta- lebih luas kepada sekolah agar dapat me-
ra sekolah dan masyarakat sekitar sekolah ngelola dan mengerahkan semua sumber
sekaligus tempat sekolah mendapat du- daya dan dana, penetapan kebutuhan
sesuai prioritas dan kemampuan, sehingga efektif karena ciri khas dari lembaga seko-
dapat mencapai tujuan dengan lancar dan lah adalah terjadinya proses belajar meng-
berjalan efektif ajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
Davis & Thomas (1989, p. 48) diartikan proses belajar mengajar yang
menjelaskan bahwa sekolah yang efektif baik akan dapat memanipulasi input yang
didorong dari keinginan yang kuat untuk kurang baik menjadi input yang lebih ber-
mencapai prestasi puncak. Sekolah efektif kualitas. Sebuah proses yang baik dapat di-
merupakan sebuah proses yang terus ber- ukur dengan indikator-indikator yang me-
kembang menuju kondisi yang lebih baik. mudahkan manajemen kualitas pembel-
Keefektifan merupakan prestasi manaje- ajaran.
men untuk berfokus pada hasil, sasaran, Sekolah disebut efektif jika meme-
dan target diharapkan. Sekolah efektif se- nuhi beberapa indikator-indikator sebagai
bagai sekolah yang memiliki kemampuan berikut Sergiovanni (1987) dalam Davis &
di dalam menjalankan fungsinya secara Thomas (1989, p. 6) yaitu (1) Improves test
maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi score; 2) improved attendance; (3) A generally
sosial kemanusiaan, fungsi politis, fungsi increased number of writing and homework
budaya, maupun fungsi-fungsi pendidik- assignments, with the amount of homework
an. Pencapaian fungsi-fungsi tersebut tidak based on the age of the students; (4) increased
hanya terletak pada proses yang berkuali- instructional time spent on mathematics, Eng-
tas, akan tetapi pada semua aspek. lish, sciene, history and social sciene, foreign
Zamroni (2007, p. 241) menyatakan language, and fine arts; (5) community and
bahwa pada sekolah efektif, seluruh siswa parent participation; (6) student participation
tidak hanya siswa yang memiliki kemam- in extracurricular activities; (7) awards and
puan tinggi dalam belajar yang dapat me- recognition for students and teachers; (8) quali-
ngembangkan diri, siswa yang memiliki ty of support for students with special needs.
kemampuan intelektualitas yang biasa juga Berdasarkan pendapat tersebut da-
dapat mengembangkan dirinya sejauh pat diartikan bahwa sekolah efektif dapat
mungkin, apalagi jika dibandingkan de- mengelola berbagai sumber daya yang di-
ngan kondisi awal ketika mereka baru miliki untuk meningkatkan efektifitas se-
memasuki sekolah. Berdasarkan pendapat kolah. Kepala sekolah dituntut untuk me-
tersebut dapat diartikan bahwa pada seko- ningkatkan hubungan kerja sama dengan
lah efektif tidak hanya siswa yang berke- masyarakat khususnya orang tua siswa un-
mampuan tinggi yang dapat mengembang- tuk menggali dan mengelola berbagai sum-
kan diri, siswa yang berkemampuan biasa ber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
juga dapat mengembangkan dirinya. Hal meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
ini karena adanya manipulasi proses yang hal ini, implementasi MBS mendorong
efektif sehingga meningkatkan output seca- masyarakat sekitar sekolah untuk terlibat
ra optimal. Budaya yang mendukung pe- dalam pengambilan keputusan.
ningkatan prestasi adalah pola dasar asum- Sekolah efektif adalah sekolah yang
si, sistem nilai-keyakinan dan kebiasaan- mampu mencapai tujuan-tujuan sekolah.
kebiasaan serta berbagai bentuk produk di Tujuan-tujuan sekolah dapat terlihat dari
sekolah yang akan mendorong semua war- visi dan misi kemudian diturunkan men-
ga sekolah untuk bekerja sama yang dida- jadi rencana operasional sekolah, rencana
sarkan saling percaya, mendorong muncul- tahunan, semesteran sampai dengan bulan-
nya gagasan-gagasan baru, dan memberi- an. Rencana-rencana tersebut disertai de-
kan kesempatan untuk melaksanakan pem- ngan strategi-strategi untuk mencapai tuju-
baharuan di sekolah. an ataupun target-target yang telah di-
Komariah & Triatna (2008, p. 37) me- tetapkan. Upaya-upaya sekolah dalam ben-
nyatakan bahwa sekolah efektif dapat di- tuk rencana dan strategi tersebut akan di-
identifikasikan sebagai sekolah yang dapat pelajari untuk kemudian dilihat efektifitas
menyelenggarakan proses belajar yang dalam pencapaian tujuan sekolah. Sekolah
efektif sangat memperhatikan perbaikan buku bacaan untuk pengayaan siswa, labo-
kualitas pembelajaran secara berkesinam- ratorium masih belum ada, dan yang teru-
bungan. Sekolah yang efektif sadar bahwa tama adalah kurangnya peningkatan terha-
lulusan berkualitas tidak mungkin terwu- dap pengarsipan file yang sebagian besar
jud tanpa proses pendidikan yang bermu- masih secara manual.
tu. Keefektifan pelaksanaan MBS dapat Pelaksanaan manajemen yang perlu
tercapai jika sumber daya sekolah berfung- ditingkatkan pada aspek konteks adalah
si dengan baik dalam meningkatkan mutu peran serta orang tua siswa dalam peren-
sekolah. Sosialisasi tentang MBS dilakukan canaan dan pelaksanaan program sekolah.
terhadap warga sekolah, baik secara formal Komponen manajemen yang perlu diting-
maupun informal sehingga MBS dapat di- katkan pada aspek input adalah: sosiali-
pahami oleh warga sekolah dengan baik. sasi, pemahaman, dan penghayatan tujuan
Pelaksanaan MBS yang efektif dibutuhkan dan sasaran sekolah; penyusunan program
organisasi yang baik, yaitu adanya penang- belum berupa perencanaan yang konkret;
gung jawab dan program kerja pelaksana- dan penyusunan program sekolah belum
an MBS sesuai dengan bidang kerjanya. menyebutkan rencana sumber daya yang
Penerapan MBS dilakukan secara berjen- dibutuhkan. Pelaksanaan manajemen yang
jang, mulai dari intern sekolah yaitu ter- perlu ditingkatkan pada aspek proses ada-
hadap guru, siswa, tenaga administrasi, lah: pengambilan keputusan masih dido-
dilanjutkan keluar sekolah terhadap orang minasi kepala sekolah; pemberdayaan war-
tua siswa dan masyarakat. Bagi sekolah ga sekolah belum optimal; belum ada
yang sangat memperhatikan perbaikan ku- penghargaan prestasi; keterlibatan warga
alitas dari input, proses, sampai out put, sekolah dalam pelaksanaan dan pengawas-
maka predikat sekolah efektif akan lebih an program sekolah rendah; dan akuntabi-
mudah diperoleh. litas keuangan belum optimal. Pelaksanaan
Kefektifan pelaksanaan MBS secara manajemen yang perlu ditingkatkan pada
umum cukup efektif pada aspek input, aspek produk adalah situasi sekolah yang
proses, maupun output. Input cukup efek- kurang nyaman karena bising oleh suara
tif dilihat dari pemahaman visi, misi, dan kendaraan dan kebersihan di depan seko-
tujuan sekolah, siswa, kualitas program, lah tertata.
dan jumlah sumber daya manusia. Proses Keefektifan MBS juga tidak luput da-
cukup efektif dilihat dari kesesuaian pelak- ri kontribusi masyarakat, khususnya orang
sanaan program dengan jadwal yang telah tua siswa terhadap pelaksanaan MBS.
ditentukan, partisipasi warga sekolah, Dalam konteks ini, sekolah perlu mendo-
kerja sama baik intra maupun ekstra sudah rong partisipasi masyarakat, sementara
baik dan harmonis, kemandirian, proses masyarakat perlu lebih aktif memberikan
akuntabilitas, proses evaluasi, dan monito- masukan atau dukungan terhadap setiap
ring dan keterbukaan sekolah. Output cu- tahapan pelaksanaan MBS. Kontribusi yang
kup efektif dilihat dari prestasi akademik makin besar dari guru dan orang tua siswa
maupun non akademik. dalam pelaksanaan MBS dengan sendiri-
Faktor pendukung adalah kondisi nya akan meningkatkan kualitas input,
sekolah yang kondusif untuk belajar, tela- kualitas proses, output, dan pada akhirnya
dan dari para guru, kesejahteraan diper- kualitas outcome. Peningkatan kualitas out-
hatikan sehingga konsentrasi pada proses come ini pada akhirnya menguntungkan
belajar mengajar berjalan baik, gagasan masyarakat.
untuk kemajuan sekolah didukung, peran Berdasarkan uraian tersebut, peneliti-
serta dan rasa memiliki sekolah warga an bertujuan untuk mengetahui keefektif-
sekolah, staf berkualitas, hubungan komu- an pelaksanaan Manajemen Berbasis Seko-
nikasi yang harmonis. Faktor penghambat lah di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin
adalah keberadaan ruang perpustakaan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Pe-
yang kurang kondusif, kurangnya buku- nelitian ini menggunakan pendekatan ku-
alitatif dengan metode studi kasus (case Teknik Pengumpulan Data dan Teknik
study). Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang di-
Metode Penelitian gunakan adalah: (1) observasi, untuk meng-
Jenis, Tempat, Waktu, dan Sujek Penelitian ambil data meliputi: tenaga pendidikan, sa-
rana, prasarana, dan proses belajar meng-
Penelitian ini merupakan penelitian
ajar. Untuk melakukan observasi, maka
evaluasi dan menggunakan pendekatan
telah disusun pedoman observasi, (2) wa-
kualitatif. Menurut Moleong (2009, p. 6)
wancara, untuk mengumpulkan data ten-
pendekatan kualitatif bermaksud untuk
tang implementasi fungsi-fungsi mana-
memahami fenomena tentang apa yang
jemen dalam: manajemen sumber daya
dialami oleh subjek penelitian.
manusia, pendanaan, maupun fasilitas, (3)
Patton (2006, p. 1) menyatakan data
analisis dokumen, untuk mengambil data
kualitatif awalnya belum terolah, informasi
visi dan misi, kurikulum pendidikan, ka-
dekskriptif tentang program dan orang
rakteristik sekolah, dokumentasi rencana
dalam suatu program. Adapun dalam pe-
strategis, laporan tahunan sekolah, prestasi
nelitian ini untuk menganalisis keefektifan
akademik dan non akademik siswa, data
sekolah digunakan metode studi kasus
guru, dan data sekolah. Instrumen pe-
(case study). Ghony & Almanshur (2012, p.
ngumpulan data yang digunakan adalah
62) mendefinisikan studi kasus (case study)
(1) pedoman wawancara, (2) lembar obser-
adalah penelitian yang diarahkan untuk
vasi dan (3) lembar dokumentasi.
menghimpun data, mengambil makna, dan
Data yang terkumpul dianalisis de-
memperoleh pemahaman dari suatu kasus.
ngan analisis deskriptif yaitu dideskripsi-
Studi kasus bertujuan untuk mengembang-
kan dan diambil kesimpulan tentang ma-
kan metode kerja yang dianggap paling
sing-masing komponen dan indikator ber-
efisien. Penelitian kasus lebih spesifik dan
dasarkan kriteria yang ditentukan. Data
mendalam yang berhubungan dengan pro-
dari hasil wawancara dan dokumentasi
ses penelitian, penelitian kasus melalui
dianalisis secara kualitatif dengan teknik
proses siklus yang ada dalam sampel
deskriptif kualitatif. Teknik analisis kuali-
secara keseluruhan, penelitian kasus tidak
tatif yang digunakan adalah model inter-
untuk digeneralisasi.
aksi dari Miles & Huberman (1992, p. 16),
Penelitian ini dilakukan di SDN Per-
meliputi: (1) pengumpulan data, (2) reduk-
cobaan 2 dan SDN Ngringin Kecamatan
si data, (3) penyajian data dan (4) peng-
Depok Kabupaten Sleman. Dilaksanakan
ambilan kesimpulan. Keabsahan data di-
pada bulan Oktober 2013 sampai dengan
lakukan dengan triangulasi dan bahan re-
bulan Januari 2014.
ferensi.
Subjek penelitian adalah kepala seko-
lah, guru, karyawan, orang tua siswa dan
siswa. Masing-masing subjek diteliti sehu- Hasil Penelitian dan Pembahasan
bungan dengan tugasnya sesuai dekskripsi Keefektifan pelaksanaan MBS di SDN Per-
pekerjaan yang ada. Sehingga dipilih k- cobaan 2 dan SDN Ngringin ditinjau dari
epala sekolah, guru, dan staf administrasi aspek Konteks.
sekolah untuk dijadikan informan peneliti-
an. Cara penelitian yaitu dengan mengun- Keefektifan pelaksanaan Manajemen
jungi kantor untuk menemui kepala seko- Berbasis Sekolah di SDN Percobaan 2 dan
lah, guru, dan karyawan guna melakukan SDN Ngringin ditinjau dari aspek konteks.
penelitian. Subjek penelitian ditemui di Aspek konteks dilakukan pada tahap pen-
tempat aktifitas masing-masing agar dida- jajagan untuk menghasilkan informasi un-
patkan data sebenarnya. Observasi terha- tuk keputusan perencanaan. Aspeks kon-
dap subjek juga dilakukan agar didapatkan teks melihat tentang visi misi lembaga, dan
data yang lengkap. harapan masyarakat terhadap sekolah.
lah 18 orang dengan kualifikasi sarjana dan puter, laptop maupun LCD walaupun jum-
ada yang belum sarjana. Kepala sekolah lahnya baru sedikit. Buku-buku referensi
berstatus Pegawai Negeri Sipil dan mem- sudah dipunyai di kedua sekolah tersebut
punyai kualifikasi sarjana, guru berstatus dan ada buku pelengkap yang tersedia di
Pegawai Negeri Sipil ada 8 orang, guru perpustakaan sehingga mendukung penge-
tidak tetap ada 5 orang, dan pegawai tidak tahuan.
tetap ada 4 orang. Adanya jumlah guru Perbandingan aspek penggunaan ku-
yang belum memadai tersebut, maka sulit rikulum SDN Percobaan 2 dan SDN Ngri-
bagi sekolah untuk menyediakan sekolah ngin disajikan pada Tabel 5.
yang berkualitas karena kekurangan guru
akan berdampak langsung pada kualitas Tabel 5. Perbandingan Kurikulum SDN
pembelajaran yang kurang sempurna. Percobaan 2 dan SDN Ngringin
Perbandingan aspek sarana prasara-
na SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin
disajikan pada Tebl 4.
an silabus dan penentuan kriteria ketuntas- Lokasi sekolah yang jauh dari gangguan
an minimal sudah dilaksanakan oleh guru. pencemaran, baik pencemaran udara atau-
Prinsip pengembangan silabus diantara- pun pencemaran air. Keamanan sekolah di
nya: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, SDN Ngringin terlihat sudah terpasang
memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, teralis pada bagian jendela-jendela ataupun
dan menyeluruh. KTSP yang dikembang- pada ventilasi. Cahaya yang masuk ke
kan sudah berdasarkan pada prinsip-prin- ruang-ruang kelas cukup terang sehingga
sip sebagai berikut: (1) berpusat pada po- proses belajar mengajar nyaman. Penjaga
tensi, perkembangan, kebutuhan, dan ke- sekolah juga sudah ada sehingga sekolah
pentingan peserta didik dan lingkungan- menjadi aman. Kenyamanan di SDN Ngri-
nya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap ngin dapat terlihat dari jarangnya terjadi
terhadap perkembangan ilmu pengetahu- pencurian di sekolah. Akses sekolah mu-
an, teknologi dan seni; (4) relevan dengan dah dijangkau warga sekolah baik meng-
kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan gunakan kendaraan roda empat maupun
berkesinambungan; (6) belajar sepanjang roda dua. Sekolah jauh dari pencemaran,
hayat; dan (7) seimbang antara kepenting- baik pencemaran air maupun pencemaran
an nasional dan kepentingan daerah. Pihak udara. Sehingga untuk situasi sekolah di
yang dilibatkan dalam pengembangan ku- SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin dika-
rikulum sekolah yaitu kepala sekolah, gu- tegorikan sangat efektif.
ru, karyawan, komite, dan tokoh masya- Perbandingan aspek situasi sekolah
rakat. di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngringin di-
Prinsip kurikulum harus memenuhi sajikan pada Tabel 6.
prinsip relevansi yang berkaitan dengan
keserasian antara tujuan isi dan proses bel- Tabel 6. Perbandingan aspek situasi SDN
ajar siswa yang tercakup dalam kurikulum Percobaan 2 dan SDN Ngringin
dengan kebutuhan dan tuntutan masya-
rakat, prinsip fleksibilitas artinya kuriku-
lum harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada, prinsip kontinuitas
mengandung pengertian bahwa perlu di-
jaga saling keterkaitan dan kesinambungan
antara materi pelajaran pada berbagai jen-
jang dan jenis program pendidikan, prinsip
efektifitas berkenaan dengan rencana da-
lam suatu kurikulum dapat dilaksanakan
dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar, dan prinsip efisiensi berhubung-
an dengan perbandingan antara tenaga, Keefektifan pelaksanaan MBS di SDN Per-
waktu, dan biaya yang dikeluarkan dengan cobaan 2 dan SDN Ngringin ditinjau dari
hasil yang diperoleh. Setiap tujuan akan aspek Proses.
menentukan pengalaman pembelajaran.
Berdasarkan Tabel 6 pada aspek situ- Aspek proses akan melihat bagai-
asi sekolah di SDN Percobaan 2 dan SDN mana kegiatan program berjalan, partisi-
Ngringin, keamanan sekolah terlihat aman pasi peserta, nara sumber atau guru, pe-
terbukti dengan adanya sudah ada venti- nampilan guru dalam proses belajar meng-
lasi udara yang baik, ada ventilasi cahaya, ajar, dan bagaimana penggunaan dana.
sudah terpasang teralis, dan sudah ada Keberhasilan program sekolah dari
penjaga keamanan yang siap menjaga kea- sisi proses dapat dilihat dalam Tabel 7 di
manan sekolah. Kenyamanan akses sekolah atas. Tabel tersebut menunjukkan dalam
mudah dilalui oleh warga sekolah, baik pertemuan yang membahas program seko-
kendaraan roda dua maupun roda empat. lah di SDN Percobaan 2 diadakan setiap
mendapatkan juara I tahun 2011 dalam sebutan amat baik, akan tetapi SDN Ngri-
lomba gugus inti yang diadakan oleh Dinas ngin mendapat predikat B dengan sebutan
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabu- baik.
paten Sleman. Lomba perpustakaan ting- Pada aspek budi pekerti dan kedisip-
kat Provinsi mendapatkan juara harapan I linan di SDN Percobaan 2 dan SDN Ngri-
tahun 2013. ngin dapat dilihat pada Tabel 11.
Dilihat dari rata-rata nilai ujian na- Tingkat kedisiplinan dapat dilihat
sional menunjukkan di SDN Percobaan 2 dari upaya siswa menjalankan kegiatan
sebesar 8,72 lebih besar dibandingkan SDN sehari-hari di sekolah. Kegiatan siswa dari
Ngringin yang mempunyai nilai rata-rata datang ke sekolah, mulai masuk kelas, me-
7,42. Hal ini terlihat bahwa produk yang nerima pelajaran dari guru, istirahat, ber-
dihasilkan oleh SDN Percobaan 2 lebih interaksi dengan sesama teman, siswa dan
baik dibandingkan dengan SDN Ngringin. guru, mengakhiri pembelajaran sampai
Berdasarkan nilai ujian nasional per bidang pulang ke rumah masing-masing. Aktifitas
studi diketahui SDN Percobaan 2 memiliki pertama yang dilakukan siswa sebelum
nilai ujian nasional di atas 8,00 untuk memulai pelajaran adalah berdoa. Berdoa
semua mata pelajaran yang diujikan. Se- sudah menjadi keharusan bagi siswa-siswi
dangkan SDN Ngringin memiliki satu nilai di SDN Percobaan 2 maupun SDN Ngri-
mata pelajaran di bawah 8,00 yakni pel- ngin. Selama mereka berinteraksi dengan
ajaran matematika sebesar 5,75. SDN Ngri- teman sesama siswa dan guru selalu mem-
ngin belum memiliki prestasi akademik di budayakan senyum, salam, sapa sehingga
tingkat kabupaten maupun provinsi. Pres- memunculkan keakraban antara sesama
tasi non akademik belum terlihat. Prestasi siswa dengan siswa, dan siswa dengan
guru juga belum nampak karena jarang guru. Kepatuhan terhadap tata tertib yang
mengikuti diklat maupun seminar. Prestasi telah dibuat sekolah dilakukan oleh siswa
yang diraih sekolah juga belum terlihat dan guru dari kedua sekolah. Untuk me-
baik tingkat kabupaten maupun tingkat mupuk rasa nasionalisme, para siswa se-
provinsi. cara rutin melakukan upacara bendera se-
Dari data tersebut menunjukkan bah- tiap hari Senin dan hari besar. Perbedaan
wa aspek produk sekolah yang tercermin kualitas, kreativitas dan kompetensi guru
dari nilai ujian nasional, di SDN Percobaan serta kepala sekolah menentukan tingkat
2 mempunyai nilai rata-rata yang bagus. keberhasilan proses belajar mengajar.
Perbedaan aspek produk sekolah dipenga-
ruhi adanya proses belajar mengajar yang Tabel 11. Perbandingan aspek budi pekerti
berbeda. Komponen utama proses yang dan kedisiplinan
ada dalam sistem sekolah adalah kegiatan
belajar mengajar. Dalam kegiatan proses
belajar mengajar yang penting diperhati-
kan adalah guru. Oleh karenanya guru
adalah instrumen penting dalam proses
belajar mengajar. Menurut Hoy & Miskel
(2001, p. 40) guru yang profesional akan
menjalankan tugasnya dengan baik dan
mencapai tujuan sekolah. Tercapainya tuju- Berdasarkan hasil penelitian dapat
an sekolah berarti tercapainya efektifitas dilakukan pembahasan pada aspek kon-
program sekolah. Perbedaan kreatifitas dan teks tentang apa visi misi lembaga, dan apa
kedisiplinan guru mempengaruhi keberha- harapan masyarakat. Bush & Coleman
silan proses belajar mengajar. Hasil akre- (2000, p. 48) menyatakan terdapat 11 karak-
ditasi kedua sekolah mempunyai predikat teristik dalam memandang sekolah efektif
akreditasi yang berbeda. SDN Percobaan 2 yaitu kepemimpinan yang profesional, visi
menyandang predikat akreditasi A dengan dan misi, lingkungan belajar, konsentrasi
terhadap proses belajar dan mengajar, disimpulkan sangat efektif. Fasilitas pem-
pengharapan yang tinggi, dorongan positif, belajaran mulai dari: ketersediaan buku
pengawasan kemajuan yang terjadi, hak pelajaran, alat-alat peraga, alat-alat peraga,
dan kewajiban siswa, pengajaran yang te- fasilitas media pembelajaran (OHP, kom-
pat, suatu organisasi pembelajar, dan hu- puter, LCD) sama-sama dimiliki oleh ke-
bungan rumah dengan sekolah. dua sekolah. Depdiknas (2001, p. 23) me-
Perbedaan dalam hal konteks yang nyatakan pengelolaan fasilitas sudah se-
mencolok adalah animo pendaftar yang harusnya dilakukan oleh sekolah, mulai
berbeda antara dua sekolah tersebut, yakni dari pengadaan, pemeliharaan, dan per-
SDN Percobaan 2 ada 56:152 = 36,84% ca- baikan sampai pada pengembangan. Hal
lon siswa yang diterima dan menolak ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolah
63,16% calon siswa. Sedangkan SDN Ngri- yang paling mengetahui kebutuhan fasili-
ngin ada 28:35 = 80% calon siswa yang di- tas, baik kecukupan, maupun kemutakhir-
terima, dan menolak 20% calon siswa. Para annya terutama fasilitas yang sangat erat
orang tua dan segenap stakeholders setuju kaitannya secara langsung dengan proses
dengan visi dan misi karena memang di- belajar mengajar. Input sekolah dalam pen-
ikutsertakan dalam penyusunan visi dan didikan adalah segala sesuatu yang harus
misi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan tersedia karena dibutuhkan untuk berlang-
bahwa sekolah telah mampu merespons sungnya proses. Sesuatu yang dimaksud
tuntutan masyarakat untuk diwujudkan berupa sumber daya dan perangkat lunak
bersama. Depdiknas (2001, p. 3) menjelas- serta harapan-harapan sebagai pemandu
kan sekolah memiliki kewenangan yang bagi berlangsungnya proses. Pada aspek
lebih besar dalam mengelola sekolahnya pendidik dan tenaga kependidikan terda-
sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan pat perbedaan yang cukup menonjol yaitu
kemandiriannya, sekolah lebih berdaya gu- pada ketersediaan guru dan tenaga admi-
na dalam mengembangkan program-prog- nistrasi dimiliki sekolah. Sehingga untuk
ram sekolah yang sesuai dengan kebutuh- SDN Percobaan 2 dikategorikan sangat
an dan potensi yang dimiliki. efektif, tetapi di SDN Ngringin mempunyai
Pada aspek konteks di SDN Percoba- kategori belum efektif.
an 2 dan SDN Ngringin dikategorikan Pada aspek proses kedua sekolah da-
sangat efektif karena semua indikator su- lam pertemuan dengan stakeholders masing-
dah tercermin di sekolah. Hal ini terbukti masing sudah terlaksana dengan baik. Per-
dari visi dan misi di dua sekolah tersebut temuan komite sekolah dilakukan secara
terpenuhi sehingga disimpulkan sangat rutin oleh kedua sekolah tersebut sehingga
mendukung. Demikian pula dalam penen- komunikasi tidak terhambat. Lancarnya
tuan visi misi diterapkan pengambilan komunikasi sangat membantu sekolah un-
keputusan partisipasif yaitu pelibatan war- tuk menjalankan program-program seko-
ga sekolah secara langsung dalam peng- lah bagi para siswa.
ambilan keputusan, maka rasa memiliki Untuk KTSP SDN Percobaan 2 dan
warga sekolah dapat meningkat. Tjiptono SDN Ngringin sudah menggunakannya.
& Diana (2003, p. 407) menyatakan komit- Pada aspek situasi sekolah kedua sekolah
men terhadap kualitas dimulai dengan sangat mendukung terbukti semua indi-
pernyataan dedikasi pada visi dan misi kator keamanan sekolah, kenyamanan se-
bersama, serta pemberdayaan semua parti- kolah, ketertiban sekolah, keindahan, ke-
sipan untuk secara bersama mewujudkan asrian, dan kebersihan telah terpenuhi.
visi dan misi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian secara umum
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui pada aspek proses, proses belajar
pada aspek input diketahui bahwa dari mengajar masuk dalam kategori efektif.
dua sekolah yang dibandingkan hampir Danim (2010, p. 145) menyatakan bahwa
mempunyai kesamaan pada aspek-aspek pengertian mutu mengacu pada masukan,
yang dibandingkan sehingga sama-sama proses, luaran, dan dampaknya. Hasil pen-
Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan
Volume 3, No 1, April 2015
80 Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan
didikan dipandang bermutu jika mampu di bawah 8,00 yakni pelajaran matematika
memberikan keunggulan akademik mau- sebesar 5,75. Guru jarang mengikuti diklat
pun non akademik. Peningkatan kualitas maupun seminar, sekolah belum mempu-
proses pembelajaran pada sisi manajemen nyai kejuaraan tingkat kabupaten, provinsi
sekolah, kepala sekolah mempunyai ke- maupun nasional. Perbedaan kualitas, kre-
unggulan kedisiplinan. Hal ini sesuai de- ativitas, dan kompetensi guru serta kepala
ngan pendapat Dally (2010, p. 8) bahwa sekolah ikut menentukan keberhasilan pro-
manajemen berbasis sekolah yang ditandai ses belajar mengajar.
dengan otonomi sekolah dan pelibatan ma- Berdasarkan hasil analisis di atas di-
syarakat. Bertujuan untuk meningkatkan ketahui adanya perbedaan keefektifan pro-
efisiensi, mutu dan pemerataan pendidik- duk sekolah disebabkan perbedaan kom-
an. Pada aspek proses, proses pelaksanaan ponen yang lain yakni: konteks, input dan
belajar mengajar dari kedua sekolah di- proses. Perbedaan dalam hal konteks yang
kategorikan efektif. mencolok adanya animo pendaftar yang
Pada aspek produk kedua sekolah berbeda antara dua sekolah, yakni SDN
mempunyai kategori efektif. Aspek produk Percobaan 2 ada 56:152 = 36,84% calon
yang dihasilkan yakni prestasi siswa, guru siswa yang diterima, sehingga menolak
dan sekolah terlihat baik meskipun ada 63,16% calon siswa. Sedangkan di SDN
perbedaan di dua sekolah tersebut. Para Ngringin terdapat 28:35 = 80% calon siswa
guru di SDN Percobaan 2 mempunyai ke- yang diterima, menolak 20% calon siswa.
disiplinan yang tinggi dalam menjalankan Pada aspek input perbedaan terdapat pada
berbagai tugas yang dibebankan kepada- kuantitas dan kualitas pendidik dan tenaga
nya. Perbedaan kualitas, kreativitas dan kependidikan. Pada aspek proses perbeda-
kompetensi guru serta kepala sekolah me- an terdapat dalam proses belajar mengajar
nentukan tingkat keberhasilan proses bel- siswa.
ajar mengajar. Hal ini terbukti dengan ke-
berhasilan produk-produk yang dicapai Simpulan dan Saran
oleh dua sekolah. Bafadal (2003, p. 44) me-
Simpulan
nyatakan bahwa seorang pemimpin harus
mempunyai sifat-sifat pribadi yang terpuji, Berdasarkan hasil pengumpulan data
dan harus dapat merumuskan tujuan mi- dan pembahasan di atas, dapat disimpul-
salnya merumuskan visi, misi, kondisi, dan kan keefektifan pelaksanaan manajemen
aksi yang ingin dicapai memiliki keteram- berbasis sekolah sebagai berikut: (1) SDN
pilan dalam bidang yang dipimpinnya. Percobaan 2 pada aspek konteks mempu-
Untuk prestasi, baik prestasi akade- nyai kategori sangat efektif, aspek input
mik maupun non akademik SDN Percoba- mempunyai kategori sangat efektif, aspek
an 2 lebih efektif dibandingkan dengan proses mempunyai kategori efektif, dan
SDN Ngringin. Terbukti di SDN Percobaan aspek produk mempunyai kategori efektif,
2 prestasi akademik yang diraih mendapat- (2) SDN Ngringin pada aspek konteks
kan kejuaraan olimpiade MIPA kabupaten mempunyai kategori sangat efektif, aspek
dan provinsi, prestasi non akademik juara input mempunyai kategori kurang efektif,
bidang olahraga provinsi, prestasi guru aspek proses mempunyai kategori efektif,
dilihat dari sering mengikuti diklat atau- dan aspek produk mempunyai kategori
pun seminar, rata-rata nilai ujian nasional efektif.
yang cukup bagus mencapai 8,72. Hasil
akreditasi mendapatkan predikat A de- Saran
ngan sebutan amat baik. Berdasarkan hasil analisis penelitian
SDN Ngringin belum terlihat hasil di atas, dapat diberikan saran-saran se-
kejuaraan di tingkat kabupaten maupun bagai berikut: (1) SDN Percobaan 2 diha-
provinsi. Rata-rata Ujian Nasional men- rapkan dapat mempertahankan prestasi-
capai 7,42 dan ada satu nilai mata pelajaran
nya. Sehingga sekolah dapat berkualitas Ghony, D. & Almanshur, F. (2012). Metodo-
dalam pembelajaran, (2) SDN Ngringin di- logi penelitian kualitatif. Yogyakarta:
harapkan dapat meningkatkan terus pres- AR-RUZZ Media.
tasi belajar para siswa sehingga prestasinya
Hoy, W.K & Miskel, C.G. (2008). Education
semakin meningkat. Salah satu caranya
administration. Theory, research, and
dengan melakukan studi banding dengan
practice. Singapore: Mc-graw-Hill.
sekolah-sekolah yang lain, dan (3) pening-
katan mutu pendidikan tidak hanya tang- Komariah, A. & Triatna, C. (2008). Visionary
gung jawab sekolah. Diharapkan keter- leadership, menuju sekolah efektif. Ja-
libatan stakeholders sebagai pengguna mutu karta: Bumi Aksara.
lulusan perlu ditingkatkan dalam kegiatan Miles, B.M. & Huberman, A.M. (1992). Ana-
di sekolah. lisis data kualitatif. Jakarta: Penerbit
UI-Press.
Daftar Pustaka
Moleong, J.L. (2005). Metode penelitian kuali-
Bafadal, I. (2003). Manajemen peningkatan tatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
mutu sekolah dasar: dari sentralisasi Karya.
menuju desentralisasi. Jakarta: Bumi
Aksara. Murni, S. & Rivai, V. (2012). Education
management. Analisis teori dan prak-
Bush, T. & Coleman, M. (2000). Leadership tik. Jakarta: PT Raja Grafindo Per-
and strategic in management in educa- sada.
tion. New Jersey: Sage Publication.
Nurkholis. (2003). Manajemen berbasis seko-
Dally, D. (2010). Suatu pendekatan dalam lah. Jakarta: Grasindo.
implementasi manajemen berbasis seko-
lah. Bandung: PT Remaja Rosda- Patton, M.Q. (2006). Metode penelitian kuali-
karya. tatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davis, G.A. & Thomas, M.A. (1989). Effec- Tjiptono, F. & Diana, A. (2003). Total quality
tive schools and effective teacher. Lon- manajemen, edisi revisi. Yogyakarta:
don: Allyn and Bacon. Andi Offset.
Depdiknas. (2001). Manajemen berbasis seko- Zamroni. (2007). Pendidikan dan demokrasi
lah. Jakarta: Depdiknas. dalam transisi (prakondisi menuju era
globalisasi). Jakarta: PSAP Muham-
madiyah.