Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi,pipa lateral,
alat aplikasi dan sistem pengontrol .
1. Unit utama (head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen
pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). Sistem irigasi tetes tidak harus
selalu menggunakan pompa untuk mengalirkan air ke setiap pohon. Ada cara yang lebih
simpel yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Cara ini cocok untuk sumber air
yang lebih tinggi dari kebun. Bahkan tinggi sumber air 1 m pun memungkinkan. Sistem
gravitasi bisa lebih menghemat biaya, petani tidak perlu membeli pompa untuk mengalirkan
air ke seluruh kebun.
Instalasi irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan tangki sebagai penampung air, menara
penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC, sambungan pipa, dan pipa tetes (drip line)
tempat air menetes ke setiap akar tanaman. Sumber energi pompa hidram berasal dari tekanan
tinggi akibat fenomena pukulan air (water hammer) karena adanya perubahan kecepatan tiba-
tiba dari aliran air oleh penutupan katup, sehingga pompa ini tidak memerlukan suplai energi
dari luar seperti BBM atau listrik. Hal ini tentunya sangat baik untuk mendukung
pengembangan energi terbarukan (renewable energy) yang bebas polusi.
Prinsip kerja pompa dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen seperti pipa suplai ,
katup buang , katup masuk , tabung udara , dan pipa hantar. Sistem kerja diawali aliran air
dari sumber masuk melalui pipa suplai dan keluar melalui katup buang. Naiknya kecepatan
aliran akan mendorong katup buang ke atas hingga tertutup dan menghentikan aliran air dari
pipa suplai. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena pukulan air sehingga tekanan naik
secara drastis. Kenaikan tekanan ini akan membuka katup masuk sehingga terjadi aliran
menuju pipa hantar.
Aliran air ini yang diharapkan dari pompa ini dan dapat digunakan untuk konsumsi kita
sesuai dengan kebutuhannya. Aliran ini menyebabkan tekanan kembali turun dan karena
pengaruh beratnya sehingga katup tertutup kembali. Ini diikuti pembukaan katup buang yang
juga dipengaruhi oleh beratnya, sehingga air akan mengalir kembali melalui katup ini dan
begitulah seterusnya siklus akan terjadi dengan cepat. Dengan prinsip tersebut membuat
pompa hidram ini dapat bekerja terus selama 24 jam tanpa henti. Efisiensi keseluruhan dapat
diperoleh secara baik. Lebih dari 5 persen energi dari aliran air dapat dipindahkan ke aliran
kiriman.
Untuk mendesain pompa hidram perlu mencermati aliran sumber air berupa debit sumber air
pada kondisi normal dan pengukuran dilakukan pada musim kering karena pada saat itu
terjadi debit minim. Selain itu melihat ketinggian sumber air terhadap lokasi pompa hidram
dan kemiringan lokasi di bawah sumber air. Tinggi dari sumber air ke tempat yang
diharapkan untuk suplai air perlu diketahui untuk memperkirakan penempatan pompa hidram
dan berdasar populasi penduduk atau luas lahan pertanian yang akan dilayani atau kebutuhan
lainnya sesuai kondisi tiap-tiap daerah.
Pompa hidram dapat bekerja secara otomatis dan hanya membutuhkan sedikit perawatan.
Tidak membutuhkan energi dari luar untuk pemompaan seperti BBM dan listrik, tetapi
menggunakan aliran air sebagai energinya. Hampir tidak memerlukan biaya operasional, dan
karena tidak ada bagian yang bergesekan, penggunaan pelumasan oli secara rutin tidak
diperlukan.
Akibat beda ketinggian ini, air akan mengalir dari tangki melalui pipa PVC, dari pipa PVC
air kemudian mengalir ke drip lines yang memiliki lubang-lubang untuk meneteskan air ke
setiap tanaman. Pengaturan waktu penyiraman dilakukan dengan cara membuka-tutup kran.
Kran sebaiknya dilengkapi dengan filter agar kotoran tidak masuk ke dalam pipa.
Dengan irigasi tetes sistem gravitasi, setiap tanaman akan mendapatkan jatah air yang sama
bila menggunakan regulator (panjang lk. 3 cm) di dalam pipa tetes. Regulator ini berupa
celah-celah berbentuk zig-zag. Di ujung regulator inilah terdapat lubang kecil tempat air
menetes.
Sistem irigasi tetes sangat membantu memperlambat penguapan dan membantu pertumbuhan
tanaman di musim kemarau. Dengan sistem ini, 500 pohon kakao dan 200 pohon mente umur
1,5-2 tahun tidak mati pada musim kemarau. Bahannya sangat sederhana, yaitu bambu (2-3
ruas) garis tengah 10-15 cm. Antarruas dibuat lubang besar kecuali ruas terakhir diberi lubang
kecil agar air keluar secara merembes. Ditaruh di dekat tanaman, terutama bagian bawah
dekat akar.
Untuk mengurangi penguapan, diberi jerami. Dengan 3-4 ruas bambu, pengisian air
dikerjakan tiap 4-5 hari sekali. Bila 7 ruas bambu pengisian air bisa dilakukan tiap 7-8 hari.
Sehingga sangat membantu dalam menghemat tenaga menyiram dan ongkos.
Berbeda dengan petani di Ojan Detun, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, berhasil
menemukan alat sederhana irigasi tetes yang bisa dipergunakan untuk mengairi tanaman
umur panjang seperti mangga, rambutan, jeruk dan sejenisnya. Alat ini bisa mengairi tanaman
satu kali dalam jeda waktu tiga hari. Artinya dalam tiga hari, hanya sekali mengisi air dalam
alat dan itupun tergantung dari cepat lambatnya tetesan air yang diinginkan. Alat yang terbuat
dari bekas botol plastik kemasan minuman ini, mampu bertahan untuk pengairan hingga 2-3
tahun. Bukan hal sulit untuk membuat alat ini. Apabila menginginkan keselamatan tanaman,
maka hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jenis ini adalah kehati-hatian serta
keuletan, jangan sampai alat ini bocor dan mempengaruhi daya tetes air tersebut.
Mendapatkan alat dan bahan untuk pembuatan alat ini sangatlah mudah karena bisa
dipergunakan dari limbah rumah tangga yang dipastikan bisa bermanfaat seperti botol plastik
kemasan minuman (aqua). Sedangkan alat yang harus dibeli adalah lem castol, alat potong
dan isolasi kertas.
Adapun alat dan bahan tersebut antara lain: Botol plastik kemasan air minuman ukuran 500
ml atau 1500 ml, alat pemotong (gunting, pisau), paku, sedotan dan lem pipa, karet sandal
jepit.