Standar Pengelolaan
Basis Data Terpadu
............
Standar Pengelolaan
Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU
Anda dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan karya ini untuk
tujuan non-komersial.
Untuk meminta salinan laporan ini atau keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini,
silakan hubungi TNP2K-Knowledge Management Unit (kmu@tnp2k.go.id).
Daftar Isi
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Foto ix
Daftar Istilah dan Singkatan x
Kata Pengantar xi
Lampiran 1:
Nota Kesepakatan Bersama 74-76
Lampiran 2:
Format Keterangan Program 77
Lampiran 3:
Format Surat Pernyataan 78
Daftar Gambar
Gambar 1. Skema Kesalahan Inklusi (Inclusion Error) dan Kesalahan Eksklusi
(Exclusion Error) Dalam Penetapan Sasaran Peserta/Penerima
Manfaat Program Perlindungan Sosial 3
Gambar 2. Efektivitas Program Penanggulangan Sosial Menurut Hasil
SUSENAS 2009 4
Gambar 3. Proses Perolehan Daftar Awal Rumah Tangga PPLS 2011 9
Gambar 4. Garis Besar Tahapan Proses Penanganan Permintaan Data
Basis Data Terpadu 24
Gambar 5. Tahapan Penanganan Permohonan Data 30
Gambar 6. Tahapan Permohonan Bantuan Teknis 32
Gambar 7. Tampilan Panel Sistem Rekam Kerja 35
Gambar 8. Tahapan Pengarsipan Data (Data Archiving) 36
Daftar Tabel
Tabel 1. Variabel Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE 2005) 6
Tabel 2. Variabel Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011
(PPLS 2011) 8
Tabel 3. Ringkasan Manfaat Data Basis Data Terpadu 20
Tabel 4. Contoh Data Sebaran/Agregat dari Basis Data Terpadu 21
Tabel 5. Dokumen Pendukung Permohonan Data Basis Data Terpadu 26
Tabel 6. Penjelasan Tahapan Penanganan Permohonan Data 31
Tabel 7. Penjelasan Tahapan Permohonan Bantuan Teknis 33
Tabel 8. Memastikan Keandalan Jaringan Komputer 41
Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) dalam
Sistem Penanganan Keluhan BDT 67
Daftar Foto
Foto 1. Joshua Esty Sampul Buku
Foto 2. TNP2K Staff Bab 1 (Hal. 1)
Foto 3. Rachma Safitri 5
Foto 4. Rachma Safitri 9
Foto 5. Rachma Safitri 11
Foto 6. Joshua Esty 13
Foto 7. Joshua Esty 15
Foto 8. Joshua Esty 16
Foto 9. Achmad Ibrahim 19
Foto 10. Joshua Esty 22
Foto 11. Achmad Ibrahim 25
Foto 12. Achmad Ibrahim 27
Foto 13. TNP2K Staff 28
Foto 14. Joshua Esty 29
Foto 15. Joshua Esty 32
Foto 16. Joshua Esty 39
Foto 17. TNP2K Staff 42
Foto 18. Joshua Esty 44
Foto 19. TNP2K Staff 49
Foto 20. TNP2K Staff 53
Foto 21. Joshua Esty 54
Foto 22. TNP2K Staff 56
Foto 23. Joshua Esty 63
Foto 24. Joshua Esty 65
Foto 25. Cocozero003/123RF.com 71
Kata Pengantar
Basis Data Terpadu (BDT) memiliki arti penting dalam usaha perbaikan keakuratan
penetapan sasaran penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan di Indonesia,
mengingat BDT memuat data by name by address dari sekitar 24,7 juta rumah tangga atau
96,4 juta jiwa penduduk di Indonesia dengan peringkat kesejahteraan terendah.
Pengelolaan data BDT dilakukan oleh Unit Penetapan Sasaran untuk Penanggulangan
Kemiskinan (UPSPK) Sekretariat TNP2K. Tugas utama UPSPK adalah memastikan BDT dapat
dimanfaatkan oleh program perlindungan sosial, memberikan dukungan teknis kepada
pengguna BDT, melakukan pemantauan dan evaluasi pemanfataan BDT, memastikan
kesahihan studi-studi untuk memperbaiki kualitas penetapan sasaran program,
membangun manajemen BDT yang berbasis teknologi informasi, dan menyajikan
informasi yang terdapat dalam BDT melalui media berbasis teknologi internet.
Pengelolaan data yang sedemikian besar dengan tanggung jawab yang sedemikian
berat harus didukung oleh keberadaan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan kompetensi khusus, serta tersedianya standar pengelolaan data yang
menjamin keniscayaan pemanfaatannya. Buku Standar Pengelolaan BDT untuk Program
Perlindungan Sosial ini disusun berdasarkan serangkaian pengalaman serta merupakan
pedoman bagi praktek pengelolaan big data di Indonesia di masa depan.
Terima kasih kami sampaikan kepada Tim Penulis yang telah berkontribusi pada
penyusunan buku ini. Kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pihak
yang memiliki komitmen dan perhatian besar pada pentingnya pengelolaan data
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
LATAR BELAKANG
P
enanggulangan kemiskinan merupakan salah satu sasaran pembangunan bidang
ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam
implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahap II (tahun
2010-2014). Dengan target menurunkan tingkat kemiskinan nasional dari 14,1% di tahun
2009 ke 8-10% pada akhir tahun 2014 pemerintah menetapkan strategi dan program
untuk percepatan penanggulangan kemiskinan melalui Peraturan Presiden RI nomor
15 tahun 2010. Program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam
upaya percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu:
Selain ketiga jenis program tersebut di atas, juga dilaksanakan sejumlah program
penanggulangan kemiskinan lainnya yang juga bertujuan meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Menerima
Bantuan
Inclusion Error
Tidak Menerima
Bantuan
Exclusion Error
Sumber: TNP2K
1
Widianto, B., Pengelolaan dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Paparan Sekretariat TNP2K, Jakarta, Januari 2012.
100
Exclusion Error
75
50
BLT
Inclusion Error
25
Daerah
Pentargetan Jamkesmas
Efektif
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum tahun 1998, tidak ada kebijakan perlindungan sosial yang spesifik di Indonesia.
Pemerintahan saat itu menerapkan strategi makro untuk menanggulangi kemiskinan,
antara lain dengan cara stabilisasi harga bahan pangan, pembangunan infrastruktur
pedesaan, dan beberapa program penyediaan kredit.
Setelah terjadinya puncak krisis moneter Asia tahun 1997-1998, pemerintah mulai
merancang dan melaksanakan program-program yang khusus ditujukan untuk penduduk
miskin. Untuk merespon dampak krisis moneter, pemerintah saat itu meluncurkan
2
Contoh: Ficha de Estratificacion Social Comite Accion Social (Ficha CAS) di Chile, dan Sistema de Identificacion de Beneficiarios de Subsidios Sociales (Sisben) di Kolombia.
Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang bertujuan memberikan perlindungan dalam
bidang pangan, kesehatan, pendidikan, dan akses kepada sumber pendapatan untuk
penduduk yang sudah miskin sebelum terjadinya krisis dan penduduk yang menjadi
miskin karena dampak krisis. Di antara program-program JPS yang paling besar jumlah
target peserta/penerima manfaatnya adalah program subsidi beras untuk rumah tangga
miskin (awalnya disebut Operasi Pasar Khusus/OPK, kemudian menjadi Program Raskin)
dan bantuan kesehatan (JPS-BK). Untuk penargetan peserta/penerima manfaat, kedua
program tersebut menggunakan kombinasi pendekatan penargetan geografis dan
rumah tangga3 dimana peserta/penerima manfaat program adalah penduduk yang
tinggal di lokasi yang menjadi sasaran program dan masuk dalam kriteria sasaran yang
ditetapkan program. Sasaran peserta/penerima manfaat program OPK/Raskin dan JPS-
BK adalah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera-1 berdasarkan kriteria Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Daftar rumah tangga sasaran disediakan
oleh Kader BKKBN berdasarkan hasil pendataan yang mereka lakukan menggunakan 23
variabel kondisi rumah tangga sebagai indikator status kesejahteraan rumah tangga.
Beberapa analisis terhadap cakupan program OPK dan JPS-BK menunjukkan tingkat
kesalahan eksklusi dan inklusi yang cukup tinggi. Sebuah studi yang melibatkan 100
Desa/Kelurahan di 10 Kabupaten dari 8 Provinsi di Indonesia yang dilaksanakan pada
tahun 1997-19984 melaporkan bahwa proporsi rumah tangga dari kelompok status
kesejahteraan terendah yang menjadi peserta Program OPK hanya 52.7%, sementara
terdapat sekitar 20% rumah tangga dari kelompok kuintil tertinggi yang juga menerima
beras bersubsidi dari Program OPK. Sedangkan pada program JPS-BK, hanya sekitar 10,6%
kelompok yang paling miskin menerima manfaat pelayanan kesehatan dengan JPS-BK5.
Penggunaan indikator-indikator non-ekonomi (misalnya rutinitas dalam melaksanakan
kewajiban agama) yang digunakan BKKBN sebagai bagian dari kriteria status kesejahteraan
rumah tangga, serta kurangnya kompetensi Kader BKKBN dalam melakukan pendataan
3
Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indonesian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31
4
Sumarto, S., Suryahadi, A., Pritchett, L., Safety Net and Safety Ropes: Who benefited from Two Indonesian Crisis Programs the Poor or the Shocked, Policy Research
Working Paper 2436, The World Bank East Asia and Pacific Region, September 2000
5
Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indonesian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31
Pada tahun 2005, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Pendataan
Sosial Ekonomi (PSE 2005). Tujuan utama PSE 2005 adalah untuk mengidentifikasi
rumah tangga sasaran penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi
pengurangan subsidi bahan bakar minyak. Namun kemudian, disamping untuk program
BLT, data PSE 2005 juga dipakai untuk penargetan program Asuransi Kesehatan Penduduk
Miskin (Askeskin) yang kemudian dikenal dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Program Raskin.
Berdasarkan indeks kesejahteraannya, sekitar 19,1 juta rumah tangga yang didata dalam
PSE 2005 diklasifikasikan menjadi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), Rumah Tangga
Miskin (RTM), dan Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM).
6
Ritonga, H., Pengembangan dan Pemanfaatan Data Kemiskinan dengan Bertumpu pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Paparan dalam
Workshop Nasional : Database partisipatif dan pemanfaatannya untuk pemetaan sosial ekonomi interaktif dan Sistem Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan,
Jakarta, 27 Februari 2014
7
Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BAPPENAS, Laporan Akhir Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi
Masyarakat Miskin (Keluarga Pra Sejahtera/KPS dan Keluarga Sejahter-1/KS-1, 2010 5 Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indone-
sian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31
Pada tahun 2008, dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), BPS selaku
penanggungjawab penyediaan data rumah tangga sasaran penerima BLT8 mengadakan
pendataan sosial ekonomi rumah tangga yang kemudian dikenal dengan Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS 2008). Data dasar PPLS 2008 adalah data PSE 2005
yang dimutakhirkan dengan hasil verifikasi pada 1.023 kecamatan di 97 kabupaten/kota
di 15 provinsi wilayah uji coba Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga diperoleh hasil
akhir sejumlah 19.018.057 rumah tangga sasaran9. Pemeringkatan status kesejahteraan
rumah tangga berdasarkan hasil PPLS 2008 masih menggunakan klasifikasi RTSM, RTM
dan RTHM. Berbeda dengan PSE 2005, PPLS 2008 menggunakan 14 variabel rumah
tangga PSE 2005 ditambah dengan 8 variabel individu (anggota rumah tangga) serta
model Proxy Means Testing untuk menentukan peringkat status kesejahteraan rumah
tangga yang didata10.
Selain untuk penetapan sasaran Program BLT, data mikro rumah tangga hasil PPLS 2008
juga digunakan untuk penetapan sasaran Program Keluarga Harapan antara tahun 2009
201111. Data hasil PPLS 2008 juga digunakan untuk mengidentifikasi rumah tangga
sangat miskin untuk menjadi peserta/penerima manfaat Program Jalan Lain Menuju
Kesejahteraan Rakyat (Jalinkesra) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
antara tahun 2010-201312.
8
Instruksi Presiden RI nomor 3 tahun 2008
9
Imawan, W., Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008, Presentasi dalam Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program Bantuan Langsung Tunai untuk
Rumah Tangga Sasaran, Cikampek, 4 Juni 2008
10
Ritonga, H., Pengembangan dan Pemanfaatan Data Kemiskinan dengan Bertumpu pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Paparan dalam
Workshop Nasional : Database partisipatif dan pemanfaatannya untuk pemetaan sosial ekonomi interaktif dan Sistem Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan,
Jakarta, 27 Februari 2014
11
Nazara, S., Rahayu, SK., Program Keluarga Harapan (PKH) Program Bantuan Dana Tunai Bersyarat di Indonesia, TNP2K Research Brief no 42, October 2013
12
Sistem Rekam Kerja (Work Request Management System), UPSPK-TNP2K, 2014
1) Daftar awal rumah tangga disusun melalui peta kemiskinan (poverty map),
ditambahkan dengan hasil konsultasi dengan penduduk miskin (consultation with
the poor) dan penyisiran (sweeping) saat pelaksanaan.
2) Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga
lebih banyak daripada PPLS 2008, yaitu 26 variabel (lihat Tabel 2).
3) Cakupan rumah tangga yang didata lebih besar daripada PPLS 2008 yaitu 40%
atau sekitar 24 juta rumah tangga.
PPLS 2011 dilaksanakan antara bulan JuliOktober 2011 oleh BPS. Sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 3, daftar awal rumah tangga PPLS 2011 diperoleh dari hasil
pemetaan kemiskinan (poverty map) dengan memanfaatkan hasil Sensus Penduduk
tahun 2010, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2010 dan Potensi Desa (Podes). Selain
rumah tangga hasil identifikasi awal tersebut, petugas PPLS 2011 juga mendata rumah
tangga lain yang diduga miskin berdasarkan informasi dari rumah tangga miskin lainnya
(dengan melakukan konsultasi dengan penduduk miskin selama proses pendataan),
serta hasil penyisiran di lokasi pendataan. Semua rumah tangga yang didata tersebut,
menjadi daftar awal rumah tangga hasil PPLS 2011.
Sumber: TNP2K
Data hasil PPLS 2011 diserahkan oleh BPS kepada TNP2K pada bulan Februari 2012.
Kemudian dilakukan penyusunan indeks kesejahteraan masing-masing rumah tangga
dengan menggunakan variable-variabel kesejahteraan rumah tangga yang didata saat
PPLS 2011 dan model Proxy Means Testing (PMT). Model PMT yang digunakan dalam
pengolahan data rumah tangga hasil PPLS 2011 dibangun dengan mengacu pada hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2010, sehingga secara statistik dapat
mencerminkan gambaran karakteristik rumah tangga dan mengakomodasi perbedaan
karakteristik antar wilayah. TNP2K membangun satu model PMT yang spesifik untuk
masing-masing kabupaten/kota karena satu variabel yang di suatu kabupaten/kota
menjadi faktor penentu tingkat kesejahteraan rumah tangga, mungkin tidak memiliki
makna yang signifikan di daerah lain. Contohnya, kepemilikan aset sepeda motor
mungkin menjadi variabel pembeda tingkat kesejahteraan rumah tangga di daerah
pedesaan, namun mungkin tidak di daerah perkotaan.
Berdasarkan indeks kesejahteraan yang dihasilkan oleh model PMT, data rumah tangga
hasil PPLS 2011 diurutkan dari yang status kesejahteraan terendah hingga tertinggi.
Data hasil PPLS 2011 yang sudah diolah tersebut mulai dioperasikan sebagai Basis Data
Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial pada bulan Maret 2012
Rumah tangga dalam Basis Data Terpadu dikelompokkan ke dalam kelompok yang
disebut desil. Desil adalah kelompok per-sepuluhan sehingga seluruh rumah tangga
dapat dibagi ke dalam 10 desil, sebagai berikut:
Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 10-20% terendah, dan
seterusnya hingga
Desil 10 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% dengan tingkat kesejahteraan
paling tinggi.
Basis Data Terpadu berisikan kelompok Desil 1, Desil 2, Desil 3 dan Desil 4 karena memuat
40% rumah tangga dengan peringat kesejahteraan terendah di Indonesia. Basis Data
Terpadu dapat memberikan data tentang sebaran/agregat dari individu/keluarga/rumah
tangga menurut variabel-variabel sosial-ekonomi yang didata dalam PPLS 2011, serta
informasi karakteristik sosial-ekonomi beserta nama dan alamat individu/keluarga/rumah
tangga yang ada dalam Basis Data Terpadu.
Sejak mulai beroperasinya Basis Data Terpadu pada bulan Maret 2015, UPSPK telah
menangani lebih dari 900 permintaan data dan lebih dari 1.000 permintaan dukungan
teknis terkait Basis Data Terpadu. Basis Data Terpadu telah digunakan untuk penetapan
sasaran Program Raskin Program Keluarga harapan (PKH), Bantuan Siswa Miskin (BSM)
dan Program Jamkesmas (khusus pelaksanaan di tahun 2013). Data Basis Data Terpadu
juga digunakan untuk penetapan rumah tangga sasaran penerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) yang diluncurkan dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) dan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial
(P4S). Hingga bulan Juni 2014, sekitar 60% pemerintah daerah baik tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota - telah mengakses Basis Data Terpadu untuk perencanaan
dan pelaksanaan program-program perlindungan sosial yang diselenggarakan dengan
dana daerah. Basis Data Terpadu juga telah dimanfaatkan untuk keperluan penelitian-
penelitian terkait kemiskinan, baik yang dilakukan oleh TNP2K14 atau peneliti-peneliti dari
lembaga akademis.
14
Salah satu contoh penelitian menggunakan Basis Data Terpadu: Lockley, A, Tobias, J., Bah, A., Hasil Kajian Gender dari Basis Data Terpadu, TNP2K, Januari
2013.
T
ujuan utama Unit Pengelola Basis Data Terpadu adalah mengelola akses dan
pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk penyelenggara dan stakeholder lain yang
terkait dengan program perlindungan sosial. Sejalan dengan tujuan tersebut, Unit
Pengelola BDT menjalankan 3 fungsi pokok, yaitu:
Untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut di atas, Unit Pengelola BDT perlu
memiliki kompetensi kolektif minimal sebagai berikut:
Inklusif
Unit Pengelola BDT memfasilitasi akses dan pemanfaatan data dan informasi dari
Basis Data Terpadu untuk lembaga-lembaga pemerintah maupun non-pemerintah
sesuai dengan tujuan pemanfaatannya, dan tanpa dipungut biaya.
15
Sidang ajudikasi Sengketa Informasi Publik antara pihak pemohon Perkumpulan Inisiatif dengan termohon TNP2K
Data nama dan alamat individu dalam Basis Data Terpadu hanya diterbitkan untuk
instansi pemerintah (pusat dan daerah) yang menyelenggarakan program perlindungan
sosial. Instansi pemerintah yang mengakses data nama dan alamat individu dalam Basis
Data Terpadu ikut bertanggungjawab terhadap rahasia dan keutuhan data individu
tersebut, yang dinyatakan secara tertulis dalam bentuk Nota Kesepakatan Kerjasama
(untuk kementerian/lembaga setingkat kementerian) dan Surat Pakta Integritas (untuk
instansi pemerintah daerah).
Akuntabilitas
Sesuai dengan pasal 9, 10, 11, dan 12 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang selanjutnya dijelaskan dalam pasal 11
ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan
Informasi Publik, Unit Pengelola BDT wajib mengumumkan secara berkala
ringkasan laporan akses kepada Basis Data Terpadu yang sekurang-kurangnya
terdiri atas:
Jumlah permohonan akses data BDT yang diterima
Waktu yang diperlukan dalam merespon setiap permohonan akses data BDT
Jumlah permohonan akses data BDT yang dikabulkan, baik sebagian atau
seluruhnya, dan permohonan yang ditolak
Alasan penolakan permohonan akses data BDT.
Dalam menjalankan kewajiban tersebut, Unit Pengelola BDT bertanggungjawab untuk
menyusun dan menginformasikan secara terbuka prosedur akses dan pemanfaatan
BDT, serta membangun dan secara konsisten menggunakan sistem pendokumentasian
permintaan akses data dan dukungan teknis terkait pemanfaatan Basis Data Terpadu.
P
ada prinsipnya, data BDT dapat digunakan oleh berbagai lembaga yang terlibat
dalam program perlindungan sosial dan/atau upaya penanggulangan kemiskinan,
termasuk lembaga pemerintah (pusat dan daerah), lembaga akademis atau
penelitian, lembaga bantuan kerjasama antar pemerintahan, dan lembaga non
pemerintah. Unit Pengelola BDT bertanggungjawab untuk memastikan bahwa akses
kepada data BDT sesuai dengan tugas dan kewenangan lembaga pengguna data, serta
data yang diterbitkan terlindungi dari perubahan oleh pengguna yang tidak berhak
(unauthorized user).
Manfaat utama BDT dalam program perlindungan sosial adalah untuk melakukan
perencanaan/analisis, penetapan sasaran penerima manfaat dan monitoring-evaluasi
pelaksanaan program. Unit Pengelola BDT dapat menyediakan beberapa jenis data sesuai
dengan tujuan pemanfaatannya, yaitu data sebaran/agregat, data individual tanpa nama
dan alamat, serta data individual dengan nama dan alamat (Tabel 3).
Sumber: TNP2K
Basis Data Terpadu dapat menyediakan Data Sebaran/Agregat dan Data Individual Tanpa
Nama dan Alamat untuk melakukan analisis tentang jumlah dan karakteristik masyarakat
miskin, untuk merancang program penanggulangan kemiskinan, dan memperkirakan
anggaran yang dibutuhkan untuk program tersebut. Data-data tersebut disediakan untuk
berbagai lembaga yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
program perlindungan sosial, termasuk instansi pemerintahan, lembaga penelitian,
lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.
Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Juli 2012
Data individual tanpa nama dan alamat merupakan data yang merinci karakteristik
individu/keluarga/rumah tangga (umur, jenis kelamin, kondisi rumah, pekerjaan,
pendidikan, dan sebaginya) namun tidak menyertakan data nama maupun alamat
domisili dari individu/keluarga/rumah tangga tersebut. Data ini dapat digunakan untuk
melakukan analisis karakteristik kemiskinan atau mengevaluasi efektifitas penargetan
suatu program.
Basis Data Terpadu dapat menyediakan Data Individual DENGAN Nama dan Alamat
dari individu/keluarga/rumah tangga dalam Basis Data Terpadu untuk mengidentifikasi
individu/keluarga/rumah tangga yang memenuhi kriteria untuk menjadi peserta/
penerima manfaat program sebagaimana ditetapkan oleh lembaga pengelola program.
Data ini disediakan bagi lembaga pemerintahan (kementerian/lembaga pemerintah
setingkat kementerian dan pemerintah daerah) yang mengelola program perlindungan
sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial 21
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT
Salah satu contoh Data Individual DENGAN Nama dan Alamat dari Basis Data Terpadu
adalah Daftar Penerima Manfaat (DPM) Program Raskin. Sejak tahun 2012, Basis
Data Terpadu telah digunakan untuk penetapan sasaran/penerima manfaat oleh
sejumlah program perlindungan sosial, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
(misalnya Program Raskin tahun 2013 dan 2014, Program Jamkesmas tahun 2013,
Program Keluarga Harapan/PKH, Program Bantuan Siswa Miskin/BSM, dan sebagainya)
maupun oleh pemerintah daerah (misalnya Program Jaminan Kesehatan Daerah/
Jamkesda dan Program Raskin Dana APBD/Raskinda yang dilaksanakan oleh beberapa
pemerintah kabupaten/kota). Untuk keperluan penetapan sasaran/penerima manfaat
program, Basis Data Terpadu menerbitkan daftar individu/keluarga/rumah tangga
yang memiliki karakteristik/kriteria sebagai syarat kelayakan menjadi peserta/penerima
manfaat program. Karakteristik/kriteria kelayakan tersebut ditetapkan oleh lembaga
penyelenggara program yang bersangkutan. Sebagai contoh, untuk Program Raskin tahun
2013, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra) selaku ketua tim
koordinasi (Tikor) Program Raskin, menetapkan bahwa yang menjadi sasaran penerima
manfaat Program Raskin adalah 15,5 juta rumah tangga dengan status kesejahteraan
terendah. Berdasarkan kriteria tersebut, Basis Data Terpadu mengidentifikasi 15.5 juta
rumah tangga mulai dari status kesejahteraan yang terendah dalam Basis Data Terpadu,
kemudian menerbitkan sebuah daftar berisi nama dan alamat Kepala Rumah Tangga
dari rumah tangga yang telah diidentifikasi tersebut. Daftar yang dikenal sebagai Daftar
Penerima Manfaat 1 (DPM-1) tersebut diserahkan dengan Berita Acara Serah Terima
kepada penyelenggara program, dalam hal ini Kemenkokesra selaku ketua Tikor Program
Raskin. Sebagai contoh lain pemanfaatan Basis Data Terpadu dalam penetapan sasaran
penerima manfaat program perlindungan sosial adalah untuk Program Jamkesmas
tahun 2013. Penyelenggara Program Jamkesmas, dalam hal ini Kementerian Kesehatan
RI, menetapkan kriteria peserta Program Jamkesmas adalah individu dari rumah tangga
dengan status kesejahteraan terendah sejumlah lebih kurang 86.4 juta jiwa. Berdasarkan
kriteria tersebut, Basis Data Terpadu menerbitkan daftar nama dan alamat masing-masing
individu mulai dari yang status kesejahteraannya terendah sampai mencapai jumlah
sekitar 86.4 juta jiwa, dimana jumlah ini meliputi sekitar 21 juta rumah tangga dalam Basis
Data Terpadu. Berbeda dengan DPM-1 Program Raskin, dimana yang dimasukkan dalam
daftar sasaran penerima manfaat program hanya nama dan Kepala Rumah Tangga, daftar
sasaran penerima manfaat Program Jamkesmas berisi nama dan alamat dari masing-
masing individu yang menjadi sasaran. Dengan demikian, bila DPM-1 Program Raskin
diperbandingkan dengan daftar sasaran penerima manfaat Program Jamkesmas tahun
2013 dapat timbul kesan bahwa kedua daftar tersebut tidak berasal dari Basis Data yang
sama.
Data dari Basis Data Terpadu disediakan TANPA BIAYA. Proses penyediaan data dari
Basis Data Terpadu dilakukan dalam kerangka waktu lima belas hari kerja, terhitung sejak
diterimanya dokumen-dokumen kelengkapan permohonan data secara lengkap. Secara
garis besar, proses penanganan permintaan data dari Basis Data Terpadu terdiri dari
empat tahapan sebagaimana digambarkan pada Gambar 4.
Pengolahan Pengirim/
Administrasi Konsultasi Penyerahan
Data
Data
Sumber: TNP2K
Tahap 1: Administrasi
Mengingat Undang-Undang nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik yang mewajibkan pengelola data elektronik untuk siap
melaporkan pemanfaatan data yang dikelolanya, maka pada prinsipnya setiap
permintaan dan penerbitan data Basis Data Terpadu harus dilakukan secara tertulis
dan formal kepada Unit Pengelola BDT. Tujuan adanya dokumentasi tertulis tersebut
adalah untuk merekam asal, jumlah dan jenis permintaan dan penerbitan data Basis
Data Terpadu. Namun demikian, Unit Pengelola BDT tetap dapat menyediakan
akses publik secara daring (online) untuk data sebaran/agregat karena tidak
mengikutsertakan informasi yang bersifat privasi dari individu/keluarga
rumah tangga dalam Basis Data Terpadu. Unit Pengelola BDT dapat memilih
variabel-variabel yang paling sering digunakan untuk perencanaan program
perlindungan sosial untuk dapat diakses oleh publik secara daring, antara lain:
Pemerintah Daerah yang membutuhkan Data Individual DENGAN Nama dan Alamat
dari Basis Data Terpadu untuk keperluan penetapan sasaran/penerima manfaat program
perlindungan sosial dapat melakukan permintaan melalui surat formal kepada Unit
Pengelola BDT yang dilengkapi dengan:
- Surat Permohonan data - Surat Permohonan data Tidak valid karena bukan
- Nota Kesepahaman - Keterangan Program lembaga penyelenggara
(Lampiran-1) Lampiran-2 program perlindungan
- Surat Pernyataan ikut sosial
bertanggung jawab
melindungi integritas
data (Lampiran-3)
Sumber: TNP2K
Tahap 2: Administrasi
Setelah keperluan administrasi untuk permohonan data dilengkapi, maka tim Unit
Pengelola BDT akan menghubungi kontak yang ditunjuk oleh instansi/lembaga
pemohon data untuk melakukan klarifikasi terkait detil data yang diperlukan,
termasuk variabel-variabel data yang dibutuhkan dan dapat disediakan oleh
BDT, format data yang dapat dikelola oleh instansi/lembaga pemohon, dan cara
pengiriman penyerahan data kepada pemohon.
Unit Pengelola BDT akan menarik dan mengolah data/variabel data dari BDT
sesuai dengan informasi detil mengenai data yang telah dikonsultasikan dengan
pemohon Setelah pengolahan data selesai, data yang tersedia akan dicek
memastikan kelengkapan data sebelum disalin ke compact disc (CD) untuk
diserahkan kepada pemohon.
Salinan data dalam CD (CD Data) dapat diserahkan kepada pemohon melalui pos
atau secara langsung kepada pemohon apabila pemohon datang ke kantor Unit
Pengelola BDT. Staf yang ditunjuk Pimpinan Unit Pengelola BDT akan menghubungi
instansi/lembaga pemohon untuk memberitahukan bila data sudah dapat diambil
atau akan dikirimkan.
Konsultasi mengenai data BDT dapat diberikan saat pemohon bantuan teknis
berkunjung ke Kantor Unit Pengelola BDT, dan permintaan informasi/klarifikasi melalui
telepon atau surel. Perwakilan Unit Pengelola BDT akan memberikan konsultasi atas
pertanyaan atau pernyataan yang ingin dikonfirmasikan oleh pemohon bantuan teknis
serinci mungkin. Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, lembaga akademis atau
lembaga lainnya maupun publik dapat berkonsultasi dengan Unit Pengelola BDT.
Sosialisasi mengenai BDT dapat diminta oleh pemohon bantuan teknis melalui
surat permohonan yang ditujukan kepada Pimpinan Unit Pengelola BDT. Perwakilan
Unit Pengelola BDT akan datang ke lokasi sosialisasi dan bertindak sebagai narasumber
mengenai data BDT. Pada umumnya, bantuan teknis ini diberikan kepada Kementerian/
Lembaga, pemerintah daerah, universitas, donor, atau LSM.
Bentuk bantuan teknis lainnya yang diberikan oleh Unit Pengelola BDT adalah
melakukan pencocokan (matching) data milik program-program bantuan sosial,
Kementerian/Lembaga, atau Pemerintah Daerah dengan data BDT. Pencocokan data
merupakan kerjasama yang mungkin dilakukan oleh Unit Pengelola Data dengan
institusi lain, misalnya, melalui sinkronisasi kode wilayah, Forum Pengguna NIK (Nomor
Induk Kependudukan), atau pembentukan basis data daerah.
Bagian ini merinci tahap-tahap penanganan permohonan data dan bantuan teknis terkait
Basis Data Terpadu yang dilaksanakan di dalam Unit Pengelola BDT. Secara umum, Unit
Pengelola BDT menerapkan kerangka waktu penyelesaian penanganan permohonan data
atau bantuan teknis selama 15 hari kerja terhitung sejak seluruh dokumen pendukung
diterima lengkap.
Secara umum, alur penanganan permohonan data di dalam Unit Pengelola BDT
ditunjukkan oleh Gambar 5 dengan rincian pekerjaan sesuai deskripsi pada Tabel 6.
Permohonan data yang telah mendapatkan persetujuan untuk diproses dicatat dalam
Sistem Rekam Kerja oleh Asisten Penanggungjawab Kerja16 (APK). Pimpinan Unit atau
Pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Unit Pengelola BDT mendelegasikan tindak lanjut
permohonan data kepada anggota unit sebagai Penanggungjawab Kerja (PK).
PK yang ditunjuk mengontak pemohon data untuk melakukan konsultasi. Hal-hal yang
pada umumnya dikonsultasikan adalah pengkonfirmasian kriteria data program yang
diminta dan kelengkapan berkas permohonan data.
Selanjutnya, Formulir Tindak Lanjut (FTL) dari Sistem Rekam Kerja dicetak dan diparaf
Pejabat Penjamin Mutu Data17 (PMD); dan dilanjutkan dengan permintaan persetujuan
dari Pimpinan Unit Pengelola BDT. Berikutnya, data disiapkan oleh Ekstraktor Data dan
16
Helpdesk
17
Koordinator Operasional
diperiksa oleh PK/Tim Riset; kemudian, data tersebut diserahkan kembali kepada Pejabat
PMD untuk diperiksa sekali lagi guna menjaga ketepatan data yang akan diberikan
kepada pemohon. Bila ada hal yang perlu disesuaikan, maka data yang telah disiapkan
harus dikembalikan lagi ke Ekstrator Data.
PK lalu menyiapkan Konsep Surat Balasan dan Tanda Terima; status permohonan data
pada saat ini adalah Data siap dikirim/diserahkan. Setelah itu, Konsep Surat Balasan dan
Tanda Terima diperiksa oleh Pejabat PMD; lalu dikirimkan kepada Pimpinan Unit Pengelola
BDT untuk diparaf.
Terakhir, Surat Balasan diteruskan kepada Pimpinan Unit Pengelola BDT untuk
ditandatangani. Data dikirimkan kepada/dijemput oleh pemohon data. Bila data
dikirimkan, maka pemohon data wajib mengirimkan kembali Tanda Terima kepada Unit
Pengelola BDT via surel atau faks agar Lembar Kata Kunci dapat dikirimkan. Bila data
dijemput, maka Lembar Kata Kunci dapat langsung diserahkan kepada pemohon data
setelah Tanda Terima ditandatangani.
your te
xt here
your te
xt here
Sumber: TNP2K
Sumber: TNP2K
Permohonan bantuan teknis yang telah disetujui oleh Kepala Unit Pengelola BDT akan
diregistrasi ke SRK; dilakukan penunjukan PK oleh Pimpinan; dan PK yang ditunjuk
mengontak pemohon untuk melakukan konsultasi. Hal-hal yang pada umumnya
dikonsultasikan terkait dengan pengkonfirmasian bantuan teknis yang diperlukan
pemohon.
dibawa saat PK menjadi pemateri (untuk bantuan teknis berupa permohonan sosialiasi
dan pelatihan), dan Surat Tugas untuk PK diterbitkan. Tahapan penanganan permohonan
bantuan teknis selesai saat PK datang ke daerah yang ditugaskan, dengan membawa
Surat Balasan dan Surat Tugas, dan melaksanakan tugasnya sebagai pemateri. Unit
Pengelola BDT tidak membebankan biaya apapun (transportasi, akomodasi, honorarium)
terkait penanganan bantuan teknis yang diberikan kepada pemohon bantuan teknis.
Pada panel SRK (Gambar 7), petugas dapat memilih menu kerja sesuai kebutuhan, yang
meliputi:
Pengarsipan data yang sudah pernah dirilis dimulai tepat setelah data diekstrak sesuai kriteria
program yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah penyelenggara
program (Gambar 14).
Folder Kerja dibuat dan diberi Nomor Tiket oleh Ekstraktor Data. Setelah itu, Folder Kerja di-zip;
dan, Ekstraktor Data melakukan filterisasi data pada Folder Kerja yang telah di-zip sebelumnya
sesuai FTL yang telah dikerjakan oleh PK. Pada tahapan yang sama, Ekstraktor Data juga
melakukan penamaan arsip dan membuat Kata Kunci untuk membuka CD data yang nantinya
akan diberikan kepada pemohon data.
Kemudian, data yang telah difilter tersebut di-zip dan diperiksa kesesuaian dan kualitasnya (oleh
Sumber: TNP2K
Koordinator Operasional). Pada tahap ini, status pengekstrakan data adalah Data Siap. Bila Data
Siap telah diperiksa, maka Ekstraktor Data akan melakukan penyimpanan data ke Folder Utama
Pengarsipan
berisi Data data yangData
Referensi, sudah
Siap,pernah dirilis
Histori, dan dimulai
Laporan, tepat
yang setelah
dibedakan data diekstrak
berdasarkan pemohonsesuai
data (Nasional atau Daerah). Folder Utama disimpan di Data Server dan Data Storage Backup.
kriteria program yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah
Folder Utama hanya dapat diakses oleh user yang memiliki akses khusus, sesuai fungsi dan
penyelenggara program (Gambar 8).
tugasnya masing-masing.
Standar penamaan arsip yang dilakukan oleh Ekstraktor Data dibedakan berdasarkan
Folder Kerja dibuat dan diberi Nomor Tiket oleh Ekstraktor Data. Setelah itu, Folder Kerja
permohonan yang masuk (permohonan data atau bantuan teknis). Tahapan yang harus dilalui
di-zip;
dalamdan, Ekstraktor
proses penamaan Data
arsipmelakukan
adalah sebagaifilterisasi
berikut: data pada Folder Kerja yang telah di-zip
sebelumnya sesuai FTL yang telah dikerjakan oleh PK. Pada tahapan yang sama, Ekstraktor
Data PENGEKSTRAKAN
juga melakukan penamaan PENAMAANarsip dan membuat Kata Kunci untuk membuka CD
PENGEMASAN
PENAMAAN FAIL DATA KE DALAM
DATA FOLDER
data yang nantinya akan diberikan kepada pemohon data. CD
Kemudian, data yang telah difilter tersebut di-zip dan diperiksa kesesuaian dan kualitasnya
(oleh Koordinator Operasional). Pada tahap ini, status pengekstrakan data adalah Data
Siap. Bila Data Siap telah diperiksa, maka Ekstraktor Data akan melakukan penyimpanan
data ke Folder Utama berisi Data Referensi, Data Siap, Histori, dan Laporan, yang
dibedakan berdasarkan pemohon data (Nasional atau Daerah). Folder Utama disimpan
di Data Server dan Data Storage Backup. Folder Utama hanya dapat diakses oleh user yang
memiliki akses khusus, sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing.
Standar penamaan arsip yang dilakukan oleh Ekstraktor Data dibedakan berdasarkan
permohonan yang masuk (permohonan data atau bantuan teknis). Tahapan yang harus
dilalui dalam proses penamaan arsip adalah sebagai berikut:
Sumber: TNP2K
Baik untuk permohonan data maupun bantuan teknis, proses tindak lanjut akan
menggunakan Formulir Tindak Lanjut (FTL) dalam Sistem Rekam Kerja. Setiap data yang
dirilis mendapatkan nomor seri identitas. Nomor seri ini tercantum pada label CD yang
berisi salinan-data tersebut untuk mempermudah pelacakan data yang pernah dirilis bila
diperlukan di kemudian hari. Berikut ini adalah standar penomoran identitas data:
E. Bantuan Teknis
a. Baris pertama berisi:
Nama Provinsi dari Kabupaten/Kota yang melakukan permohonan data
Contoh: Sulawesi Selatan
b. Baris kedua berisi: Nama Kabupaten/Kota
Contoh: Soppeng
c. Baris Ketiga: Pemberian Nomor
Kode CD_Nomor Tiket Permohonan Data/ BDT/ Bulan/ Tahun
Contoh: 800.257608/BDT/VIII/2014
Sumber: TNP2K
D
alam pelaksanaan pengelolaan BDT berbasis TIK, Unit Pengelola BDT telah
mengembangkan:
Rancang Bangun Jaringan Komputer Unit Pengelola BDT
Rancang Bangun Ruang Pusat Data (Data Center) untuk menunjang
operasionalisasi BDT
Rancang Bangun layanan (services) berbasis TIK untuk menunjang
pemanfaatan BDT oleh pengguna internal dan eksternal :
a. Layanan Server
b. Layanan Aplikasi
c. Layanan Jaringan
Sistem keamanan untuk melindungi BDT dari akses oleh orang yang tidak
berhak ataupun dari bencana alam
Prosedur Pengolahan Data
Jaringan komputer Unit Pengelola BDT merupakan bagian dari infrastruktur TIK (teknologi
informasi dan komunikasi) yang diperlukan untuk mendukung operasionalisasi BDT
dan dataset-dataset terkait lainnya. Kegagalan fungsi jaringan komputer sangat
mempengaruhi seluruh kegiatan Unit Pengelola BDT karena pengelolan BDT dilaksanakan
dengan berbasis TIK. Oleh karena itu, jaringan komputer yang dibangun harus memiliki
kehandalan dan ketersediaan (reliability and availability) yang tinggi. Untuk itu, rancang
bangun jaringan komputer Unit Pengelola BDT mengacu pada standar kehandalan dan
ketersediaan yang sudah diterapkan secara internasional.
Jaringan komputer Unit Pengelola BDT saat ini merupakan suatu redundant capacity
components site infrastruktur, yang menerapkan single path for power and cooling
distribution, termasuk redundant components yang memastikan ketersediaan 99,749%.
Tingkat ketersediaan tersebut dianggap sudah dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
BDT yang tidak bersifat real-time.
Sumber: TNP2K
Catatan CPU = central processing unit; FLOOD = type of denial of service attack on a computer system; LAN =
local area network; RAID 5 = a system of backup drives for extra security.
Dalam merancang Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT mengacu pada standar-standar
internasional sebagai berikut:
a. Standar ANSI/TIA18
Standar ANSI/TIA yang dirujuk dalam perancangan dan pembangunan Ruang
Pusat Data Unit Pengelola BDT antara lain adalah:
ANSI/TIA-942 Telecommunication Standard for Data Centers
18
ANSI/TIA (American National Standards Institute/ Telecommunications Industry Association) adalah asosiasi perusahaan di Amerika Serikat yang mengembangkan
standar-standar industri untuk berbagai jenis produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Asosiasi ini bersifat sukarela dan mengembangkan standar-standar
berdasarkan konsensus
LAYANAN SERVER
a. Directory Services
Dalam konteks TIK, sebuah directory adalah sebuah struktur informasi yang berisi
daftar pengguna, komputer, peripherals dan hak akses (access right) dalam suatu
jaringan (network) komputer. Akses ke suatu jaringan komputer dimungkinkan oleh
karena adanya layanan directory. Layanan ini merupakan basis bagi berbagai layanan
lainnya, seperti:
Single sign-on services
Roaming user profiles
Automatic software distribution and installation
Rights management based on computer, clients and properties
19
SO/IEC JTC 1 adalah sebuah Joint Technical Committee (JTC) yang dibentuk ISO (International Organization for Standardization ) dan IEC (International
Electrotechnical Commission) yang bertugas untuk membuat, memelihara, mempromosikan, dan memfasilitasi standar-standar internasional di bidang TIK.
b. File Server
File Server adalah sebuah komputer yang terhubung ke suatu jaringan (network)
yang menyediakan akses ke file-file komputer bagi laptop, workstation, komputer lain
yang terhubung ke jaringan tersebut. Layanan ini memungkinkan pengguna berbagi
(share) dan bertukar (exchange) fail dengan pengguna lainnya. Pengelolaan hak akses
sangatlah penting bagi layanan file server, karena tidak semua pengguna punya akses
ke semua fail.
c. Print Server
Layanan Print Server atau printer server adalah fitur jaringan yang memungkinkan satu
atau lebih printer digunakan secara bersama-sama oleh satu atau lebih pengguna
jaringan.
d. Database Server
Pada Pusat Data Unit Pengelola BDT, Database Server adalah server tempat dikelolanya
BDT dan dataset-dataset terkait lainnya, seperti PODES, SUSENAS, dsb. Karena itu akses ke
Database Server sangat dibatasi; hanya diberikan pada beberapa orang saja.
e. Application Server
Application Server memungkinkan perangkat lunak aplikasi (application software)
digunakan oleh lebih dari satu orang pengguna secara bersama-sama. Layanan
Application Server dapat berupa:
Sebuah server dalam jaringan yang menjalankan perangkat lunak aplikasi yang
sering dipakai oleh pengguna jaringan, atau
Sebuah server yang menjalankan aplikasi/logika bisnis (business logic) dari sebuah
program dalam arsitektur three-tier, berinteraksi dengan Database Server dan
mengelola akses oleh pengguna, atau
Sebuah web application server (WAS) yang menjalankan layanan web (web service)20
yang secara dinamis menghasilkan laman web (web pages) dalam suatu koneksi
Internet atau Intranet.
f. Mail Server
Mail Server atau message transfer agent (MTA) adalah sebuah komputer yang menangani
pesan-pesan elektronik (email) dalam suatu jaringan. Mail Server umumnya berfungsi
untuk menerima, mengirim, dan melangsungkan (forward) email.
g. Web Server
Fungsi utama dari sebuah Web Server (HTTP Server) adalah untuk mengirim halaman-
halaman web dari suatu jaringan ke pengguna berdasarkan permintaan (request). Unit
Pengelola BDT menyediakan akses terhadap informasi public yang dikelolanya melalui
situs web yang dibangun (http://bdt.tnp2k.go.id). Metode akses informasi yang sama
juga disediakan untuk keperluan staf/karyawan Unit Pengelola BDT melalui fasilitas
Intranet.
Web Service adalah layanan komunikasi (communication service) otomatis dalam Internet dan Intranet yang ditemukan, diinterpretasikan, dan digunakan
20
LAYANAN APLIKASI
Layanan ini disediakan bagi pengguna yang memerlukan akses sementara ke informasi
yang dibatasi aksesnya, seperti data individu tingkat desa, untuk keperluan analisis
terkait penugasan/tupoksinya. Akses tersebut akan segera dicabut (revoke) begitu
pengguna menyelesaikan kegiatannya.
b. ClientServer Application
Merupakan perangkat lunak aplikasi yang lebih rumit dimana bagian-bagian dari
program diluncurkan secara langsung dari server. Dalam hal BDT, misalnya, baik data
maupun perangkat lunak pengelolaan data (data management software)terdapat
pada server, sedangkan pengguna BDT menggunakan suatu antarmuka (interface)
untuk mengaksesnya. The components on client computers are called front ends, i.e.
software components that provide an interface to the actual database.
LAYANAN JARINGAN
a. Intranet
Intranet merupakan sebuah jaringan internal Unit Pengelola BDT yang berbasis
teknologi Internet dan hanya boleh diakses oleh karyawan atau orang lain yang
mendapat hak akses (staf K/L, staf Program, staf Pemda, pemasok, dsb.) Oleh karena
itu Intranet dilindungi dari akses oleh orang yang tidak berhak dengan menggunakan
sistem keamanan seperti firewall. Seperti halnya Internet, Intranet digunakan untuk
berbagi informasi. Unit Pengelola BDT membangun Intranet untuk menyediakan
berbagai layanan antara lain data storage, fungsi search and retrieval, mendiseminasikan
dokumen, dan untuk mengelola KM (knowledge management).
b. Remote Access
Selain jaringan komputer, Unit Pengelola BDT juga menyediakan akses jarak jauh
(remote access) dalam jumlah terbatas. Sementara ini remote access hanya diberikan
bagi pengguna yang harus bekerja dari rumah atau dari luar kantor Unit Pengelola BDT.
Demi alasan keamanan informasi, remote access hanya diberikan secara case-by-case.
Remote access dilakukan melalui koneksi Virtual Private Network (VPN). Koneksi VPN
memungkinkan transmisi data dalam keadaan terkode (encrypted) sehingga menjamin
keamanannya selama dalam perjalanan dari server ke client dan sebaliknya.
c. Web Services
Unit Pengelola BDT menyediakan layanan web services untuk mengakomodasi
kebutuhan kebutuhan unit-unit lain yang akan menyediakan informasinya dalam
bentuk web. Layanan ini meliputi penyediaan hosting space, penyediaan bandwith
yang mencukupi, keamanan jaringan web services dan layanan informasi dari Unit
Pengelola BDT sendiri.
Unit Pengelola BDT perlu mengembangkan standar prosedur untuk menjamin keamanan
Basis Data Terpadu dengan mempertimbangkan 3 (tiga) elemen sebagai berikut:
1. Keamanan (Safety)
2. Kualitas (Quality)
3. Biaya (Cost)
Standar prosedur keamanan data bersifat dinamis artinya perlu ditinjau-ulang secara
periodik untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan kebutuhan pemakai, sistem
dan teknologi, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
2. Bagi setiap staf yang keluar atau berhenti, Unit Pengelola BDT akan:
Menarik kembali semua perangkat TIK yang dipakai staf yang bersangkutan.
Menon-aktifkan semua user account yang diberikan pada staf yang
bersangkutan.
Menon-aktifkan semua akun email dan instant messaging TNP2K and Unit
Pengelola BDT.
Dalam setiap kebijakan (policy) terkait pengelolaan BDT dicantumkan klausul sebagai
berikut:
Komunikasi yang berisi informasi dan kegiatan resmi lain di Unit Pengelola
Data BDT wajib menggunakan email kantor.
Standarisasi tanda-tangan (signature) email.
Prosedur Operasional
Kebijakan-kebijakan tersebut diterapkan Unit Pengelola BDT melalui berbagai prosedur
operasional, antara lain:
Memaksimalkan keamanan dari setiap server dalam jaringan computer Unit Pengelola
BDT.
Mengenali ancaman (threat) terhadap keamanan server serta memulihkan server
apabila terjadi kebobolan sistem keamanannya (security breaches).
Upaya untuk pengamanan fisik Ruang Kantor Unit Pengelola BDT meliputi antara lain:
Selain itu, Ruang Pusat Data yang terletak di dalam Ruang Kantor Unit Pengelola BDT
dilengkapi dengan:
1. Dinding Ruang Pusat Data dilapisi lempengan baja
2. Pintu masuk Ruang Pusat Data dilengkapi dengan sistem keamanan biometrik
(sidik jari) serta kunci manual
3. Akses ke Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT dibatasi hanya untuk personil
yang memerlukan akses fisik karena tugas-tugasnya
4. Dilengkapi sensor asap dan peralatan pemadam kebakaran otomatis
Sedangkan untuk melindungi media penyimpan data dan informasi BDT serta dataset
terkait lainnya, Unit Pengelola BDT telah:
1. Membuat kebijakan dan prosedur terkait pengelolaan removable media.
2. Membuat kebijakan dan prosedur untuk pembuangan (disposal) dan pemusnahan
informasi tercetak serta removable media.
3. Membuat kebijakan dan prosedur untuk pertukaran data dan informasi
menggunakan removable media.
Bencana adalah peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan bersifat sangat
merusak. Berbagai jenis bencana yang bersifat merusak antara lain:
Data Cleaning
Data cleansing, data cleaning or data scrubbing is the process of detecting and correcting (or
removing) corrupt or inaccurate records from a record set, table, or database. Used mainly in
databases, the term refers to identifying incomplete, incorrect, inaccurate, irrelevant, etc. parts
of the data and then replacing, modifying, or deleting this dirty data or coarse data21 .
Data cleaning adalah kegiatan pengelolaan data yang dilakukan oleh Unit Pengelola
BDT setelah terjadinya serah terima data. Unit Pengelola BDT memanfaatkan perangkat-
perangkat tertentu untuk mendapatkan kriteria-kriteria kualitas data yaitu:
21
Wu, S. (2013), A review on coarse warranty data and analysis, Reliability Engineering and System 114: 111
Validity: adalah kriteria yang menentukan tingkat validnya isi data yang diterima
BDT sesuai ketentuan pada keterangan data tersebut. Kriteria validity mengacu pada
metode-metode pengujian sebagai berikut:
Pengujian Data-Type Constraints: Menentukan apakah jenis data yang diterima
telah sesuai.
Pengujian Range Constraints: Menentukan apakah isi data tidak melampaui nilai
minimum atau maksimum yang telah ditentukan.
Pengujian Mandatory Constraints: Menentukan apakah data yang wajib telah
terisi sesuai ketentuan.
Pengujian Unique Constraints: Menentukan apakah isi baris data telah unik
sesuai ketentuan identifikasi unik.
Pengujian Foreign-key constraints: Menentukan apakah data referensi suatu baris
data telah terhubung dengan daftar referensi sesuai ketentuan.
Pengujian pola Regular expression: Menentukan apakah isi data teks tertentu
telah sesuai dengan pola isian teks tertentu (misalnya alamat atau nomor KTP)
Pengujian Cross-field validation: Menentukan apakah kombinasi nilai-nilai pada
baris data telah sesuai dengan ketentuan kombinasi yang diizinkan.
Accuracy: adalah kriteria yang menentukan tingkat ketepatan data yang diterima
terhadap kondisi sebenarnya. Unit Pengelola BDT dapat melakukan seluruh atau
sebagian proses berikut untuk memastikan akurasi dari data yang diterima:
Completeness: adalah kriteria tingkat kelengkapan isi data sesuai dengan keterangan
data tersebut. Unit Pengelola BDT dapat melakukan pemeriksaan keberadaan isi data
tertentu pada basis data lainnya, misalnya dengan basis data kependudukan, basis data
pada fasilitas kesehatan/pendidikan/finansial dan basis data lainnya. Data hasil
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melengkapi data yang diterima Unit Pengelola
BDT.
Kriteria-kriteria di atas merupakan acuan yang digunakan Unit Pengelola BDT dalam
menemukan error pada data yang diterima dan melakukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan pada data tersebut.
Untuk mencapai kriteria2 diatas Unit Pengelola BDT dalam pelaksanaannya melakukan
seluruh atau sebagian dari kegiatan-kegiatan berikut:
Parsing: Kegiatan ini mendeteksi apakah isi data dapat dibaca sesuai keterangan
data tersebut. Parser menganalisa apakah data yang diterima dapat digunakan
sesuai keterangan dan menandai adanya error pada data tersebut.
Data transformation: Kegiatan ini memindahkan data dan memformat data sesuai
perangkat aplikasi pengelolaan basis data yang digunakan Unit Pengelola BDT.
Proses ini juga melakukan konversi dan normalisasi terhadap isi data apabila terdapat
error atau apabila tidak sesuai dengan keterangan yang ada.
Duplicate elimination: Kegiatan ini ini menghapus isi baris data yang terindikasi
duplikat dengan baris data lainnya. Unit Pengelola BDT hanya diizinkan menghapus
data yang duplikat 100 persen untuk mencegah potensi hilangnya data yang valid.
Pada akhir proses data cleaning, Unit Pengelola BDT menyampaikan tingkat kemanfaatan
data yang diterima, apakah data dapat digunakan seluruhnya atau hanya sebagian
berdasarkan kriteria-kriteria kualitas data diatas.
Data filtering
Data filtering or Information filtering is a system that removes redundant or unwanted
information from an information stream using (semi)automated or computerized methods
prior to presentation to a human user. Its main goal is the management of the information
overload and increment of the semantic signal-to-noise ratio. To do this the users profile
is compared to some reference characteristics. These characteristics may originate from
the information item (the content-based approach) or the users social environment (the
collaborative filtering approach)22 .
Data filtering adalah kegiatan pengolahan data yang dilakukan oleh Unit Pengelola BDT
dalam memenuhi permintaan data oleh pemakai. Unit Pengelola BDT menerapkan
langkah-langkah data filtering sebagai berikut:
22
Hanani, U., Shapira, B., Shoval, P. (2001) Information filtering: Overview of issues, research and systems. User Modeling and User-Adapted Interaction, 11, pp. 203259
Filter formatting: This activity prepares the filter according to a format that can be
executed by the computer device used by the UDB management unit. This process
can be done automatically or semi-automatically depending on the complexity of
the needs assessment.
Data transformation: This activity formats the filtered data according to the
requirements of the analysis.
Data matching
Data matching is the task of identifying, matching, and merging records that correspond to
the same entities from several databases. The entities under consideration most commonly
refer to people, such as patients, customers, tax payers, or travellers, but they can also refer to
publications or citations, consumer products, or businesses. A special situation arises when
one is interested in nding records that refer to the same entity within a single database, a task
commonly known as duplicate detection. Over the past decade, various application domains
and research elds have developed their own solutions to the problem of data matching, and
as a result this task is now known by many different names. Besides data matching, the names
most prominently used are record or data linkage, entity resolution, object identication, or
eld matching23.
Data matching (pencocokan data) adalah kegiatan pengolahan data yang dilakukan
oleh Unit Pengelola BDT dalam memenuhi permintaan data yang bersifat khusus. Unit
Pengelola BDT menerapkan langkah- langkah pencocokan data sebagai berikut:
Data pre-processing: Langkah ini dilakukan untuk memastikan data yang akan
dicocokan dengan BDT disiapkan dalam format yang digunakan oleh perangkat
pengolahan data yang dikelola Unit Pengelola BDT. Seluruh proses selanjutnya
dijalankan pada perangkat pengolahan data tersebut.
Exact match: Algoritma ini membandingkan isi data yang dicocokan secara
sama-persis.
23
Peter Christen (2012) Data Matching: Concepts and Techniques for Record Linkage, Entity Resolution, and Duplicate Detection (Data-Centric Systems and
Applications)
Matches: Jumlah pasangan data pada kedua basis data yang dianggap sama.
Umumnya terbagi menjadi:
Hard matches: Data dinyatakan sama persis. Umumnya merupakan hasil terbaik
dari algoritma exact match.
Soft matches: Data dinyatakan sangat mirip. Umumya merupakan hasil terbaik
dari kombinasi algoritma approximate match dengan triangulation confirmation.
Untuk mempermudah pengguna mengambil keputusan, hasil biasanya disajikan
dalam gradasi kemiripan tertentu berdasarkan jumlah algoritma pencocokan
yang dijalankan pada isi data tertentu.
Non-matches: This is all the data found that does not match with the UDB
data. It may include data that is entirely different or soft-match data subsequently
determined as non-matching.
Evaluation step: Jumlah data yang dinyatakan tidak sama (tidak ditemukan)
dengan data pada BDT. Data ini dapat terdiri dari isi data yang seluruhnya tidak sama
atau isi data dari soft-match yang dinyatakan sebagai tidak sama.
Archiving and tracking of released data diterapkan secara bertingkat oleh Unit Pengelola
BDT guna melindungi seluruh hasil proses pengolahan data dari potensi kerusakan dan
memastikan hasil-hasil tersebut telusuri dan di periksa secara baik apabila diperlukan.
Beberapa kegiatan yang dijadikan acuan oleh Unit Pengelola BDT adalah sebagai berikut:
Penyimpanan secara hard-copy seluruh dokumen proses permintaan data sebagai
referensi.
Penyimpanan secara soft-copy (file server) seluruh seluruh dokumen proses
permintaan data sebagai referensi.
Pencatatan proses permintaan data kedalam aplikasi work request management
(database server).
Penyimpanan seluruh script/program (file server) yang dijalankan oleh oleh perangkat
pengolahan data yang dikelola Unit Pengelola BDT.
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
60 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Penyimpanan hasil proses dan hasil akhir dalam perangkat pengolahan data
(database server) yang dikelola Unit Pengelola BDT.
Penyimpanan salinan data elektronik (file server) yang diserahkan sebagai referensi.
Unit Pengelola BDT juga memastikan bahwa keseluruhan berkas elektronik baik dalam
file server maupun database server juga memiliki backup sesuai dengan Disaster Recovery
Plan Policy.
Tujuan utama Sistem Penanganan Keluhan adalah untuk mefasilitasi proses yang terkait
dengan isu dan kebutuhan yang berbeda dari setiap pemangku kepentingan, termasuk
penerima atau calon penerima manfaat program, lembaga pemerintah pelaksana
program, lembaga non pemerintah dan lembaga lain yang terkait dengan perencanaan
dan pelaksanaan program perlindungan sosial. Secara khusus, Sistem Penanganan
Keluhan berupaya untuk :
Menanggapi secara cepat dan efektif untuk keluhan dan ketidakpuasan terkait
penetapan sasaran atau kepesertaan
Mendukung pelaksanaan program perlindungan sosial yang transparan, terbuka,
partisipatif, dan akuntabel
Melakukan pemutakhiran BDT, serta mengurangi exclusion dan inclusion errors
dalam kepersertaan program-program perlindungan sosial.
Batasan: minor updating mengenai detil informasi data peserta program dilakukan oleh
penyelenggara program, bukan Unit Pengelola BDT.
Sistem Penanganan Keluhan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut ini:
Sederhana dan mudah diakses: Prosedur penyampaian keluhan dan pemberian solusi
dibuat sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh bermacam-macam
pemangku kepentingan. Penyampaian keluhan dapat dilakukanmelalui beberapa
saluran (akan dijelaskan pada bagian selanjutnya dari Bab ini).
Transparan: Informasi mengenai Sistem Penanganan Keluhan disosialisasikan secara
luas dan aktif kepada pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga lain mulai dari
tingkat esa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional.
Tepat waktu: Proses penanganan keluhan memiliki tenggat waktu mulai dari
penerimaan keluhan hingga penyampaian solusi - yang ditentukan oleh Unit Pengelola
BDT sesuai dengan kompleksitas jenis keluhannya.
Hak untuk banding: Disediakan saluran-saluran untuk melakukan banding bila
penyampai keluhan merasa tidak puas dengan solusi atas keluhan mereka.
Kerahasiaan: Identitas penyampai keluhan dijaga kerahasiaannya, kecuali bila diminta
untuk melakukan sebaliknya.
Akuntabilitas: Setiap agen yang terkait dengan penanganan keluhan memiliki peran
dan tanggung jawab yang spesifik, dimana pelaksanaannya dipantau secara internal dan
eksternal (termasuk oleh lembaga non pemerintah dan media massa).
Adil: Setiap keluhan ditangani dengan prosedur yang sama tanpa membedakan
siapa yang mengajukan atau pihak mana yang mendapatkan keluhan.
Langkah-langkah dalam Sistem Penanganan Keluhan adalah sebagai berikut:
Penyampaian keluhan
Pencatatan keluhan ke dalam sistem manajemen informasi/distribusi
Pencarian fakta dan pengambilan keputusan
Penyampaian respon/keputusan
Penyampaian keluhan
Penyampaian keluhan dapat dilakukan melalui beberapa cara, termasuk:
Disampaikan secara langsung oleh individu/keluarga/rumah tangga dengan
mengisi formulir penyampaian keluhan dan mengirimkannya kepada Unit
Pengelola BDT.
Secara tidak langsung (melalui lembaga pelaksana program atau TKPK di daerah).
Misalnya, terdapat individu/keluarga/rumah tangga yang merasa layak menjadi
penerima manfaat dari suatu program, namun tidak termasuk dalam daftar
penerima manfaat program yang diterbitkan dari BDT. Individu/keluarga/rumah
tangga tersebut dapat berkonsultasi dengan unit pelaksana program di daerah
atau TKPK setempat untuk kemudian dibantu mengisi formulir penyampaian
keluhan dan mengirimkannya ke Unit Pengelola BDT.
Cara lainnya, misalnya bila pemerintah daerah atau LSM mengidentifikasi adanya
kelompok masyarakat tertentu yang tereksklusi dari program.
Penyampaian keluhan dapat dilakukan melalui surat (yang dikirimkan melalui jasa pos),
sms, situs web Unit Pengelola BDT, dan lain-lain. Staf dari lembaga pelaksana program
dapat mengunduh formulir penyampaian keluhan dari situs web Unit Pengelola BDT dan
membantu individu/keluarga/rumah tangga mengisi formulir tersebut bila diperlukan.
Unit Pengelola BDT berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga penyelenggara program
berskala nasional (misalnya PKH, Jamkesmas, BSM, dan Raskin) untuk membangun
mekanisme pengumpulan keluhan yang sesuai dengan keperluan dan kapasitas setiap
program.
Penyampaian Respon/Keputusan
Dalam hal penyampaian respon/keputusan terhadap keluhan yang diterima
khususnya keluhan terkait inklusi dan ekslusi dalam program - Unit Pengelola
BDT berkoordinasi dengan lembaga penyelenggara program untuk memastikan
konsistensi informasi/solusi yang disampaikan dengan kebijakan/keputusan
penyelenggara program.
Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) Dalam Sistem Penanganan Keluhan BDT
2) Ada individu/ Kondisi ini dapat disebabkan karena: 1. Dilakukan pencarian data rumah
keluarga/rumah tangga yang dikeluhkan dalam BDT.
tangga yang 1) Penyelenggara program mungkin
dianggap tidak memasukkan peserta dari daftar 2. Bila rumah tangga yang dikeluhkan
layak menerima yang mereka miliki sendiri, dimana tidak ditemukan dalam BDT, Unit
program namun para peserta tersebut tidak ada di Pengelola BDT menyampaikan
masuk dalam daftar BDT. informasi ini kepada penyelenggara
penerima manfaat program. Respon kepada si penyampai-
program 2) Terjadi kekeliruan mengklasifikasikan keluhan disesuaikan dengan kebijakan
peringkat kesejahteraan rumah penyelenggara program terkait.
tangga karena kesalahan dalam
pengumpulan data. 3. Bila rumah tangga yang dikeluhkan ada
dalam BDT dan memenuhi kriteria
penerima manfaat program, maka
disampaikan informasi/penjelasan yang
sesuai kepada si penyampai-keluhan dan
lembaga penyelenggara program yang
bersangkutan
Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) Dalam Sistem Penanganan Keluhan BDT
(Lanjutan)
Jenis keluhan Keterangan Alur Keputusan
4) Keluhan mengenai Penyampai keluhan (rumah tangga, 1. Keluhan dicatat dalam sistem informasi
layanan Unit program, atau lainnya) mengklaim manajemen BDT
Pengelola BDT terkait bahwa staf yang menangani BDT pada
BDT Unit Pengelola BDT tidak memberikan 2. Dilaksanakan pengkajian internal oleh
layanan yang sesuai dengan prosedur Unit Pengelola BDT.
penerbitan data dan panduan
langkah-langkah Sistem Penanganan 3. Unit Pengelola BDT menyiapkan dan
Keluhan. mengirimkan respon sesuai dengan
hasil pengkajian internal.
5) Keluhan mengenai Penyampai keluhan melaporkan Keluhan dicatat dalam sistem informasi
layanan program keluhan mengenai layanan program manajemen BDT dan diteruskan kepada
yang menggunakan yang menggunakan BDT tidak penyelenggara program.
BDT terkait dengan penargetan (misalnya,
masalah operasional)
Kegiatan pemutakhiran Basis Data Terpadu (BDT) dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memperbarui data rumah tangga yang sudah terdaftar dalam BDT untuk
menyesuaikan dengan kondisi terkini. Pembaruan data rumah tangga dalam hal
ini meliputi perubahan lokasi domisili rumah tangga, kematian atau kelahiran atau
penambahan atau pengurangan anggota rumah tangga, penyesuaian nama
anggota rumah tangga menurut data administrasi kependudukan (Adminduk),
melengkapi data nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu keluarga
(KK), menambahkan informasi tentang kepesertaan dalam program-program
perlindungan sosial yang sedang berjalan, serta karakteristik sosial ekonomi
rumah tangga (pekerjaan, pendidikan, kondisi fisik rumah, kepemilikan aset, dan
sebagainya).
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
68 Untuk Program Perlindungan Sosial
PEMUTAKHIRAN BDT
Tidak ada batasan waktu ketika melakukan pemutakhiran BDT. Penentuan waktu untuk
melakukan pemutakhiran BDT perlu mempertimbangkan dinamika perubahan kondisi
rumah tangga, faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondusivitas masyarakat (misalnya
kegiatan pemilihan kepala daerah/pilkada), kesiapan dan dukungan dari pemerintah
daerah selaku pihak yang mengoordinasi pelaksanaan kegiatan di tingkat daerah, serta
kesediaan anggaran pemerintah. Pemutakhiran BDT dapat dilakukan sekaligus pada
seluruh rumah tangga sasaran sebagai suatu kegiatan antarwaktu, atau sebagai proses
yang kontinu sejalan dengan sistem penanganan keluhan terkait kepesertaan dalam
program perlindungan sosial.
Pendataan rumah tangga dilaksanakan oleh tim pendata yang telah dilatih dan
dikoordinasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada saat pendataan, petugas pendata
juga melakukan konsultasi dengan rumah tangga miskin dan penyisiran (sweeping)
sebagaimana yang dilakukan pada PPLS 2011 untuk mengidentifikasi rumah tangga
miskin dan kurang mampu yang belum masuk dalam daftar hasil verifikasi FKP. Dalam
kegiatan pemutakhiran BDT di tahun 2015, sejumlah indikator sosial ekonomi rumah
tangga ditambahkan untuk melengkapi indikator-indikator yang digunakan dalam
PPLS 2011. Indikator yang ditambahkan antara lain adalah kepemilikan lahan sawah dan
ternak serta omzet usaha. Penambahan indikator dilakukan untuk meningkatkan akurasi
dalam analisis tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, serta untuk mengakomodasi
kebutuhan program-program perlindungan sosial dalam pemilihan sasaran penerima
manfaaT.
Pemutakhiran BDT selanjutnya diharapkan dapat dilaksanakan sebagai suatu kegiatan yang
kontinu yang sejalan dengan sistem penanganan keluhan. Dalam konsep pemutakhiran
BDT yang kontinu tersebut, proses pemutakhiran dipicu oleh laporan/keluhan mengenai
masuk atau tidak masuknya suatu rumah tangga/keluarga/individu dalam daftar peserta/
penerima manfaat program perlindungan sosial yang diselenggarakan pemerintah.
Laporan/keluhan tersebut ditangani melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara
berurutan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Evaluation of Family Planning Services for the Poor. Bappenas, Indonesia.
laporan-akhir-evaluasi-28-jan-1__20110512124617__1.pdf
Christen, P. 2012. Data Matching: Concepts and Techniques for Record Linkage, Entity
Hanani, U., B. Shapira and P. Shoval. 2001. Information Fltering: Overview of Issues, Research
Imawan, W. 2008. Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008. Presentasi dalam
Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah
Lockley, A, J. Tobias and A. Bah. 2013. Hasil Kajian Gender dari Basis Data Terpadu (Results of
the study on gender and the Unified Database). Jakarta: National Team for the
pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Presentation at the National
SMERU. 2006. Rapid Appraisal of the Implementation of the 2005 Direct Cash Transfer
Sumarto, S., A. Suryahadi and W. Widyanti. 2002. Designs and Implementation of Indonesian
TNP2K.2015. A Single Registry for Targeting Social Assistance in Indonesia, TNP2K 2015:
Lessons from the establishment and implementation of the Unified Database for
Widianto, B. 2012. Pengelolaan dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Program
Perlindungan Sosial (The management and use of the Unified database for Social
Wu, S. 2013. A Review on Coarse Warranty Data and Analysis, Reliability Engineering and
ANTARA
DENGAN
NOMOR .
NOMOR ..
TENTANG
KERJASAMA PENGGUNAAN DATA NAMA DAN ALAMAT DARI BASIS DATA
TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL DALAM RANGKA
PELAKSANAAN
Pada hari ini , tanggal . bulan ., tahun ., bertempat di Jakarta yang
bertanda tangan di bawah ini:
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menjelaskan:
1. Bahwa PIHAK KESATU adalah lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi
lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan, dimana termasuk fungsi sebagai
pengelola Basis Data Terpadu yang digunakan untuk Program Perlindungan
Sosial.
Pasal 1
DEFINISI
Dalam Nota Kesepakatan/Kesepahaman Bersama ini, kecuali ditentukan secara lain kata-
kata yang diawali dengan huruf besar mempunyai arti sebagai berikut:
1. Basis Data Terpadu adalah unifikasi dan kumpulan data mengenai RTS yang
diperoleh dari hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 dan
data mana telah diolah oleh PIHAK PERTAMA, informasi yang termasuk dalam
Basis Data Terpadu, antara lain adalah Data RTS.
2. BPS adalah Biro Pusat Statistik Republik Indonesia.
3. RTS atau Rumah Tangga Sasaran adalah rumah tangga yang menjadi sasaran
penerima Program Perlindungan Sosial
4. Data RTS adalah data rumah-tangga sasaran yang diperoleh dari hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial yang berisi nama dan alamat RTS.
5. Program Perlindungan Sosial adalah program perlindungan sosial yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka pengentasan
kemiskinan di Indonesia.
6. . (deskripsi program/kegiatan yang akan menggunakan data dengan nama
dan alamat dari BDT)
Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJASAMA
PARA PIHAK sepakat untuk melakukan kerjasama penggunaan data Basis Data Terpadu
yang dikelola oleh PIHAK KESATU untuk pelaksanaan ... (nama
program yang akan menggunakan data BDT) .
Pasal 3
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
Pasal 4
JANGKA WAKTU KERJASAMA
Pasal 5
PENUTUP
........................................................................
Bambang Widianto
Kriteria Sasaran
Penerima Manfaat Program : individul keluarga rumahtangga
(silahkan beri tanda pada pilihan yang sesuai dengan
sasaran program)
(silahkan dirinci karakteristik sasaran program) _______________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
Jumlah Sasaran
Penerima Manfaat Program : ______________________________
(Tempat dan tanggal),
(Tempat dan tanggal),