Anda di halaman 1dari 96

............

Standar Pengelolaan
Basis Data Terpadu
............

Standar Pengelolaan
Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU

STANDAR PENGELOLAAN BASIS DATA TERPADU


UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL

Cetakan Pertama, Juli 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang


2015 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Foto cover: Sekretariat TNP2K

Anda dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan karya ini untuk
tujuan non-komersial.

Untuk meminta salinan laporan ini atau keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini,
silakan hubungi TNP2K-Knowledge Management Unit (kmu@tnp2k.go.id).

Laporan ini juga tersedia di website TNP2K (www.tnp2k.go.id)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia


Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 10110
Telepon: (021) 3912812 | Faksimili: (021) 3912511
E-mail: info@tnp2k.go.id
Website: www.tnp2k.go.id

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


iv Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU

Daftar Isi
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Foto ix
Daftar Istilah dan Singkatan x
Kata Pengantar xi

BAB I LATAR BELAKANG 1-11



SECTION I Evolusi Sistem Penargetan untuk Program Perlindungan Sosial
di Indonesia 4-7
Proses Pembangunan Basis Data Terpadu 1 7-9
Isi Basis Data Terpadu 10-10
Pengoperasian Basis Data Terpadu oleh TNP2K 10-11

BAB II FUNGSI, KOMPETENSI DAN PRINSIP KERJA UNIT


PENGELOLA BASIS DATA TERPADU 13-17

BAB III PENATALAKSANAAN LAYANAN PENYEDIAAN


DATA DAN BANTUAN TEKNIS UNTUK
PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU 19-37

SECTION I Akses dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu 20-23


Layanan Penyediaan Data Basis Data Terpadu 23-27
Layanan Bantuan Teknis Untuk Pemanfaatan Basis Data Terpadu 27-28
Alur Penanganan Permohonan Data dan Bantuan Teknis 29-34
Alur Penanganan Permohonan Data
Alur Penanganan Permohonan Bantuan Teknis
Pendokumentasian Layanan dan Data 34-37
Sistem Rekam Kerja (Work Request Management)
Pengarsipan Data Rilis (Data Archiving)

BAB IV STANDAR SISTEM MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI


INFORMASI BASIS DATA TERPADU 39-61

Rancang Bangun Jaringan Komputer Unit Pengelola BDT 40-41
Rancang Bangun Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT 41-42
Layanan Server 42-43
Layanan Aplikasi 44-45
Layanan Jaringan 45-45
Sistem Keamanan Data 45-55
Prosedur Pengolahan Data 55-61

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial v
BASIS DATA TERPADU

BAB V KONSEP SISTEM PENANGANAN KELUHAN


DAN PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU 63-70

Sistem Penanganan Keluhan 62-68
Pemutakhiran Basis Data Terpadu 68-70

SECTION I
DAFTAR PUSTAKA 71-73

Lampiran 1:
Nota Kesepakatan Bersama 74-76
Lampiran 2:
Format Keterangan Program 77
Lampiran 3:
Format Surat Pernyataan 78

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


vi Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU

Daftar Gambar
Gambar 1. Skema Kesalahan Inklusi (Inclusion Error) dan Kesalahan Eksklusi
(Exclusion Error) Dalam Penetapan Sasaran Peserta/Penerima
Manfaat Program Perlindungan Sosial 3
Gambar 2. Efektivitas Program Penanggulangan Sosial Menurut Hasil
SUSENAS 2009 4
Gambar 3. Proses Perolehan Daftar Awal Rumah Tangga PPLS 2011 9
Gambar 4. Garis Besar Tahapan Proses Penanganan Permintaan Data
Basis Data Terpadu 24
Gambar 5. Tahapan Penanganan Permohonan Data 30
Gambar 6. Tahapan Permohonan Bantuan Teknis 32
Gambar 7. Tampilan Panel Sistem Rekam Kerja 35
Gambar 8. Tahapan Pengarsipan Data (Data Archiving) 36

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial vii
BASIS DATA TERPADU

Daftar Tabel
Tabel 1. Variabel Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE 2005) 6
Tabel 2. Variabel Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011
(PPLS 2011) 8
Tabel 3. Ringkasan Manfaat Data Basis Data Terpadu 20
Tabel 4. Contoh Data Sebaran/Agregat dari Basis Data Terpadu 21
Tabel 5. Dokumen Pendukung Permohonan Data Basis Data Terpadu 26
Tabel 6. Penjelasan Tahapan Penanganan Permohonan Data 31
Tabel 7. Penjelasan Tahapan Permohonan Bantuan Teknis 33
Tabel 8. Memastikan Keandalan Jaringan Komputer 41
Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) dalam
Sistem Penanganan Keluhan BDT 67

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


viii Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU

Daftar Foto
Foto 1. Joshua Esty Sampul Buku
Foto 2. TNP2K Staff Bab 1 (Hal. 1)
Foto 3. Rachma Safitri 5
Foto 4. Rachma Safitri 9
Foto 5. Rachma Safitri 11
Foto 6. Joshua Esty 13
Foto 7. Joshua Esty 15
Foto 8. Joshua Esty 16
Foto 9. Achmad Ibrahim 19
Foto 10. Joshua Esty 22
Foto 11. Achmad Ibrahim 25
Foto 12. Achmad Ibrahim 27
Foto 13. TNP2K Staff 28
Foto 14. Joshua Esty 29
Foto 15. Joshua Esty 32
Foto 16. Joshua Esty 39
Foto 17. TNP2K Staff 42
Foto 18. Joshua Esty 44
Foto 19. TNP2K Staff 49
Foto 20. TNP2K Staff 53
Foto 21. Joshua Esty 54
Foto 22. TNP2K Staff 56
Foto 23. Joshua Esty 63
Foto 24. Joshua Esty 65
Foto 25. Cocozero003/123RF.com 71

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial ix
BASIS DATA TERPADU

Daftar Isilah dan Singkatan


APK : Asisten Penanggung Jawab Kerja
Askeskin : Asuransi Kesehatan Penduduk Miskin
BDT : Basis Data Terpadu
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BLSM : Bantuan Langsung Sementara
BLT : Bantuan Langsung Tunai
BPS : Badan Pusat Statistik
CD : Compact DIsc
DPM : Daftar Penerima Manfaat
FTL : Formulir Tindak Lanjut
Jalinkesra : Jalan Lain Menuju Kesehatan Masyarakat
Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat
JPS : Jaring Pengaman Sosial
JPS-BK : Jaring Pengaman Sosial Bantuan Kesehatan
KPS : Kartu Perlindungan Sosial
KUR : Kredit Usaha Rakyat
MTA : Message Transfer Agent
NDA : Non-Disclosure Agent
N IK : Nomor Induk Kependudukan
OPK : Operasi Pasar Khusus
PKH : Program Keluarga Harapan
PMD : Penjamin Mutu Data
PMT : Proxy Means Testing
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PPLS : Pendataan Program Perlindungan Sosial
PSE : Pendataan Sosial Ekonomi
RTHM : Rumah Tangga Hampir Miskin
RTSM : Rumah Tangga Sangat Miskin
Satpam : Satuan Pengamanan
SRK : Sistem Rekam Kerja
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi
TKPK : Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
UPSPK : Unit Penetapan Sasaran untuk Penanggulangan Kemiskinan
VPN : Virtual Private Network
WAS : Web Application Server
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
x Untuk Program Perlindungan Sosial
BASIS DATA TERPADU

Kata Pengantar
Basis Data Terpadu (BDT) memiliki arti penting dalam usaha perbaikan keakuratan
penetapan sasaran penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan di Indonesia,
mengingat BDT memuat data by name by address dari sekitar 24,7 juta rumah tangga atau
96,4 juta jiwa penduduk di Indonesia dengan peringkat kesejahteraan terendah.

Pengelolaan data BDT dilakukan oleh Unit Penetapan Sasaran untuk Penanggulangan
Kemiskinan (UPSPK) Sekretariat TNP2K. Tugas utama UPSPK adalah memastikan BDT dapat
dimanfaatkan oleh program perlindungan sosial, memberikan dukungan teknis kepada
pengguna BDT, melakukan pemantauan dan evaluasi pemanfataan BDT, memastikan
kesahihan studi-studi untuk memperbaiki kualitas penetapan sasaran program,
membangun manajemen BDT yang berbasis teknologi informasi, dan menyajikan
informasi yang terdapat dalam BDT melalui media berbasis teknologi internet.

Pengelolaan data yang sedemikian besar dengan tanggung jawab yang sedemikian
berat harus didukung oleh keberadaan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan kompetensi khusus, serta tersedianya standar pengelolaan data yang
menjamin keniscayaan pemanfaatannya. Buku Standar Pengelolaan BDT untuk Program
Perlindungan Sosial ini disusun berdasarkan serangkaian pengalaman serta merupakan
pedoman bagi praktek pengelolaan big data di Indonesia di masa depan.

Terima kasih kami sampaikan kepada Tim Penulis yang telah berkontribusi pada
penyusunan buku ini. Kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pihak
yang memiliki komitmen dan perhatian besar pada pentingnya pengelolaan data
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Jakarta, Juli 2015

Dr. Bambang Widianto


Deputi Seswapres Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan
Pembangunan, Selaku Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial xi
Latar Belakang
....................
1
LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

P
enanggulangan kemiskinan merupakan salah satu sasaran pembangunan bidang
ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam
implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahap II (tahun
2010-2014). Dengan target menurunkan tingkat kemiskinan nasional dari 14,1% di tahun
2009 ke 8-10% pada akhir tahun 2014 pemerintah menetapkan strategi dan program
untuk percepatan penanggulangan kemiskinan melalui Peraturan Presiden RI nomor
15 tahun 2010. Program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam
upaya percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu:

1. Kelompok program berbasis individu/keluarga/rumah tangga, atau program


Klaster 1, yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan
beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Program-program
yang termasuk di Klaster 1 adalah program subsidi beras untuk rumah tangga
berpenghasilan rendah (Program Raskin), program bantuan untuk siswa miskin
(BSM), program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan program transfer
tunai bersyarat/Program Keluarga Harapan (PKH).

2. Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat, atau Program Klaster


2, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas
kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), termasuk PNPM Perkotaan,
PNPM Pedesaan dan lain-lain.

3. Kelompok program berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,


atau Program Klaster 3, yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan
ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR) adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan yang termasuk
dalam kelompok ini.

Selain ketiga jenis program tersebut di atas, juga dilaksanakan sejumlah program
penanggulangan kemiskinan lainnya yang juga bertujuan meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Dengan landasan Perpres nomor 15 tahun 2010, pemerintah Indonesia membentuk


Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang diketuai oleh Wakil
Presiden RI untuk menyusun kebijakan dan program yang bertujuan mensinergikan

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


2 Untuk Program Perlindungan Sosial
LATAR BELAKANG

kegiatan penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian/lembaga, serta


melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaannya. Sedangkan di
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota diamanatkan pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang diketuai oleh wakil kepala daerah untuk
melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing sekaligus
mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sesuai
keputusan Tim Nasional.

TNP2K memiliki lima agenda prioritas untuk jangka pendek-menengah, di antaranya


adalah unifikasi sistem penargetan nasional. Sistem penargetan nasional adalah suatu
sistem penetapan sasaran individu/keluarga/rumah tangga yang berhak mendapatkan
program perlindungan/jaminan sosial dari pemerintah (pusat dan daerah) 1. Suatu sistem
penargetan dikatakan efektif bila mampu mengurangi kesalahan eksklusi (exclusion error)
dan kesalahan inklusi (inclusion error) peserta/penerima manfaat program (Gambar.1).

Gambar 1. Skema kesalahan inklusi (Inclusion Error) dankesalahan eksklusi


(Exclusion Error)dalam penetapan sasaran peserta/penerima manfaat program
perlindungan sosial
Miskin Tidak Miskin

Menerima
Bantuan

Inclusion Error

Tidak Menerima
Bantuan

Exclusion Error

Sumber: TNP2K

Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia telah melaksanakan sejumlah program


perlindungan sosial dengan sasaran penduduk miskin, antara lain Program Raskin,
Jamkesmas, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan lain-lain. Suatu analisis yang dilakukan
pada data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukkan
bahwa sistem penargetan program-program tersebut masih kurang efektif karena tingkat
kesalahan inklusi dan kesalahan eksklusi yang cukup tinggi (Gambar 2). Hasil Susenas
tahun 2009 tersebut juga mengindikasikan bahwa hanya sekitar 30% penduduk miskin
yang menerima manfaat sekaligus tiga program perlindungan sosial yang dilaksanakan
pemerintah saat itu yaitu Raskin, Jamkesmas dan BLT.

1
Widianto, B., Pengelolaan dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Paparan Sekretariat TNP2K, Jakarta, Januari 2012.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 3
LATAR BELAKANG

Gambar 2. Efektivitas Program Penanggulangan Sosial Menurut Hasil SUSENAS 2009

100

Exclusion Error

75

Presentase Penerima Bantuan


Raskin

50

BLT
Inclusion Error
25

Daerah
Pentargetan Jamkesmas
Efektif

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Desil Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: Susenas 2009

Kurang efektifnya penargetan program-program tersebut disebabkan antara lain karena


masing-masing penyelenggara program menggunakan basis-data yang berbeda beda
untuk mengidentifikasi sasaran program. Pengalaman dari sejumlah negara2 menunjukkan
bahwa keberadaan basis-data yang terpadu (unified database) yang dapat digunakan oleh
banyak program untuk penargetan peserta/penerima manfaat program dapat meningkatkan
secara signifikan efektifitas program-program perlindungan sosial yang dilaksanakan.

EVOLUSI SISTEM PENARGETAN UNTUK


PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA

Sebelum tahun 1998, tidak ada kebijakan perlindungan sosial yang spesifik di Indonesia.
Pemerintahan saat itu menerapkan strategi makro untuk menanggulangi kemiskinan,
antara lain dengan cara stabilisasi harga bahan pangan, pembangunan infrastruktur
pedesaan, dan beberapa program penyediaan kredit.

Setelah terjadinya puncak krisis moneter Asia tahun 1997-1998, pemerintah mulai
merancang dan melaksanakan program-program yang khusus ditujukan untuk penduduk
miskin. Untuk merespon dampak krisis moneter, pemerintah saat itu meluncurkan

2
Contoh: Ficha de Estratificacion Social Comite Accion Social (Ficha CAS) di Chile, dan Sistema de Identificacion de Beneficiarios de Subsidios Sociales (Sisben) di Kolombia.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


4 Untuk Program Perlindungan Sosial
LATAR BELAKANG

Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang bertujuan memberikan perlindungan dalam
bidang pangan, kesehatan, pendidikan, dan akses kepada sumber pendapatan untuk
penduduk yang sudah miskin sebelum terjadinya krisis dan penduduk yang menjadi
miskin karena dampak krisis. Di antara program-program JPS yang paling besar jumlah
target peserta/penerima manfaatnya adalah program subsidi beras untuk rumah tangga
miskin (awalnya disebut Operasi Pasar Khusus/OPK, kemudian menjadi Program Raskin)
dan bantuan kesehatan (JPS-BK). Untuk penargetan peserta/penerima manfaat, kedua
program tersebut menggunakan kombinasi pendekatan penargetan geografis dan
rumah tangga3 dimana peserta/penerima manfaat program adalah penduduk yang
tinggal di lokasi yang menjadi sasaran program dan masuk dalam kriteria sasaran yang
ditetapkan program. Sasaran peserta/penerima manfaat program OPK/Raskin dan JPS-
BK adalah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera-1 berdasarkan kriteria Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Daftar rumah tangga sasaran disediakan
oleh Kader BKKBN berdasarkan hasil pendataan yang mereka lakukan menggunakan 23
variabel kondisi rumah tangga sebagai indikator status kesejahteraan rumah tangga.

Beberapa analisis terhadap cakupan program OPK dan JPS-BK menunjukkan tingkat
kesalahan eksklusi dan inklusi yang cukup tinggi. Sebuah studi yang melibatkan 100
Desa/Kelurahan di 10 Kabupaten dari 8 Provinsi di Indonesia yang dilaksanakan pada
tahun 1997-19984 melaporkan bahwa proporsi rumah tangga dari kelompok status
kesejahteraan terendah yang menjadi peserta Program OPK hanya 52.7%, sementara
terdapat sekitar 20% rumah tangga dari kelompok kuintil tertinggi yang juga menerima
beras bersubsidi dari Program OPK. Sedangkan pada program JPS-BK, hanya sekitar 10,6%
kelompok yang paling miskin menerima manfaat pelayanan kesehatan dengan JPS-BK5.
Penggunaan indikator-indikator non-ekonomi (misalnya rutinitas dalam melaksanakan
kewajiban agama) yang digunakan BKKBN sebagai bagian dari kriteria status kesejahteraan
rumah tangga, serta kurangnya kompetensi Kader BKKBN dalam melakukan pendataan

3
Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indonesian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31
4
Sumarto, S., Suryahadi, A., Pritchett, L., Safety Net and Safety Ropes: Who benefited from Two Indonesian Crisis Programs the Poor or the Shocked, Policy Research
Working Paper 2436, The World Bank East Asia and Pacific Region, September 2000
5
Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indonesian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 5
LATAR BELAKANG

merupakan beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab kurangnya efektifitas


penargetan menggunakan data klasifikasi rumah tangga dari BKKBN.

Pada tahun 2005, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Pendataan
Sosial Ekonomi (PSE 2005). Tujuan utama PSE 2005 adalah untuk mengidentifikasi
rumah tangga sasaran penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi
pengurangan subsidi bahan bakar minyak. Namun kemudian, disamping untuk program
BLT, data PSE 2005 juga dipakai untuk penargetan program Asuransi Kesehatan Penduduk
Miskin (Askeskin) yang kemudian dikenal dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Program Raskin.

PSE 2005 mengumpulkan data 14 variabel non-moneter untuk mengukur kesejahteraan


rumah tangga (Tabel 1). Masing-masing variabel tersebut diberi bobot yang kemudian
diakumulasi menjadi indeks kesejahteraan rumah tangga yang didata6.

Berdasarkan indeks kesejahteraannya, sekitar 19,1 juta rumah tangga yang didata dalam
PSE 2005 diklasifikasikan menjadi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), Rumah Tangga
Miskin (RTM), dan Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM).

Dalam perkembangannya, klasifikasi status kesejahteraan rumah tangga dengan 14


variabel PSE 2005 dinilai kurang sensitif dibandingkan klasifikasi dari BKKBN, sebagaimana
disampaikan dalam laporan evaluasi pelayanan KB bagi masyarakat miskin tahun
2010 oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas)7. Hasil evaluasi Bappenas tersebut
menyatakan bahwa kuota Jamkesmas yang didasarkan pada jumlah penduduk miskin
menurut PSE 2005 lebih kecil daripada jumlah penduduk miskin menurut klasifikasi
BKKBN (Keluarga Pra Sejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera I/KS-I) sehingga sebagian KPS
dan KS-1 tidak bisa mengakses pelayanan KB gratis di puskesmas/klinik/RS.

Tabel 1. Variabel Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE 2005)


Variabel Kesejahteraan Rumah Tangga Kriteria Miskin
1. Luas lantai per anggota rumah tangga/keluarga < 8m
2. Jenis lantai rumah Tanah/papan/kualitas rendah
3. Jenis dinding rumah Bambu, papan kualitas rendah
4. Fasilitas tempat buang air besar (jamban) Tidak punya
5. Sumber air minum Bukan air bersih
6. Penerangan yang digunakan Bukan listrik
7. Bahan bakar yang digunakan Kayu/arang
8. Frekuensi makan dalam sehari Kurang dari 2 kali sehari
9. Kemampuan membeli daging/ayam/susu dalam seminggu Tidak
10. Kemampuan membeli pakaian baru bagi setiap ART Tidak

6
Ritonga, H., Pengembangan dan Pemanfaatan Data Kemiskinan dengan Bertumpu pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Paparan dalam
Workshop Nasional : Database partisipatif dan pemanfaatannya untuk pemetaan sosial ekonomi interaktif dan Sistem Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan,
Jakarta, 27 Februari 2014
7
Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BAPPENAS, Laporan Akhir Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi
Masyarakat Miskin (Keluarga Pra Sejahtera/KPS dan Keluarga Sejahter-1/KS-1, 2010 5 Sumarto, S., Suryahadi, A., Widyanti, W., Designs and Implementation of Indone-
sian Social Safety Net Programs, The Developing Economies, XL-1, March 2002: 3-31

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


6 Untuk Program Perlindungan Sosial
LATAR BELAKANG

Tabel 1. Variabel Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE 2005) (Lanjutan)

Variabel Kesejahteraan Rumah Tangga Kriteria Miskin


11. Kemampuan berobat ke puskesmas/poliklinik Tidak
12. Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga Petani gurem, nelayan, pekebun
13. Pendidikan kepala rumah tangga Blm pernah sekolah/Tidak tamat SD
14. Kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp. 500.000,- Tidak ada
Sumber: SMERU 2006

Pada tahun 2008, dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), BPS selaku
penanggungjawab penyediaan data rumah tangga sasaran penerima BLT8 mengadakan
pendataan sosial ekonomi rumah tangga yang kemudian dikenal dengan Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS 2008). Data dasar PPLS 2008 adalah data PSE 2005
yang dimutakhirkan dengan hasil verifikasi pada 1.023 kecamatan di 97 kabupaten/kota
di 15 provinsi wilayah uji coba Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga diperoleh hasil
akhir sejumlah 19.018.057 rumah tangga sasaran9. Pemeringkatan status kesejahteraan
rumah tangga berdasarkan hasil PPLS 2008 masih menggunakan klasifikasi RTSM, RTM
dan RTHM. Berbeda dengan PSE 2005, PPLS 2008 menggunakan 14 variabel rumah
tangga PSE 2005 ditambah dengan 8 variabel individu (anggota rumah tangga) serta
model Proxy Means Testing untuk menentukan peringkat status kesejahteraan rumah
tangga yang didata10.

Selain untuk penetapan sasaran Program BLT, data mikro rumah tangga hasil PPLS 2008
juga digunakan untuk penetapan sasaran Program Keluarga Harapan antara tahun 2009
201111. Data hasil PPLS 2008 juga digunakan untuk mengidentifikasi rumah tangga
sangat miskin untuk menjadi peserta/penerima manfaat Program Jalan Lain Menuju
Kesejahteraan Rakyat (Jalinkesra) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
antara tahun 2010-201312.

PROSES PEMBANGUNAN BASIS DATA TERPADU


Dalam rangka pembangunan Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial, kembali
dilaksanakan PPLS pada tahun 2011 (yang dikenal dengan PPLS 2011) oleh BPS.
Pelaksanaan PPLS 2011 memanfaatkan momentum Sensus Penduduk tahun 2010 yang
merupakan pemutakhiran data penduduk Indonesia secara menyeluruh. Data Sensus
Penduduk 2010 digunakan sebagai data dasar untuk mengidentifikasi rumah tangga
yang akan didata. Sejumlah perbaikan metodologi diterapkan dalam pelaksanaan dan
pengolahan data PPLS 2011, yaitu:

8
Instruksi Presiden RI nomor 3 tahun 2008
9
Imawan, W., Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008, Presentasi dalam Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program Bantuan Langsung Tunai untuk
Rumah Tangga Sasaran, Cikampek, 4 Juni 2008
10
Ritonga, H., Pengembangan dan Pemanfaatan Data Kemiskinan dengan Bertumpu pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Paparan dalam
Workshop Nasional : Database partisipatif dan pemanfaatannya untuk pemetaan sosial ekonomi interaktif dan Sistem Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan,
Jakarta, 27 Februari 2014
11
Nazara, S., Rahayu, SK., Program Keluarga Harapan (PKH) Program Bantuan Dana Tunai Bersyarat di Indonesia, TNP2K Research Brief no 42, October 2013
12
Sistem Rekam Kerja (Work Request Management System), UPSPK-TNP2K, 2014

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 7
LATAR BELAKANG

1) Daftar awal rumah tangga disusun melalui peta kemiskinan (poverty map),
ditambahkan dengan hasil konsultasi dengan penduduk miskin (consultation with
the poor) dan penyisiran (sweeping) saat pelaksanaan.
2) Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga
lebih banyak daripada PPLS 2008, yaitu 26 variabel (lihat Tabel 2).
3) Cakupan rumah tangga yang didata lebih besar daripada PPLS 2008 yaitu 40%
atau sekitar 24 juta rumah tangga.

Tabel 2. Variabel Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011


(PPLS 2011)

Sumber: PPLS 2011

PPLS 2011 dilaksanakan antara bulan JuliOktober 2011 oleh BPS. Sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 3, daftar awal rumah tangga PPLS 2011 diperoleh dari hasil
pemetaan kemiskinan (poverty map) dengan memanfaatkan hasil Sensus Penduduk
tahun 2010, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2010 dan Potensi Desa (Podes). Selain
rumah tangga hasil identifikasi awal tersebut, petugas PPLS 2011 juga mendata rumah
tangga lain yang diduga miskin berdasarkan informasi dari rumah tangga miskin lainnya
(dengan melakukan konsultasi dengan penduduk miskin selama proses pendataan),
serta hasil penyisiran di lokasi pendataan. Semua rumah tangga yang didata tersebut,
menjadi daftar awal rumah tangga hasil PPLS 2011.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


8 Untuk Program Perlindungan Sosial
LATAR BELAKANG

Gambar 3. Proses Perolehan Daftar Awal Rumah Tangga PPLS 2011

Pre-List Verifikasi Keberadaan Rumah


Rumah Tangga Tangga oleh Pemimpin Lokal Daftar awal
Rumah
Konsultasi dengan Tangga
(Berdasarkan peta Rumah Tangga Miskin
kemiskinan yang
berasal dari data Disurvei pada
Sensus PPLS 2011
Penduduk 2010) Penyisiran

Sumber: TNP2K

Data hasil PPLS 2011 diserahkan oleh BPS kepada TNP2K pada bulan Februari 2012.
Kemudian dilakukan penyusunan indeks kesejahteraan masing-masing rumah tangga
dengan menggunakan variable-variabel kesejahteraan rumah tangga yang didata saat
PPLS 2011 dan model Proxy Means Testing (PMT). Model PMT yang digunakan dalam
pengolahan data rumah tangga hasil PPLS 2011 dibangun dengan mengacu pada hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2010, sehingga secara statistik dapat
mencerminkan gambaran karakteristik rumah tangga dan mengakomodasi perbedaan
karakteristik antar wilayah. TNP2K membangun satu model PMT yang spesifik untuk
masing-masing kabupaten/kota karena satu variabel yang di suatu kabupaten/kota
menjadi faktor penentu tingkat kesejahteraan rumah tangga, mungkin tidak memiliki
makna yang signifikan di daerah lain. Contohnya, kepemilikan aset sepeda motor
mungkin menjadi variabel pembeda tingkat kesejahteraan rumah tangga di daerah
pedesaan, namun mungkin tidak di daerah perkotaan.

Berdasarkan indeks kesejahteraan yang dihasilkan oleh model PMT, data rumah tangga
hasil PPLS 2011 diurutkan dari yang status kesejahteraan terendah hingga tertinggi.
Data hasil PPLS 2011 yang sudah diolah tersebut mulai dioperasikan sebagai Basis Data
Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial pada bulan Maret 2012

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 9
LATAR BELAKANG

ISI BASIS DATA TERPADU


Basis Data Terpadu berisi informasi sosial-ekonomi dan demografi dari sekitar 40%
penduduk di Indonesia yang paling rendah status kesejahteraannya. Cakupan dari 40%
penduduk dengan kondisi sosial ekonomi terendah ini ialah sekitar 24 juta rumahtangga
atau sekitar 96 juta individu. Di setiap daerah, jumlah penduduk yang masuk dalam Basis
Data Terpadu berbeda-beda, tergantung tingkat kemiskinan di masing-masing daerah.
Provinsi/ kabupaten/ kota dengan tingkat kemiskinan yang lebih rendah akan mendapati
bahwa jumlah rumah tangga yang berasal dari daerahnya dalam Basis Data Terpadu akan
lebih rendah juga bila dibandingkan dengan provinsi/kabupaten/kota dengan tingkat
kemiskinan yang lebih tinggi, dan sebaliknya.

Rumah tangga dalam Basis Data Terpadu dikelompokkan ke dalam kelompok yang
disebut desil. Desil adalah kelompok per-sepuluhan sehingga seluruh rumah tangga
dapat dibagi ke dalam 10 desil, sebagai berikut:
Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 10-20% terendah, dan
seterusnya hingga
Desil 10 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% dengan tingkat kesejahteraan
paling tinggi.
Basis Data Terpadu berisikan kelompok Desil 1, Desil 2, Desil 3 dan Desil 4 karena memuat
40% rumah tangga dengan peringat kesejahteraan terendah di Indonesia. Basis Data
Terpadu dapat memberikan data tentang sebaran/agregat dari individu/keluarga/rumah
tangga menurut variabel-variabel sosial-ekonomi yang didata dalam PPLS 2011, serta
informasi karakteristik sosial-ekonomi beserta nama dan alamat individu/keluarga/rumah
tangga yang ada dalam Basis Data Terpadu.

PENGOPERASIAN BASIS DATA TERPADU OLEH TNP2K


Untuk mendukung pelaksanaan tugas TNP2K dalam menyusun kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan dengan mensinergikan kegiatan penanggulangan
kemiskinan di kementerian/lembaga, dibentuk Unit Penetapan Sasaran untuk
Penanggulangan Kemiskinan (UPSPK) di bawah Sekretariat TNP2K sebagai pengelola
Basis Data Terpadu. UPSPK bertugas13 untuk memastikan Basis Data Terpadu dapat
dimanfaatkan oleh program perlindungan sosial, memberikan dukungan teknis kepada
pengguna Basis Data Terpadu, melakukan pemantauan dan evaluasi pemanfataan Basis
Data Terpadu, memastikan kesahihah studi-studi untuk memperbaiki kualitas penetapan
sasaran program, membangun manajemen Basis Data Terpadu yang berbasis teknologi
informasi, dan menyajikan informasi dari Basis Data Terpadu melalui media berbasis
teknologi internet.
13
Surat Keputusan Deputi Sekretaris Wakil Presiden RI Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan selaku Sekretaris Eksekutif TNP2K
nomor 9 tahun 2012.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


10 Untuk Program Perlindungan Sosial
LATAR BELAKANG

Sejak mulai beroperasinya Basis Data Terpadu pada bulan Maret 2015, UPSPK telah
menangani lebih dari 900 permintaan data dan lebih dari 1.000 permintaan dukungan
teknis terkait Basis Data Terpadu. Basis Data Terpadu telah digunakan untuk penetapan
sasaran Program Raskin Program Keluarga harapan (PKH), Bantuan Siswa Miskin (BSM)
dan Program Jamkesmas (khusus pelaksanaan di tahun 2013). Data Basis Data Terpadu
juga digunakan untuk penetapan rumah tangga sasaran penerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) yang diluncurkan dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) dan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial
(P4S). Hingga bulan Juni 2014, sekitar 60% pemerintah daerah baik tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota - telah mengakses Basis Data Terpadu untuk perencanaan
dan pelaksanaan program-program perlindungan sosial yang diselenggarakan dengan
dana daerah. Basis Data Terpadu juga telah dimanfaatkan untuk keperluan penelitian-
penelitian terkait kemiskinan, baik yang dilakukan oleh TNP2K14 atau peneliti-peneliti dari
lembaga akademis.

14
Salah satu contoh penelitian menggunakan Basis Data Terpadu: Lockley, A, Tobias, J., Bah, A., Hasil Kajian Gender dari Basis Data Terpadu, TNP2K, Januari
2013.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 11
2
....................
Fungsi, Kompetensi
dan Prinsip Kerja
Unit Pengelola
Basis Data Terpadu
UNIT PENGELOLA
BASIS DATA TERPADU

FUNGSI, KOMPETENSI DAN PRINSIP KERJA UNIT PENGELOLA


BASIS DATA TERPADU

T
ujuan utama Unit Pengelola Basis Data Terpadu adalah mengelola akses dan
pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk penyelenggara dan stakeholder lain yang
terkait dengan program perlindungan sosial. Sejalan dengan tujuan tersebut, Unit
Pengelola BDT menjalankan 3 fungsi pokok, yaitu:

1. Menyelenggarakan sistem pengelolaan data yang berbasis teknologi.


Unit Pengelola BDT bertanggungjawab membangun sistem-sistem untuk
Basis Data Terpadu; mengidentifikasi dan menerapkan penggunaan piranti
lunak (software) yang sesuai kebutuhan operasionalisasi BDT; menyusun dan
melaksanakan kebijakan dan protokol TI untuk menjamin ketersediaan, keamanan
dan integritas data BDT; serta menyajikan akses terhadap beragam informasi dari
BDT melalui media berbasis teknologi informasi.

2. Menyediakan layanan operasional data.


Tujuan dari penyediaan layanan operasional BDT adalah memastikan bahwa
BDT dapat digunakan untuk kajian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi program-program penanggulangan kemiskinan/perlindungan
sosial. Dalam hal ini, Unit Pengelola BDT bertugas memfasilitasi penyediaan data
dan dukungan teknis kepada pengguna BDT; mempromosikan unifikasi sistem
penargetan nasional dan BDT sebagai basis-data utama untuk mengidentifikasi
sasaran program-program perlindungan sosial; sistem penargetan; membangun
dan menyebarluaskan bahan komunikasi informasi edukasi (KIE) tentang BDT
kepada stakeholder di tingkat nasional dan daerah; membangun dan membina
hubungan dan kerjasama dengan pengguna BDT dan stakeholder lainnya untuk
keperluan berbagi data (data sharing); dan melaksanakan pemantauan terhadap
pemanfaatan data BDT oleh pengguna data.

3. Mengembangkan pengetahuan terkait penargetan untuk program


perlindungan sosial.
Pelaksanaan fungsi ini meliputi kegiatan membangun dan mengevaluasi
metodologi dan prosedur identifikasi rumah tangga sasaran program perlindungan
sosial; menyediakan rekomendasi-rekomendasi untuk penyempurnaan sistem
penargetan nasional; menyediakan analisis data-data statistik dari BDT dan laporan-
laporan lain terkait kemiskinan yang dapat membantu dalam penyempurnaan
desain dan pelaksanaan program-program perlindungan sosial; dan membangun
mekanisme validasi dan pemutakhiran data secara rutin untuk meningkatkan
akurasi dan integritas data BDT.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


14 Untuk Program Perlindungan Sosial
UNIT PENGELOLA
BASIS DATA TERPADU

Untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut di atas, Unit Pengelola BDT perlu
memiliki kompetensi kolektif minimal sebagai berikut:

1. Kewenangan sebagai penyusun kebijakan dalam mendukung proses perencanaan


dan penganggaran program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial
yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia.

2. Kompetensi akademik minimal sarjana Strata 2 (S2) - atau kompetensi tersertifikasi


yang dapat disetarakan - di bidang teknologi informasi dan sistem manajemen
informasi, statistik, ekonomi pembangunan, kesejahteraan sosial, administrasi
publik, jaminan sosial, demografi, komunikasi publik, manajemen politik, dan
intervensi sosial.

3. Pengalaman melaksanakan perencanaan, penyelenggaraan, pemantauan, dan


evaluasi program-program perlindungan sosial, terutama di bidang kesehatan,
pendidikan, pangan, keuangan (conditional dan unconditional cash transfer),
peningkatan akses ekonomi, dan peningkatan akses pada infrastruktur.

Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, Unit Pengelola BDT menerapkan prinsip-prinsip


kerja yang spesifik sesuai peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 15
UNIT PENGELOLA
BASIS DATA TERPADU

Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, Unit Pengelola BDT menerapkan prinsip-prinsip


kerja yang spesifik sesuai peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:

Inklusif
Unit Pengelola BDT memfasilitasi akses dan pemanfaatan data dan informasi dari
Basis Data Terpadu untuk lembaga-lembaga pemerintah maupun non-pemerintah
sesuai dengan tujuan pemanfaatannya, dan tanpa dipungut biaya.

Menghormati integritas data pribadi Warga Negara Indonesia


Putusan Komisi Informasi Pusat No.187/V/KIP.PS.M.A/2012 pada Sidang Terbuka
untuk Umum pada tanggal 18 Maret 201315 , telah menyatakan bahwa data dalam
Basis Data Terpadu dikecualikan dari aturan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik karena memenuhi kriteria yang disebutkan
dalam pasal 17 huruf h, yaitu memuat data-data pribadi sebagai berikut:
1. Riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2. Riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan, kesehatan fisik, dan psikis
seseorang;
3. Kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;
4. Catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan
satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan nonformal.

15
Sidang ajudikasi Sengketa Informasi Publik antara pihak pemohon Perkumpulan Inisiatif dengan termohon TNP2K

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


16 Untuk Program Perlindungan Sosial
UNIT PENGELOLA
BASIS DATA TERPADU

Sesuai dengan pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 82 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Unit Pengelola BDT wajib menjaga
rahasia dan keutuhan data nama dan alamat individu dalam Basis Data Terpadu, serta
menjamin bahwa perolehan, penggunaan, dan pemanfaatan data nama dan alamat
individu dalam Basis Data Terpadu sesuai dengan persetujuan pemilik data pribadi saat
pendataan PPLS 2011, yaitu untuk pelaksanaan program pemerintah.

Data nama dan alamat individu dalam Basis Data Terpadu hanya diterbitkan untuk
instansi pemerintah (pusat dan daerah) yang menyelenggarakan program perlindungan
sosial. Instansi pemerintah yang mengakses data nama dan alamat individu dalam Basis
Data Terpadu ikut bertanggungjawab terhadap rahasia dan keutuhan data individu
tersebut, yang dinyatakan secara tertulis dalam bentuk Nota Kesepakatan Kerjasama
(untuk kementerian/lembaga setingkat kementerian) dan Surat Pakta Integritas (untuk
instansi pemerintah daerah).

Akuntabilitas
Sesuai dengan pasal 9, 10, 11, dan 12 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang selanjutnya dijelaskan dalam pasal 11
ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan
Informasi Publik, Unit Pengelola BDT wajib mengumumkan secara berkala
ringkasan laporan akses kepada Basis Data Terpadu yang sekurang-kurangnya
terdiri atas:
Jumlah permohonan akses data BDT yang diterima
Waktu yang diperlukan dalam merespon setiap permohonan akses data BDT
Jumlah permohonan akses data BDT yang dikabulkan, baik sebagian atau
seluruhnya, dan permohonan yang ditolak
Alasan penolakan permohonan akses data BDT.
Dalam menjalankan kewajiban tersebut, Unit Pengelola BDT bertanggungjawab untuk
menyusun dan menginformasikan secara terbuka prosedur akses dan pemanfaatan
BDT, serta membangun dan secara konsisten menggunakan sistem pendokumentasian
permintaan akses data dan dukungan teknis terkait pemanfaatan Basis Data Terpadu.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 17
3
......................
Penatalaksanaan
Layanan Penyediaan
Data dan Bantuan Teknis
Untuk Pemanfaatan
Basis Data Terpadu
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

PENATALAKSANAAN LAYANAN PENYEDIAAN DATA DAN


BANTUAN TEKNIS UNTUK PEMANFAATAN
BASIS DATA TERPADU

P
ada prinsipnya, data BDT dapat digunakan oleh berbagai lembaga yang terlibat
dalam program perlindungan sosial dan/atau upaya penanggulangan kemiskinan,
termasuk lembaga pemerintah (pusat dan daerah), lembaga akademis atau
penelitian, lembaga bantuan kerjasama antar pemerintahan, dan lembaga non
pemerintah. Unit Pengelola BDT bertanggungjawab untuk memastikan bahwa akses
kepada data BDT sesuai dengan tugas dan kewenangan lembaga pengguna data, serta
data yang diterbitkan terlindungi dari perubahan oleh pengguna yang tidak berhak
(unauthorized user).

AKSES DAN PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU

Manfaat utama BDT dalam program perlindungan sosial adalah untuk melakukan
perencanaan/analisis, penetapan sasaran penerima manfaat dan monitoring-evaluasi
pelaksanaan program. Unit Pengelola BDT dapat menyediakan beberapa jenis data sesuai
dengan tujuan pemanfaatannya, yaitu data sebaran/agregat, data individual tanpa nama
dan alamat, serta data individual dengan nama dan alamat (Tabel 3).

Tabel 3. Ringkasan Manfaat Data Basis Data Terpadu

Sumber: TNP2K

Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Perencanaan dan Analisis


Program Perlindungan Sosial

Basis Data Terpadu dapat menyediakan Data Sebaran/Agregat dan Data Individual Tanpa
Nama dan Alamat untuk melakukan analisis tentang jumlah dan karakteristik masyarakat
miskin, untuk merancang program penanggulangan kemiskinan, dan memperkirakan
anggaran yang dibutuhkan untuk program tersebut. Data-data tersebut disediakan untuk
berbagai lembaga yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
program perlindungan sosial, termasuk instansi pemerintahan, lembaga penelitian,
lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


20 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Data sebaran/agregat dari BDT dapat memberikan informasi jumlah individu/keluarga/


rumah tangga berdasarkan variabel-variabel yang didata dalam PPLS 2011, misalnya:
Jumlah keluarga yang memiliki anak usia sekolah (7-18 tahun)
Jumlah individu usia sekolah (7-18 tahun) yang masih bersekolah dan yang tidak
bersekolah
Jumlah rumah tangga yang belum memiliki sarana sanitasi yang layak.
Sesuai dengan kebutuhan pemohon data, data sebaran/agregat dari Basis Data Terpadu
dapat dirinci dari tingkat provinsi hingga tingkat desa/kelurahan. Tabel 4 menyajikan
contoh data sebaran/agregat dari Basis Data Terpadu.

Tabel 4. Contoh Data Sebaran/Agregat dari Basis Data Terpadu


Jumlah Individu menurut Provinsi, Kelompok Usia dan Jenis Kelamin dengan Status
Kesejahteraan 30 % Terendah Seluruh Indonesia

Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Juli 2012

Data individual tanpa nama dan alamat merupakan data yang merinci karakteristik
individu/keluarga/rumah tangga (umur, jenis kelamin, kondisi rumah, pekerjaan,
pendidikan, dan sebaginya) namun tidak menyertakan data nama maupun alamat
domisili dari individu/keluarga/rumah tangga tersebut. Data ini dapat digunakan untuk
melakukan analisis karakteristik kemiskinan atau mengevaluasi efektifitas penargetan
suatu program.

Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Penetapan Sasaran/Penerima


Manfaat dan Monitoring-Evaluasi Pelaksanaan Program Perlindungan
Sosial

Basis Data Terpadu dapat menyediakan Data Individual DENGAN Nama dan Alamat
dari individu/keluarga/rumah tangga dalam Basis Data Terpadu untuk mengidentifikasi
individu/keluarga/rumah tangga yang memenuhi kriteria untuk menjadi peserta/
penerima manfaat program sebagaimana ditetapkan oleh lembaga pengelola program.
Data ini disediakan bagi lembaga pemerintahan (kementerian/lembaga pemerintah
setingkat kementerian dan pemerintah daerah) yang mengelola program perlindungan
sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial 21
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Salah satu contoh Data Individual DENGAN Nama dan Alamat dari Basis Data Terpadu
adalah Daftar Penerima Manfaat (DPM) Program Raskin. Sejak tahun 2012, Basis
Data Terpadu telah digunakan untuk penetapan sasaran/penerima manfaat oleh
sejumlah program perlindungan sosial, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
(misalnya Program Raskin tahun 2013 dan 2014, Program Jamkesmas tahun 2013,
Program Keluarga Harapan/PKH, Program Bantuan Siswa Miskin/BSM, dan sebagainya)
maupun oleh pemerintah daerah (misalnya Program Jaminan Kesehatan Daerah/
Jamkesda dan Program Raskin Dana APBD/Raskinda yang dilaksanakan oleh beberapa
pemerintah kabupaten/kota). Untuk keperluan penetapan sasaran/penerima manfaat
program, Basis Data Terpadu menerbitkan daftar individu/keluarga/rumah tangga
yang memiliki karakteristik/kriteria sebagai syarat kelayakan menjadi peserta/penerima
manfaat program. Karakteristik/kriteria kelayakan tersebut ditetapkan oleh lembaga
penyelenggara program yang bersangkutan. Sebagai contoh, untuk Program Raskin tahun
2013, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra) selaku ketua tim
koordinasi (Tikor) Program Raskin, menetapkan bahwa yang menjadi sasaran penerima
manfaat Program Raskin adalah 15,5 juta rumah tangga dengan status kesejahteraan

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


22 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

terendah. Berdasarkan kriteria tersebut, Basis Data Terpadu mengidentifikasi 15.5 juta
rumah tangga mulai dari status kesejahteraan yang terendah dalam Basis Data Terpadu,
kemudian menerbitkan sebuah daftar berisi nama dan alamat Kepala Rumah Tangga
dari rumah tangga yang telah diidentifikasi tersebut. Daftar yang dikenal sebagai Daftar
Penerima Manfaat 1 (DPM-1) tersebut diserahkan dengan Berita Acara Serah Terima
kepada penyelenggara program, dalam hal ini Kemenkokesra selaku ketua Tikor Program
Raskin. Sebagai contoh lain pemanfaatan Basis Data Terpadu dalam penetapan sasaran
penerima manfaat program perlindungan sosial adalah untuk Program Jamkesmas
tahun 2013. Penyelenggara Program Jamkesmas, dalam hal ini Kementerian Kesehatan
RI, menetapkan kriteria peserta Program Jamkesmas adalah individu dari rumah tangga
dengan status kesejahteraan terendah sejumlah lebih kurang 86.4 juta jiwa. Berdasarkan
kriteria tersebut, Basis Data Terpadu menerbitkan daftar nama dan alamat masing-masing
individu mulai dari yang status kesejahteraannya terendah sampai mencapai jumlah
sekitar 86.4 juta jiwa, dimana jumlah ini meliputi sekitar 21 juta rumah tangga dalam Basis
Data Terpadu. Berbeda dengan DPM-1 Program Raskin, dimana yang dimasukkan dalam
daftar sasaran penerima manfaat program hanya nama dan Kepala Rumah Tangga, daftar
sasaran penerima manfaat Program Jamkesmas berisi nama dan alamat dari masing-
masing individu yang menjadi sasaran. Dengan demikian, bila DPM-1 Program Raskin
diperbandingkan dengan daftar sasaran penerima manfaat Program Jamkesmas tahun
2013 dapat timbul kesan bahwa kedua daftar tersebut tidak berasal dari Basis Data yang
sama.

Setelah diterbitkan dari Basis Data Terpadu, proses distribusi/diseminasi, verifikasi,


pemutakhiran dan pemanfaatan daftar nama-alamat sasaran program menjadi tugas dan
kewenangan masing-masing penyelenggara program. Pelaksanaan proses distribusi/
diseminasi, verifikasi, pemutakhiran dan pemanfaatan data sasaran penerima manfaat
program dari Basis Data Terpadu akan diuraikan lebih detil pada Bab V dokumen ini.

LAYANAN PENYEDIAAN DATA BASIS DATA TERPADU

Data dari Basis Data Terpadu disediakan TANPA BIAYA. Proses penyediaan data dari
Basis Data Terpadu dilakukan dalam kerangka waktu lima belas hari kerja, terhitung sejak
diterimanya dokumen-dokumen kelengkapan permohonan data secara lengkap. Secara
garis besar, proses penanganan permintaan data dari Basis Data Terpadu terdiri dari
empat tahapan sebagaimana digambarkan pada Gambar 4.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 23
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Gambar 4. Garis Besar Tahapan Proses Penanganan Permintaan


Data Basis Data Terpadu

Pengolahan Pengirim/
Administrasi Konsultasi Penyerahan
Data
Data

Sumber: TNP2K

Tahap 1: Administrasi
Mengingat Undang-Undang nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik yang mewajibkan pengelola data elektronik untuk siap
melaporkan pemanfaatan data yang dikelolanya, maka pada prinsipnya setiap
permintaan dan penerbitan data Basis Data Terpadu harus dilakukan secara tertulis
dan formal kepada Unit Pengelola BDT. Tujuan adanya dokumentasi tertulis tersebut
adalah untuk merekam asal, jumlah dan jenis permintaan dan penerbitan data Basis
Data Terpadu. Namun demikian, Unit Pengelola BDT tetap dapat menyediakan
akses publik secara daring (online) untuk data sebaran/agregat karena tidak
mengikutsertakan informasi yang bersifat privasi dari individu/keluarga
rumah tangga dalam Basis Data Terpadu. Unit Pengelola BDT dapat memilih
variabel-variabel yang paling sering digunakan untuk perencanaan program
perlindungan sosial untuk dapat diakses oleh publik secara daring, antara lain:

Status Kesejahteraan Rumah Tangga dan Individu;


Kepala Rumah Tangga Perempuan Menurut Kelompok Usia;
Status Kesejahteraan Individu Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin;
Anak Bersekolah dan Tidak Bersekolah Menurut Kelompok Usia;
Individu yang Bersekolah Menurut Jenis Sekolah dan Jenis Kelamin;
Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar;
Tempat Pembuangan Akhir Tinja;
Kecacatan Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin;
Penyakit Kronis Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin;
Individu yang Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut Kelompok Usia;
Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga;
Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama Individu Usia 18-60 Tahun;
Tempat Tinggal;
Sumber Air Minum;
Sumber Penerangan Utama dan
Bahan Bakar Untuk Memasak

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


24 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Kelengkapan dokumentasi permintaan data disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan dan


sensitifitas jenis data yang diminta, sebagaimana dirangkum pada Tabel-5. Permintaan
data sebaran/agregat cukup dilakukan melalui surat formal kepada Unit Pengelola
BDT dengan menyebutkan tujuan pemanfaatan data sebaran/agregat, variabel yang
diperlukan data sebaran/agregatnya, data dari wilayah mana yang diperlukan, dan tingkat
sebaran datanya (tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan).

Untuk keperluan penelitian/analisis, Basis Data Terpadu dapat menyediakan data


individual TANPA nama dan alamat yang dapat diakses oleh banyak pihak, termasuk
lembaga pemerintah, lembaga akademis, lembaga sosial non pemerintah, bahkan
mahasiswa yang akan menyusun skripsi, tesis atau disertasi terkait program perlindungan
sosial. Permintaan data Basis Data Terpadu untuk keperluan penelitian dilakukan melalui
surat formal kepada Unit Pengelola BDT, yang dilengkapi dengan proposal atau naskah
rincian penelitian yang akan menggunakan data Basis Data Terpadu. Bila permintaan
data adalah untuk keperluan peneliti individual misalnya mahasiswa yang menyusun
skripsi, tesis atau disertasi maka diperlukan juga surat keterangan resmi dari lembaga
pendidikan/penelitian yang menegaskan identitas pemohon sebagai mahasiswa atau
staf lembaga tersebut.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 25
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Pemerintah Daerah yang membutuhkan Data Individual DENGAN Nama dan Alamat
dari Basis Data Terpadu untuk keperluan penetapan sasaran/penerima manfaat program
perlindungan sosial dapat melakukan permintaan melalui surat formal kepada Unit
Pengelola BDT yang dilengkapi dengan:

1. Deskripsi tentang program dan kriteria sasaran/penerima manfaatnya


(menggunakan formulir Keterangan Program sebagaimana pada Lampiran-2).

2. Surat Pernyataan ikut bertanggungjawab dalam melindungi integritas Data


Individual dengan Nama dan Alamat dari Basis Data Terpadu (menggunakan
format sebagaimana pada Lampiran-3).

Tabel 5. Dokumen Pendukung Permohonan Data Basis Data Terpadu

- Surat Permohonan data - Surat Permohonan data Tidak valid karena bukan
- Nota Kesepahaman - Keterangan Program lembaga penyelenggara
(Lampiran-1) Lampiran-2 program perlindungan
- Surat Pernyataan ikut sosial
bertanggung jawab
melindungi integritas
data (Lampiran-3)
Sumber: TNP2K

Tahap 2: Administrasi

Setelah keperluan administrasi untuk permohonan data dilengkapi, maka tim Unit
Pengelola BDT akan menghubungi kontak yang ditunjuk oleh instansi/lembaga
pemohon data untuk melakukan klarifikasi terkait detil data yang diperlukan,
termasuk variabel-variabel data yang dibutuhkan dan dapat disediakan oleh
BDT, format data yang dapat dikelola oleh instansi/lembaga pemohon, dan cara
pengiriman penyerahan data kepada pemohon.

Tahap 3: Pengolahan Data

Unit Pengelola BDT akan menarik dan mengolah data/variabel data dari BDT
sesuai dengan informasi detil mengenai data yang telah dikonsultasikan dengan
pemohon Setelah pengolahan data selesai, data yang tersedia akan dicek
memastikan kelengkapan data sebelum disalin ke compact disc (CD) untuk
diserahkan kepada pemohon.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


26 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Tahap 4: Pengiriman /Penyerahan Data

Salinan data dalam CD (CD Data) dapat diserahkan kepada pemohon melalui pos
atau secara langsung kepada pemohon apabila pemohon datang ke kantor Unit
Pengelola BDT. Staf yang ditunjuk Pimpinan Unit Pengelola BDT akan menghubungi
instansi/lembaga pemohon untuk memberitahukan bila data sudah dapat diambil
atau akan dikirimkan.

LAYANAN BANTUAN TEKNIS UNTUK PEMANFAATAN BASIS


DATA TERPADU
Bantuan teknis untuk pemanfaatan Basis Data Terpadu bertujuan untuk memberikan
promosi/sosialisasi manfaat dan potensi pemanfaatan Basis Data Terpadu, serta
memastikan data yang telah diberikan dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan
data tersebut. Unit Pengelola BDT menyediakan bantuan teknis sebelum, selama dan
sesudah dilakukannya permintaan data. Bentuk bantuan teknis yang disediakan oleh Unit
Pengelola BDT antara lain diskusi/konsultasi, kegiatan sosialisasi, pelatihan pemanfaatan
BDT, dan pencocokan data lain kepada data BDT.

Konsultasi mengenai data BDT dapat diberikan saat pemohon bantuan teknis
berkunjung ke Kantor Unit Pengelola BDT, dan permintaan informasi/klarifikasi melalui
telepon atau surel. Perwakilan Unit Pengelola BDT akan memberikan konsultasi atas

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 27
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

pertanyaan atau pernyataan yang ingin dikonfirmasikan oleh pemohon bantuan teknis
serinci mungkin. Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, lembaga akademis atau
lembaga lainnya maupun publik dapat berkonsultasi dengan Unit Pengelola BDT.

Sosialisasi mengenai BDT dapat diminta oleh pemohon bantuan teknis melalui
surat permohonan yang ditujukan kepada Pimpinan Unit Pengelola BDT. Perwakilan
Unit Pengelola BDT akan datang ke lokasi sosialisasi dan bertindak sebagai narasumber
mengenai data BDT. Pada umumnya, bantuan teknis ini diberikan kepada Kementerian/
Lembaga, pemerintah daerah, universitas, donor, atau LSM.

Pelatihan pemanfaatan BDT merupakan bantuan teknis yang diberikan khusus


kepada kepada Pemerintah Daerah yang menginginkan dukungan Unit Pengelola BDT
dalam perencanaan programnya. Permohonan bantuan teknis ini dapat diutarakan
Pemerintah Daerah melalui surat permohonan yang ditujukan kepada Pimpinan Unit
Pengelola BDT. Penyampaian materi dilakukan selama dua hari melalui metode presentasi
dan kerja kelompok. Contoh materi yang dipresentasikan dalam pelatihan adalah tujuan
BDT dibangun, proses pembangunan BDT, perbedaan antara Susenas dan BDT, akses dan
pemanfaatan BDT, serta topik-topik lainnya yang sejalan dengan perkembangan jaman
dianggap selaras dengan akurasi, verifikasi, validasi, dan pemutakhiran data.

Bentuk bantuan teknis lainnya yang diberikan oleh Unit Pengelola BDT adalah
melakukan pencocokan (matching) data milik program-program bantuan sosial,
Kementerian/Lembaga, atau Pemerintah Daerah dengan data BDT. Pencocokan data
merupakan kerjasama yang mungkin dilakukan oleh Unit Pengelola Data dengan
institusi lain, misalnya, melalui sinkronisasi kode wilayah, Forum Pengguna NIK (Nomor
Induk Kependudukan), atau pembentukan basis data daerah.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


28 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

ALUR PENANGANAN PERMOHONAN DATA DAN BANTUAN


TEKNIS

Bagian ini merinci tahap-tahap penanganan permohonan data dan bantuan teknis terkait
Basis Data Terpadu yang dilaksanakan di dalam Unit Pengelola BDT. Secara umum, Unit
Pengelola BDT menerapkan kerangka waktu penyelesaian penanganan permohonan data
atau bantuan teknis selama 15 hari kerja terhitung sejak seluruh dokumen pendukung
diterima lengkap.

Alur Penanganan Permohonan Data

Secara umum, alur penanganan permohonan data di dalam Unit Pengelola BDT
ditunjukkan oleh Gambar 5 dengan rincian pekerjaan sesuai deskripsi pada Tabel 6.
Permohonan data yang telah mendapatkan persetujuan untuk diproses dicatat dalam
Sistem Rekam Kerja oleh Asisten Penanggungjawab Kerja16 (APK). Pimpinan Unit atau
Pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Unit Pengelola BDT mendelegasikan tindak lanjut
permohonan data kepada anggota unit sebagai Penanggungjawab Kerja (PK).

PK yang ditunjuk mengontak pemohon data untuk melakukan konsultasi. Hal-hal yang
pada umumnya dikonsultasikan adalah pengkonfirmasian kriteria data program yang
diminta dan kelengkapan berkas permohonan data.

Selanjutnya, Formulir Tindak Lanjut (FTL) dari Sistem Rekam Kerja dicetak dan diparaf
Pejabat Penjamin Mutu Data17 (PMD); dan dilanjutkan dengan permintaan persetujuan
dari Pimpinan Unit Pengelola BDT. Berikutnya, data disiapkan oleh Ekstraktor Data dan
16
Helpdesk
17
Koordinator Operasional

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 29
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

diperiksa oleh PK/Tim Riset; kemudian, data tersebut diserahkan kembali kepada Pejabat
PMD untuk diperiksa sekali lagi guna menjaga ketepatan data yang akan diberikan
kepada pemohon. Bila ada hal yang perlu disesuaikan, maka data yang telah disiapkan
harus dikembalikan lagi ke Ekstrator Data.

PK lalu menyiapkan Konsep Surat Balasan dan Tanda Terima; status permohonan data
pada saat ini adalah Data siap dikirim/diserahkan. Setelah itu, Konsep Surat Balasan dan
Tanda Terima diperiksa oleh Pejabat PMD; lalu dikirimkan kepada Pimpinan Unit Pengelola
BDT untuk diparaf.

Terakhir, Surat Balasan diteruskan kepada Pimpinan Unit Pengelola BDT untuk
ditandatangani. Data dikirimkan kepada/dijemput oleh pemohon data. Bila data
dikirimkan, maka pemohon data wajib mengirimkan kembali Tanda Terima kepada Unit
Pengelola BDT via surel atau faks agar Lembar Kata Kunci dapat dikirimkan. Bila data
dijemput, maka Lembar Kata Kunci dapat langsung diserahkan kepada pemohon data
setelah Tanda Terima ditandatangani.

Gambar 5. Tahapan Penanganan Permohonan Data

your te
xt here

Sumber: TNP2K TNP2K

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


30 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Tabel 6. Penjelasan Tahapan Penanganan Permohonan Data

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 31
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Alur Penanganan Permohonan Bantuan Teknis


Ketika permohonan bantuan teknis telah diterima, maka PK dari Unit Pengelola BDT
yang ditunjuk Pimpinan akan menghubungi dan berkonsultasi dengan pemohon
bantuan teknis. Secara umum, alur penanganan permohonan bantuan teknis dalam
Unit Pengelola BDT ditunjukkan oleh Gambar 6 dengan rincian pekerjaan sebagaimana
deskripsi pada Tabel 7.

Gambar 6. Tahapan Permohonan Bantuan Teknis

your te
xt here

Sumber: TNP2K

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


32 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Tabel 7. Penjelasan Tahapan Permohonan Bantuan Teknis

Sumber: TNP2K

Permohonan bantuan teknis yang telah disetujui oleh Kepala Unit Pengelola BDT akan
diregistrasi ke SRK; dilakukan penunjukan PK oleh Pimpinan; dan PK yang ditunjuk
mengontak pemohon untuk melakukan konsultasi. Hal-hal yang pada umumnya
dikonsultasikan terkait dengan pengkonfirmasian bantuan teknis yang diperlukan
pemohon.

Selanjutnya, PK menyusun konsep Surat Balasan atas permohonan narasumber tersebut.


Setelah diperiksa oleh Koordinator Operasional, konsep Surat Balasan diparaf PMD; dan
diberikan kepada Pimpinan untuk ditandatangani. Bila konten Surat Balasan adalah
permohonan tidak diterima, maka Surat Balasan dapat langsung dikirimkan dan tahapan
penanganan permohonan bantuan teknis selesai disini. Bila diterima, maka Surat Balasan

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 33
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

dibawa saat PK menjadi pemateri (untuk bantuan teknis berupa permohonan sosialiasi
dan pelatihan), dan Surat Tugas untuk PK diterbitkan. Tahapan penanganan permohonan
bantuan teknis selesai saat PK datang ke daerah yang ditugaskan, dengan membawa
Surat Balasan dan Surat Tugas, dan melaksanakan tugasnya sebagai pemateri. Unit
Pengelola BDT tidak membebankan biaya apapun (transportasi, akomodasi, honorarium)
terkait penanganan bantuan teknis yang diberikan kepada pemohon bantuan teknis.

PENDOKUMENTASIAN LAYANAN DAN DATA

Untuk kepentingan pertanggungjawaban publik, Unit Pengelola BDT merekam setiap


layanan data dan bantuan teknis yang pernah diberikan, serta setiap data yang pernah
diterbitkan dari Basis Data Terpadu. Bagian ini akan merinci sistem rekam kerja (untuk
mendokumentasikan layanan data dan bantuan teknis) serta sistem pengarsipan data
(untuk mendokumentasikan setiap data yang pernah diterbitkan dari Basis Data Terpadu).

Sistem Rekam Kerja (Work Request Management)


Sistem Rekam Kerja (SRK) adalah portal informasi dan rekam jejak komunikasi mengenai
permohonan data dan bantuan teknis yang didisposisikan kepada Petugas Layanan
Program di Unit Pengelola BDT. Setiap anggota tim Unit Pengelola BDT memiliki identitas
(user name) dan kata kunci (password) yang unik untuk mengakses SRK.

Pada panel SRK (Gambar 7), petugas dapat memilih menu kerja sesuai kebutuhan, yang
meliputi:

Menu Terbuka untuk mengakses informasi detil mengenai


permohonan data atau bantuan teknis yang
masih dalam proses penanganan.

Menu Selesai untuk mengakses informasi detil mengenai


permohonan data atau bantuan teknis yang
sudah selesai ditangani.

Menu Permohonan Baru untuk meregistrasi permohonan data atau


bantuan teknis yang baru

Menu Laporan untuk mengakses rangkuman permohonan


data dan bantuan teknis yang telah dan sedang
diproses.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


34 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Menu Kontak untuk mengakses inventori detil kontak


pemohon data

Menu Kunjungan untuk mengakses rangkuman kunjungan


konsultasi tatap muka dengan (calon)
pengguna data di kantor Unit Pengelola BDT

Pengarsipan Data Rilis (Data Archiving)


Unit Pengelola BDT bertanggung jawab untuk mengarsipkan data yang sudah pernah
dirilis kepada pihak pemohon data agar setiap permohonan data dari Kementerian/
Lembaga maupun Pemerintah Daerah dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar 7. Tampilan Panel Sistem Rekam Kerja
Gambar 6. Tampilan Panel Sistem Rekam Kerja

Gambar 14. Tahapan Pengarsipan Data (Data Archiving)

Pengarsipan data yang sudah pernah dirilis dimulai tepat setelah data diekstrak sesuai kriteria
program yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah penyelenggara
program (Gambar 14).

Folder Kerja dibuat dan diberi Nomor Tiket oleh Ekstraktor Data. Setelah itu, Folder Kerja di-zip;
dan, Ekstraktor Data melakukan filterisasi data pada Folder Kerja yang telah di-zip sebelumnya
sesuai FTL yang telah dikerjakan oleh PK. Pada tahapan yang sama, Ekstraktor Data juga
melakukan penamaan arsip dan membuat Kata Kunci untuk membuka CD data yang nantinya
akan diberikan kepada pemohon data.

Kemudian, data yang telah difilter tersebut di-zip dan diperiksa kesesuaian dan kualitasnya (oleh

Sumber: TNP2K
Koordinator Operasional). Pada tahap ini, status pengekstrakan data adalah Data Siap. Bila Data
Siap telah diperiksa, maka Ekstraktor Data akan melakukan penyimpanan data ke Folder Utama
Pengarsipan
berisi Data data yangData
Referensi, sudah
Siap,pernah dirilis
Histori, dan dimulai
Laporan, tepat
yang setelah
dibedakan data diekstrak
berdasarkan pemohonsesuai
data (Nasional atau Daerah). Folder Utama disimpan di Data Server dan Data Storage Backup.
kriteria program yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah
Folder Utama hanya dapat diakses oleh user yang memiliki akses khusus, sesuai fungsi dan
penyelenggara program (Gambar 8).
tugasnya masing-masing.

Standar penamaan arsip yang dilakukan oleh Ekstraktor Data dibedakan berdasarkan
Folder Kerja dibuat dan diberi Nomor Tiket oleh Ekstraktor Data. Setelah itu, Folder Kerja
permohonan yang masuk (permohonan data atau bantuan teknis). Tahapan yang harus dilalui
di-zip;
dalamdan, Ekstraktor
proses penamaan Data
arsipmelakukan
adalah sebagaifilterisasi
berikut: data pada Folder Kerja yang telah di-zip
sebelumnya sesuai FTL yang telah dikerjakan oleh PK. Pada tahapan yang sama, Ekstraktor
Data PENGEKSTRAKAN
juga melakukan penamaan PENAMAANarsip dan membuat Kata Kunci untuk membuka CD
PENGEMASAN
PENAMAAN FAIL DATA KE DALAM
DATA FOLDER
data yang nantinya akan diberikan kepada pemohon data. CD

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Baik untuk permohonan data maupun bantuan teknis, proses tindak lanjut akan menggunakan Untuk Program Perlindungan Sosial 35
Formulir Tindak Lanjut (FTL) dalam Sistem Rekam Kerja. Setiap data yang dirilis mendapatkan
nomor seri identitas. Nomor seri ini tercantum pada label CD yang berisi salinan-data tersebut
untuk mempermudah pelacakan data yang pernah dirilis bila diperlukan di kemudian hari. Berikut
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

Kemudian, data yang telah difilter tersebut di-zip dan diperiksa kesesuaian dan kualitasnya
(oleh Koordinator Operasional). Pada tahap ini, status pengekstrakan data adalah Data
Siap. Bila Data Siap telah diperiksa, maka Ekstraktor Data akan melakukan penyimpanan
data ke Folder Utama berisi Data Referensi, Data Siap, Histori, dan Laporan, yang
dibedakan berdasarkan pemohon data (Nasional atau Daerah). Folder Utama disimpan
di Data Server dan Data Storage Backup. Folder Utama hanya dapat diakses oleh user yang
memiliki akses khusus, sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing.

Standar penamaan arsip yang dilakukan oleh Ekstraktor Data dibedakan berdasarkan
permohonan yang masuk (permohonan data atau bantuan teknis). Tahapan yang harus
dilalui dalam proses penamaan arsip adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Tahapan Pengarsipan Data (Data Archiving)

Pengekstrakan Penamaan Penamaan Pengemasan


File data
Data Folder ke dalam CD

Sumber: TNP2K

Baik untuk permohonan data maupun bantuan teknis, proses tindak lanjut akan
menggunakan Formulir Tindak Lanjut (FTL) dalam Sistem Rekam Kerja. Setiap data yang
dirilis mendapatkan nomor seri identitas. Nomor seri ini tercantum pada label CD yang
berisi salinan-data tersebut untuk mempermudah pelacakan data yang pernah dirilis bila
diperlukan di kemudian hari. Berikut ini adalah standar penomoran identitas data:

A. Penamaan Folder untuk Permohonan Data dan Bantuan Teknis


1. Permohonan Data Nasional
Kode Nasional_Nama lembaga/Kementrian_ Nomor Tiket Permohonan
Contoh: 0_PPN BAPPENAS_ 981234
2. Permohonan Data Daerah
Kode Daerah_Nama Kabupaten/Kota_ Nomor Tiket Permohonan
Contoh: 1607_BANYU ASIN_538789

B. Penamaan Dokumen untuk Permohonan Data dan Bantuan Teknis


1. Permohonan Data Nasional
Kode Nasional_Nama lembaga/Kementrian_Nama Program
Contoh: 0_PPN BAPPENAS_ RUJUKAN TERPADU
2. Permohonan Data Daerah
Kode Daerah_Nama Kabupaten/Kota_Nama Program
Contoh: 1607_BANYU ASIN_BSM DAERAH

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


36 Untuk Program Perlindungan Sosial
PENATALAKSANAAN
LAYANAN BDT

C. Penamaan Label CD untuk Permohonan Data


Permohonan Data Nasional
a. Baris pertama berisi:
Lembaga/Kementrian yang meminta Data
Contoh: KEMENTRIAN SOSIAL
b. Baris kedua berisi: Nama Program
Contoh: PKH 2014
c. Pemberian Nomor: Kode CD_Nomor FTL/BDT/Bulan/Tahun
Contoh: 800.561/BDT/VIII/2014
D. Permohonan Data Daerah
a. Baris pertama berisi:
Nama Provinsi dari Kabupaten/Kota yang melakukan permohonan data
Contoh: Sulawesi Selatan
b. Baris kedua berisi: Nama Kabupaten/Kota
Contoh: Soppeng
c. Baris Ketiga:Pemberian Nomor
Kode CD_Nomor FTL/BDT/Bulan/Tahun
Contoh: 800.561/BDT/VIII/2014

E. Bantuan Teknis
a. Baris pertama berisi:
Nama Provinsi dari Kabupaten/Kota yang melakukan permohonan data
Contoh: Sulawesi Selatan
b. Baris kedua berisi: Nama Kabupaten/Kota
Contoh: Soppeng
c. Baris Ketiga: Pemberian Nomor
Kode CD_Nomor Tiket Permohonan Data/ BDT/ Bulan/ Tahun
Contoh: 800.257608/BDT/VIII/2014

Sumber: TNP2K

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 37
4
....................
Standar Sistem
Manajemen dan
Teknologi Informasi
Basis Data Terpadu
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

STANDAR SISTEM MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI


BASIS DATA TERPADU

D
alam pelaksanaan pengelolaan BDT berbasis TIK, Unit Pengelola BDT telah
mengembangkan:

Rancang Bangun Jaringan Komputer Unit Pengelola BDT

Rancang Bangun Ruang Pusat Data (Data Center) untuk menunjang
operasionalisasi BDT

Rancang Bangun layanan (services) berbasis TIK untuk menunjang
pemanfaatan BDT oleh pengguna internal dan eksternal :
a. Layanan Server
b. Layanan Aplikasi
c. Layanan Jaringan
Sistem keamanan untuk melindungi BDT dari akses oleh orang yang tidak
berhak ataupun dari bencana alam
Prosedur Pengolahan Data

RANCANG BANGUN JARINGAN KOMPUTER UNIT PENGELOLA


BDT

Jaringan komputer Unit Pengelola BDT merupakan bagian dari infrastruktur TIK (teknologi
informasi dan komunikasi) yang diperlukan untuk mendukung operasionalisasi BDT
dan dataset-dataset terkait lainnya. Kegagalan fungsi jaringan komputer sangat
mempengaruhi seluruh kegiatan Unit Pengelola BDT karena pengelolan BDT dilaksanakan
dengan berbasis TIK. Oleh karena itu, jaringan komputer yang dibangun harus memiliki
kehandalan dan ketersediaan (reliability and availability) yang tinggi. Untuk itu, rancang
bangun jaringan komputer Unit Pengelola BDT mengacu pada standar kehandalan dan
ketersediaan yang sudah diterapkan secara internasional.

Jaringan komputer Unit Pengelola BDT saat ini merupakan suatu redundant capacity
components site infrastruktur, yang menerapkan single path for power and cooling
distribution, termasuk redundant components yang memastikan ketersediaan 99,749%.
Tingkat ketersediaan tersebut dianggap sudah dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
BDT yang tidak bersifat real-time.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


40 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Tabel 8. Memastikan Keandalan Jaringan Komputer

Sumber: TNP2K

Catatan CPU = central processing unit; FLOOD = type of denial of service attack on a computer system; LAN =
local area network; RAID 5 = a system of backup drives for extra security.

RANCANG BANGUN RUANG PUSAT DATA UNIT PENGELOLA


BDT
Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT adalah ruangan utama untuk menempatkan
infrastruktur TIK (seperti servers, storages, serta peralatan TIK lainnya) yang diperlukan
dalam kegiatan pengolahan data BDT dan dataset terkait lainnya.

Dalam merancang Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT mengacu pada standar-standar
internasional sebagai berikut:
a. Standar ANSI/TIA18
Standar ANSI/TIA yang dirujuk dalam perancangan dan pembangunan Ruang
Pusat Data Unit Pengelola BDT antara lain adalah:
ANSI/TIA-942 Telecommunication Standard for Data Centers
18
ANSI/TIA (American National Standards Institute/ Telecommunications Industry Association) adalah asosiasi perusahaan di Amerika Serikat yang mengembangkan
standar-standar industri untuk berbagai jenis produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Asosiasi ini bersifat sukarela dan mengembangkan standar-standar
berdasarkan konsensus

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 41
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

ANSI/TIA-942-1, Data Center Coaxial Cabling Specification and Application


Distances
ANSI/TIA-942-2 telecommunication standards for data centres (addendum 2
additional guidelines for data centres).

b. Standar ISO/IEC6 JTC-119


ISO/IEC yang dirujuk dalam perancangan dan pembangunan Ruang Pusat Data
Unit Pengelola BDT antara lain adalah:
ISO/IEC 24764 Information technology generic cabling systems for data
centres
ISO/IEC 18010 Information technology pathways and spaces for customer
premises cabling

LAYANAN SERVER
a. Directory Services
Dalam konteks TIK, sebuah directory adalah sebuah struktur informasi yang berisi
daftar pengguna, komputer, peripherals dan hak akses (access right) dalam suatu
jaringan (network) komputer. Akses ke suatu jaringan komputer dimungkinkan oleh
karena adanya layanan directory. Layanan ini merupakan basis bagi berbagai layanan
lainnya, seperti:
Single sign-on services
Roaming user profiles
Automatic software distribution and installation
Rights management based on computer, clients and properties

19
SO/IEC JTC 1 adalah sebuah Joint Technical Committee (JTC) yang dibentuk ISO (International Organization for Standardization ) dan IEC (International
Electrotechnical Commission) yang bertugas untuk membuat, memelihara, mempromosikan, dan memfasilitasi standar-standar internasional di bidang TIK.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


42 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

b. File Server
File Server adalah sebuah komputer yang terhubung ke suatu jaringan (network)
yang menyediakan akses ke file-file komputer bagi laptop, workstation, komputer lain
yang terhubung ke jaringan tersebut. Layanan ini memungkinkan pengguna berbagi
(share) dan bertukar (exchange) fail dengan pengguna lainnya. Pengelolaan hak akses
sangatlah penting bagi layanan file server, karena tidak semua pengguna punya akses
ke semua fail.

c. Print Server
Layanan Print Server atau printer server adalah fitur jaringan yang memungkinkan satu
atau lebih printer digunakan secara bersama-sama oleh satu atau lebih pengguna
jaringan.

d. Database Server
Pada Pusat Data Unit Pengelola BDT, Database Server adalah server tempat dikelolanya
BDT dan dataset-dataset terkait lainnya, seperti PODES, SUSENAS, dsb. Karena itu akses ke
Database Server sangat dibatasi; hanya diberikan pada beberapa orang saja.

e. Application Server
Application Server memungkinkan perangkat lunak aplikasi (application software)
digunakan oleh lebih dari satu orang pengguna secara bersama-sama. Layanan
Application Server dapat berupa:
Sebuah server dalam jaringan yang menjalankan perangkat lunak aplikasi yang
sering dipakai oleh pengguna jaringan, atau
Sebuah server yang menjalankan aplikasi/logika bisnis (business logic) dari sebuah
program dalam arsitektur three-tier, berinteraksi dengan Database Server dan
mengelola akses oleh pengguna, atau
Sebuah web application server (WAS) yang menjalankan layanan web (web service)20
yang secara dinamis menghasilkan laman web (web pages) dalam suatu koneksi
Internet atau Intranet.

f. Mail Server
Mail Server atau message transfer agent (MTA) adalah sebuah komputer yang menangani
pesan-pesan elektronik (email) dalam suatu jaringan. Mail Server umumnya berfungsi
untuk menerima, mengirim, dan melangsungkan (forward) email.

g. Web Server
Fungsi utama dari sebuah Web Server (HTTP Server) adalah untuk mengirim halaman-
halaman web dari suatu jaringan ke pengguna berdasarkan permintaan (request). Unit
Pengelola BDT menyediakan akses terhadap informasi public yang dikelolanya melalui
situs web yang dibangun (http://bdt.tnp2k.go.id). Metode akses informasi yang sama
juga disediakan untuk keperluan staf/karyawan Unit Pengelola BDT melalui fasilitas
Intranet.
Web Service adalah layanan komunikasi (communication service) otomatis dalam Internet dan Intranet yang ditemukan, diinterpretasikan, dan digunakan
20

melalui prosedur-prosedur standar.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 43
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

LAYANAN APLIKASI

a. Stand Alone Application


Merupakan bentuk paling sederhana dari layanan aplikasi, yaitu perangkat lunak
aplikasi yang disimpan di server, di-load ke random access memory (RAM) milik komputer
pengguna, dan dijalankan disana. Layanan ini memungkinkan perangkat lunak aplikasi
dijalankan oleh pengguna sementara data tetap disimpan di server.

Layanan ini disediakan bagi pengguna yang memerlukan akses sementara ke informasi
yang dibatasi aksesnya, seperti data individu tingkat desa, untuk keperluan analisis
terkait penugasan/tupoksinya. Akses tersebut akan segera dicabut (revoke) begitu
pengguna menyelesaikan kegiatannya.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


44 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

b. ClientServer Application
Merupakan perangkat lunak aplikasi yang lebih rumit dimana bagian-bagian dari
program diluncurkan secara langsung dari server. Dalam hal BDT, misalnya, baik data
maupun perangkat lunak pengelolaan data (data management software)terdapat
pada server, sedangkan pengguna BDT menggunakan suatu antarmuka (interface)
untuk mengaksesnya. The components on client computers are called front ends, i.e.
software components that provide an interface to the actual database.

LAYANAN JARINGAN

a. Intranet
Intranet merupakan sebuah jaringan internal Unit Pengelola BDT yang berbasis
teknologi Internet dan hanya boleh diakses oleh karyawan atau orang lain yang
mendapat hak akses (staf K/L, staf Program, staf Pemda, pemasok, dsb.) Oleh karena
itu Intranet dilindungi dari akses oleh orang yang tidak berhak dengan menggunakan
sistem keamanan seperti firewall. Seperti halnya Internet, Intranet digunakan untuk
berbagi informasi. Unit Pengelola BDT membangun Intranet untuk menyediakan
berbagai layanan antara lain data storage, fungsi search and retrieval, mendiseminasikan
dokumen, dan untuk mengelola KM (knowledge management).

b. Remote Access
Selain jaringan komputer, Unit Pengelola BDT juga menyediakan akses jarak jauh
(remote access) dalam jumlah terbatas. Sementara ini remote access hanya diberikan
bagi pengguna yang harus bekerja dari rumah atau dari luar kantor Unit Pengelola BDT.
Demi alasan keamanan informasi, remote access hanya diberikan secara case-by-case.

Remote access dilakukan melalui koneksi Virtual Private Network (VPN). Koneksi VPN
memungkinkan transmisi data dalam keadaan terkode (encrypted) sehingga menjamin
keamanannya selama dalam perjalanan dari server ke client dan sebaliknya.

c. Web Services
Unit Pengelola BDT menyediakan layanan web services untuk mengakomodasi
kebutuhan kebutuhan unit-unit lain yang akan menyediakan informasinya dalam
bentuk web. Layanan ini meliputi penyediaan hosting space, penyediaan bandwith
yang mencukupi, keamanan jaringan web services dan layanan informasi dari Unit
Pengelola BDT sendiri.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 45
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

SISTEM KEAMANAN DATA

Unit Pengelola BDT perlu mengembangkan standar prosedur untuk menjamin keamanan
Basis Data Terpadu dengan mempertimbangkan 3 (tiga) elemen sebagai berikut:

1. Keamanan (Safety)
2. Kualitas (Quality)
3. Biaya (Cost)

Standar prosedur keamanan data bersifat dinamis artinya perlu ditinjau-ulang secara
periodik untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan kebutuhan pemakai, sistem
dan teknologi, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Manajemen Sistem Keamanan


Manajemen sistem keamanan diterapkan untuk melindungi informasi BDT dari akses oleh
orang yang tidak berhak. Sistem keamanan dirancang dengan mengacu pada standar-
standar dan best practices (lokal dan internasional) dan dituangkan dalam berbagai
kebijakan pengelolaan sistem berikut:

Kebijakan Keamanan Personalia
Untuk melindungi BDT, Unit Pengelola BDT menerapkan Kebijakan Keamanan
Personalia (Personnel Security Policy). Secara garis besar, kebijakan ini meliputi:

1. Bagi setiap staf baru, Unit Pengelola BDT akan:


Menyiapkan perangkat TIK yang diperlukan sesuai tupoksi staf yang
bersangkutan.
Menyiapkan user account untuk mengakses Intranet, Internet, jaringan lokal,
email, dan lain-lain disesuaikan dengan tupoksi staf yang bersangkutan.
Menerapkan NDA (Non-Disclosure Agreement) untuk melindungi data dan
informasi BDT serta dataset terkait lainnya. NDA merupakan bagian tak
terpisahkan dari kontrak kerja dengan Unit Pengelola BDT.

2. Bagi setiap staf yang keluar atau berhenti, Unit Pengelola BDT akan:
Menarik kembali semua perangkat TIK yang dipakai staf yang bersangkutan.
Menon-aktifkan semua user account yang diberikan pada staf yang
bersangkutan.
Menon-aktifkan semua akun email dan instant messaging TNP2K and Unit
Pengelola BDT.

3. Secara periodik melaksanakan program penyadaran keamanan informasi


(information security awareness program) kepada seluruh staf Unit Pengelola
BDT serta staf pokja dan unit lainnya dalam TNP2K.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


46 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Dalam setiap kebijakan (policy) terkait pengelolaan BDT dicantumkan klausul sebagai
berikut:

Any employee found to have violated


this Policy may be subject
to disciplinary action, up to
and including termination of employment.

Kebijakan Informasi Publik


Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik maka Unit Pengelola BDT telah Mengklasifikasikan informasi
BDT ke dalam dua kelompok besar:

Informasi Publik, yaitu informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,


dan/atau diterima oleh Unit Pengelola BDT terkait penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.

Informasi Publik Yang Dikecualikan, yaitu informasi yang bersifat rahasia


sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum yang
didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu
informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan
dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi
kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.

Kebijakan Informasi Publik diterapkan dengan mengacu ke UU Nomor 14 Tahun


2008 tersebut, dengan garis besar sebagai berikut:
Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna
Informasi Publik.
Informasi Publik Yang Dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Oleh karena
itu, Informasi Publik Yang Dikecualikan hanya akan diberikan oleh Unit
pengelola BDT kepada pengguna yang memenuhi ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.

Kebijakan Keamanan Data


Kebijakan keamanan data memberikan panduan dan rekomendasi untuk
pembuatan, penyimpanan, penanganan, reproduksi, transmisi, dan

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 47
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

pemusnahan informasi, khususnya informasi yang dikecualikan yang ada


dalam Basis Data Terpadu (BDT).
Data-data yang dikelola Unit Pengelola BDT disimpan ke dalam repository.
Data repository yang digunakan adalah repository lokal yang secara fisik
berada dalam infrastruktur TIK milik Unit Pengelola BDT dan berada di wilayah
Negara Republik Indonesia.
Jika diperlukan, data-data dapat disimpan dalam media awan pribadi (private
cloud) milik Unit Pengelola BDT dan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Informasi-informasi yang bersifat rahasia (confidential) atau terbatas
(restricted) bila akan dimusnahkan harus melalui prosedur pemusnahan data
dengan dihapus (wipe) secara fisik dan electronik.

Kebijakan Akses BDT


Kebijakan akses BDT mengatur tata-cara akses ke BDT serta dataset terkait lainnya
yang dikelola Unit Pengelola BDT untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality),
keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability) basis data.
Akses penuh ke basis data diberikan kepada Database Administrator sesuai
tupoksinya.
Staf Unit Pengelola BDT yang memerlukan akses ke basisdata harus
berkoordinasi dengan Database Administrator untuk mendapatkan hak akses
ke database tersebut dengan diketahui oleh pimpinan Unit Pengelola BDT.

Kebijakan Akses Melalui VPN (Virtual Private Network)


Kebijakan akses melalui VPN memberikan panduan dalam pengelolaan dan
penggunaan akses jarak jauh (remote access) menggunakan koneksi VPN.
Akses VPN hanya diberikan untuk kegiatan pemeliharaan perangkat TIK
dari jarak jauh (remote maintenance) yang dilakukan oleh bagian yang
berkepentingan, misalnya System Administrator, Database Administrator.
Pengguna akhir (end user) tidak diperkenankan menggunakan akses VPN,
namun apabila diperlukan dalam keadaan mendesak bisa meminta ijin
kepada pimpinan dari Unit Pengelola Data BDT.

Kebijakan Keamanan Infrastruktur TIK


Kebijakan keamanan infrastruktur TIK memberikan panduan dan rekomendasi
dalam perancangan, pengembangan, pengoperasian, dan pemeliharaan
infrastruktur TIK.
Perancangan dan pengembangan infrastruktur TIK harus disesuaikan dengan
kebutuhan Unit Pengelola BDT.
Pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur TIK harus dilakukan secara berkala
dengan bekerja sama dengan pemasok resmi (authorized dealer/vendor).

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


48 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Perangkat (equipment) dipilih dengan memperhatikan ketersediaan di


pasar lokal, jaminan purna jual, dan kredibilitas serta fleksibilitas dari pemasok
perangkat.

Kebijakan Penggunaan Peralatan


Kebijakan penggunaan peralatan (equipment) mengatur tata-cara penggunaan
peralatan milik Unit Pengelola BDT. Penggunaan yang sembarangan dapat
menimbulkan berbagai risiko, seperti serangan virus, terganggunya layanan
dan jaringan komputer, serta permasalahan hukum.
Perangkat komputer dan laptop yang terhubung dengan jaringan komputer
Unit Pengelola BDT harus memiliki program antivirus standar.
Perangkat komputer pribadi (PC) dan Laptop di lingkungan Unit Pengelola
BDT hanya boleh dipasang (install) aplikasi pendukung kerja yang memiliki
lisensi resmi.
Pengguna akhir (end-user) tidak diperbolehkan melakukan pemasangan
aplikasi sendiri, semua proses pemasangan aplikasi harus melalui System
Administrator.

Kebijakan Penggunaan Perangkat Bergerak (Mobile)


Kebijakan penggunaan perangkat bergerak memberikan panduan dan
rekomendasi dalam penggunaan perangkat komputasi dan penyimpanan
bergerak (mobile computing and storage devices) yang mengakses atau
menyimpan sumberdaya informasi Unit Pengelola BDT.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 49
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Kebijakan Penggunaan Removable Storage


Kebijakan penggunaan removable storage mengatur tata-cara penggunaan
media penyimpan yang dapat dilepas (removable storage media) untuk
meminimalkan risiko kehilangan atau terpaparnya informasi BDT yang
dikecualikan dan untuk mengurangi risiko berjangkitnya infeksi antivirus dan
malware pada peralatan-peralatan yang dioperasikan oleh Unit Pengelola BDT.
Penggunaan enkripsi pada perangkat storage yang dapat dilepas.
Pengendalian removable storage media melalui satu dashboards terpadu.
Perangkat removable storage media harus bersih dari malware dan virus,
melalui proses scanning antivirus di komputer pribadi (PC) dan/atau Laptop.

Kebijakan Keamanan Server


Kebijakan keamanan server mengatur konfigurasi dasar (base configuration)
dari perangkat-perangkat server internal yang dimiliki atau dioperasikan oleh
Unit Pengelola BDT.
Server dilindungi dengan aplikasi antivirus dan firewall
Server operasional yang mengelola BDT tidak dapat diakses melalui remote
akses
Server tidak boleh diakses oleh pengguna akhir (end user) secara langsung
onsite, kecuali oleh System Administrator dan Database Administrator dari Unit
Pengelola BDT yang memang ditugaskan untuk itu.
Staf lain yang memerlukan akses langsung ke server onsite harus memiliki ijin
dari pimpinan Unit Pengelola BDT dan didampingi oleh Sytem Administrator
yang ditugaskan.
Akun pengguna (user account) dan kata kunci (password) Administrator Server
hanya boleh dipegang oleh System Administrator yang ditugaskan dan tidak
boleh dipindah-tangankan.

Kebijakan Pengembangan Website


Kebijakan pengembangan website memuat panduan dan rekomendasi dalam
perancangan, pengembangan, pengoperasian, dan pemeliharaan situs web
Unit Pengelola BDT.

Kebijakan Penggunaan Email


Kebijakan penggunaan email mengatur tata-cara penggunaan email dalam
lingkungan Unit Pengelola BDT. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga citra Unit
Pengelola BDT di mata publik, sebab publik cenderung menganggap email
sebagai pernyataan kebijakan resmi (official policy statement) dari sebuah
instansi.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


50 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Komunikasi yang berisi informasi dan kegiatan resmi lain di Unit Pengelola
Data BDT wajib menggunakan email kantor.
Standarisasi tanda-tangan (signature) email.

Kebijakan Penggunaan Internet


Kebijakan penggunaan Internet mengatur tata-cara penggunaan Internet
di lingkungan Unit Pengelola BDT. Penggunaan Internet yang sembarangan
dapat menimbulkan berbagai risiko, seperti serangan virus dan malware,
terganggunya layanan dan jaringan komputer, serta permasalahan hukum.
Penggunaan Internet hanya diperbolehkan untuk kegiatan yang menunjang
tupoksi Unit Pengelola BDT.
Akses Internet dikendalikan dengan melakukan penyaringan (filtering) dan
pemblokiran (blocking) situs-situs web yang dicurigai memuat virus, malware,
pornografi, perjudian, dan memuat konten yang ofensif dan tidak pantas
(offensive and inappropriate).

Kebijakan Penggunaan Password


Kebijakan penggunaan kata kunci (password) meliputi panduan dan
rekomendasi pembuatan, perlindungan, dan perubahan kata sandi (password).
Kata sandi harus memiliki panjang minimal 8 karakter terdiri dari huruf besar,
kecil, angka dan karakter numerik.
Kata sandi harus diganti dalam rentang waktu berkala.

Kebijakan Penggunaan Enkripsi


Enkripsi digunakan untuk mengkodekan data sehingga tidak bisa dibaca secara
langsung.
Kebijakan penggunaan enkripsi memberikan panduan dalam penggunaan
algoritme untuk mengkodekan (encrypt) data.
Penggunaan algoritme enkripsi dibatasi pada algoritme yang sudah mendapat
review publik secara luas dan sudah terbukti dapat bekerja secara efektif.

Prosedur Operasional
Kebijakan-kebijakan tersebut diterapkan Unit Pengelola BDT melalui berbagai prosedur
operasional, antara lain:

Prosedur Penggunaan Firewalls


Menggunakan mekanisme pengendalian akses (access control mechanism) guna
mendukung implementasi kebijakan-kebijakan terkait keamanan sistem dan jaringan
komputer.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 51
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Prosedur pengamanan Network Servers


Menerapkan CIA Triad:
1. Confidentialitymenjaga kerahasiaan (confidentiality) informasi yang disimpan
dalam server.
2. Integritymenjaga keutuhan/integritas (integrity) informasi yang disimpan
dalam
server.
3. Availabilitymenjaga ketersediaan (availability) layanan-layanan (services) server.

Memaksimalkan keamanan dari setiap server dalam jaringan computer Unit Pengelola
BDT.
Mengenali ancaman (threat) terhadap keamanan server serta memulihkan server
apabila terjadi kebobolan sistem keamanannya (security breaches).

Prosedur pengamanan Public Web Servers


Meng-install perangkat server yang aman.
Konfigurasi perangkat lunak Web Server serta sistem operasinya.

Prosedur pengamanan Desktop Workstations


Pada dasarnya sama dengan standar prosedur untuk Mengamankan Server Jaringan

Prosedur pendeteksian Signs of Intrusions


Mengumpulkan dan me-review informasi-informasi untuk mendeteksi adanya intrusi,
menentukan data, sistem, dan jaringan mana yang telah diserang, serta mengetahui
jenis kebobolan yang dialami (kerahasiaan, keutuhan/integritas, atau ketersediaan
layanan).

Prosedur Responding to Intrusions


Langkah-langkah yang harus diambil untuk memulihkan data dan sistem ke keadaan
semula, setelah mengalami intrusi.

Sistem Keamanan Fisik


Secara garis besar pengamanan fisik terkait pengelolaan BDT meliputi:

1. Pembentukan batas-batas keamanan fisik (physical security perimeters) untuk


melindungi daerah-daerah tertentu, seperti Kantor, Pusat Data, fasilitas BDT, dan
lain-lain.
2. Penggunaan alat kendali fisik untuk daerah-daerah tertentu, seperti kunci, pintu
dengan air-lock system, alat pemindai jari, dan sebagainya.
3. Melindungi informasi dan fasilitas terkait BDT dari bencana dan ancaman pihak
luar.
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
52 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

4. Membangun prosedur-prosedur untuk mengendalikan kegiatan kerja di daerah-


daerah yang dilindungi.
5. Mencegah akses oleh orang-orang yang tidak berhak (unauthorized persons).

Upaya untuk pengamanan fisik Ruang Kantor Unit Pengelola BDT meliputi antara lain:

1. Penempatan anggota Satuan Pengamanan (Satpam)


2. Penggunaan Security Card untuk masuk pintu utama gedung
3. Penggunaan Security Card berbeda untuk masuk pintu ke Ruang Kantor Unit
Pengelola BDT
4. Penggunaan pintu ganda sebagai pintu masuk ke Ruang Kantor Unit Pengelola
BDT yang dilengkapi dengan airlock system
5. Pengoperasian CCTV sepanjang waktu (24/7)

Selain itu, Ruang Pusat Data yang terletak di dalam Ruang Kantor Unit Pengelola BDT
dilengkapi dengan:
1. Dinding Ruang Pusat Data dilapisi lempengan baja
2. Pintu masuk Ruang Pusat Data dilengkapi dengan sistem keamanan biometrik
(sidik jari) serta kunci manual
3. Akses ke Ruang Pusat Data Unit Pengelola BDT dibatasi hanya untuk personil
yang memerlukan akses fisik karena tugas-tugasnya
4. Dilengkapi sensor asap dan peralatan pemadam kebakaran otomatis

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 53
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Sedangkan untuk melindungi media penyimpan data dan informasi BDT serta dataset
terkait lainnya, Unit Pengelola BDT telah:
1. Membuat kebijakan dan prosedur terkait pengelolaan removable media.
2. Membuat kebijakan dan prosedur untuk pembuangan (disposal) dan pemusnahan
informasi tercetak serta removable media.
3. Membuat kebijakan dan prosedur untuk pertukaran data dan informasi
menggunakan removable media.

Rencana Pemulihan Dari Bencana (Disaster Recovery Plan)

Bencana adalah peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan bersifat sangat
merusak. Berbagai jenis bencana yang bersifat merusak antara lain:

Bencana alam yang timbul akibat kondisi geografis dan geologis.


Bencana kebakaran akibat faktor lingkungan dan sistem kelistrikan yang tidak baik
(faulty).
Terhentinya pasokan listrik akibat kerusakan pada jaringan listrik.
Kerusakan perangkat atau sistem, akibat kesalahan manusia atau karena malfungsi.
Serangan virus yang merusak perangkat, sistem, atau data.
Serangan teroris.
Bencana tersebut di atas dapat mengakibatkan terhentinya operasional sistem informasi
Unit Pengelola BDT sehingga mengganggu kegiatan operasional. Unit Pengelola BDT
mengembangkan kebijakan terkait rencana pemulihan dari bencana (Disaster Recovery
Plan Policy) yang antara lain memuat:

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


54 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Rencana Tanggap Darurat (Computer Emergency Response Plan)


Siapa yang harus dihubungi, kapan, dan bagaimana?
Tindakan-tindakan yang harus diambil pada saat terjadinya peristiwa tertentu?

Rencana Pergantian Staf


Menjelaskan tentang arus tanggung-jawab jika staf tertentu tidak berada di
tempat atau tidak bisa menjalankan tugasnya.
Data study
Memuat rincian tentang data yang tersimpan dalam sistem, tingkat kekritisannya,
serta tingkat kerahasiaannya.
Daftar Layanan Kritis
Daftar semua layanan (services) Unit Pengelola BDT dan urutan prioritasnya. Juga
dijelaskan urutan pemulihan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Rencana Backup dan Restorasi Data
Memuat rincian tentang data yang di-backup, media yang digunakan, tempat
media disimpan, dan seberapa sering backup dilakukan. Selanjutnya juga dijelaskan
cara mendapatkan kembali data tersebut.
Rencana Penggantian Peralatan
Menjelaskan tentang peralatan yang diperlukan untuk memulai layanan
(services), urutan diperlukannya peralatan, dan dimana peralatan-peralatan
tersebut dapat dibeli.
Pengelolaan Media Massa
Menjelaskan tentang siapa yang bertugas memberikan informasi ke media
massa dan informasi apa yang dapat dirilis terkait penanganan keadaan emergensi
ini.

PROSEDUR PENGOLAHAN DATA

Data Cleaning
Data cleansing, data cleaning or data scrubbing is the process of detecting and correcting (or
removing) corrupt or inaccurate records from a record set, table, or database. Used mainly in
databases, the term refers to identifying incomplete, incorrect, inaccurate, irrelevant, etc. parts
of the data and then replacing, modifying, or deleting this dirty data or coarse data21 .

Data cleaning adalah kegiatan pengelolaan data yang dilakukan oleh Unit Pengelola
BDT setelah terjadinya serah terima data. Unit Pengelola BDT memanfaatkan perangkat-
perangkat tertentu untuk mendapatkan kriteria-kriteria kualitas data yaitu:

21
Wu, S. (2013), A review on coarse warranty data and analysis, Reliability Engineering and System 114: 111

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 55
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Validity: adalah kriteria yang menentukan tingkat validnya isi data yang diterima
BDT sesuai ketentuan pada keterangan data tersebut. Kriteria validity mengacu pada
metode-metode pengujian sebagai berikut:
Pengujian Data-Type Constraints: Menentukan apakah jenis data yang diterima
telah sesuai.
Pengujian Range Constraints: Menentukan apakah isi data tidak melampaui nilai
minimum atau maksimum yang telah ditentukan.
Pengujian Mandatory Constraints: Menentukan apakah data yang wajib telah
terisi sesuai ketentuan.
Pengujian Unique Constraints: Menentukan apakah isi baris data telah unik
sesuai ketentuan identifikasi unik.
Pengujian Foreign-key constraints: Menentukan apakah data referensi suatu baris
data telah terhubung dengan daftar referensi sesuai ketentuan.
Pengujian pola Regular expression: Menentukan apakah isi data teks tertentu
telah sesuai dengan pola isian teks tertentu (misalnya alamat atau nomor KTP)
Pengujian Cross-field validation: Menentukan apakah kombinasi nilai-nilai pada
baris data telah sesuai dengan ketentuan kombinasi yang diizinkan.

Accuracy: adalah kriteria yang menentukan tingkat ketepatan data yang diterima
terhadap kondisi sebenarnya. Unit Pengelola BDT dapat melakukan seluruh atau
sebagian proses berikut untuk memastikan akurasi dari data yang diterima:

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


56 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Melakukan pemeriksaan langsung (spot-checks) ke lapangan secara sampling


acak atau lainnya dari data yang diterima.
Memeriksa keberadaan isi data tertentu pada basis data lainnya, misalnya dengan
basis data kependudukan, basis data pada fasilitas kesehatan/pendidikan/finansial
dan basis data lainnya. Pemeriksaan ini difasilitasi melalui kegiatan data matching.

Completeness: adalah kriteria tingkat kelengkapan isi data sesuai dengan keterangan
data tersebut. Unit Pengelola BDT dapat melakukan pemeriksaan keberadaan isi data
tertentu pada basis data lainnya, misalnya dengan basis data kependudukan, basis data
pada fasilitas kesehatan/pendidikan/finansial dan basis data lainnya. Data hasil
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melengkapi data yang diterima Unit Pengelola
BDT.

Consistency: adalah kriteria yang menentukan tingkat konsistensi yang sama


terhadap keseluruhan isi baris data yang diterima oleh Unit Pengelola BDT. Unit
Pengelola BDT hanya memproses data dengan tingkat konsistensi tinggi, atau data
yang dapat diperbaiki tingkat konsistensinya.

Uniformity: adalah kriteria yang menentukan tingkat keseragaman dari keseluruhan


data yang diterima. Unit Pengelola BDT melakukan proses-proses pada data yang
diterima untuk memastikan data yang tersimpan mengikuti unit ukuran yang
digunakan dalam BDT.

Kriteria-kriteria di atas merupakan acuan yang digunakan Unit Pengelola BDT dalam
menemukan error pada data yang diterima dan melakukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan pada data tersebut.

Untuk mencapai kriteria2 diatas Unit Pengelola BDT dalam pelaksanaannya melakukan
seluruh atau sebagian dari kegiatan-kegiatan berikut:

Parsing: Kegiatan ini mendeteksi apakah isi data dapat dibaca sesuai keterangan
data tersebut. Parser menganalisa apakah data yang diterima dapat digunakan
sesuai keterangan dan menandai adanya error pada data tersebut.

Data transformation: Kegiatan ini memindahkan data dan memformat data sesuai
perangkat aplikasi pengelolaan basis data yang digunakan Unit Pengelola BDT.
Proses ini juga melakukan konversi dan normalisasi terhadap isi data apabila terdapat
error atau apabila tidak sesuai dengan keterangan yang ada.

Duplicate elimination: Kegiatan ini ini menghapus isi baris data yang terindikasi
duplikat dengan baris data lainnya. Unit Pengelola BDT hanya diizinkan menghapus
data yang duplikat 100 persen untuk mencegah potensi hilangnya data yang valid.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 57
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Statistical methods: Kegiatan ini melakukan analisa statistik seperti: mean,


standard deviation, range, or clustering algorithms. Proses ini mengacu pada cross-
reference batas statistik dari basis data lainnya yang setara untuk menemukan error
pada basis data. Statistical methods juga dapat digunakan untuk memperbaiki isi
data dengan nilai data lainnya yang telah melalui proses augmentation algorithm
dan extensive cross-reference.

Pada akhir proses data cleaning, Unit Pengelola BDT menyampaikan tingkat kemanfaatan
data yang diterima, apakah data dapat digunakan seluruhnya atau hanya sebagian
berdasarkan kriteria-kriteria kualitas data diatas.

Data filtering
Data filtering or Information filtering is a system that removes redundant or unwanted
information from an information stream using (semi)automated or computerized methods
prior to presentation to a human user. Its main goal is the management of the information
overload and increment of the semantic signal-to-noise ratio. To do this the users profile
is compared to some reference characteristics. These characteristics may originate from
the information item (the content-based approach) or the users social environment (the
collaborative filtering approach)22 .

Data filtering adalah kegiatan pengolahan data yang dilakukan oleh Unit Pengelola BDT
dalam memenuhi permintaan data oleh pemakai. Unit Pengelola BDT menerapkan
langkah-langkah data filtering sebagai berikut:

Requirement analysis: Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari


permintaan data. Dari kegiatan ini didapatkan informasi tentang cakupan data yang
akan digunakan pada langkah selanjutnya yaitu:
Cakupan klasifikasi data: Menentukan klasifikasi data yang dibutuhkan, termasuk
didalamnya jenis entitas data (rumah tangga dan individu), tingkat agregasi (detil
entitas atau agregasi atribut data tertentu) dan tingkat konfidensialitas data yang
dibutuhkan (dengan atau tanpa Nama dan Alamat).
Cakupan wilayah: Menentukan batasan data yang dibutuhkan secara wilayah
berdasarkan konsep pembagian wilayah administratif Indonesia.
Cakupan waktu: Menentukan batasan data berdasarkan rentang waktu
berlakunya data yang dibutuhkan
Cakupan atribut entitas: Menentukan batasan data berdasarkan atribut dari
entitas data yang tersedia (misalnya jenis kelamin kepala rumah tangga atau
jenis lapangan kerja individu)
Format data elektronis: Menentukan jenis format data elektronis yang dapat
digunakan untuk menampung hasil data filtering.

22
Hanani, U., Shapira, B., Shoval, P. (2001) Information filtering: Overview of issues, research and systems. User Modeling and User-Adapted Interaction, 11, pp. 203259

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


58 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Filter formatting: This activity prepares the filter according to a format that can be
executed by the computer device used by the UDB management unit. This process
can be done automatically or semi-automatically depending on the complexity of
the needs assessment.

Data transformation: This activity formats the filtered data according to the
requirements of the analysis.

Data matching

Data matching is the task of identifying, matching, and merging records that correspond to
the same entities from several databases. The entities under consideration most commonly
refer to people, such as patients, customers, tax payers, or travellers, but they can also refer to
publications or citations, consumer products, or businesses. A special situation arises when
one is interested in nding records that refer to the same entity within a single database, a task
commonly known as duplicate detection. Over the past decade, various application domains
and research elds have developed their own solutions to the problem of data matching, and
as a result this task is now known by many different names. Besides data matching, the names
most prominently used are record or data linkage, entity resolution, object identication, or
eld matching23.

Data matching (pencocokan data) adalah kegiatan pengolahan data yang dilakukan
oleh Unit Pengelola BDT dalam memenuhi permintaan data yang bersifat khusus. Unit
Pengelola BDT menerapkan langkah- langkah pencocokan data sebagai berikut:

Data pre-processing: Langkah ini dilakukan untuk memastikan data yang akan
dicocokan dengan BDT disiapkan dalam format yang digunakan oleh perangkat
pengolahan data yang dikelola Unit Pengelola BDT. Seluruh proses selanjutnya
dijalankan pada perangkat pengolahan data tersebut.

Indexing: Langkah ini dilakukan untuk mengurangi quadratic complexity dari


kegiatan pencocokan data dengan membangun struktur indeks informasi yang
dapat secara efektif menghasilkan data yang berpotensi match. Langkah ini dapat
melibatkan proses seleksi kolom data yang digunakan hingga memastikan
kesamaan jenis data pada informasi yang akan di matching.

Record pair comparison: Langkah ini menjalankan algoritma pencocokan pada


kedua struktur indeks informasi yang telah dibangun pada langkah sebelumnya.
Algoritma pencocokan yang digunakan sebagai acuan oleh Unit Pengelola BDT
diantaranya:

Exact match: Algoritma ini membandingkan isi data yang dicocokan secara
sama-persis.

23
Peter Christen (2012) Data Matching: Concepts and Techniques for Record Linkage, Entity Resolution, and Duplicate Detection (Data-Centric Systems and
Applications)

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 59
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Approximate match: algoritma ini membandingkan isi data yang dicocokan


secara kemiripan. Beberapa algoritma yang umum diterapkan adalah: Levenstein
distance, JaroWinkler distance dan regular-expression comparison.
Triangulation confirmation: Algoritma ini memeriksa keterhubungan beberapa
algoritma pencocokan yang dijalankan pada kolom data yang dijadikan acuan.
Algoritma ini memungkinkan hasil dapat disusun kedalam klasifikasi tertentu.

Classication step: Langkah ini mengelompokan pasangan-data yang


dinyatakan match ke dalam beberapa kelompok bergantung pada decision
model yang diterapkan. Pengelompokan yang umum dilakukan adalah:

Matches: Jumlah pasangan data pada kedua basis data yang dianggap sama.
Umumnya terbagi menjadi:
Hard matches: Data dinyatakan sama persis. Umumnya merupakan hasil terbaik
dari algoritma exact match.
Soft matches: Data dinyatakan sangat mirip. Umumya merupakan hasil terbaik
dari kombinasi algoritma approximate match dengan triangulation confirmation.
Untuk mempermudah pengguna mengambil keputusan, hasil biasanya disajikan
dalam gradasi kemiripan tertentu berdasarkan jumlah algoritma pencocokan
yang dijalankan pada isi data tertentu.

Non-matches: This is all the data found that does not match with the UDB
data. It may include data that is entirely different or soft-match data subsequently
determined as non-matching.

Evaluation step: Jumlah data yang dinyatakan tidak sama (tidak ditemukan)
dengan data pada BDT. Data ini dapat terdiri dari isi data yang seluruhnya tidak sama
atau isi data dari soft-match yang dinyatakan sebagai tidak sama.

Archiving and Tracking of Released Data

Archiving and tracking of released data diterapkan secara bertingkat oleh Unit Pengelola
BDT guna melindungi seluruh hasil proses pengolahan data dari potensi kerusakan dan
memastikan hasil-hasil tersebut telusuri dan di periksa secara baik apabila diperlukan.

Beberapa kegiatan yang dijadikan acuan oleh Unit Pengelola BDT adalah sebagai berikut:
Penyimpanan secara hard-copy seluruh dokumen proses permintaan data sebagai
referensi.
Penyimpanan secara soft-copy (file server) seluruh seluruh dokumen proses
permintaan data sebagai referensi.
Pencatatan proses permintaan data kedalam aplikasi work request management
(database server).
Penyimpanan seluruh script/program (file server) yang dijalankan oleh oleh perangkat
pengolahan data yang dikelola Unit Pengelola BDT.
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
60 Untuk Program Perlindungan Sosial
STANDAR SISTEM MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Penyimpanan hasil proses dan hasil akhir dalam perangkat pengolahan data
(database server) yang dikelola Unit Pengelola BDT.
Penyimpanan salinan data elektronik (file server) yang diserahkan sebagai referensi.

Unit Pengelola BDT juga memastikan bahwa keseluruhan berkas elektronik baik dalam
file server maupun database server juga memiliki backup sesuai dengan Disaster Recovery
Plan Policy.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 61
5
......................
Konsep Sistem
Penanganan Keluhan
dan Pemutakhiran
Basis Data Terpadu
PEMUTAKHIRAN BDT

Sistem Penanganan Keluhan

Tujuan utama Sistem Penanganan Keluhan adalah untuk mefasilitasi proses yang terkait
dengan isu dan kebutuhan yang berbeda dari setiap pemangku kepentingan, termasuk
penerima atau calon penerima manfaat program, lembaga pemerintah pelaksana
program, lembaga non pemerintah dan lembaga lain yang terkait dengan perencanaan
dan pelaksanaan program perlindungan sosial. Secara khusus, Sistem Penanganan
Keluhan berupaya untuk :
Menanggapi secara cepat dan efektif untuk keluhan dan ketidakpuasan terkait
penetapan sasaran atau kepesertaan
Mendukung pelaksanaan program perlindungan sosial yang transparan, terbuka,
partisipatif, dan akuntabel
Melakukan pemutakhiran BDT, serta mengurangi exclusion dan inclusion errors
dalam kepersertaan program-program perlindungan sosial.
Batasan: minor updating mengenai detil informasi data peserta program dilakukan oleh
penyelenggara program, bukan Unit Pengelola BDT.
Sistem Penanganan Keluhan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut ini:

Sederhana dan mudah diakses: Prosedur penyampaian keluhan dan pemberian solusi
dibuat sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh bermacam-macam
pemangku kepentingan. Penyampaian keluhan dapat dilakukanmelalui beberapa
saluran (akan dijelaskan pada bagian selanjutnya dari Bab ini).
Transparan: Informasi mengenai Sistem Penanganan Keluhan disosialisasikan secara
luas dan aktif kepada pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga lain mulai dari
tingkat esa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional.
Tepat waktu: Proses penanganan keluhan memiliki tenggat waktu mulai dari
penerimaan keluhan hingga penyampaian solusi - yang ditentukan oleh Unit Pengelola
BDT sesuai dengan kompleksitas jenis keluhannya.
Hak untuk banding: Disediakan saluran-saluran untuk melakukan banding bila
penyampai keluhan merasa tidak puas dengan solusi atas keluhan mereka.
Kerahasiaan: Identitas penyampai keluhan dijaga kerahasiaannya, kecuali bila diminta
untuk melakukan sebaliknya.
Akuntabilitas: Setiap agen yang terkait dengan penanganan keluhan memiliki peran
dan tanggung jawab yang spesifik, dimana pelaksanaannya dipantau secara internal dan
eksternal (termasuk oleh lembaga non pemerintah dan media massa).
Adil: Setiap keluhan ditangani dengan prosedur yang sama tanpa membedakan
siapa yang mengajukan atau pihak mana yang mendapatkan keluhan.
Langkah-langkah dalam Sistem Penanganan Keluhan adalah sebagai berikut:
Penyampaian keluhan
Pencatatan keluhan ke dalam sistem manajemen informasi/distribusi
Pencarian fakta dan pengambilan keputusan
Penyampaian respon/keputusan

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


64 Untuk Program Perlindungan Sosial
PEMUTAKHIRAN BDT

Berikut ini adalah penjelasan untuk setiap langkah:

Penyampaian keluhan
Penyampaian keluhan dapat dilakukan melalui beberapa cara, termasuk:
Disampaikan secara langsung oleh individu/keluarga/rumah tangga dengan
mengisi formulir penyampaian keluhan dan mengirimkannya kepada Unit
Pengelola BDT.
Secara tidak langsung (melalui lembaga pelaksana program atau TKPK di daerah).
Misalnya, terdapat individu/keluarga/rumah tangga yang merasa layak menjadi
penerima manfaat dari suatu program, namun tidak termasuk dalam daftar
penerima manfaat program yang diterbitkan dari BDT. Individu/keluarga/rumah
tangga tersebut dapat berkonsultasi dengan unit pelaksana program di daerah
atau TKPK setempat untuk kemudian dibantu mengisi formulir penyampaian
keluhan dan mengirimkannya ke Unit Pengelola BDT.
Cara lainnya, misalnya bila pemerintah daerah atau LSM mengidentifikasi adanya
kelompok masyarakat tertentu yang tereksklusi dari program.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 65
PEMUTAKHIRAN BDT

Penyampaian keluhan dapat dilakukan melalui surat (yang dikirimkan melalui jasa pos),
sms, situs web Unit Pengelola BDT, dan lain-lain. Staf dari lembaga pelaksana program
dapat mengunduh formulir penyampaian keluhan dari situs web Unit Pengelola BDT dan
membantu individu/keluarga/rumah tangga mengisi formulir tersebut bila diperlukan.
Unit Pengelola BDT berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga penyelenggara program
berskala nasional (misalnya PKH, Jamkesmas, BSM, dan Raskin) untuk membangun
mekanisme pengumpulan keluhan yang sesuai dengan keperluan dan kapasitas setiap
program.

Pencatatan keluhan ke dalam sistem manajemen informasi/ distribusi


Pencatatan keluhan ke dalam sistem manajemen informasi BDT dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
Langsung di Unit Pengelola BDT
Melalui unit-unit pelaksana program di tingkat pusat dan daerah.
Melalui aplikasi mobile yang dibangun khusus untuk penyampaian keluhan
dalam Sistem Penanganan Keluhan BDT.

Pencarian Fakta dan Pengambilan Keputusan


Tahapan pencarian fakta meliputi:
Peninjauan keabsahan dan kelengkapan dokumen-dokumen terkait
penyampaian keluhan.
Melakukan pencocokan data dengan BDT untuk memverifikasi apakah individu/
keluarga/rumah tangga penyampai keluhan sudah atau belum masuk dalam
BDT. Langkah ini dapat dilakukan oleh unit pelaksana program di tingkat
kabupaten/ kota yang memiliki kapasitas untuk melakukan kueri pencocokan data
dengan BDT. Untuk keperluan tersebut, unit pelaksana program di tingkat
kabupaten/kota mendapatkan akses terhadap data susunan rumah tangga
dan variabel-variabel yang menjadi kunci dalam proses pencocokan data dengan
BDT.
Mengaplikasikan alur-keputusan (decision rules) sebagaimana dirangkum dalam
Tabel 9.

Penyampaian Respon/Keputusan
Dalam hal penyampaian respon/keputusan terhadap keluhan yang diterima
khususnya keluhan terkait inklusi dan ekslusi dalam program - Unit Pengelola
BDT berkoordinasi dengan lembaga penyelenggara program untuk memastikan
konsistensi informasi/solusi yang disampaikan dengan kebijakan/keputusan
penyelenggara program.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


66 Untuk Program Perlindungan Sosial
PEMUTAKHIRAN BDT

Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) Dalam Sistem Penanganan Keluhan BDT

Jenis keluhan Keterangan Alur Keputusan

1) Tidak termasuk I ndividu/k eluarga/rumahtangga 1. Dilakukan pencarian data rumah tangga


dalam daftar dapat tidak termasuk di dalam daftar yang dikeluhkan dalam BDT.
penerima manfaat penerima manfaat program karena
program. faktor-faktor berikut: 2. Bila rumah tangga yang dikeluhkan tidak
masuk dalam BDT, maka:
1) Rumah tangga si penyampai
keluhan tidak disurvei dan, oleh a. Informasi disampaikan kepada
karena itu, tidak masuk dalam BDT. penyelenggara program. Keputusan
untuk memasukkan atau tetap tidak
2) Rumah tangga si penyampai memasukkan individu/keluarga/rumah
keluhan ada dalam BDT namun tangga yang dikeluhkan dalam daftar
tidak memenuhi kriteria penerima penerima manfaat program
manfaat sebagaimana ditetapkan menjadi kewenangan penyelenggara
oleh penyelenggara program, atau program.
terjadi kekeliruan klasifikasi
peringkat kesejahteraan karena b. Data rumah tangga yang dikeluhkan
adanya kesalahan dalam disimpan sebagai daftar sasaran
pengumpulan data. pendataan dalam konteks
Pemutakhiran BDT.

3. Bila rumah tangga yang dikeluhkan


ada dalam BDT namun tidak memenuhi
kriteria penerima manfaat program,
maka disampaikan informasi/penjelasan
yang sesuai kepada si penyampai-
keluhan dan lembaga penyelenggara
program yang bersangkutan.

2) Ada individu/ Kondisi ini dapat disebabkan karena: 1. Dilakukan pencarian data rumah
keluarga/rumah tangga yang dikeluhkan dalam BDT.
tangga yang 1) Penyelenggara program mungkin
dianggap tidak memasukkan peserta dari daftar 2. Bila rumah tangga yang dikeluhkan
layak menerima yang mereka miliki sendiri, dimana tidak ditemukan dalam BDT, Unit
program namun para peserta tersebut tidak ada di Pengelola BDT menyampaikan
masuk dalam daftar BDT. informasi ini kepada penyelenggara
penerima manfaat program. Respon kepada si penyampai-
program 2) Terjadi kekeliruan mengklasifikasikan keluhan disesuaikan dengan kebijakan
peringkat kesejahteraan rumah penyelenggara program terkait.
tangga karena kesalahan dalam
pengumpulan data. 3. Bila rumah tangga yang dikeluhkan ada
dalam BDT dan memenuhi kriteria
penerima manfaat program, maka
disampaikan informasi/penjelasan yang
sesuai kepada si penyampai-keluhan dan
lembaga penyelenggara program yang
bersangkutan

3) Jumlah rumah Penyampai keluhan mengklaim 1. Memeriksa poverty incidence quota


tangga yang masuk bahwa daftar rumah tangga di BDT untuk daerah-daerah yang dikeluhkan
dalam BDT di suatu tidak mewakili kondisi kemiskinan di (berdasarkan poverty map data Sensus
wilayah lebih sedikit wilayahnya. Penduduk dan/atau data Susenas), serta
dibandingkan menghitung lagi kuota rumah tangga
dengan jumlah yang seharusnya didata di wilayah
penduduk yang tersebut.
dianggap miskin 2. Bila jumlah rumah tangga yang ada
dan layak menerima dalam BDT untuk wilayah tersebut
program menurut ternyata kurang dari kuota:
pemerintah / warga
setempat

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 67
PEMUTAKHIRAN BDT

Tabel 9. Alur Keputusan (Decision Rules) Dalam Sistem Penanganan Keluhan BDT
(Lanjutan)
Jenis keluhan Keterangan Alur Keputusan

a. Unit Pengelola BDT meminta kepada si


penyampai-keluhan untuk
menyampaikan data rumah tangga
perlu didata menggunakan formulir
penyampaian keluhan.

b. Dilakukan pendataan terhadap rumah


tangga yang dicalonkan tersebut
dengan prosedur Pemutakhiran BDT.

3. Bila jumlah rumah tangga dalam BDT


untuk wilayah tersebut ternyata lebih
tinggi daripada kuota, maka Unit
Pengelola BDT akan menginformasikan
jumlah rumah tangga yang dinilai
dan penjelasan singkat mengenai
kriteria yang digunakan oleh BDT dalam
mengklasifikasikan rumah tangga miskin
dan tidak miskin kepada si penyampai-
keluhan.

4) Keluhan mengenai Penyampai keluhan (rumah tangga, 1. Keluhan dicatat dalam sistem informasi
layanan Unit program, atau lainnya) mengklaim manajemen BDT
Pengelola BDT terkait bahwa staf yang menangani BDT pada
BDT Unit Pengelola BDT tidak memberikan 2. Dilaksanakan pengkajian internal oleh
layanan yang sesuai dengan prosedur Unit Pengelola BDT.
penerbitan data dan panduan
langkah-langkah Sistem Penanganan 3. Unit Pengelola BDT menyiapkan dan
Keluhan. mengirimkan respon sesuai dengan
hasil pengkajian internal.

5) Keluhan mengenai Penyampai keluhan melaporkan Keluhan dicatat dalam sistem informasi
layanan program keluhan mengenai layanan program manajemen BDT dan diteruskan kepada
yang menggunakan yang menggunakan BDT tidak penyelenggara program.
BDT terkait dengan penargetan (misalnya,
masalah operasional)

PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU

Kegiatan pemutakhiran Basis Data Terpadu (BDT) dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:

1. Memperbarui data rumah tangga yang sudah terdaftar dalam BDT untuk
menyesuaikan dengan kondisi terkini. Pembaruan data rumah tangga dalam hal
ini meliputi perubahan lokasi domisili rumah tangga, kematian atau kelahiran atau
penambahan atau pengurangan anggota rumah tangga, penyesuaian nama
anggota rumah tangga menurut data administrasi kependudukan (Adminduk),
melengkapi data nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu keluarga
(KK), menambahkan informasi tentang kepesertaan dalam program-program
perlindungan sosial yang sedang berjalan, serta karakteristik sosial ekonomi
rumah tangga (pekerjaan, pendidikan, kondisi fisik rumah, kepemilikan aset, dan
sebagainya).
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
68 Untuk Program Perlindungan Sosial
PEMUTAKHIRAN BDT

2. Meningkatkan efektivitas penargetan program perlindungan sosial


dengan menjangkau rumah tangga miskin yang belum tercakup dalam BDT.

Tidak ada batasan waktu ketika melakukan pemutakhiran BDT. Penentuan waktu untuk
melakukan pemutakhiran BDT perlu mempertimbangkan dinamika perubahan kondisi
rumah tangga, faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondusivitas masyarakat (misalnya
kegiatan pemilihan kepala daerah/pilkada), kesiapan dan dukungan dari pemerintah
daerah selaku pihak yang mengoordinasi pelaksanaan kegiatan di tingkat daerah, serta
kesediaan anggaran pemerintah. Pemutakhiran BDT dapat dilakukan sekaligus pada
seluruh rumah tangga sasaran sebagai suatu kegiatan antarwaktu, atau sebagai proses
yang kontinu sejalan dengan sistem penanganan keluhan terkait kepesertaan dalam
program perlindungan sosial.

Pada 2015, Pemerintah Indonesia melaksanakan pemutakhiran sekaligus pada seluruh


rumah tangga sasaran dalam BDT. Kegiatan pemutakhiran BDT tahun 2015 dilaksanakan
melalui dua tahapan, yaitu tahapan konsultasi publik dan pendataan. Pada tahapan
konsultasi publik, daftar rumah tangga yang terdaftar dalam BDT diverifikasi oleh
Forum Konsultasi Publik (FKP) yang terdiri dari kepala dusun/ketua RW, perangkat
desa/kelurahan), tokoh agama dan tokoh masyarakat di tingkat desa/kelurahan. FKP
mengindikasikan rumah tangga mana yang sudah pindah domisili atau dianggap sudah
mampu/tidak membutuhkan bantuan sosial dari pemerintah. Daftar rumah tangga yang
sudah diverifikasi oleh FKP tersebut kemudian disahkan oleh kepala daerah setempat
(bupati/walikota) dan menjadi daftar sasaran rumah tangga yang menjadi sasaran dalam
tahap pendataan.

Pendataan rumah tangga dilaksanakan oleh tim pendata yang telah dilatih dan
dikoordinasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada saat pendataan, petugas pendata
juga melakukan konsultasi dengan rumah tangga miskin dan penyisiran (sweeping)
sebagaimana yang dilakukan pada PPLS 2011 untuk mengidentifikasi rumah tangga
miskin dan kurang mampu yang belum masuk dalam daftar hasil verifikasi FKP. Dalam
kegiatan pemutakhiran BDT di tahun 2015, sejumlah indikator sosial ekonomi rumah
tangga ditambahkan untuk melengkapi indikator-indikator yang digunakan dalam
PPLS 2011. Indikator yang ditambahkan antara lain adalah kepemilikan lahan sawah dan
ternak serta omzet usaha. Penambahan indikator dilakukan untuk meningkatkan akurasi
dalam analisis tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, serta untuk mengakomodasi
kebutuhan program-program perlindungan sosial dalam pemilihan sasaran penerima
manfaaT.

Pemutakhiran BDT selanjutnya diharapkan dapat dilaksanakan sebagai suatu kegiatan yang
kontinu yang sejalan dengan sistem penanganan keluhan. Dalam konsep pemutakhiran
BDT yang kontinu tersebut, proses pemutakhiran dipicu oleh laporan/keluhan mengenai
masuk atau tidak masuknya suatu rumah tangga/keluarga/individu dalam daftar peserta/
penerima manfaat program perlindungan sosial yang diselenggarakan pemerintah.
Laporan/keluhan tersebut ditangani melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara
berurutan sebagai berikut:

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 69
PEMUTAKHIRAN BDT

1. Pengecekan data rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan dalam BDT.


2. Konfirmasi apakah rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan sudah
terdaftar dalam BDT.
3. Konfirmasi apakah data rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan
menunjukkan kecocokan dengan kriteria penerima manfaat program sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh instansi penyelenggara program.
4. Untuk rumah tangga/keluarga/individu yang dikonfirmasi belum terdaftar dalam
BDT (kegiatan nomor 1), dilakukan pengumpulan data sekunder untuk memverifikasi
kelaikan rumah tangga/keluarga/individu tersebut sebagai sasaran pendataan
rumah tangga miskin dan kurang mampu. Data sekunder yang digunakan dapat
berupa keterangan dari ketua RT/RW di lokasi domisili rumah tangga/keluarga/
individu yang bersangkutan.
5. Berdasarkan hasil verifikasi kelaikan sebagai sasaran pendataan (kegiatan nomor
4), dilakukan pendataan pada rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan
menggunakan alat dan metode yang sama dengan yang digunakan untuk
pemutakhiran BDT tahun 2015.
6. Data rumah tangga yang diperoleh dalam kegiatan nomor 5 ditambahkan ke dalam
BDT dan digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga dan
menetapkan apakah kondisi rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan
sesuai dengan kriteria penerima manfaat program.
7. Hasil analisis (kegiatan nomor 6) disampaikan kepada instansi penyelenggara
program sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait kepesertaan
rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan dalam program.

Keterlibatan pemerintah daerah, khususnya Tim Koordinasi Penanggulangan


Kemiskinan (TKPK), sangat penting dalam pelaksanaan sistem penanganan keluhan dan
pemutakhiran BDT secara kontinu. Peran aktif pemda/TKPK terutama diharapkan dalam
tahapan memverifikasi kelaikan rumah tangga sebagai rumah tangga miskin atau kurang
mampu dan mengoordinasikan penyampaian hasil proses penanganan keluhan kepada
rumah tangga/keluarga/individu yang bersangkutan.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


70 Untuk Program Perlindungan Sosial
Daftar Pustaka
dan
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Evaluation of Family Planning Services for the Poor. Bappenas, Indonesia.

Accessed September 4, 2014, http://www.bappenas.go.id/files/3513/4986/1937/

laporan-akhir-evaluasi-28-jan-1__20110512124617__1.pdf

Christen, P. 2012. Data Matching: Concepts and Techniques for Record Linkage, Entity

Resolution and Duplicate Detection. Berlin and Heidelberg: Springer-Verlag.

Government of Indonesia. 2010. Medium-term National Development Programme

Phase II (20102014). Jakarta: Government of Indonesia.

Hanani, U., B. Shapira and P. Shoval. 2001. Information Fltering: Overview of Issues, Research

and Systems. User Modeling and User-Adapted Interaction 11(3):203259.

Imawan, W. 2008. Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008. Presentasi dalam

Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah

Tangga Sasaran. Cikampek, 4 Juni.

Lockley, A, J. Tobias and A. Bah. 2013. Hasil Kajian Gender dari Basis Data Terpadu (Results of

the study on gender and the Unified Database). Jakarta: National Team for the

Acceleration of Poverty Reduction.

Ritonga, H. 2014. Pengembangan dan Pemanfaatan Data Kemiskinan dengan Bertumpu

pada Kebijakan serta Ruang dan Peluang Pihak Lainnya, Presentation at the National

Workshop: Participatory database and interactive application for mapping

socioeconomic characteristics, and Administration Information Systems (Villages

and Urban Wards), Jakarta, 27 Februari 2014

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


72 Untuk Program Perlindungan Sosial
DAFTAR PUSTAKA

SMERU. 2006. Rapid Appraisal of the Implementation of the 2005 Direct Cash Transfer

Program in Indonesia: A Case Study in Five Kabupaten/Kota. Research Report.

Jakarta, Indonesia: SMERU Research Institute.

Sumarto, S., A. Suryahadi and W. Widyanti. 2002. Designs and Implementation of Indonesian

Social Safety Net Programmes. The Developing Economies 40(1): 3-31.

TNP2K.2015. A Single Registry for Targeting Social Assistance in Indonesia, TNP2K 2015:

Lessons from the establishment and implementation of the Unified Database for

Social Protection Programmes. TNP2K, Jakarta, Indonesia.

Widianto, B. 2012. Pengelolaan dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu untuk Program

Perlindungan Sosial (The management and use of the Unified database for Social

Protectino Programmes) TNP2K Secretariat Presentation, Jakarta, January 2012.

Wu, S. 2013. A Review on Coarse Warranty Data and Analysis, Reliability Engineering and

System Safety 114: 111.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


Untuk Program Perlindungan Sosial 73
LAMPIRAN

Lampiran 1: Nota Kesepakatan Bersama

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DENGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

NOMOR .

NOMOR ..

TENTANG
KERJASAMA PENGGUNAAN DATA NAMA DAN ALAMAT DARI BASIS DATA
TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL DALAM RANGKA
PELAKSANAAN


Pada hari ini , tanggal . bulan ., tahun ., bertempat di Jakarta yang
bertanda tangan di bawah ini:

I. BAMBANG WIDIANTO, Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan


Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan dan dalam kedudukannya sebagai
Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
berkedudukan dan berkantor di Jalan Kebon Sirih Nomor 14 Jakarta 10110, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

II. .., berkedudukan dan berkantor di ..,


dalam hal ini bertindak dalam jabatannya dan karenanya untuk dan atas nama
., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menjelaskan:

1. Bahwa PIHAK KESATU adalah lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi
lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan, dimana termasuk fungsi sebagai
pengelola Basis Data Terpadu yang digunakan untuk Program Perlindungan
Sosial.

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


74 Untuk Program Perlindungan Sosial
LAMPIRAN

2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah .


3. Bahwa dalam rangka melaksanakan .., PIHAK KEDUA memerlukan
informasi data dari Basis Data Terpadu tentang ...

PARA PIHAK bersepakat sebagai berikut:

Pasal 1
DEFINISI

Dalam Nota Kesepakatan/Kesepahaman Bersama ini, kecuali ditentukan secara lain kata-
kata yang diawali dengan huruf besar mempunyai arti sebagai berikut:
1. Basis Data Terpadu adalah unifikasi dan kumpulan data mengenai RTS yang
diperoleh dari hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 dan
data mana telah diolah oleh PIHAK PERTAMA, informasi yang termasuk dalam
Basis Data Terpadu, antara lain adalah Data RTS.
2. BPS adalah Biro Pusat Statistik Republik Indonesia.
3. RTS atau Rumah Tangga Sasaran adalah rumah tangga yang menjadi sasaran
penerima Program Perlindungan Sosial
4. Data RTS adalah data rumah-tangga sasaran yang diperoleh dari hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial yang berisi nama dan alamat RTS.
5. Program Perlindungan Sosial adalah program perlindungan sosial yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka pengentasan
kemiskinan di Indonesia.
6. . (deskripsi program/kegiatan yang akan menggunakan data dengan nama
dan alamat dari BDT)

Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJASAMA

PARA PIHAK sepakat untuk melakukan kerjasama penggunaan data Basis Data Terpadu
yang dikelola oleh PIHAK KESATU untuk pelaksanaan ... (nama
program yang akan menggunakan data BDT) .

Pasal 3
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

(1) PIHAK KESATU bertanggungjawab untuk menyediakan Data RTS .


(kriteria rumah tangga sasaran program/kegiatan) ..
(2) PIHAK KEDUA menggunakan Data RTS yang diberikan oleh PIHAK KESATU untuk
kepentingan pelaksanaan ..(nama program/kegiatan) .
(3) PIHAK KEDUA wajib menjaga keamanan dan kerahasiaaan Data RTS yang
diberikan oleh PIHAK KESATU dan memastikan bahwa Data RTS tidak digunakan
oleh pegawai/staf, agen, konsultan atau kontraktor dari PIHAK KEDUA untuk
kepentingan lain selain untuk kepentingan pemeriksaan pengelolaan dan
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial 75
LAMPIRAN

tanggung jawab keuangan negara dalam pelaksanaan program-program


perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Kementerian/Lembaga nasional

Pasal 4
JANGKA WAKTU KERJASAMA

(1) Nota Kesepakatan/Kesepahaman Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 1


(satu) tahun terhitung sejak hari dan tanggal penandatanganan oleh PARA
PIHAK.
(2) Jangka waktu kerjasama dalam Nota Kepakatan/Kesepahaman Bersama ini
dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis oleh PARA PIHAK.

Pasal 5
PENUTUP

(1) Nota Kesepakatan/Kesepahaman Bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh


PARA PIHAK dengan sesungguhnya dan dilandasi itikad baik, dan dibuat dalam
rangkap 2 (dua), masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan
mengikat.
(2) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Nota Kesepakatan
Kerjasama ini akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dan dituangkan
secara tertulis dalam suatu perubahan (addendum) yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepakatan ini.

Demikian Nota Kesepakatan/Kesepahaman Bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh


PARA PIHAK untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Deputi Seswapres Bidang Dukungan


........................................................................
Kebijakan Pembangunan Manusia dan
Pemerataan Pembangunan, Selaku
Sekretaris Eksekutif Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
...................................
TNP2K

........................................................................
Bambang Widianto

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


76 Untuk Program Perlindungan Sosial
LAMPIRAN

Lampiran 2: Format Keterangan Program

KETERANGAN PROGRAM PEMERINTAH DAERAH YANG


MENGGUNAKAN
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL

DETIL KONTAK STAF PENGHUBUNG



Nama :
Jabatan :
Instansi :
Nomor telepon kantor :
Nomor telepon seluler :
Alamat surat elektronik instansi :

PERINCIAN PROGRAM
Keterangan: Bila terdapat lebih dari 1 (satu) program yang membutuhkan data sasaran dari Basis Data
Terpadu, silahkan merinci masing-masing program dengan format yang sama seperti di bawah ini.

Nama Program : ______________________________

Instansi (SKPD) Pelaksana Program : ______________________________


Tujuan/manfaat yang akan
diberikan oleh Program : ______________________________

Kriteria Sasaran
Penerima Manfaat Program : individul keluarga rumahtangga
(silahkan beri tanda pada pilihan yang sesuai dengan
sasaran program)
(silahkan dirinci karakteristik sasaran program) _______________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

Jumlah Sasaran
Penerima Manfaat Program : ______________________________

(Tempat dan tanggal),

(Nama, tandatangan dan stempel Kepala


Daerah atau Wakil Kepala Daerah Selaku Ketua
TKPKD atau Ketua Bappeda Selaku Sekretaris
TKPKD)
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu
Untuk Program Perlindungan Sosial 77
LAMPIRAN

LAMPIRAN 3: Format Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN INTEGRITAS


PEMANFAATAN DATA INDIVIDUAL DENGAN NAMA DAN ALAMAT
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan:

1. Setuju untuk menggunakan informasi dalam Basis Data Terpadu yang


disediakan oleh TNP2K untuk melaksanakan Program ...... (nama program)
di daerah . (nama daerah)
2. Setuju untuk menjaga kerahasiaan Data Individual Dengan Nama dan
Alamat dari Basis Data Terpadu dan hanya menggunakan data tersebut
untuk keperluan Program sebagaimana disebutkan pada butir 1
3. Akan membebaskan TNP2K dari segala tuntutan, gugatan atau kerugian
yang mungkin dialami oleh TNP2K akibat penggunaan Data Individual
Dengan Nama dan Alamat oleh kami yang tidak sesuai dengan Surat
Pernyataan ini
4. Setuju untuk memusnahkan segala dokumen dan informasi lainnya
sehubungan dengan Data Individual Dengan Nama dan Alamat dari
Basis Data Terpadu segera setelah Program yang disebutkan pada butir 1
selesai dilaksanakan.


(Tempat dan tanggal),

(Nama, tandatangan dan stempel Kepala


Daerah atau Wakil Kepala Daerah Selaku Ketua
TKPKD atau Ketua Bappeda Selaku Sekretaris
TKPKD)

Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu


78 Untuk Program Perlindungan Sosial

Anda mungkin juga menyukai