Disusun oleh :
Pembimbing :
dr.Iqbal Kurniawan
KEPANITERAAN KLINIK
JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan proposal tugas evaluasi program yang
berjudul Upaya Peningkatan Penyelenggaraan Vaksin Pentavaleni Booster Pada Wilayah
Kelurahan Kebon Baru Tahhun 2016. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam kepaniteraan klinik di stase ilmu kesehatan masyarakat di Jakarta. Dalam kesempatan
kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
1. dr. Oktavianus Ch. Salim, MS selaku dokter pembimbing dalam tugas ini.
2. dr. Iqbal Kurniawan selaku dokter pembimbing di Puskesmas Kebon Baru.
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat di Jakarta.
Penulis menyadari dalam pembuatan proposal tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
tugas ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita.
Tim Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
JANUARI-APRIL 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Drg.Agriaty Ritha
ii
DAFTARISI
iii
4.6 KONFIRMASI KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH .................................................. 67
4.7 PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH .............................................. 67
4.8 PENENTUAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH DENGAN KRITERIA
MATRIKS ........................................................................................................................................ 69
4.9 Rancangan Diagnostik Komunitas ........................................................................................ 71
4.10 Metode Diagnostik ................................................................................................................ 71
4.11 Indikator Kesehatan .............................................................................................................. 71
4.12 Lokasi dan Waktu ............................................................................................................. 71
4.13 Sampel Diagnostik Komunitas.......................................................................................... 72
4.14 Analisis Komunitas72
Plan Ofaction...73
Penyusunan Rencana
Kegiatan.74Rencana Kegiatan 1 tahun
puskesmas...............76
BAB V...77
HASIL77
Daftar
Pustaka..
iv
Lampiran.
DAFTAR TABEL
v
Tabel20.Upaya pengobatan gigi dan mulut48
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar4.Fish bone..65
Gambar5.Pohon Masalah66
vii
DAFTAR SINGKATAN
KB:Keluarga Berencana
DPT:difteri pertusis
HB: Hepatitis B
TB: Tuberculosis
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
REVISI
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700
kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap
hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.
Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus
campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus.
Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus
campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus
campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada
kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).x
1
Grafik. Jumlah kasus campak rutin, frekuensi KLB campak, jumlah kasus pada KLB campak
tahun 2011 sampai dengan 2014 x
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang termasuk dalam prioritas
masalah kesehatan, karena penyakit ini dapat dengan mudah menular sehingga dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
Strategi untuk akselerasi dalam mencapai eliminasi campak adalah pemberian imunisasi rutin
dengan cakupan tinggi 95% di tingkat nasional dan 90% di setiap Kabupaten/Kota serta
memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak untuk
menghilangkan kelompok rawan campak atau susceptible yang terdapat di usia Balita
sehingga dipandang perlu untuk melakukan pemberian imunisasi lanjutan campak (Dirjen
P2PL, Kemenkes RI, 2013).2
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui upaya pencapaian target imunisasi campak pada puskesmas kelurahan
kebon baru dengan mengevaluasi manajemen pada program tersebut
Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi masalah pengetahuan tentang imunisasi campak pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Kebon baru pada periode tahun 2016.
b) Mengidentifikasi masalah kepatuhan tentang imunisasi campak pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Kebon baru pada periode tahun 2016.
c) Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang terpilih
di Puskesmas Kelurahan Kebon baru .
d) Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas
Kelurahan Kebon baru.
1.4 Manfaat
3
REVISI
e) Hal-hal apa yang menyebabkan rendahnya imunisasi campak periode tahun 2017?
f) Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab masalah yang
ditemukan?
g) Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah yang
ada?
h) Hal apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?
1.3 Tujuan
2. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan imunisasi campak pada puskesmas kelurahan Kebon baru
dengan mengevaluasi manajemen pada program tersebut
3. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi masalah pengetahuan tentang imunisasi campak pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Kebon baru pada periode tahun 2016.
b) Mengidentifikasi masalah kepatuhan tentang imunisasi campak pada
masyarakat di wilayah Puskesmas Kebon baru pada periode tahun 2016.
c) Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Kelurahan Kebon
baru.
d) Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang terpilih
di Puskesmas Kelurahan Kebon baru .
e) Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas
Kelurahan Kebon baru.
1.4 Manfaat
2
C. Manfaat bagi Puskesmas
a) Membantu Puskesmas Kelurahan Kebon baru Jakarta Selatan dalam
mengidentifikasi penyebab rendahnya imunisasi campak pada wilayah tersebut.
b) Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah rendahnya imunisasi campak pada wilayah tersebut.
D. Manfaat bagi Masyarakat
a) Pengetahuan tentang imunisasi bagi masyarakat bertambah.
b) Orang tua dapat mengetahui jadwal imunisasi dengan tepat agar tidak terlambat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
3
2.2 TUJUAN
Vaksin attenuated6
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila
kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan
baik dan hati-hati.
a. Vaksin merangsang respon seluler dan antibodi yang kuat sehingga dapat bertahan
seumur hidup dengan hanya satu atau dua dosis pemberian.
b. Untuk beberapa jenis vaksin virus mudah diproduksi.
Kekurangan dari vaksin hidup attenuated adalah6:
a. Vaksin bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar.
b. Vaksin dapat menyebabkan penyakit yang umumnya bersifat ringan dan dianggap
sebagai kejadian ikutan (adverse event).
c. Vaksin dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula (hanya terjadi
pada vaksin polio hidup).
Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated selalu memerlukan dosis ganda. Pada umumnya pada dosis
pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau
menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif baru timbul setelah dosis kedua
atau ketiga.
5
Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
a. Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A.
b. Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
c. Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-
seluler, tifoid Vi, lyme disease.
d. Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.
e. Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan haemophilus
influenzae tipe b.
f. Gabungan polisakarida ( haemophillus influenzae tipe B dan pneumokokus ).
Kelebihan dari vaksin inactivated adalah6 :
Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, Bahwa vaksin harus didinginkan
pada temperatur 2-8C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin ( DPT, Hib, hepatitis B,
dan hepatitis A ) menjadi tidak aktif bila beku.
2.5.1 Subkutan
Penyuntikan subkutan diperuntukan imunisasi MMR, varisela, meningitis.
Perhatikan rekomendasi untuk umur anak.
6
Table 1. Cara penyuntikan subkutan
2.5.2 Intramuskular
Diperuntukan Imunisasi DPT, DT,TT, Hib, Hepatitis A & B, Influenza.
Perhatikan rekomendasi untuk umur anak
Table 2. Cara penyuntikan intramuskular
7
2.6 Tata cara pemberian imunisasi
8
suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi/anak penerima
vaksin.
j. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut :
i. Berilah petunjuk ( sebaiknya tertulis ) kepada orang tua atau pengasuh apa
yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan
yang lebih berat.
ii. Catat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
iii. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan
bidang Pemberantasan Penyakit Menular.
iv. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi
untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
Setiap tindakan medis apa pun bisa menimbulkan risiko bagi pasien si
penerima layanan baik dalam skala ringan maupun berat. Demikian halnya dengan
pemberian vaksinasi, reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau adverse following immunization (AEFI).
Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi, baik oleh karena efek vaksin maupun efek samping,
toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program, reaksi suntikan,
atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan. Secara umum, reaksi KIPI dapat
dikategorikan sebagai akibat kesalahan program, reaksi suntikan, dan reaksi vaksin.
Kesalahan program. Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan
kesalahan teknik pelaksanaan vaksinasi, misalnya kelebihan dosis, kesalahan memilih
lokasi dan cara menyuntik, sterilitas, dan penyimpanan vaksin. Dengan semakin
membaiknya pengelolaan vaksin, pengetahuan, dan ketrampilan petugas pemberi
vaksinasi, maka kesalahan tersebut dapat diminimalisasi.
Reaksi suntikan. Tidak berhubungan dengan kandungan vaksin, tetapi lebih
karena trauma akibat tusukan jarum, misalnya bengkak, nyeri, dan kemerahan di
tempat suntikan. Selain itu, reaksi suntikan dapat terjadi bukan akibat dari trauma
suntikan melainkan karena kecemasan, pusing, atau pingsan karena takut terhadap
9
jarum suntik. Reaksi suntikan dapat dihindari dengan melakukan teknik penyuntikan
secara benar.
Reaksi vaksin. Gejala yang muncul pada reaksi vaksin sudah bisa diprediksi
terlebih dahulu, karena umumnya perusahaan vaksin telah mencantumkan reaksi efek
samping yang terjadi setelah pemberian vaksinasi. Keluhan yang muncul umumnya
bersifat ringan (demam, bercak merah, nyeri sendi, pusing, nyeri otot). Meskipun hal
ini jarang terjadi, namun reaksi vaksin dapat bersifat berat, misalnya reaksi anafilaksis
dan kejang. Bila keluhan KIPI bersifat ringan, misalnya demam, nyeri tempat
suntikan, atau bengkak maka dapat dilakukan pengobatan sederhana, misalnya dengan
minum obat antipiretik saja. Tetapi bila kejadian pasca imunisasi bersifat serius, maka
harus secepat mungkin dibawa kerumah sakit.
1. BCG
Bacille Calmete-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium
Bovis yang dilemahkan, sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap
tuberculin.
Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, dianjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara
0-12 bulan.
Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1
tahun). Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio M.Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain (bokong, paha) .
Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat
mencegah komplikasinya. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila
uji tuberculin negatif.
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikkan. Berhubungan dengan
beberapa faktor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan dengan
Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dan lain-lain).8
10
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu
280C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah dienccerkan harus dipergunakan dalam
waktu 8 jam.
11
2. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (hep B) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Vaksin diberikan secara intramuscular dalam. Pada neonatus dan bayi
diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa, diberikan
di region deltoid.
Imunisasi aktif
1) Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah
lahir.
2) Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respon imun
optimal, interval imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3) Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi
kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2
bulan dari imunisasi kedua.
4) Bila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan.
5) Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag yang tidak diketahui, hepB-1 harus
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status Hbs-Ag ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui ibu dengan Hbs-Ag
positif, maka ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
6) Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag positif, diberikan vaksin hepB-1 dan
HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
7) Anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi
dasar 3x pada masa bayi, maka pada saat usia 5 tahun tidak perlu imunisasi
ulang (booster). Hanya dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs
8) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi Hep B dengan
jadwal 3x pemberian (catch up vaccination). Catch up vaccination
merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum pernah di
12
imunisasi atau terlambat > 1 bulan dari jadwal yang seharusnya. Khusus
pada imunisasi hepatitis B, imunisasi catch up ini diberikan dengan
interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan kedua, sedangkan
interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 minggu atau 16 minggu
sesudah dosis pertama.
9) Ulangan imunisasi (hepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12
tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti Hbs< 10g/ml).
Imunisasi pasif
Efek samping
Umumnya berupa reaksi local yang ringan dan bersifat sementara. Kadang-kadang
dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.9 Vaksin hepatitis B dikenal
aman dan efektif. Efektivitas vaksin mencapai 90 95% dalam mencegah
timbulnya penyakit hepatitis B. pertahanan akan bertahan sampai minimal 12
tahun setelah imunisasi.9
3. DTP
Imunisasi DTP mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus dan vaksin
pertusis. Dengan demikian vaksin ini memberikan perlindungan terhadap 3
penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh toksin dari
kuman Corynebacterium diphteriae. Anak dapat terinfeksi kuman difteria pada
13
nasofaringnya.3 gejala yang timbul antara lain sakit tenggorokan dan demam.
Kemudian akan timbul kelemahan dan sesak nadas akibat obstruksi pada saluran
nafas, sehingga perlu dilakukan intubasi atau trakeotomi.9 Dapat pula timbul
komplikasi berupa miokarditis, neuritis, trombositopenia dan proteinuria.9
Pertusis atau batuk rejan (batuk seratus hari) disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis, penyakit ini
merupakan penyakit tersering yang menyerang anak anak dan merupakan
penyebab utama kematian. Gejala utama pertusis yaitu terjadinya batuk proksimal
tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. Serangan batuk sedemikian
berat sehingga dapat menyebabkan pasien muntah, sianosis, lemas dan kejang.9
Tetanus merupakan penyakit akut yang disebabkan toksin dari bakteri
Clostridium tetani. Seseorang dapat terinfeksi tetanus apabila terdapat luka yang
memungkinkan bakteri ini hidup disekitar luka tersebut dan memproduksi
toksinnya. Toksin tersebut akan menempel pada saraf di sekitar daerah luka dan
mempengaruhi pelepasan neurotransmitter inhibitor yang berakibat kontraksi serta
spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang kejang dan gangguan saraf
otonom.9 Kematian dapat terjadi akibat gangguan pada mekanisme pernafasan.
Vaksin DTP dibedakan menjadi 2, yaitu DTwP dan DtaP berdasarkan
perbedaan pada vaksin tetanus. DTwP (Difteri Tetanus whole cell Pertusis)
mengandung suspense kuman B. pertusis yang telah mati, sedangkan DTaP
(Difteri Tetanus acellular Pertusis) tidak mengandung seluruh komponen kuman
B.Pertusis, melainkan hanya beberapa komponen yang berguna dalam
pathogenesis dan memicu pembentukan antibody. Vaksin DTaP mempunyai efek
samping yang lebih ringan dibandingkan vaksin DTwP.9
Vaksin DTP diberikan saat anak berumur 2, 4 , dan 6 bulan. Setelah itu, dapat
dilanjutkan dengan pemberian vaksin kembali saat anak berumur 18 bulan, 5
tahun dan 12 tahun.9
Ulangan booster DTP selanjutnya diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu
pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Pada
booster umur 5 tahun harus tetap diberikan vaksin dengan komponen pertusis
(sebaiknya diberikan DTaP untuk mengurangi demam pasca imunisasi) mengingat
kejadian pertusis pada dewasa muda meningkat akibat ambang proteksi telah
sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi dan anak. DT-
5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DT-6 diberikan
14
pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur lebih dari 10
tahun. Dosis DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan. Jadwal untuk imunisasi rutin pada anak,
dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2,4,6,15-18 bulan dan usia 5 tahun atau
saat masuk sekolah. Dosis ke 4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan
setelah dosis ke 3. kombinasi toksoid difteria dan tetanus(DT) yang mengandung
10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontra indikasi terhadap
pemberian yang pertusis.
Kejadian ikutan pasca imunisasi DTP
a. Reaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada
separuh penerima DTP.
b. Proporsi Demam ringan dengan reaksi local sama dan diantaranya dapat
mengalami hiperpireksia.
c. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska
suntikan (inconsolable crying).
d. Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah vaksinasi yang
dihubungkan dengan demam yang terjadi.
e. Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau
reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis.
Kontra indikasi
Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak
terhadap pemberian vaksin pertusis baik whole cell maupun acelular. Yaitu :
15
paska imunisasi atau alergi terhadap vaksin bukanlah suatu indikasi kontra
terhadap pemberian vaksin DTaP. Walaupun demikian keputusan untuk
pemberian vaksin pertusis harus dipertimbangkan secara individual dengan
memperhitungkan keuntungan dan resiko pemberiannya.
Vaksin pertusis aseluler adalah vaksin pertusis yang berisi komponen spesifik
toksin dari Bordetellapertusis yang dipilih sebagai dasar yang berguna dalam
patogenesis pertusis dan perannya dalam memicu antibody yang berguna untuk
pencegahan terhadap pertusis secara klinis.
4. Polio
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan
amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi
dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari
gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Anak-anak kecil yang terkena polio
seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio.
Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih
rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi
pada saat balita akan sangat membantu pencegahan.
Polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh
orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan
mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut
sindrom postpolio.
Jenis polio:
1) Polio non-paralisis
2) Polio paralisis spinal
3) Polio bulbar
Imunisasi Polio
16
Penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus
poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bias lewat makanan/minuman
yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio
yang masuk ke mulut orang sehat. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan
kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Polio bisa menyebabkan kematian.
a. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan, diberikan dalam bentuk cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Usia Pemberian
17
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Pertama dilakukan saat lahir (usia 0 bulan) dan
berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali
saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
Cara Pemberian
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah
pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan
IPV. Sebaiknya diberikan OPV.
Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare
ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Dapat mungkin terjadi berupa
kelumpuhan dan kejang-kejang.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam
tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan;
HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum;
serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
5. Campak (Morbili)
Penyakit Campak (Rubela, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini
disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
18
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan
kebal terhadap penyakit ini. Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak
sebaiknya menjalani tirah baring. Vaksin campak biasanya diberikan dalam
bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps,
measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya
mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-
6 tahun. selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari
dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak
sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini
dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali
yakni semasa usia 6 59 bulan dan masa SD (6 12 tahun). Penyakit ini mampu
menyebabkan cacat dan kematian karena komplikasinya seperti radang paru
(pneumonia); diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis)
terutama pada anak dengan gizi buruk. Penularan campak terjadi lewat udara atau
butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau
mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit
dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata
kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya.
Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik - bintik putih yang akan
bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu - dua hari kemudian
timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5C. Seiring dengan itu,
barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini.
Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul
di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.
Dalam waktu 1 minggu, bercak - bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh.
Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa
bagian tubuh saja dan tidak banyak. Jika bercak merah sudah keluar, umumnya
demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi
kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan
waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam
kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina
19
dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu
mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan
obat yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik campak
bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat.
Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak
membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang
paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah
yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
Deskripsi Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan
pelarut steril yang tersedia secara terpisah. Vaksin ini telah memenuhi persyaratan
WHO untuk vaksin campak.
Komposisi
Tiap dosis (0,5 ml) vaksin yang sudah dilarutkan mengandung : Virus Campak >=
1.000 CCID50, Kanamycin sulfat <= 100 mcg, Erithromycin <= 30 mcg
Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang
disuntikkan secara SUBKUTAN, lebih baik pada lengan atas. Vaksin yang telah
dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan
itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2-
8C serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk
sebelum digunakan. Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan
terhadap infeksi. Di negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena
penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan
imunisasi terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270
hari). Di negaranegara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh
dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan efektif jika
diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan
IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever.
20
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan
diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu.
Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Kontraindikasi
1. HIB
21
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat
berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian.
Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan
radang paru dan radang epiglotis. Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang
beredar di Indonesia yaitu vaksin Hib yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide
polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi dengan protein tetanus) dan PRP-OMP
(PRP berkonjugasi outer membrane protein complex).
Jadwal imunisasi
a. Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.
b. Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis
ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.
c. Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi (DTwP/Hib,
DTaP/Hib/IPV)
Dosis
a. Satu dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.
b. Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV (vaksin
kombinasi yang beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam kemasan prefilled
syringe 0,5 ml.
Ulangan
a. Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan.
b. Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali.
2. PCV
Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal
Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput
otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit
ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang
penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi,
22
menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri.
Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah
(invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi
Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini. Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus
yang beredar di Indonesia, yaitu vaksin pneumokokus polisakarida berisi
polisakarida murni, 23 serotipe disebut pneumococus polysaccharide vaccine
(PPV23). Vaksin pneumokokus generasi kedua berisi vaksin polisakarida
konjungasi, 7 serotipe disebut pneumococcal conjungate vaccine (PCV7).
a. Vaksin PCV7 dikemas dalam prefilled syringe 5 ml diberikan
intramuskular.
b. Dosis pertama tidak berikan sebelum umur 6 minggu
c. Untuk bayi BBLR (<1500 gram) vaksin diberikan setelah umur kronologik
68 minggu, tanpa memperhatikan umur atau apabila berat badan telah
mencapai.>2000 gram.
d. Dapat diberikan bersama vaksin lain. Untuk setiap vaksin pada sisi badan
yang berbeda.
3. MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps
(gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman).
Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk
mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki,
nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubella dan menulari sang istri
yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan
kecacatan pada janin. Toksin MMR diberikan pada umur 15 -18 bulan minimal
interval 6 bulan antara imunisasi campak (9 bulan) dan MMR. Dosis satu kali 0,5
ml secara sub kutan. MMR diberikan minimal satu bulan sebelum atau setelah
penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR
pada umur 12 -18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak tambahan pada umur 5-6
tahun tidak perlu diberikan. Ulangan imunisasi MMR diberikan pada umur 6
tahun.
4. Influenza
23
Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus.
Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat
udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.
Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease
alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak
minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan
bergizi seimbang.
Jadwal
Vaksin influenza diberikan pada anak umur 6 sampai 23 bulan, baik anak
sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, HIV,
dan Diabetes).
Dosis
Tergantung umur anak
1) Umur 6-35 bulan 0,25 ml.
2) Umur 3 tahun 0,5 ml
3) Umur 8 tahun: untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan
interval minimal 4 -6 minggu, pada tahun beriktunya hanya diberikan satu
dosis
Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha antero lateral atau
deatoid
5. Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral
(Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam
tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella
typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan
makananminuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang
tubuh, terutama saluran cerna. Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu
tubuh yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di
pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala
lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit
perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak).
Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah.
Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan
24
minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di
rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas
untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi
karena dapat berakibat fatal.
Jenis vaksin
1) Vaksin kapsuler Vi polisakarida
Diberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml pemberian secara intramuskular.
2) Tifoid oral Ty21a - Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun. - Dikemas dalam
kapsul, diberikan 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,5). - Imunisasi
ulangan diberikan setiap 3-5 tahun.
6. Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan
mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel
di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan
oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak
mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah. Vaksin Hep A diberikan
pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi HepB atau HepA diberikan pada
bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin kombinasi di indikasikan pada anak umur
lebih dari 12 bulan terutama catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi
pada anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi Hep B sebelumnya atau
imunisasi Hep B yang tidak lengkap. Kemasan liquid satu dosis/vial prefilled
syringe 0,5 ml. Dosis pediatrik 720 ELISA units diberikan 2 kali dengan interval
6-12 bulan, intramuskular di daerah deltoid. Kombinasi HepB/HepA (berisi Hep B
10g dan Hep A 720 ELISA units) dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml
intramuskular. Dosis HDosis Hep A untuk dewasa (19 tahun) 1440 ELISA units
dosis 1 ml, 2 dosis, interval 6-12 bulan.
7. Varisela
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang
disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.
Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang
25
keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial
menularkan adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul
bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam,
maka tidak menular lagi. Imunisasi varisela diberikan pada anak umur lebih dari 5
tahun. Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, imunisasi
dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak. Dosis 0,5
ml subkutan satu kali. Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2
kali dengan jarak 4-8 minggu.
26
Kontra indikasi pada pemberian imunisasi pentavalen yaitu anak panas tinggi dengan
suhu 380C disertai batuk dan pilek yang keras. Selain itu pada anak yang memiliki riwayat
kejang demam pada pemberian imunisasi DPT-HB atau DPT-HB-Hib sebelumnya, maka
imunisasi selanjutnya agar diberikan oleh dokter ahli. Dosis pemberian imunisasi pentavalen
yaitu 0,5 ml, cara penyuntikan intramuskular. Suntikan diberikan pada paha anterolateral
pada bayi dan di lengan kanan atas pada anak batita saat imunisasi lanjutan. Bayi atau anak
dipangku dengan posisi menghadap ke depan, pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Suntikkan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan kulit.
Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Efek samping setelah pemberian
imunisasi ini biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku ditempat suntikan. Biasanya
berlaku 3 hari, kadang demam jugabisa terjadi. Efek samping ini tergolong ringan, jika
dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh Hib. Jenis dan angka kejadian reaksi
yang berat tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib yang
diberikan secara terpisah. Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan
kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan
nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive
pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dengan angka kejadian 1 kasus per
12.500 dosis pemberian. Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi
mengurangi terjadinya demam.
BAB III
27
Batas wilayah :
o Sebelah utara : Kel. Bukit Duri
o Sebelah timur : Kel. Bidara Cina
o Sebelah selatan : Kel. Cikoko
o Sebelah barat : Kel. Tebet Timur
Luas wilayah : 119 Ha
Jumlah kelurahan :1
Jumlah RW : 14 RW
Jumlah RT : 153 RT
Kondisi wilayah
Daerah rawan banjir
1. RW. 01 : RT.03,04,05
2. RW. 02 : RT, 01,02,03,04
3. RW. 04 : RT. 13,14
4. RW. 08 : RT. 09, 014
5. RW. 10 : RT. 09,10,01
Gambar 1. Peta Kelurahan Kebon Baru (Data Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, 2016)
b.Tingkat Pendidikan.
29
1 Tidak/belum pernah sekolah 5,102 12.94
2 Tidak /belum tamat SD/MI 4,245 10.77
3 SD/MI 5,453 13.83
4 SMP/MI 3,418 8.67
5 SMA/SMK/MA 14,845 37.67
6 Universitas 6,046 15.34
7 AK/Diploma 296 0.75
Tabel 2. Data Tingkat Pendidikan Warga Kelurahan Kebon Baru
Tabel 2. memperlihatkan data bahwa tingkat pendidikan warga kebon baru adalah
lulusan SMA/SMK/MA (37.67%). Namun cukup banyak juga warga yang tidak /
belum pernah sekolah (12.94%) dan tidak/ belum tamat SD/MI ( 10.77%).
c. Mata Pencaharian
Tabel 5. Data Bidang Pekerjaan Warga Kelurahan Kebon Baru
Jumlah
NO. Pekerjaan
Jiwa %
1 Karyawan
- PNS 534 1,11
- TNI & POLRI 616 1,28
- Swasta 10987 22,95
2 Pensiunan 616 1,28
3 Pedagang 12.606 26,33
4 Mengurus Rumah Tangga 7.384 15,42
5 Buruh 5.192 10,84
6 Pelajar/ mahasiswa 9.898 20,67
7 Industri 13 0,02
8 Transportasi 3 0,006
9 Konstruksi 14 0,02
30
Dapat dilihat dari Tabel 4. Bahwa sebahagian besar mata pencaharian warga
kebon baru adalah pedagang yaitu sebanyak 26.33% dari jumlah penduduk di
kebon baru
d. Sarana Pendidikan
TK :9
SD : 16
SLTP :2
SLTA :2
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Kebon baru sebanyak 29
fasilitas. Terbanyak fasilitas SD dengan jumlah 16 dan hanya memiliki SLTP
dan SLTA hanya 2
e. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas Kelurahan :1
RB Swasta :3
Bidan Swasta :8
Praktek dokter umum :9
Praktek dokter gigi :2
Balai pengobatan swasta :8
Apotik :5
Posyandu : 20
Terdapat berbagai macam fasilitas kesehatan di Kelurahan Kebon baru di mana
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebanyak 36 yang terdiri dari
Puskesmas, Peraktek dokter umum, dokter gigi, bidan swasta, dan balai
pengobatan swasta. Dan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM) sebanyak 20, yang terdiri dari Postyandu.
31
REVISI
no Pekerjaan Jumlah
Jumlah %
7 Industri 13 0,02
8 Transportasi 3 0,006
9 Konstruksi 14 0,02
Dapat dilihat dari Tabel 4. Bahwa sebahagian besar mata pencaharian warga
kebon baru adalah pedagang yaitu sebanyak 26.33% dari jumlah penduduk di
kebon baru
f. Sarana Pendidikan
TK :9
SD : 16
SLTP :2
SLTA :2
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Kebon baru sebanyak 29
fasilitas. Terbanyak fasilitas SD dengan jumlah 16 dan hanya memiliki SLTP
dan SLTA hanya 2
g. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas Kelurahan :1
RB Swasta :3
Bidan Swasta :8
Praktek dokter umum :9
Praktek dokter gigi :2
Balai pengobatan swasta :8
Apotik :5
Posyandu : 20
Terdapat berbagai macam fasilitas kesehatan di Kelurahan Kebon baru di mana
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebanyak 36 yang terdiri dari
Puskesmas, Peraktek dokter umum, dokter gigi, bidan swasta, dan balai
31
pengobatan swasta. Dan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM) sebanyak 20, yang terdiri dari Postyandu.
Berdasarkan data pada Tabel 5 jumlah penderita infeksi akut pada saluran napas
bagian atas adalah yang tertinggi diantara 10 penyakit lainnya, yaitu sebesar 4932
penderita. Berdasarkan teori Bloom, ISPA didapatkan karena adanya masalah perilaku
dimana masyarakat belum mengerti sepenuhya mengenai ISPA baik dari penyebab,
gejala, pengobatan, cara penularan maupun pencegahannya. Faktor perilaku hidup
sehat yang tidak diterapkan seperti makanan dengan menu seimbang, olahraga yang
teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, serta istirahat yang cukup
berperan sebagai penyebab ISPA
32
b. VISI
Masyarakat Kelurahan Kebon Baru hidup secara mandiri dengan pengetahuan
preventif terhadap sakit dan penyakit tahun 2020.
c. MISI
Pelayanan prima dapat dijangkau oleh masyarakat Kel. Kebon Baru.
d. STRATEGI
Menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
Meningkatkan system survelens monitoring dan informasi kesehatan.
U : Ulet
Dalam menghadapi masalah selalu bijaksana tidak mudah putus asa,
selalu survive
S : Sederhana
Berpenampilan menarik tidak terkesan komersial
K : Komunikasi
Dalam melaksanakan pekerjaan selalu dikomunikasikan antara
bawahan dan atasan serta lintas sektoral
E : Eling
Selalu ingat pada Yang Maha Kuasa bahwa tugas yang diemban
adalah tugas mulia
S : Sopan
Santun dalam melaksanakan tugas
M : Manusiawi
Tidak memandang social ekonomi maupun SARA
A : Akhlak
33
Berkelakuan baik
S : Senyum
Memberikan pelayanan selalu dengan wajah cerah
34
Pengendalian tersebut dilaksanakan yang mengacu pada :
1. Pencatatan dan pelaporan (tiap bulan,triwulan dan tahunan )
2. Supervisi dan pertemuan tiap 3 bulan untuk presentasi hasil
kegiatan tingkat Sudinkes Jakarta Selatan
3. KLB
Evaluasi kinerja pegawai/organisasi
Evaluasi dilakukan untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja pegawai
sesuai dengan tugas pokok yang diemban masing-masing, untuk
menciptakan pegawai profesional,akuntabel dan berorientasi terhadap
pelayanan prima kepada masyarakat.
Evaluasi kinerja bertitik tolak pada adanya keseimbangan proporsi antara
hasil kerja dengan perilaku kerja dengan periode bulanan dan tahunan.
3 Telepon 1 unit
4 Komputer 3 unit
5 Printer 2 unit
35
b. Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Tabel 9. Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
GOL/ STATUS
NO TENAGA KESEHATAN KEPEGAWAIAN
PNS HONORER
1 Dokter Umum 1/ IIIC
2 Bidan 1 / III C
3 Perawat I / III D
4 Perawat I / II D
5 Dokter Gigi 1
6 Dokter umum 1
7 Bidan 1
8 Perawat 1
9 Gizi 1
10 Asisten Apoteker 1
11 Tata Usaha 1
12 Loket 1
13 Cleaning Service 1
14 Penjaga Malam 1
JUMLAH 4 10
36
k. Kesehatan Lingkungan : Alfi
l. Kesehatan Jiwa : Hani Parlina
m. PKPR : Rovela
n. Gizi : Eva Sari
o. Farmasi : Ferdiana Berta
37
L
B.P.U. LAB
O
B.P.G.
Selesai
K KIA/KB
Imunisasi
E
Apotik
38
Tabel 10. Hasil kegiatan Pelayanan KIA di Puskesmas Kelurahan Kebon BaruPeriodeTahun 2016
Sasaran 3 Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
Berjalan (%)
Kunjungan bumil K1 100 693 173 857 123 123
Kunjungan bumil K4 97 696 174 626 90 92,78
Ibu hamil dengan
komplikasi yang 90 139 35 109 78,4 87,11
ditangani
Pertolongan persalinan
95 664 221 647 97,4 102,52
oleh tenaga kesehatan
Kunjungan nifas 95 668 167 551 82,4 86,73
Kunjungan neonatus 87 633 158 601 94.9 109,08
CPR (KB aktif) 70 6852 1713 4797 70 100
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru Periode Tahun 2016
Tabel 7 menunjukkan pada tahun 2016 terdapat7 indikator yang dinilai pada kegiatan KIA
dan dari indikator-indikator yang masih berada dibawah dari target adalah Kunjungan ibu
hamil K4, ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani dan kunjungan nifas.
39
Tabel 11. Hasil kegiatan Imunisasi di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Periode Tahun 2016
Sasaran 3 Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Kegiatan Persen
(%) 1 tahun (%)
Berjalan (%)
HB NEO 100% 633 158 575 90 90
BCG 95% 633 158 571 90 94.73
DPT/HB-Hib 95% 633 158 581 92 96.84
(1)
DPT/HB-Hib 95% 633 158 575 91 95.78
(2)
DPT/HB-Hib 90% 633 158 457 72 80
(3)
Polio(1) 95% 633 158 608 96 101.05
Polio(2) 95% 633 158 579 91 95.78
Polio(3) 95% 633 158 574 91 95.78
Polio(4) 95% 633 158 465 73 75.78
Campak 90% 633 158 503 79 87.77
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru periode Tahun 2016
Tabel 8di atas menunjukkan 10 indikator kegiatan P2P Imunisasi. Dari 10 nilai pencapaian
indikator, terdapat pencapain keseluruhan mencapai target dan ada beberapa program yang
masih belum mencapai target yang diharapkan.
Tabel 12. Hasil kegiatan Imunisasi Tambahan di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Periode Tahun 2016
Sasaran 3 Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Indikator Bulan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
Berjalan (%)
Pentavalen
45 1629 408 543 33.3 74
Booster
Campak
45 1629 408 471 28.9 64.2
Booster
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru periode Tahun 2016
40
b. Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan
diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah
mencapai yang dikehendaki.Indikator dari pelayanan KB di Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru yaitu, jumlah peserta KB yang aktif, jumlah peserta KB baru, dan jumlah
peserta KB pasca persalinan.
41
4) Tren kecenderungan status gizi (N/D) sebesar 41.12%
5) Efektivitas program (N/S) 65.34,6.17%
Dari kelima indikator pemantauan dan pertumbuhan balita yang masih belum
mencapai target pada tahun 2016 adalah5 program yaitu Cakupan program (K/S),
Partisipasi masyarakat (D/S), Kesinambungan program UPGK(D/K), Tren
kecendrungan status gizi (N/D) dan Efektivitas program (N/S)
Tabel 14. Hasil Kegiatan Pemantauan dan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru Periode Tahun2016
Sasaran 3 Cakupan
Target Pencapaian
Indikator Bulan
(%) (%)
Kegiatan Persen (%)
Berjalan
Cakupan program
100 6765 6765 100 100
(K/S)
Partisipasi masyarakat
85 6765 4300 63.56 74.77
(D/S)
Kesinambungan
95 6765 4300 63.56 66.90
program UPGK (D/K)
Tren kecenderungan
80 4300 1415 32.90 41.12
status gizi (N/D)
Efektivitas program
32 6765 1415 20.91 65.34
(N/S)
- Pelayanan gizi
Indikatornya adalah :
1) Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe sebesar 136.77%
2) Balita usia 0 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif sebesar 203.5
Dari data Oktober - Desember 2016, indikator pelayanan gizi semua mencapai target.
42
Tabel 15. Hasil Kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
periode Tahun 2016
Sasaran Sasaran Cakupan
Target Pencapaian
Indikator Bulan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
Berjalan (%)
Tabel 17. Status Gizi Balita di Kelurahan Kebon Baru Tahun 2016
43
No. STATUS GIZI BALITA JUMLAH PRESENTASE
(%)
1 Gizi Lebih 15 1,06
2 Gizi Baik 1335 94,88
3 Gizi Kurang 47 3,34
4 Gizi Buruk 10 0,71
44
Tabel 18. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Kelurahan Kebon Baruiode
Per Tahun 2016
46
a. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
b. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika,
rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya lainnya.
Untuk kegiatan tahunan UKS, dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat
dimana pada bulan oktober kegiatannya adalah IMM kelas I,II,III SD (DT,TT) dan
loba sekolah sehat. Bulan november dilakukan skrining berkala dan lomba sekolah
sehat . Bulan desember adalah R-R dan skring berkala.
Tabel 20. Diagnosis dan tindakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru periode Tahun 2016
No. Keterangan Jumlah
1. Karies gigi 232
2. Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 764
3. Ginggivitis dan penyakit periodontal 391
4. Gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya 556
5. Penyakit rongga mulut, kelenjar ludah, rahang, dan lainnya 115
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru periode Tahun 2016
47
Tabel 21. Jumlah peserta Upaya Kesehatan Lansia Kelurahan Kebon Baru periode
Tahun 2016
Laporan Kegiatan Jumlah
Jumlah Usila dengan kemandirian A -
Jumlah Usila dengan kemandirian B 4
Jumlah Usila dengan kemandirian C 230
Jumlah Usila dengan Hb normal -
Jumlah Usila dengan Anemia -
Jumlah Usila dengan hipertensi 100
Jumlah Usila dengan jantung 2
Jumlah Usila dengan DM 22
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kebon Baru periode Tahun 2016
Tabel 22. Jumlah kasus jiwa pergolongan umur di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
periode Tahun 2016
Jumlah Kasus Pergolongan Umur
<19 20-44 45-54 55-59 60-69 >70
Jumlah
No. Jenis Penyakit tahun tahun tahun tahun tahun tahun
L P L P L P L P L P L P L P
Skizofrenia dan
1. gangguan 1 - 6 4 1 - - - - - - - 8 4
psikotik lainnya
Gangguan
2. - - 1 1 - - - - - - - - 1 1
psikotik akut
Gangguan
3. - - - - 1 - - - - - - - 1 -
neurotic
4. Retardasi mental - - - - 1 - - - - - - - 1 -
5. Epilepsi - - - - - - - 1 - - - - - 1
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru periode Tahun 2016
48
BAB IV
Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti gambar di atas,
dimulai dari identifikasi masalah. Dari masalah-masalah yang ditemukan dipilih salah satu
yang menjadi prioritas utama melalu teknik Hanlon Kuantitatif. Kemudian penyebab masalah
diidentifikasi melalui metode pendekatan sistem. Konfirmasi penyebab masalah yang paling
mungkin dilakukan dengan wawancara dan observasi. Setelah itu setiap masalah dikaji untuk
dicari alternatif pemecahannya yang kemudian diurutkan sesuai prioritas menggunakan
kriteria Matrix. Rencana penerapan pemecahan masalah dituangkan dalam tabel plan of
49
action. Setelah itu dilakukan intervensi terhadap masalah tersebut dan hasil kegiatan,
monitoring dan evaluasi diserahkan kepada pihak puskesmas.
Tabel 23. Masalah program Puskesmas Kelurahan Kebon Baru Periode Tahun 2016
Sasaran Cakupan
Targe Sasaran Pencapaian
No. Indikator 3 bulan Kegiata Perse
t (%) 1 tahun (%)
berjalan n n (%)
Kunjungan Ibu Hamil
1. 97 696 174 626 90 92,78
K4
50
Ibu hamil dengan
2. komplikasi yang 90 139 35 109 78.4 87.11
ditangani
3. Kunjungan Nifas 95 668 167 551 82.4 86.73
Imunisasi Pentavalen
4. 45 1629 408 543 33,3 74
Booster
Imunisasi Campak
5.
Booster 45 1629 408 471 28.8 64
51
REVISI
action. Setelah itu dilakukan intervensi terhadap masalah tersebut dan hasil kegiatan,
monitoring dan evaluasi diserahkan kepada pihak puskesmas.
50
REVISI
Tabel 23. Masalah program Puskesmas Kelurahan Kebon Baru Periode Tahun 2016
Sasaran Cakupan
Targe Sasaran Pencapaian
No. Indikator 3 bulan Kegiata Perse
t (%) 1 tahun (%)
berjalan n n (%)
Kunjungan Ibu Hamil
1. 97 696 174 626 90 92,78
K4
Ibu hamil dengan
2. komplikasi yang 90 139 35 109 78.4 87.11
ditangani
3. Kunjungan Nifas 95 668 167 551 82.4 86.73
Imunisasi Pentavalen
4. 45 1629 408 543 33,3 74
Booster
Imunisasi Campak
5.
Booster 45 1629 408 471 28.8 64
51
4.4.2 Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase pencapaian hasil
kegiatan dengan pencapaian 100%.
Tabel 24. Program yang belum mencapai target di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 12,58
= 1+ 3,3 (1,08)
= 3,56 dibulatkan menjadi 4
52
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 58,88%
terkecil 7,82%
Interval : nilai terbesar nilai terkecil
k
: 58,88 7,42
4
: 12,86 dibulatkan menjadi 13
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 24. Pembagian interval kelas
Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 7,82 20,82 1
Skala 2 20,83 33,83 2
Skala 3 33,84 46,84 3
Skala 4 46,85 58,88 4
3. Kunjungan Nifas X 1
53
5. Imunisasi Campak Booster X 3
6. Partisipasi masyarakat (D/S) X 2
Kesinambungan program UPGK
7. X 3
(D/K)
8. Kesinambungan status gizi (N/D) X 4
9. Efektivitas program (N/S) X 3
Mendesak :4
Cukup mendesak :3
Kurang mendesak :2
Tidak mendesak :1
Mudah menyebar/meluas :4
Cukup menyebar/meluas :3
Sulit menyebar/meluas : 2
54
REVISI
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 58,88%
terkecil 7,82%
Interval : nilai terbesar nilai terkecil
k
: 58,88 7,42
4
: 12,86 dibulatkan menjadi 13
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 24. Pembagian interval kelas
Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 7,82 20,82 1
Skala 2 20,83 33,83 2
Skala 3 33,84 46,84 3
Skala 4 46,85 58,88 4
53
REVISI
3. Kunjungan Nifas X 1
Mendesak :4
Cukup mendesak :3
Kurang mendesak :2
Tidak mendesak :1
54
e. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
Sangat gawat :5
Gawat :4
Cukup gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1
f. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth)dinilai sebagai berikut:
Sangat mudah menyebar/meluas :5
Mudah menyebar/meluas :4
Cukup menyebar/meluas :3
Sulit menyebar/meluas :2
Tidak menyebar/meluas :1
g. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency) dinilai sebagai
berikut :
Sangat banyak :5
Banyak :4
Cukup banyak :3
Kurang banyak :2
Tidak banyak :1
55
Tabel 27. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan
No. MASALAH U S G P JUMLAH
1. Kunjungan Ibu Hamil K4 2 5 2 1 10
2. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 2 4 1 3 10
3. Kunjungan Nifas 3 4 2 1 10
4. Imunisasi Pentavalen Booster 5 3 2 3 13
5. Imunisasi Campak Booster 4 3 3 2 12
6. Partisipasi masyarakat (D/S) 4 2 2 3 11
7. Kesinambungan program UPGK (D/K) 3 2 2 4 11
8. Kesinambungan status gizi (N/D) 4 3 2 4 13
9. Efektivitas program (N/S) 4 3 1 4 12
56
4.4.4 Kriteria D. PEARL faktor
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kesesuaian (Propriety)
b. Secara Ekonomis murah (Economic)
c. Dapat diterima (Acceptability)
d. Tersedianya sumber (Resources availability)
e. Legalitas terjamin (Legality)
Tabel 29. Kriteria D (PEARL FAKTOR)
No. MASALAH P E A R L
1. Kunjungan Ibu Hamil K4 1 1 1 1 1
2. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 1 1 1 1
3. Kunjungan Nifas 1 1 1 1 1
4. Imunisasi Pentavalen Booster 1 1 1 1 1
5. Imunisasi Campak Booster 1 1 1 1 1
6. Partisipasi masyarakat (D/S) 1 1 1 1 1
7. Kesinambungan program UPGK (D/K) 1 1 1 1 1
8. Kesinambungan status gizi (N/D) 1 1 1 1 1
9. Efektivitas program (N/S) 1 1 1 1 1
Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
57
Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 10 2 1 22 22 VIII
Kunjungan Nifas 1 10 5 1 50 50 VI
58
REVISI
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
f. Kesesuaian (Propriety)
g. Secara Ekonomis murah (Economic)
h. Dapat diterima (Acceptability)
i. Tersedianya sumber (Resources availability)
j. Legalitas terjamin (Legality)
Tabel 29. Kriteria D (PEARL FAKTOR)
No. MASALAH P E A R L
1. Kunjungan Ibu Hamil K4 1 1 1 1 1
2. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 1 1 1 1
3. Kunjungan Nifas 1 1 1 1 1
4. Imunisasi Pentavalen Booster 1 1 1 1 1
5. Imunisasi Campak Booster 1 1 1 1 1
6. Partisipasi masyarakat (D/S) 1 1 1 1 1
7. Kesinambungan program UPGK (D/K) 1 1 1 1 1
8. Kesinambungan status gizi (N/D) 1 1 1 1 1
9. Efektivitas program (N/S) 1 1 1 1 1
57
REVISI
Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
Kunjungan Nifas 1 10 5 1 50 50 VI
58
4.5 ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Kesenjangan antara target yang diharapkan dengan keadaan aktual yang dicapai oleh
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Peneliti menentukan
penyebab masalah dengan membuat diagram fish bone berdasarkan data yang diperoleh
selama 1 tahun terakhir. Penyebab masalah dianalisis menggunakan pendekatan sistem yang
meliputi faktor input, proses, output, outcome, serta faktor lingkungan. Beberapa
kemungkinan penyebab kurangnya cakupan imunisasi pentavalent di Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru tercantum dalam Tabel. 31 di bawah ini.
Tabel 30. Analisis faktor input sebagai kemungkinan penyebab masalah kurangnya
partisiasi masyarakat terhadap program imunisasi pentavalen di Kelurahan Kebon Baru
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
- Tenaga kesehatan - Beberapa Kader kurang
(1 dokter atau 1 bidan dalam pencatatan dan
atau 1 ahli gizi atau pelaporan kepada petugas
MAN perawat) terdapat di puskesmas
(Tenaga Kerja) Puskesmas - Regenerasi Kader tidak
- Pencatatan administrasi berjalan baik
oleh Kader sudah baik
59
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
- Kurangnya media promosi
akan pentingnya program
vaksin pentavalen sebagai
booster (poster)
- Semua perlengkapan vaksin
- Kurangnya penyuluhan
disediakan oleh Kelurahan
MATERIAL mengenai manfaat imunisasi
Kebon Baru
(Perlengkapan) pentavalen booster
- Vaksin dapat diperoleh di
- Tidak sinkronnya jadwal
puskesmas
posyandu sehingga
menghambat pelayanan
petugas
60
Tabel 31. Analisis faktor proses sebagai kemungkinan penyebab masalah kurangnya cakupan
imunisasi pentavalen di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
- Petugas kesehatan terlatih - Kendala pendataan anak
PLANNING dan kompeten yang dilakukan secara rutin
(Perencanaan) - Adanya penjadwalan
pembinaan kader secara
berkala untuk menyegarkan
kembali pengetahuan dan
skill setahun sekali
61
LINGKUNGAN - Rumah warga berdekatan - Minat ibu membawa anak
sehingga informasi untuk disertakan dalam
terlaksananya program mudah program khususnya vaksin
menyebar, warga sudah sadar masih kurang, serta
mengenai posyandu kurangnya keaktifan para ibu
dalam memantau
pertumbuhan dan
perkembangan anak
- Kurangnya motivasi keluarga
untuk mendukung ibu
membawa anak vaksin ke
Posyandu atau puskesmas
- Orang tua yang bekerja
sehingga tidak dapat
membawa anak untuk vaksin
62
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur
Penyuluhan Meningkatka Masyarakat Disesuaika Dokter 1 bulan Anggaran Diskusi dan Meningkatnya
kepada n di wilayah n dengan umum, sekali Puskesmas tanya jawab pengetahuan
masyarakat pengetahuan kerja kegiatan dokter masyarakat,
tentang vaksin masyarakat Puskesmas muda, dan serta
pentavalen tentang Kelurahan koordinator Terlaksanany
booster pentingnya Kebon Baru program a penyuluhan
vaksin Posyandu di mengenai
Puskesmas pentingnya
Kelurahan vaksinasi
Kebon Baru
ii
pentingnya
vaksin
Pengadaan Agar lebih Petugas Lingkup Dokter Setiap Anggaran Memberika Meningkatnya
sesi konsultasi bias kesehatan. Puskesmas muda, diadakan Puskesmas n konsultasi
Pemahaman
terhadap menjawab Kelurahan dokter posyandu secara tatap
tentang
dokter pertanyaan Kebon umum muka
pentingnya
orang tu Baru mengenai
melakukab
ayang masih apa yang
vaksin
belum paham belum jelas
pentavalen
mengenai mengenai
vaksin vaksin
ii
INPUT
- Tidak selalu terdapat
pengawas lapangan dari Penyuluhan tidak rutin diberikan di
kelurahan Kebon baru posyandu maupun puskesmas mengenai
- Beberapa kader vaksin pentavalen booster
posyandu kurang dalam METHOD Pencatatan oleh kader mengenai imunisasi
pencatatan dan
dan riwayat imunisasi masih kurang
pelaporan kepada
MAN
petuas puskesmas
- Regernaris kader tidak
berjalan baik Kurang nya media promosi akan
pentingnya program vaksin
pentavalen sebagai booster
MONEY
Kurangnya penyuluhan mengenai
MATERIAL manfaat imunisasi Target vaksin
Jadwal munisasi yang hanya Ibu balita menganggap imunisasi hanya Ibu balita tidak mengetahui adanya
dua kali seminggu imunisasi wajib imunisasi DPT ulangan
Cara pemberitahuan kader
tentang imunisasi kepada
ibu balita kurang diterima
oleh ibu balita
Kurang kedatangan imunisasi Kurangnya
kepuskesmas Tidak adanya sistem pengetahuan ibu
remaining untuk balita mengenai
imunisasi DPT imunisasi DPT
Kurangnya
ulangan pada usia 18 ulangan dan
penyuluhan tentang
bulan pentingnya pencatatan
DPT booster terhadap
kader di Posyandu
1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan para orang tua akan pentingnya program
vaksin pentavalen booster
2. Media promosi belum ada.
3. Baru di launchingnya program vaksin pentavalent pada Januari 2016
4. Kader yang kurang aktif.
5. Pelaksanaan vaksin di puskesmas hanya dilakukan dua kali seminggu
67
4 Kader yang kurang aktif. - Memberi penghargaan pada
kader terbaik setiap bulannya
68
REVISI
6. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan para orang tua akan pentingnya program
vaksin pentavalen booster
7. Media promosi belum ada.
8. Baru di launchingnya program vaksin pentavalent pada Januari 2016
9. Kader yang kurang aktif.
10. Pelaksanaan vaksin di puskesmas hanya dilakukan dua kali seminggu
67
REVISI
68
Pelaksanaan vaksin di
puskesmas hanya dilakukan dua
kali seminggu karena jumlah Meningkatkan hari pelayanan dan menambah
jumlah tenaga kesehatanMemberi penghargaan
tenaga kesehatan yang minimal pada kader terbaik setiap bulannya
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut :
1. Memberi Penyuluhan akan pentingnya vaksin pentavalent, kelebihan vaksin, selalu
membawa buku saat vaksin
2. Pengadaan poster dan leaflet di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru dan di Posyandu
tentang pentingya program vaksin pentavalent
3. Membuka sesi konsultasi dokter
4. Membuat program menarik untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan kebutuhan
vaksin anak
5. Memberi penghargaan pada kader terbaik setiap bulannya
6. Meningkatkan hari pelayanan dan menambah jumlah tenaga kesehatan
69
Dengan nilai 1-5, dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5, dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati
angka 1.
70
Setelah penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah dengan
menggunakan kriteria matrix maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalahrendahnya partisipasi masyarakat (D/S) pada program posyandu di wilayah
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru adalah sebagai berikut :
1. Membuka sesi konsultasi dengan dokter
2. Memberi Penyuluhan akan pentingnya vaksin pentavalent, kelebihan vaksin, selalu
membawa buku saat vaksin
3. Membuat poster dan leaflet di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru dan Posyandu
akan pentingnya program vaksin pentavalent
4. Memberi penghargaan pada kader terbaik setiap bulannya
5. Membuat program menarik untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan kebutuhan
vaksin anak
6. Meningkatkan hari pelayanan dan menambah jumlah tenaga kesehatan
72
RENCANA KEGIATAN (Plan of Action)
Tabel 35. Plan of Action imunisasi DPT booster di Kelurahan Kebon Baru Wilayah Puskesmas Kecamatan Tebet
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur
Menyelenggarakan Meningkatkan terget Ibu dan Puskesmas Dokter Senin sampai - Tatap Angka
Pemberian imunisasi imunisasi yang balita Umum Jumat Muka kedatangan ibu
setiap hari kerja diharapkan dan balita
Dokter untuk
Muda imunisasi
meningkat
Petugas
Puskesmas
Menyelenggarakan Memberikan informasi Ibu dan Posyandu Dokter Disesuaikan Tidak Ada Tatap Meningkatkan
penyuluhan di serta memotivasi ibu Kader muda Muka peran serta
Posyandu mengenai dan keluarga untuk keluarga
pentingnya imusisasi berpartisipasi dalam khususnya
DPT ulangan imusiasi DPT ulangan dalam
penjadwalan
imunisasi DPT
ulangan
Pengadaan poster di Memberikan media Ibu Posyandu Dokter Disesuaikan Tidak ada Tatap Meningkatkan
Puskesmas Kelurahan informasi tentang muda muka peran ibu
Kebon Baru dan di pentingnya Imunisasi untuk
Posyandu tentang DPT ulangan memantau
pentingya dilakukannya Petugas imunisasi anak
imunisasi DPT ulangan Puskesmas
73
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur
Pembagian leaflet di Memberikan Ibu dan Puskesmas Dokter Disesuaika - Media Meningkatkan
Posyandu untuk ibu informasi sera Keluarga Kelurahan muda n promosi peranserta
guna menambah ilmu memotivasi ibu dan Kebon keluarga
pengetahuan imunisasi keluarga untuk Baru khususnya
DPT ulangan. berpartisipasi dalam
dalam pemantauan Posyandu penjadawalan
imunisasi DPT imunisasi untuk
ulangan anak.
FEB MAR
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4
74
Sosialisasi kepada kader posyandu agar data posyandu dapat dikumpulkan sesuai
jadwal
75
Tabel 37 . Rencana Kegiatan 1 tahun Puskesmas Kelurahan Kebon baru
1 Imunisasi Meningkatnya Pengunjung Sosialisasi Untuk Mengadakan Biaya Semua Kepala Kader Setiap Posyandu
DPT jumlah baduta posbindu dan dan meningkatkan penyuluhan fotokopi ibu program, bulan dan
booster yang posyandu lansia penyuluhan kesadaran mengenai leaflet dan dengan dokter Kepala Puskesmas
imunisasi sama dengan imunisasi masyarakat imunisasi poster baduta di muda untuk RT Kebon baru
booster Jumlah booster mengenai menggunakan wilayah menyampai ataupun
pengunjung pentavalen pentingnya leaflet dan Kebon kan RW
baduta dalam imunisasi poster baru infomasi
kurun waktu booster mengenai
satu tahun di imunisasi
bagi dengan booster
jumlah
penduduk Sosialisasi Untuk Diadakan Biaya Semua Kepala Kader Setiap Posyandu
baduta yang ada dan meningkatkan penyuluhan fotokopi ibu program, bulan dan
penyuluhan pengenalan menggunaakan leaflet dengan dokter muda Kepala Puskesmas
di wilayah
leaflet dan media untuk RT
tersebut dalam mengenai masyarakat baduta di Kebon baru
penyuluhan lain. menyampaika
kurun waktu penyakit terhadap wilayah n infomasi
satu tahun di dan penyakit dan Mengajak Kebon mengenai
kalikan 100% komplikasi komplikasi masyarakat untuk baru penyakit dan
yang yang mengunjungi komplikasi
berhubunga berhubungan Posyandu dan berhubungan
n dengan dengan Puskesmas Kebon dengan
baru imunisasi
imunisasi imunisasi
booster
booster booster
76
BAB V
HASIL
77
Untuk para Kader akan diberikan penyuluhan tentang Imunisasi DPT booster. Agar
nantinya pada saat posyandu para kader akan lebih sigap untuk mengingantkan ibu-ibu
pemilik balita akan pentingnya imunisasi DPT booster. Juga di harapkan untuk para kader
bisa mencatat dan menjadwalkan untuk dilakukannya imunisasi DPT booster
Untuk para ibu-ibu pemilik balita, selain di lakukkannya penyuluhan akan di lakukan
penyebaran leaflet tentang imunisasi DPT booster. Hal ini diharapkan ibu-ibu pemilik balita
mengenal, mengetahui, serta mau membawa balitanya untuk dilakukan imunisasi DPT
booster pada usia 18 bulan. Pada Leaflet selain sebagai media informasi juga diselipkan
pencatatan tanggal kembali balita untuk dilakukan imunisasi DPT booster. Hal ini dapat di
jadikan sebagai pengingat dikarenakan imunisasi DPT booster itu sendiri baru dilakukan saat
usia 18 bulan.
Selain itu juga di buka sesi Tanya jawab dengan parapemberi penyuluhan apa bila ada
yang kurang atau tidak dimengerti oleh ibu-ibu dan kader Posyandu.
78
BAB VI
PEMBAHASAN
Intervensi kegiatan yang dilakukan pada evaluasi program imunisasi booster campak
dan pentavalen di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru antara lain,
Tanggal Kegiatan
Penyuluhan dilakukan pada tanggal 13 Maret 2017 dan20 Maret 2017 di Posyandu
RW IV wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon baru. Adapun tahap pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :
79
Sebelum di lakukannya penyuluhan kami mencoba untuk menyebar kuesioner untuk
mengetahui seberapa tingkat pengetahuan kader tentang imunisasi DPT ulangan. Dan juga
setelah penyuluhan kami akan memberikan kuesioner ulang untuk mengetahui seberapa jelas
penyuluhan yang kami berikan terhadap para kader posyandu
6.2.2 Pembagian kuesioner dan brosur mengenai imunisasi DPT ulangan di Posyandu
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon baru
Media yang digunakan untuk promosi adalah leaflet . Leaflet berisi tentang imunisasi
DPT booster, serta bagaimana caramendapatkan pelayanan imunisasi di Puskesmas kawasan
Kebon baru. Pada saat pembagian leaflet juga disertai dengan pembagian kuesioner agar diisi
oleh ibu-ibu yang memiliki balita yang berusia antara 9 bulan hingga 24 bulan. Pembuatan
media promosi ini bertujuan agar ibu ibu lebihmemahami konsep imunisasi DPT ulangan
sehingga bisa mengevaluasi imunisasi anak masing-masing. leaflet dibuat dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam, sederhana namun jelas. Penyebaran leaflet
mengenai imunisasi DPT booster dilakukan di puskesmas selama pelaksanaan penyuluhan
dan di poli KIA dan Umum Puskesmas Kelurahan Kebon Baru yaitu pada tanggal Maret
2017 sebanyak 40 . leaflet ini juga direncanakan akan disimpan sebagai persediaan di
puskesmas dan nantinya juga akan dibagikan ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Kebon
baru. Sehingga para ibu tetap memahami dan ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai
imunisasi DPT booster untuk anak-anaknya. Kuisioner diberikan kepada ibu yang memiliki
bayi antara usia 9 sampai dengan 24 bulan dengan tujuan menilai pengetahuan ibu dengan
balita terhadap imunisasi DPT ulanganserta mengetahui kemungkinan faktor yang
menyebabkan kurang tercapainya angka cakupan DPT ulangan
6.2.3Penyelenggarakan Pemberian imunisasi DPT ulangan setiap hari kerja di poli KIA
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Program ini juga akan di berbantukan oleh Dokter umun, Dokter muda (coass), serta
bidan dan perawat. Yang telah mendapatkan pelatihan atau kompetensi tentang pemberian
80
imunisasi pada balita. Selain itu kami juga mencoba memberikan kuesioner kepada ibu-ibu
untuk mengetahi seberapa pengetahuan ibu-ibu balita tentang DPT ulangan ini.
Untuk ibu-ibu yang datang ke poli KIA untuk imunisasi wajib kami memberikan
leaflet atau brosur. Hal ini selain sebagai sarana pemberitahuan atau pengajaran kami tentang
imunisasi. Brosur atau leafleat tadi dapat digunakan sebagai pengingat kepada ibu-ibu agar
pada usia balita 18 tahun dapat di bawa lagi ke puskesmas agar mendapat imunisasi DPT
ulangan kembali.
81
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil intervensi terlihat bahwa pengetahuan dan kesadaran responden mengenai
pentingnya imunisasi DPT booster masih rendah. Mungkin hal ini disebabkan oleh
penyuluhan terhadap masyarakat kebon baru yang kurang berjalan dengan baik. Mengenai
imunisasi DPT booster masih perlu diberikan edukasi kepada masyarakat Kebon baru karena
masih banyak responden yang masih belum mengetahui dan memahaminya dengan baik.
Sebagian besar responden anaknya sudah imunisasi dasar lengkap. Seluruh responden setuju
bahwa imunisasi itu penting dan bertujuan untuk mencegah penyakit, Masih ada beberapa
responden yang belum pernah mendapatkan pengarahan tentang imunisasi DPT ulangan, oleh
sebab itu tingkat pengetahuan ibu harus ditingkatkan. Agar imunisasi DPT ulangan dikenal
dengan baik telah diberikan intervensi kepada masyarakat serta responden berupa penyuluhan
di posyandu, sosialisasi kader , pembagian kuesioner dan brosur, dan sosialisasi berupa
edukasi langsung di poli KIA. Pada penyuluhan disampaikan materi yang membahas tentang
mengenai pentingnya imunisasi, manfaat imunisasi, meluruskan kesalahpahaman tentang
imunisasi, cara mendapatkan pelayanan imunisasi, pemahaman lebih mendalam tentang
imunisasi DPT booster. Selama penyuluhan juga disediakan waktu untuk tanya jawab jika
peserta masih menemukan ketidakjelasan tentang materi ataupun ingin berkonsultasi tentang
kesulitan dalam imunisasi.
7.2 Saran
Dari hasil observasi kami selama evaluasi program, beberapa hal yang dapat kami
sarankan demi kemajuan dan peningkatan dari program ini adalah:
82
7.2.2 Terhadap puskesmas kelurahan Kebon Baru
1. Kurangnya petugas puskesmas untuk turun ke lapangan menyebabkan
kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja kader. Sehingga
seringkali ketika kader menemukan kendala atau kesulitan di lapangan
menjadi tidak tersampaikan kepada petugas kesehatan di puskesmas. Jika
memungkinkan bagi puskesmas untuk menambah jumlah petugas yang
dapat turun langsung untuk memantau kegiatan.
2. Dapat dibuat media pengingat bagi ibu-ibu yang memiliki baduta tentang
imunisasi seperti lampiran rencana jadwal imunisasi atau pengingat yang
kelola oleh kader.
3. Dapat melakukan pengkajian ulang data baduta pada wilayah Kebon Baru
7.2.3 Terhadap masyarakat
1. Diharapkan ibu-ibu semakin tinggi kesadarannya dalam memberikan
imunisasi DPT ulangan bagi anaknya.
2. Diharapkan bagi ibu-ibu yang telah mendengarkan penyuluhan juga dapat
menjadi sumber informasi pengetahuan bagi ibu-ibu lainnya di kemudian
hari agar angka imunisasi DPT booster dapat terus meningkat.
7.2.4 Keterbatasan Penelitian
1. Waktu penelitian
Waktu yang tersedia bagi penelitian ini terhitung cukup singkat mulai dari
penghitungan cakupan program puskesmas sampai dengan pelaksanaan
plan of action, sehingga jumlah sampel yang terjaring pun kurang. Sampel
yang kurang ini ditakutkan menjadi keterbatasan karena mungkin belum
cukup menggambarkan atau mewakili seluruh populasi kelurahan Kebon
Baru.
2. Data penelitian
Data kuesioner yang terkumpul ditakutkan kurang akurat karena pada saat
pengisian kuesioner, ibu-ibu juga sambil mengurusi anaknya yang masih
kecil yang juga terkadang sambil menangis. Konsentrasi ibu mungkin
terpecah antara mambaca pertanyaan kuesioner dan mengurus anaknya.
83
DAFTAR PUSTAKA
1. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010 2.
2. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman imunisasi di
Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta 2005 3.
3. Hadinegoro SRS. Jadwal Imunisasi. Dalam : Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro
SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editor. Pedoman imunisasi di
Indonesia. Ed 3. Jakarta : Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2008.
4. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB, penyunting. Pedoman
Nasional Tuberkulosis Anak. Edisi kedua. Jakarta: UKK Respiratologi PP IDAI;
2007.
5. Lawrence M Tierney Jr MD, Stephen J McPhee MD, Maxine A Papadakis MD.
Current Medical Diagnosis and Treatment 2002.
6. Suyitno, H. Jenis Vaksin. In: Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 4. Jakarta :
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
7. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010
8. Eric AF Simoes MD DCH and Jessie R Groothius MD. Immunization.
9. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Non-spore-forming gram positive bacilli:
corynebacterium, propionibacterium, listeria, erysipelothrix, actinomycetes, & related
pathogens. In: Jawetz, Melnick, & Adelbergs medical microbiology. 23th ed.
McGraw-Hill.2004
10. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2014
[image on the Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014 Available from :
I (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html)
84
LAMPIRAN 1 LEAFLET
85
LAMPIRAN 2.Dokumentasi
86
wawancara dengan pemegang program imunisasi puskesmas kelurahan kebon
baru bidan fara
87
Dengan Pemegang program posyandu balita dan gizi mbak eva di puskesmas
kelurahan kebon baru
88
Persiapan Imunisasi DPT booster pada posyandu balita
89