Anda di halaman 1dari 4

Pemantauan adalah menginterpretasikan data yang ada untuk membantu mengenali

kelainan atau kondisi sistem yang tidak diharapkan, yang sedang terjadi atau akan terjadi. (D. John
Doyle, MD. Cleveland Clinic Foundation).

Standar perilaku untuk pemantauan anestesia

1. Anestesiologis harus hadir dan menjaga keselamatan pasien sepanjang prosedur


anestesia.
2. Semua peralatan harus diperiksa sebelum digunakan.
3. Alat-alat pantau harus terpasang sebelum induksi hingga pulih dari anestesia.
4. Selama prosedur, semua parameter harus dievaluasi berulang-ulang.
5. Data yang diperoleh dari alat pantau harus terekam dalam rekam medis anestesia.
6. Standar ini berlaku untuk semua tindakan anestesia, baik berupa MAC (monitored
anesthesia care), sedasi, anestesia regional ataupun anestesia umum

Pemantauan dalam anestesia

Pada hakikatnya, semua sistem tubuh perlu dipantau untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan yang dapat terjadi selama anestesia dan pembedahan, baik dikarenakan obta dan teknik
anestesia maupun karena prosedur pembedahannya. Komplikasi ini dapat mengenai organ atau
sistem mana pun.

1. Susunan saraf: stroke, kejang, cedera atau infeksi.


2. Kardiovaskular: hipotensi atau hipertensi, aritmia hingga henti jantung, hipovolemia,
perdarahan dan lain-lain.
3. Pernapasan: intubasi esofagus, intubasi endobronkial, aspirasi, hipoksia, hipoventilasi,
pneumotoraks, atelektasis paru dan lain-lain.
4. Gastrointestinal: distensi abdomen perdarahan.
5. Hepatorenal: gangguan koagulasi, gangguan metabolisme, gagal ginjal akut.
6. Lain-lain: gangguan asam basa dan elektrolit, hipotermia atau hipertermia.

Pemantauan dasar paling sedikit harus dapat mendeteksi hal-hal yang mengancam nyawa,
oleh karena itu sering dikenal dengan tanda-tanda vital (vital sign). Untuk keperluan pemantauan
tanda-tanda vital tersebut, alat pantau yang perlu ada untuk setiap prosedur anestesi adalah:

1. Oksimeter denyut
2. Pengukur tekanan darah, invasif atau noninvasif
3. EKG
4. Stetoskop
5. Kapnograf, jika digunakan laryngeal mask airway (LMA) dan endotracheal tube (ETT).
6. Anesthetic gas monitor, jika digunakan zat anestetik volatil.

Alat pantau no.1-3 merupakan kebutuhan dasar yang wajib ada.


Pada banyak kasus mungkin diperlukan pemantauan lain sesuai dengan jenis anestesia atau
kondisi pasiennya.

1. Termometer
2. Kateter dan kantong urin
3. Kateter vena sentral
4. Stimulator saraf perifer (jika digunakan pelumpuh otot)
5. Spirometer untuk mengukur volume tidal
6. Ekokardiografi transesfageal (TEE).

Pemantauan Krdiovaskular

Tekanan darah

Pemantauan tekana darah adalah keharusan dalam setiap prosedur anestesia


karena tanpa ini tanda-tanda ketidaknormalan perfusi organ sulit dideteksi secara dini.
Tekanan darah dapat diukur secara invasif maupun non invasif. Secara invasif diperlukan
pengukuran langsung pada arteri, sedangkan secara non invasif didapatkan melalui
pengukuran menggunakan sfigmanometer.
Tekanan arteri rata-rata (mean artery preasure) adalah nilai rata-rata dari TD sistolik
dan diastolik.
MAP = (syst BP + 2x diast BP)/3
MAP dipercaya merupakan tekanan perfusi organ, yaitu tekanan optimal yang
diperlukan untuk terjaminnya keukupan pasokan darah dan O2 ke jaringan tubuh.
Besarnya MAP pada orang dewasa normal sekitar 60-70 mmHg.
Tekanan nadi (pulse preasure, PP) adalah selisih antara tekanan sistolik dengan
tekanan diastolik. Dari besarnya PP dapat diperkirakan secara kasar kondisi pembuluh
darah. PP yang kecil seringkali dihubungkan dengan tingginya SVR, sedangkan PP yang
besar seringkali berhubungan dengan vasodilatasi atau ada lesi pada sistem
kardiovaskuler, misalnya regurgitasi pada katup jantung atau terdapat pirau (shunt) pada
sirkulasi sistemik seperti PDA (Patent atau Persistent Ductus Arteriosus).
Menurut Joint National Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Preasure ke-7 (JNC7) tahun 2004, normotensi ditegakan jika TD
<120/80 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC7
Klasifikasi TD TD sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Prahipertensi 120-139 Atau 80 89

Hipertensi stadium I 140-159 Atau 90 99

Hipertensi stadium II >159 Atau >99


Tekanan darah tinggi pada periode prabedah harus diketahui dulu penyebabnya,
sebelum memutuskan untuk memberikan terapi. Beberapa penyebab tersering hipertensi
praprabedah antara lain:

Penyakit ginjal
Kelainan endokrin
Sindroma Cushing
Hiperkalsemia
Psikologis
Kelainan anatomik jantung

Berbeda dengan hipertensi prabedah, peningkatan TD intraanestesia harus dicermati


dan ditindaklanjuti. Hipertensi intraanestesia hampir selalu merupakan reaksi fisiologik
atas meningkatnya tonus simpatis. Bebrapa kemungkinan pencetus peningkatan TD
intaanestesia adalah:

1. Anestesia yang mendangkal. Pada anestesia umum, meskipun analgesia cukup


namun jika tingkat sedasi turun akan menyebabkan rangsangan simpatis.
Hasilnya adalah peningkatan TD disertai naiknya laju nadi (HR).
2. Nyeri. Nyeri adalah penyebab tersering peningkatan tonus simpatis. Sama
dengan pendangkalan anestesia, nyeri menyebabkan naiknya TD disertai naiknya
HR.
3. Hipoksia dan/atau hiperkarbia. Gangguan oksigenasi dan ventilasi juga
merupakan stress fisiologik bagi tubuh. Respon fisiologi terhadap stress adalah
peningkatan tonus simpatis berupa peningkatan TD dan HR.
4. Asidosis. Asidosis juga merupakan stress fisiologi.
5. Penekanan / penyempitan pada pembuluh arteri. Mengecilnya diameter
pembuluh darah arteri meningkatkan resistensi (SVR), meningkatkan tekanan
aliran darah.
6. Hipertemia malignan (MH). Ini adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
pajanan zat anestetika inhalasi pada pasien yang memiliki kelainan ini. Kelainan
ini sama sekali bukan reaksi alergi terhadap zat anestetika. Manifestasi klinik
yang klasik adalah kekauan otot skeletal, produksi panas dan CO2 yang progresif
dan berat, asidosis, peningkatan berat rangsang simpatis dan akhirnya kematian.

Selain dapat meningkat, TD juga dapat turun. Umumnya dikatakan bermakna jika TD
sistolik turun >20% dari nilai basal. Beberapa penyebab tersering turunnya TD
intaanestesia adalah:

1. Anestesia terlalu dalam


2. Vasodilatasi
3. Hipovolemi
4. Refleks vagal

Anda mungkin juga menyukai