Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS NASIONAL

Oleh:
Kelompok I (Kelas D4-IIC)

Anggota Kelompok:
Ni Nyoman Juliawantari (1515644040)
Putu Devira Adista Mayasita (1515644102)
Ni Luh Mita Sugiartini (1515644112)

POLITEKNIK NEGERI BALI


JURUSAN AKUNTANSI, PRODI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
2015/2016
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas paper ini sesuai dengan waktu yang
sudah ditetapkan.
Paper ini merupakan suatu bentuk penyelesaian tugas Pendidikan
Kewarganegaraan, yang bertema Identitas Nasional . Dengan selesainya paper ini,
kami berharap mampu mengetahui dan memahami Identitas Nasional itu dengan baik,
sehingga nantinya kami dapat memaparkannya dengan turut serta turun dalam
lingkungan masyarakat. Turun dalam hal menunjukkan betapa pentingnya Identitas
Nasional tersebut dan bagaimana upaya untuk tetap mempertahankannya. Di mana
dalam paper ini secara umum menguraikan tentang pengertian Identitas Nasional,
faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional, Pancasila sebagai kepribadian
dan Identitas Nasional, dan keberadaan Pancasila sebagai Identitas Nasional pada era
reformasi dan globalisasi.
Selesainya paper ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama bimbingan
dari dosen di kampus, pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku-buku panduan,
dan dukungan dari teman-teman. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diperlukan. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Om Santih, Santih, Santih Om

Jimbaran, 28 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A Latar Belakang........................................................................................................1
B Rumusan Masalah..................................................................................................2
C Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A Pengertian Identitas Nasional.................................................................................3
1. Tujuan Identitas Nasional...................................................................................4
2. Ciri-Ciri atau Sifat-Sifat Khas Bangsa Indonesia...............................................4
3. Nasionalisme.......................................................................................................5
4. Integratis Nasional..............................................................................................5
5. Beberapa Bentuk Identitas Nasional Indonesia..................................................5
B Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional........................................7
C Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional........................................10
D Keberadaan Pancasila sebagai Identitas Nasional pada Era Reformasi dan
Globalisasi...................................................................................................................14
1. Era Reformasi...................................................................................................14
2. Era Globalisasi..................................................................................................15
3. Perlunya kita menjunjung tinggi identitas nasional..........................................17
4. Sikap Masyarakat Indonesia Terhadap Identitas Nasional Indonesia...............18
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
A Kesimpulan...........................................................................................................19
B Saran.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara
berkelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang
besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya, mereka membentuk kelompok
lebih besar lagi seperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian, manusia hidup
bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara
merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-
cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama.
Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Ciri khas sebuah bangsa
merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga
merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati
dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa. Identitas nasional
merupakan ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang tentunya berbeda antara satu
bangsa dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
bermacam identitas nasional yang mengkhaskan dan tentunya berbeda dari negara-
negara lainnya. Beragamnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu
tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnya,
terlebih di era globalisasi seperti saat ini. Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau
zaman yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Identitas nasional adalah citra diri dari sebuah bangsa yang dilihat oleh negara
lain. Jangan sampai kita tergiur oleh arus globalisasi yang menampilkan pesona negara
lain, sehingga kita terlena dan takjub yang pada akhirnya bisa membuat kita untuk
melupakan dan tidak mau mengenal identitas bangsa kita sendiri. Untuk itu, sebagai

1
generasi muda Indonesia seharusnya kita sudah mengenal dan mengetahui apa saja
identitas nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya banyak generasi muda
Indonesia yang belum tahu tentang apa itu identitas nasional dan apa saja wujud dari
identitas nasional bangsa Indonesia itu sendiri. Seringkali kita marah ketika aset
identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya
kita sebagai warga negara Indonesia bersikap pasif dan enggan untuk mengembangkan
dan mengoptimalkannya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kelompok kami akan membahas tentang apa
yang dimaksud dengan definisi dan tujuan dari identitas nasional, apa saja faktor-faktor
pendukung kelahiran identitas nasional, apa yang menjadi dasar Pancasila dijadikan
sebagai kepribadian dan identitas nasional, unsur-unsur identitas nasional, dan
bagaimana keberadaan Pancasila sebagai identitas nasional pada era reformasi dan
globalisasi. Yang diharapkan dapat bermanfaat untuk kita semua dalam memahami,
mengoptimalkan dan melestarikan identitas nasional bangsa kita yaitu Indonesia.

B Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini,
yaitu :
1. Apa pengertian Identitas Nasional?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional?
3. Apa yang menjadi dasar Pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional?
4. Bagaimana keberadaan Pancasila sebagai Identitas Nasional pada era reformasi dan
globalisasi?

C Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian Identitas Nasional.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional.
3. Untuk mengetahui dasar Pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional.
4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila sebagai Identitas Nasional pada era
reformasi dan globalisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara
etimologis, identitas nasional berasal dari kata identitas dan nasional. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau
jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan
dengan yang lain. Dengan demikian, identitas berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri
yang dimiliki seseorang, kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa sehingga dengan
identitas itu bisa membedakannya dengan yang lain. Kata nasional merujuk pada
konsep kebangsaan. Nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup
manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokkan berdasarkan ras, agama,
budaya, bahasa, dan sebagainya. Oleh karena itu, identitas nasional lebih merujuk pada
identitas bangsa dalam pengertian politik (Political Unity). Jadi, pengertian identitas
nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat Pancasila dan
juga sebagai ideologi negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk di sini adalah tatanan hukum yang
berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai dasar negara yang merupakan norma
peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga negara tanpa kecuali Rule Of
Law, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga negara, demokrasi serta hak
asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian yang demikian maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis (Kaelan, 2010: 43).

3
1. Tujuan Identitas Nasional
Seperti yang sudah diketahui bahwa identitas/jati diri nasional itu adalah jati diri
yang dimiliki oleh warga negara/suku bangsa dari suatu negara/Indonesia. Sebagaimana
identitas itu muncul dan ada dalam interaksi yang menimbulkan kebudayaan. Maka,
kebudayaan itu menjadi pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.
Seorang yang memiliki identitas nasional, ia harus bangga mengakui Indonesia sebagai
negaranya. Karena salah satu ciri identitas / jati diri nasional orang Indonesia adalah
orang yang memiliki peradaban tinggi. Jika kita merasa bahwa diri kita adalah bagian
dari bangsa Indonesia maka konsekuensinya kita harus berbuat apa terhadap Indonesia,
apa yang harus kita lakukan agar Indonesia baik dimata semua orang dan dunia.

2. Ciri-Ciri atau Sifat-Sifat Khas Bangsa Indonesia


Ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
bangsa-bangsa lain di dunia, mencakup :
a. Identitas manusia.
Manusia merupakan makhluk yang multi dimensional, paradoksal dan
monopluralistik. Keadaan manusia yang multi dimensional, paradoksal dan sekaligus
monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain
dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau
pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara
individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada
dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.
b. Identitas nasional.
Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik
menyangkut sosiokultural atau religiositas.
c. Identitas fundamental/ ideal
Pancasila yang merupakan falsafah bangsa.
d. Identitas instrumental
Identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya
berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.
e. Identitas religiusitas
Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.
f. Identitas sosiokultural, Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya.
g. Identitas alamiah, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

4
3. Nasionalisme
Indonesia Nasionalime merupakan situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang
secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat efektif
sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno
adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran,
hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Nasionalisme Indonesia ditandai lahirnya
Hasil Politik Etis (abad 19-20), Tumbuhnya Paham Nasionalism, Budi Utomo 1908,
Indische Partij 1912, Volksraad 1917, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945.

4. Integratis Nasional
Menurut Mahfud M.D integrai nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang
berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh secara
sederhana memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi
suatu bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan
yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membesarkan SAR. Ini perlu
dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya
kesatuan dan persatuan bangsa.

5. Beberapa Bentuk Identitas Nasional Indonesia


a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan.
Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai
bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.
b. Sang Merah Putih sebagai bendera negara.
Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah
dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera
negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945,
namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.
c. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

5
Lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928
dalam Kongres Pemuda II.
d. Burung Garuda
Merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai lambang negara.
e. Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi
satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap
berkeinginan untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
f. Pancasila
Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan
sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas
nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi)
bangsa.
g. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara.
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi
dalam tata urutan peraturan perundangan dan dijadikan sebagai pedoman
penyelenggaraan bernegara.
h. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik.
Sistem politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini
identitas negara kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
Konsepsi Wawasan Nusantara. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
i. Kebudayaan
Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah
diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok
bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional. Tumbuh dan disepakatinya beberapa
identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah diawali dengan adanya kesadaran
politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai dengan ciri dari

6
pembentukan negara-negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah tumbuhnya
semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang penjajahan
dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh kuat
dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional
Indonesia.
B Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan
menjadi identitas bersama suatu bangsa, meliputi: primordial, sacral, tokoh, bhineka
tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan, Surbakti,
1999).
1. Primordial
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan keluarga),
persamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan adat istiadat. Faktor
primordial merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat
membentuk bangsa-negara. Contoh: Bangsa Yahudi membentuk Negara Israel.
2. Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan
faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara.
3. Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat
pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpin di beberapa negara di
anggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol persatuan
bangsa yang bersangkutan. Beberapa contoh, misalnya: Mahatma Ghandi di India, Tito
di Yugoslavia, Nelson Manndellla di Afrika Selatan, dan Soekarno di Indonesia.
4. Bhineka Tunggal Ika
Prinsip Bhineka Tunggal Ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan (Unity in Diversity). Yang disebut bersatu dalam perbedaan
adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan
pemerintahannya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, dan
agamanya.
5. Sejarah

7
Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas
tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antara anggota masyarakat itu.
6. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan
variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan.
Semakin kuat saling ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan
ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas
yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile Dirkhiem disebut solidaritas
organis. Faktor ini berlaku di masyarakat industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa
Barat.
7. Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa merupakan lembaga-
lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi, angkatan
bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal-usul dan golongannya dalam
masyarakat. Kerja dan perilaku-perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang
sebagai satu bangsa.

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia, meliputi :
1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia
di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis,
sosial dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia
ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta

8
identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari
interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat,
bangsa, dan negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala
nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX. Robert de Ventos,
sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya,The Power of Identity (Suryo,
2002), mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor
pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.
Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya.
Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah
serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan
kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman,
dan hal inilah yang di kenal dengan Bhineka Tunggal Ika.
Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara. Dalam
hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang
bersifat dinamis. Pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat ditentukan
oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan
negaranya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa
Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia.
Demikian pula menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah dikembangkan
sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan.
Faktor keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif
melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad
dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui
memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat
bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis

9
dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan,
menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan
identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena itu
pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya
seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan
terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

C Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Kepribadian dengan kata dasarnya pribadi (manusia sebagai perseorangan);
kepribadian berarti keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang.1 Berangkat
dari pengertian kata kepribadian seperti tersebut di atas maka apabila Pancasila disebut
Kepribadian Bangsa Indonesia berarti bahwa keseluruhan nilai-nilai Pancasila
merupakan sifat dan watak manusia bangsa Indonesia secara turun-temurun.
Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah), dan mempunyai arti
dinamis (bergerak), jiwa ini ke luar diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku,
serta amal-perbuatan. Sikap mental, tingkah-laku, dan amal-perbuatan bangsa Indonesia
mempunyai ciri-ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas
inilah yang kita maksud dengan kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah
Pancasila. Dapat dicontohkan , masing-masing sebagai berikut:
1. Penganut agama Islam memberikan bantuan/sumbangan bagi penganut agama
Kristen pada saat kegiatan pembangunan rumah ibadah begitu pula sebaliknya,
merupakan kebiasaan yang memberi ciri dan corak bagi umat beragama di
Indonesia sesuai amanat butir kedua sila pertama dari Pancasila.
2. Setiap manusia Indonesia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam
pergaulan hidup sehari-hari senantiasa berprilaku yang bercorak atau bercirikan
pengakuan akan persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia. Bagi bangsa Indonesia konsep pergaulan hidup
sebagaimana diuraikan di atas sudah membudaya oleh sebab itu bangsa Indonesia
dikenal bangsa yang ramah-tamah.
1
(Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta halaman 768).

10
3. Manusia-manusia Indonesia yang berwatak kekeluargaan, senantiasa dalam
perjuangan membela kepentingan bersama selaku menampakkan corak atau ciri
rela berkorban atau dengan tulus mau berkorban tanpa pamrih dalam membela
kepentingan bangsa serta negara (dengan menyadari bahwa di dalam kepentingan
bangsa/negara terpaut kepentingan pribadi).

Identitas setiap manusia ditentukan oleh ruang hidupnya yang secara alami akan
berakulturasi dan membentuk ciri khas atau karakter khas dalam norma kehidupan.
Identitas diartikan sebagai ciri/keadaan khusus, dalam antropologi berarti sifat khas
yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri,
komunitas sendiri, dan negara sendiri. Identitas tidak hanya mengacu pada individu
tetapi juga pada suatu kelompok.
Identitas meliputi nilai, norma dan simbol ekspresi sebagai ikatan sosial untuk
membangun solidaritas dan kohesivitas sosial yang digunakan untuk menghadapi
kekuatan luar yang menjadi simbol ekspresi yang memberikan pembenaran bagi
tindakan pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan
nasional berasal dari bangsa sendiri atau meliputi diri bangsa. Jadi identitas dan
kepribadian nasional itu jati diri yang membentuk bangsa yaitu berbagai suku bangsa,
agama, bahasa, budaya nasional, wilayah nusantara, ideology Pancasila.2
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional,
memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern,
diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Para pendiri negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini,
kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan yang akan
meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu
ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat dari filsafat hidup atau
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi, dasar filsafat suatu negara berakar

2
(Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati Diri
Bangsa, Grasindo, Jakarta, Hal 55)

11
pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Hal inilah yang
menurut titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya
sebagai suatu pandangan hidup masyarakat. (Titus, 1984)
Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat Pancasila
bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau pengusa melainkan
melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara
formal yuridis dalam pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia,
dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila
yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Dalam
pengertian seperti ini menurut Notonagoro bangsa Indonesia sebagai Kausa Materialis 3
Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, sidang Panitia 9,sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan
secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.4

Unsur - Unsur Pembentuk Identitas dan Kepribadian, yaitu:


1. Suku Bangsa
Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2. Agama

3
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari kepribadian bangsa
Indonesia.
4
(Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Paradigma,
Yogyakarta, Hal 51)

12
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh
dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama
resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama
resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat- perangkat
atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa
Unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur ucapan manusia dan yang
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3


bagian sebagai berikut :
1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara,
dan Ideologi Negara
2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme
dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.
D Keberadaan Pancasila sebagai Identitas Nasional pada Era Reformasi dan
Globalisasi
1. Era Reformasi
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada
sejarah bangsa.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sejalan dengan tibanya era reformasi,
Pancasila mulai diabaikan. Bahkan, hampir tidak disebut-sebut lagi dalam pidato para

13
pejabat. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang selama ini diterapkan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dihapus. Ini semua disebabkan oleh semacam
kejengkelan terhadap rezim Orde Baru yang telah memperalat Pancasila guna
mempertahankan kekuasaannya yang otoriter5
Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P4) yang dimaksudkan untuk
mensosialisasikan Pancasila dan nilai-nilainya di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara telah berubah menjadi sesuatu yang indoktrinatif dan
doktriner. Dengan demikian, Pancasila lalu menjadi kaku, terlebih lagi ketika yang
diajarkan itu tidak cocok dengan peri-kehidupan sehari-hari. Bukanlah sebuah hal yang
tidak lazim, bahwa justru nilai-nilai Pancasila itu sendiri telah dilanggar di dalam
penyelenggaraan P4 pada waktu itu, tegas Pdt. Yewangoe.
Lebih lanjut Pdt. Yewangoe menuturkan, pengalamannya ketika mengikuti
penataran P4 tingkat nasional, di mana telah mengusik rasa tidak enak pada waktu itu.
Rupanya telah disediakan, oleh orang dalam pidato-pidato. Jadi, yang dapat diperoleh
dengan imbalan seperlunya, sehingga orang tidak perlu menulisnya lagi. Maka tidak
heran, diskusi Pancasila yang mestinya dinamis telah berubah menjadi sesuatu yang
sangat membosankan. Ketika P4 dipakai hanya sebagai jembatan kenaikan pangkat bagi
PNS, maka segala macam jalan ditempuh untuk memperoleh sertifikat.
Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila akhirnya gagal diwujudkan
dalam kenyataan. Pancasila cenderung ditingggalkan. Tentu saja hal ini menyedihkan.
Sebab meninggalkan Pancasila sama dengan meninggalkan identitas Indonesia.
Pancasila adalah Indonesia dan sebaliknya Indonesia adalah Pancasila. Di dalam
Pancasila-lah rasa dan semangat kebangsaan kita direfleksikan. Kalau tidak ada lagi,
maka dengan sendirinya pelan kebangsaan mati. Sama seperti pelita kehabisan minyak,
demikian juga Indonesia. Indonesia yang majemuk akan pecah berantakan. Jika
menerapkan ideologi lain selain Pancasila, maka Indonesia yang kita peroleh bukan lagi
yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Meski demikian, usaha Taufik Kiemas untuk
menyalakan kembali nilai nilai kesadaran berbangsa dan bernegara melalui 4 pilar
kebangsaan, yaitu UUD 1945, Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika patut diacungi
jempol.

5
(Titus, 1984 dalam Azymardi Azra)

14
2. Era Globalisasi
Globalisasi memang sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau dihadapi
oleh negara manapun di dunia. Ia mampu memberikan paksaan kepada tiap negara
untuk membuka diri terhadap pasar bebas. Hampir tiap negara mengalami hal serupa
dalam era globalisasi yang serba terbuka ini. Pihak yang diuntungkan dalam
perkembangan situasi ini tak lain adalah negara maju yang memiliki tingkat kemapanan
jauh di atas negara berkembang. Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau
tidak mau, suka tidak suka, harus berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui
interaksi inilah negara maju pada akhirnya melakukan hegemoni dan dominasi terhadap
negara-negara berkembang dalam relasi ekonomi dan politik internasional yang
dilakukannya.
Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya memberikan
tantangan yang harus bangsa ini taklukkan. Era keterbukaan sudah dan mulai mengakar
kuat, identitas nasional adalah barang mutlak yang harus dipegang agar tidak ikut arus
sama dan seragam yang melenyapkan warna lokal serta tradisional bersamanya. Perlu
dipahami bahwa identitas nasional, dalam hal ini Pancasila mempunyai tugas menjadi
ciri khas, pembeda bangsa kita dengan bangsa lain selain setumpuk tugas-tugas
mendasar lainnya. Pancasila bukanlah sesuatu yang beku dan statis, Pancasila
cenderung terbuka, dinamis selaras dengan keinginan maju masyarakat penganutnya.
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan
mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Berhasil atau tidaknya kita
menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita memaknai
dan menempatkan Pancasila dalam berpikir dan bertindak. Salah satu lokomotif
globalisasi adalah teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi ini berimplikasi pada
cepatnya proses informasi dan komunikasi di seluruh belahan dunia. Kalau dulu pernah
ada slogan dunia tak selebar daun kelor maka di era globalisasi slogan itu sebenarnya
telah usang, karena kenyataannya memang dunia selebar daun kelor, Dunia menjadi
sedemikian sempit dan kecil. Beberapa ciri penting (sekaligus sebagai implikasi)
globalisasi adalah: Pertama, hilangnya batas antarnegara (borderless world), maraknya
terobosan (breakthough) teknologi canggih, telekomunikasi dan transportasi, sangat
memudahkan penduduk bumi dalam beraktivitas. Dengan berdiam di rumah atau di
ruang kantor, seseorang bisa bebas selancar ke seluruh isi dunia, sampai sampai

15
rencana pembunuhan pun bisa diketahui sebelumnya. (Suryo, 2002 dalam Kaelan,
2007)
Secara alamiah, tanah air kita memiliki tiga karakteristik utama, yaitu secara
geografis sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau dan ratusan ribu
kilometer garis pantai serta terletak pada posisi silang antara dua benua dan dua
samudra, memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Serta secara
demografis memiliki keanekaragaman yang sangat luas dalam berbagai bidang dan
dimensi kehidupan seperti ras/etnis,agama, bahasa, kultur, sosial, ekonomi dan lain-lain.
Faktor letak strategis dan kekayaan sumber daya alam tadi akan semakin penting
manakala aspek geoekonomi, geopolitik dan geostrategi menjadi bahan tinjauan. 90%
energi yang dibutuhkan Jepang dikapakan melalu perairan Indonesia. 60% ekspor
Australia dikirim ke Asia melalui perairan Indonesia. Amerika Serikat minta
innocentpassage melintas dari timur ke barat di dalam wilayah perairan territorial
Indonesia, bagi pemelihara hegemoni dan aksesnya ke sumber minyak di Timur Tengah,
tidak heran jika banyak negara berkepentingan terhadap kestabilan atau instabilitas
Indonesia yang kaya akan minyak, mineral, hutan dan aneka ragam kekayaan laut. Oleh
karenanya salah satu konsekuensi dari ciri letak strategis dan kekayaan SDA tadi adalah
masuknya berbagai kepentingan asing ke dalam negeri kita.
Tanpa disadari sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat dalam suatu
peperangan dalam kondisi terdesak hampir terkalahkan. Kita dapat saksikan dengan
kasat mata terpinggirkannya nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan,
gotong-royong, toleransi, musyawarah mufakat dan digantikan oleh individualisme,
kebebasan tanpa batas, sistem one man one vote dan sebagainya.
Sebagai suatu paradigma, Pancasila merupakan model atau pola berpikir yang
mencoba memberikan penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai manusia personal
dan komunal dalam bentuk bangsa. Pancasila yang merupakan satuan dari sila-silanya
harus menjadi sumber nilai, kerangka berfikir, serta asas moralitas bagi pembangunan.
Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa plural,
yang secara otomatis menggambarkan bagaimana multikulturalnya bangsa kita. Ideologi
Pancasila hendaknya menjadi satu panduan dalam berbangsa dan bernegara. (Anz
Magnis Suseno, 1995:174)

16
3. Perlunya kita menjunjung tinggi identitas nasional
Menjunjung tinggi identitas nasional sangatlah perlu, oleh karena ciri-ciri atau
tanda-tanda yang terdapat dalam identitas nasional itu, suatu negara mampu
menampilkan watak, karakteristik kebudayaan dan memperkuat rasa kebangsaan.
Identitas nasional juga bisa dikatakan sebagai jati diri yang menjadi selogan-selogan
kibaran bendera kehidupan, karena kedudukannya yang amat penting itu, identitas
nasional harus dimiliki oleh setiap bangsa. Jika dalam suatu bangsa tidak memiliki
identitas nasional maka bangsa tersebut akan terombang-ambing. Namun apabila kita
melihat penomena yang terjadi di masyarakat saat ini, identitas yang dimiliki bangsa
kita seolah-olah telah terkikis dengan adanya pengaruh yang timbul dari pihak luar.
Budaya-budaya barat yang masuk ke negara kita ini, rasanya begitu cepat di serap oleh
lapisan masyarakat. Misalnya saja kita ambil contoh dalam hal berpakaian. Pakaian kita
pada umumnya sudah bergaya kebarat-baratan, dan secara tidak langsung kita telah
mengabaikan prinsip-prinsip ajaran yang memang telah di tentukan. Masyarakat lebih
mudah mengambil budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan corak ketimuran.
Dengan melihat kenyataan ini, terlihat jelas bahwa identitas nasional telah mulai terkikis
dengan datangnya budaya-budaya barat yang memang tidak sesuai dengan budaya
bangsa indonesia. Langkah kita selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk
memerangi pengikisan identitas nasional. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah
menumbuhkan kembali sifat-sifat identitas nasional ke dalam pribadi manusia itu
sendiri agar timbul dalam dirinya sebuah pemahaman akan identitas nasional suatu
bangsa. Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus
tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai Negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan
yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali
kesadaran nasional (Kaelan, 2010: 42).

4. Sikap Masyarakat Indonesia Terhadap Identitas Nasional Indonesia


Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas

17
nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa
dan bernegara.
Contoh sederhana dari implementasi identitas nasional yaitu kewajiban
diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh instansi sekolah maupun non
sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas negara. Seperti
pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menyanyikan
lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada penutup di
akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat SD hingga
SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan Upacara Bendera.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah dijarkan bagaimana
mengimplementasikan identitas nasional sejak dini. Namun, masih banyak yang tak
acuh dalam kegiatan semacam ini. Kebanyakan dari mereka menganggap kegiatan
upacara hanya sebagai kewajiban agar terbebas dari hukuman yang sudah diterapkan.
Dan juga kurangnya penjelasan tentang makna dari kegiatan upacara itu sendiri.
Sehingga mereka tak acuh dengan makna dibalik upacara bendera ini.Implementasi
identitas nasional senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air
secara utuh dan menyeluruh.

18
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

1. Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Berdasarkan pengertian yang demikian maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh
proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
2. Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang
diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa, meliputi: primordial, sakral,
tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia, meliputi : faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan
demografis dan faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
3. Pancasila disebut Kepribadian Bangsa Indonesia berarti bahwa keseluruhan
nilai-nilai Pancasila merupakan sifat dan watak manusia bangsa Indonesia secara
turun-temurun. Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah),
dan mempunyai arti dinamis (bergerak), jiwa ini ke luar diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku, serta amal-perbuatan. Sikap mental, tingkah-laku, dan
amal-perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri khas, artinya dapat
dibedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas inilah yang kita maksud dengan
kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.
4. Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar
pada sejarah bangsa. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sejalan dengan tibanya

19
era reformasi, Pancasila mulai diabaikan. Globalisasi yang hampir
menenggelamkan setiap bangsa tentunya memberikan tantangan yang harus
bangsa ini taklukkan. Era keterbukaan sudah dan mulai mengakar kuat, identitas
nasional adalah barang mutlak yang harus dipegang agar tidak ikut arus sama dan
seragam yang melenyapkan warna lokal serta tradisional bersamanya.

B Saran

Sebagai warga negara yang baik, untuk membuktikan bahwa masyarakat sudah
diajarkan bagaimana cara mengimplementasikan identitas nasional, maka menjunjung
tinggi identitas nasional sangatlah perlu, oleh karena ciri-ciri atau tanda-tanda yang
terdapat dalam identitas nasional itu, suatu negara mampu menampilkan watak,
karakteristik kebudayaan dan memperkuat rasa kebangsaan. Implementasi identitas
nasional senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara
utuh dan menyeluruh. Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme,
muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

20
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi, PT Bumi Aksara : Jakarta.
M. Taopan, 1993, Pengkajian dan Pengembangan Butir-Butir Nilai Pancasila Menurut
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Darmodihardjo,Dardji,1974, Orientasi Singkat Pancasila, Universitas Brawijaya :
Malang.

Sumber internet:
http://agustinapratamasari.blogspot.co.id/2011/11/cirri-bentuk-identitas-nasional.html,
Minggu, 20 Maret 2016 pukul 11. 30
http://007anggi.blogspot.co.id/2015/05/keterkaitan-pancasila-sebagai.html, Minggu, 20
Maret 2016 pukul 12.15
WWW. Google.com : Aliv Fahrudin. Muhamad, 2015, Makalah Pancasila Sebagai
Identitas Nasional, Universitas Dian Nuswantoro : Semarang. Minggu, 20 Maret
2016 pukul 12.30

http://dejuniarta.blogspot.co.id/2015/05/identitas-nasional.html, Senin, 21 Maret 2016


pukul 14.30

iv

Anda mungkin juga menyukai