Anda di halaman 1dari 5

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang paling

sering ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat.
Menurut data World Health Organization (WHO) penderita DM pada tahun 2014
sekitar 422 juta orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun, jumlah terbesar penderita
diabetes melitus berada di wilayah asia tenggara kawasan pasifik yaitu mencapai
8,6% atau sekitar 96 juta.1 Terhitung setengahnya kasus diabetes di dunia. Estimasi
terakhir International Diabetes Federal (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup
dengan diabetes didunia pada tahun 2013.2 Pada tahun 2035 jumlah tersebut
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.2 Diperkirakan dari 382 juta
orang tersebut, 175 juta di anataranya belum terdiagnosis, sehingga terancam
berkembang progresih menjadi komplikasi tanpa pencegahan.1
Riskesdas 2007 yang hanya memeriksa penduduk di perkotaan mendapatkan
di antar responden yang diperiksa gula darahmya 5,7% menderia diabetes melitus.
Dari yang terdeteksi hanyak 26,3% yang telah terdiagnosis sebeumnya dan 73,7%
tidak terdiagnosis sebelumnya.2 Sedangkan pada Riskesdas 2013, dari 6,9& penderita
diabetes melitus yang didapatkan 30,4% yang terdiagnosis sebelumnya 69,6% tidak
terdiagnosis sebelumnya.2 Meskipun terjadi peningkatan proporsi penderita diabetes
melitus yang terdiagnosis namun proporsi yang tidak terdiagnosis sebelumnya masih
besar.1
Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes dsja merupakan gangguan
metaboik menahun kaibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon
yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.1 Akibatnya terjadi peningkatan
konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemia). Terdapat dua kategori utama
diabets melitus, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2, diabetes tipe 2 merupakan 90% dari
seluruh diabetes.1 Patogenesis DM tipe 2(DMT2) belum sepenuhnya diketahui, tetapi
faktor penting yang menjadi fokus perhatian yaitu faktor kerusakan fungsi sel
pankreas dan resistensi insulin, serta faktor individu atau genetik yang meningkatkan
1 kerentanan DM.2 Diabetes melitus bersifat poligenik yaitu bukan hanya satu gen
saja yang berperan tetapi interaksi berbagai gen.
Diabetes, apabila tidak terkontrol akan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal,
amputasi anggota gerak bawah dan berbagai macam konsekuensi jangka panjang
lainnya yang berdampak signifikan pada kualitas hidup penderita.1 Tidak ada
perkiraan secara global bahwa komplikasi tersebut terkait dengan DM, tetapi kondisi
ini banyak mempengaruhi orang yang hidup dengan DM. retinopati diabetikum
menyebabkan 1,9% dari gangguan pengihatan secara global dan penyebab 2,6%
kebutaan di 2010. Studi menunjukkan bahwa prevalensi dari setiap orang yang
menderita DM sekitar 35% semetara proliferative retinopathy sekitar 7%.1
Data dari 54 negara menunjukkan bahwa setidaknya 80% kasus penyakit
ginjal stadium akhir disebabkan oleh diabetes, hipertensi atau kombinasi keduanya.
Proporsi penyakit ginjal stadium akhir disebabkan hanya diabetes saja berkisar antara
12-55%.1 Insiden penyakit ginjal stadium khir sampai 10 kali lebih tinggi pada orang
dewasa dengan diabetes.1 Orang dewasa dengan diabetes secara historis memiliki dua
atau tiga kali lebih tinggi tingkat penyakit kardiovaskular dibanding orang dewasa
dewasa tanpa diabetes.2 Komplikasi penyakit kardiovaskular terus meningkat dengan
meningkatnya glukosa plasma puasa. Beberapa negara di Amerika Utara, Skandinavia
dan Kerajaan Inggris melaporkan terjadi penurunan untuk komplikasi penyakit
kardiovaskular selama 20 tahun terakhir, penurunan ini telah diakaitkan terhadap
pengurangan dalam prevalensi merokok dan penanganan diabetes yang lebih baik.1
Amputasi pada populasi degan diabetes yang didiagnosis biasanya 10 sampai
20 kali lebih tinggi dari populasi nondiabetes, beberapa dekade terakhir berkisar 1,5
menjadi 3,5 kejadian per 1000 orang yang mengalami amputasi pada anggota gerak
bawah bertarif 10 sampai 20 kali lebih tinggi pada orang orang yang terdiagnosis
DM.1,2
Jumlah orang didunia dengan diabetes telah bertambah empat kali lipat sejak
tahun 1980. Pertumbuhan populasi dan penuaan penduduk telah berkontribusi
terhadap peningkatan diabetes. Prevalensi global berlipat ganda dari tahun 1980
sampai 2014, mencerminkan kenaikan berat badan dan obesitas, terutama di negara
yang berpenghasilan menengah.1,3 Peningkatan kadar glukosa bersama sama
bertanggung jawab untuk 3,7 juta kematian, dimana hal hal tersebut dapat dicegah.
Komplikasi dari diabetes sendiri secara signifikan berdampak pada individu yang juga
berdampak pada tingkat populasinya. Diabetes adalah ancaman serius untuk
kesehatan penduduk.1

Dafpus
1. GBD 2013 Risk Factors Collaborators. Global, regional, and national comparative risk
assessment of 79 behavioural, environmental and occupational, and metabolic risks or clusters
of risks in 188 countries, 19902013: a systematic analysis for the Global Burden of Disease
Study 2013. Lancet. 2015;386(10010):2287323.

2. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/info
datin-diabetes.pdf. Di unduh tanggal 23 juni 2013.
3. Departemen Kesehatan R.I Pedoman surveilans Epideomiologi Diabetes
Melitus Direktorat Jendral PP&PL. jakarta : 2007.

Definisi
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu penyakit metabolik ditandai
dengan keadaan hiperglikemia yang disebabkan oleh kombinasi insufisiensi
sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya.4 Diagnosis DMT2 ditegakkan
berdasarkan kriteria WHO yaitu kadar glukosa plasma puasa 7,00 mmol/L (126
mg/dL) atau kadar glukosa 2-jam post- prandial 11,1 mmol/L (200 mg/dL).2 DMT2
termasuk penyakit kronis dengan progresivitas yang cenderung lambat terjadi dalam
jangka panjang. Penegakkan diagnosis DM juga melihat dari gejala DM. Gejala
tersebut dibagi menjadi dua yaitu gejala khas DM dan tidak khas. Gejala khas DM
antara lain polifagia, polidipsia, 3 poliuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab
jelas. Sedangkan gejala tidak khas antara lain: kesemutan, mata kabur, dll.4

4. Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di


Puskesmas Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional;2010
[cited 2017 feb 23]. Available from :http://lib.atmajaya.ac.id/default.a
spx?tabID=61&src=a&id=186192.
Etiologi
Diabetes Melitus tipe II merupakan jenis yang paling banyak dijumpai.
Biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun.
Sekitar 90-95% penderita Diabetes Melitus tipe II.5 Pada Diabetes Melitus tipe II,
pankreas, pankreas masih dapat membuat insulin, tetapi kualitas insulin yang
dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 adalah sel jaringan tubuh dan
otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (insulin resistance)
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam
peredaran darah.5 Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau
mengalami obesitas.
5. Putri K H Nuraini, Isfandi Muhammad. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Gula Darah. Jurnal berkala
epidemiologi. 2013;234-243.

Epidemiologi
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa klit putih berkisar antara 3%-6% dari
jumlah penduduk dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat
dalam 10 tahun terakhir.3 Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat dari
6.536.163 jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010.4 Di Indonesia,
kekerapan diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di beberapa tempat yaitu di
Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%.6

Prevalensi diabetes di dunia pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 2,8% atau
total penderita sebanyak 171 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 4.4% atau
366 juta jiwa pada tahun 2030.4 Peningkatan jumlah penderita DMT2 dikaitkan
dengan peningkatan populasi, penuaan, urbanisasi, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
berkurangnya penyakit infeksi, dan usia harapan hidup semakin meningkat.7 Jumlah
penderita DMT2 di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sebanyak 8.4 juta jiwa
dan menduduki peringkat ke-4 jumlah penderita DMT2 terbanyak di dunia. Jumlah
tersebut diprediksi akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.8 Data-
Data epidemiologi di Indonesia sangat bervariasi. Laporan Riskesdas tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan menunjukkan prevalensi DM di daerah urban Indonesia usia
diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sebesar
1,7% dan terbesar di Provinisi Maluku Utara dan Kalimantan Barat mencapai 11,1%.7
Sedangkan untuk data mengenai prevalensi DMT2 di Bali masih sedikit. Penelitian
oleh Suastika dkk menyatakan prevalensi DM sebesar 7,5%.7 Peningkatan prevalensi
DMT2 secara langsung akan meningkatkan komplikasi DMT2.7 Komplikasi DMT2
didefinisikan sebagai penyakit atau efek merugikan yang timbul dari perjalanan
penyakit DMT2, yang bisa dicegah atau dihambat dengan pengontrolan gula darah,
tekanan darah dan kadar kolesterol HDL pada tingkat normal.7
6. Suyono S. Diabetes melitus di Indonesia. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
hlm.1874-8
7. Wild S, dkk. Global Prevalence of Diabetes, 14 Estimates for the year 2000
and projections for 2030. Diabetes Care. 2004;27:1047 53.
8. Liu dkk. Prevalence of chronic complications of type 2 diabetes mellitus in

outpatients - a cross-sectional hospital based survey in urban China. Health

and Quality of Life Outcomes. 2010;8:62.

Anda mungkin juga menyukai