Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

POST APPENDICTOMY

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari appendik, saluran sempit yang meluas dari
bagian inferior (Sharon Mentik, 1996 : 1150). Appendisitis adalah peradangan
pada appendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. (Syivia
A Price, 1995 : 401)
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun. (Arief Masjoer dkk, 2000).

B. Etiologi
- Adanya fecolit (fases yang mengeras seperti batu) yang masuk lagi dinding
lumen appendiks.
- Adanya biji-bijian yang menyumbat pada appendiks.
- Makanan rendah serat.

C. Patofisiologi

Perubahan status Fecalth / biji-bijian (biji cabe, biji cambu)


kesehatan
Obstruksi appendiks
Defisit informasi
Menganggu aliran limfe
Kurang pengetahuan

Cemas Odema, ulserasi mukosa Appendicsitis akut

Menekan dinding Nekrosis Perforasi Hypertermia


appndik
Kejang
Nyeri

Mual, muntah Resiko gangguan


kebutuhan nutrisi
Lemas

D. Pemeriksaan Khusus
Rebound tenderness (nyeri tekan lepas)
Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan tekanan yang kuat pada abdomen
ditempat yang jauh dari proses inflamasi yang kita curigai, kemudian
tekanan kita lepaskan dengan tiba-tiba.
Iliosopsis test
Penderita diminta memfleksikan a culatio coxae melawan tahanan yang
kita berikan. Kalau proses radang yang letaknya dekat dengan musculus
psoas dengan pemeriksaan tadi penderita akan merasa sakit. Gangguan
dalam derajat rendah dapat diketahui dengan menyuruh penderita berbaring
pada sisi yang berlawanan dan memfleksikan paha pada posisi yang
terkena seluas-luasnya.
Obsturator test
Disini pada dilipat / ditekuk 90 derajat kemudian diadakan endorotasi dan
exorotasi. Rasa nyeri pada hipogastrum dapat ditumbulkan jika ada massa
radang yang letaknya bersentuhan. Hal ini mungkin positif jika ada
appendiksitis pelvis ataupun timbunan cairan atau darah pelvis.

E. Pemeriksaan Penunjang
SDP : leukositosis diatas 12.000 / mm3.
Neutrofri meningkat sampai 75 %
(Nilai normal : 4500 10.000 UI)
Urinalis : Normal, tetapi eritrosit /l eukosit mungkin ada
Foto abdomen : dapat menyatakan adanya penegrasan material pada
appendiks (Fecalisth), rileus terlokalisir
Akan terjadi leukositous ringan (10.000-20.000 / ml) dengan peningkatan
jumlah nefrofil. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk
membedakannya dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan
pada appendisitis kronis tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan
bila telah terjadi infiltrat apendikularis.

F. Diagnosa Banding
Gastroenteritis akut
Adenitis mesenterikum
Divertikulitis meskeli
Enteritis regional, amublasis, ileitas akut, perforasi ulkus duodeni, kolik
ureter, salpingitis akut, kehamilan ektopik terganggu dan kista ovarium
terpuntir juga sering dikacaukan dengan appendisitis. Pneumonia lobus
kanan bawah kadang-kadang juga berhubungan dengan nyeri di kuadran
kanan bawah.

G. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi.
Observasi.
Dalam 8 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi
ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan
dipuaskan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya
appendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen
dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang
secara periodik. Kota abdomen dan thoraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah
dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

2. Operasi apendiktomi.
3. Pasca operasi
Observasi TTV
BU, mual muntah, flatus, kembung

MSS

Mulai bebas

Diet
Mobilisasi terganggu

GA SAB2 jammob. mika/miki12/24 jam (bedrest)


Sadar baik Mulai mob. duduk
Mob. Mika / miki
Berjalan
Mob. duduk
Berdiri
H. Prognosis
Jalan
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan
meningkatkan morbiditas dan morbilitas terjadi komplikasi. Serangan
berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminologi apendisitis
kronis sebenarnya tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius,
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai