PENDAHULUAN
Gangguan depresif adalah suatu gangguan yang sering dengan prevalensi
seumur hidup adalah kira-kira 15 %. Insidens seumur hidup gangguan depresi di
Amerika Serikat adalah 20% pada wanita dan 12% pada pria. Pada tahun 2010,
the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis sebuah laporan
yang mengukur prevalensi depresi di kalangan orang dewasa dari tahun 2006-
2008. Di antara 235.067 orang dewasa, 9% memenuhi kriteria untuk gangguan
depresi, termasuk 3,4% yang memenuhi kriteria untuk gangguan depresi berat.
Mood adalah suasana hati dan perasaan yang menetap, yang merupakan
pengalaman internal dan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. Afek
adalah ekspresi eksternal dari mood. Mood bisa saja normal, meningkat atau
menurun (depresi). Orang sehat mengalami berbagai macam mood dan memiliki
ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih,
mood dan afeknya.
Gangguan mood adalah kumpulan keadaan klinis yang ditandai dengan
hilangnya perasaan kendali dan timbulnya pengalaman subjektif akan adanya
penderitaan berat. Pasien dengan peningkatan mood (mania) menunjukkan sikap
yang meluap-luap, flight of idea, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga
diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan penurunan mood (depresi) akan
kehilangan semangat dan minat, timbul perasaan bersalah, sulit konsentrasi,
kehilangan nafsu makan, dan adanya pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Perubahan ini hampir selalu menimbulkan gangguan fungsi interpersonal, sosial,
dan pekerjaan. Pasien yang hanya menderita episode depresi dikatakan memiliki
gangguan depresi berat atau depresi unipolar.
Sebanyak dua pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa
mereka memiliki penyakit yang dapat diobati dan karena itu mereka tidak mencari
pengobatan. Banyak dari pasien pertama kali datang mencari pengobatan dengan
keluhan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan lambung, atau
perubahan berat badan.
Tes skrining depresi dapat digunakan untuk skrining depresi dan
gangguan bipolar. Yang paling banyak digunakan adalah Hamilton Depression
Rating Scale (HDRS).
Banyak pengobatan efektif yang tersedia untuk gangguan depresi,
termasuk psikoterapi singkat (misalnya, terapi perilaku-kognitif, terapi
interpersonal), yang digunakan baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi
dengan obat. Namun, pendekatan gabungan umumnya memberikan respon
tercepat dan berkelanjutan
TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menetapkan diagnosis atau differential diagnosis di bidang
psikiatri berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental
2. Mampu menjelaskan peranan factor biologic, psikologik, social, dan
spiritual pada gangguan jiwa
3. Mampu memahami etiologi, patifisiologi, tanda, dan gejala dari
differential diagnosis yang ada
SKENARIO
Tidak Nafsu Makan dan Susah Tidur
Nn. S, usia 20 tahun, mahasiswi, dating ke puskesmas diantar ooleh
ibunya, dengan keluhan tidak nafsu makan dan susah tidur. Keluhan tersebut
timbul sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Di samping itu, pasien juga sering
mengurung diri di kamar dan menangis . Walaupun sudah dinasehati oleh kedua
orang tuanya, pasien masih seperti itu, sehingga pasien dibawa ibunya ke
puskesmas.
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya, yaitu 2 tahun yang lalu ketika pasien sedang mengadapi Ujian
Akhir Nasional SMU. Saat itu pasien banyak bicara, euphoria, dan hanya sedikit
tidur karena merasa tidak perlu tidur lama-lama.
Hasil pemeriksaan status mental saat ini didapatkan retardasi psikomotor,
mood depresi, afek menyempit, dan pembicaraan reming, kadang-kadang
blocking. Tidak didapatkan waham, halusinasi, dan ilusi.
RUMUSAN MASALAH
1. mengapa pasien menjadi tidak nafsu makan dan susah tidur?
2. Hubungan gejala saat ini dengan gejala 2 tahun yang lalu?
3. Jenis-jenis gangguan tidur, fisiologi tidur, dan patofisiologinya?
4. Jenis-jenis gangguan mood dan afek, fisiologi, serta patofisiologinya?
5. Jenis-jenis gangguan berpikir
6. Interpretasi pemeriksaan, differential diagnosis, dan penatalaksaannya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEPRESI
Depresi ( dalam arti sempit) adalah perasaan sedih yang bersifat
psikopatologis. Keadaan mood yang berkisar antara susah atau tidak gembira
tahap rendah sampai ke kemurungan yang nyata dan keputusasaan ; pada tingkat
yang ekstrim biasanya disertai pesimisme yang mencolok dan kurangnya harapan
masa depan. Keadaan mental atau emosi di bawah normal; tipe melankolik yang
sedang, murung, muram dengan hati yang tawar. (Ibrahim,2004)
Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresif berat (juga dikenal dengan
depresif unipolar) terjadi tanpa riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik.
Episode depresif berat harus ada setidaknya 2 minggu dan seseorang yang
didiagnosis memiliki episode depresif berat terutama juga harus mengalami
setidaknya empat gejala dari daftar yang mencakup perubahan berat badan dan
nafsu makan, perubahan tidur dan aktifitas, tidak ada energi, rasa bersalah,
masalah dalam berpikir dan membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai
kematian dan bunuh diri (Benjamin dan Virginia, 2010)
Epidemiologi
Gangguan depresif berat adalah gangguan yang lazim ditemukan dengan
prevalensi seumur hidup sekitar 15%, pada perempuan mungkin 25%. Insiden
gangguan depresif berat 10% pada pasien yang berobat di fasilitas kesehatan
primer dan 15% di tempat rawat inap. Prevalensi gangguan depresif berat dua kali
lebih besar pada perempuan daripada laki-laki. Depresi dapat mengenai semua
umur, dan tidak ada perbedaan dalam ras dan sosiokultural. (Benjamin dan
Virginia, 2010)
Etiologi
Faktor Biologis
Norepinefrin dan serotonin, aksis HPA, aksis tiroid
Faktor genetik
Kembar monozigot (50%), saudara sederajat (8-18x lebih besar dari kontrol )
Faktor Psikososial
1. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress
2. Faktor kepribadian premorbid : dependen, obsesif-kompulsif, histerikal
3. Faktor psikoanalitik dan psikodinamik : kehilangan objek cinta
4. Teori kognitif dan perilaku : distorsi kognitif dan ketidakberdayaan yang
dipelajari.
(Benjamin dan Virginia, 2010)
Diagnosis
Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) :
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian kurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang dan berat hanya digunakan
untuk episode untuk episode tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasikandi bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang.
(PPDGJ III,2001)
Episode Depresi
Depresi ringan
Terdapat minimal 2 dari 3 gejala utama + minimal 2 gejala lain
Depresi sedang
Terdapat minimal 2 dari 3 gejala utama+ minimal 3 (sebaiknya 4) gejala lain
Depresi berat
Terdapat 3 gejala utama + minimal 4 gejala lain, dengan / tanpa gejala
psikotik.
(PPDGJ III,2001)
Tipe Depresi
Tipe Depresi Definisi
1. Episode depresi Depresi yang baru pertama kali muncul
2. Depresi berulang Depresi yang muncul kemudian dan
sebelumnya memiliki riwayat berulang
3. Gangguan afektif bipolar Depresi yang didapat sekarang,
sebelumnya ada riwayat manik.
4. Skizoafektif tipe depresif Depresi yang bersama-sama dengan
(Skizodepresif) gejala psikotik yang nyata
5. Depresi yang menyertai - Gangguan mental organik
- Gangguan medik umum
(Benjamin dan Virginia, 2010)
Terapi
- Psikofarmaka : antidepresan (trisiklik, tetrasiklik, SSRI, MAOI)
- ECT
- Psikoterapi diberikan pada saat gejala depresi jauh berkurang dan tilikan
membaik.
- Terapi kognitif
- Terapi perilaku
- Terapi Intrapersonal
- Terapi berorientasi pada psikoanalitik
- Terapi keluarga
(Benjamin dan Virginia, 2010)
B. EPISODE MANIK
Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah
merupakan tanda episode manik. Walaupun orang yang tidak terlibat mungkin
tidak mengetahui sifat mood pasien yang tidak biasanya, mereka yang
mengetahui pasien mengenalinya sebagai abnormal. Selain itu mood mungkin
mudah tersinggung, khususnya jika rencana pasien yang sangat ambisius
terancam. Sering kali, seorang pasien menunjukkan suatu perubahan mood yang
utama dari euforia awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah di
kemudian hari. Suatu kecendrungan menanggalkan pakaian di tempat ramai,
berpakaian dan mengenakan perhiasan dengan warna-warna yang terang dan
dengan kombinasi yang tidak sesuai, dan tidak memperhatikan perincian-
perincian yang kecil (seperti lupa meletakkan gagang telepon pada
tempatnya) juga merupakan gejala gangguan. Sifat impulsif dari banyak
tindakan pasien disertai dengan suatu pendirian keyakinan dan tujuan. Pasien
sering kali terokupasi oleh gagasan agama, politik, finansial, seksual, atau
penyiksaan yang dapat berkembang menjadi sistem waham yang kompleks.
Kadangkadang pasien manik menjadi teregresi dan bermain dengan urine
dan fesesnya. Mania pada remaja sering kali salah didiagnosis sebagai
gangguan kepribadian antisosial atau skizofrenia. Gejala mania pada remaja
mungkin berupa psikosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, usaha bunuh
diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan obsesif-
kompulsif, keluhan somatik multipel, mudah tersinggung yang nyata yang
menyebabkan perkelahian,dan perilaku antisosial lainnya.
D. GANGGUAN BERPIKIR
Berpikir adalah aliran ide, simbol, dan asosiasi yang bertujuan, diawali
sebuah masalah atau tugas dan berakhir pada kesimpulan yang berorientasi pada
kenyataan: bila terdapat urutan yang logis, cara berpikir dianggap normal;
parapraksis (meleset dari logika secara tidak sadar, disebut juga Freudian slip)
dianggap sebagai bagian cara berpikir normal. Cara berpikir abstrak adalah
kemampuan untuk menangkap esensi suatu keseluruhan, memecah keseluruhan
menjadi bagian, dan mencerna isyarat umum.
A. Gangguan menyeluruh dalam bentuk atau proses pikir
1. Gangguan mental: sindrom perilaku atau psikologis yang nyata secara klinis
dan disertai distress atau disabilitas, bukan sekedar respons yang diharapkan
terhadap peristiwa tertentu atau terbatas dalam hubungan antara seseorang
dengan masyarakat.
2. Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari khayalan; uji
realitas terganggu, disertai pembentukan realitas baru (berlawanan dengan
neurosis, gangguan mental dengan uji realitas yang tetap baik, perilaku
dapat tidak bertentangan dengan norma sosial umum, tapi berlangsung lama
atau berulang tanpa terapi)
3. Uji realitas: evaluasi dan penilaian objektif terhadap dunia di luar dirinya
4. Gangguan bentuk pikir: kelainan dalam bentuk pikir dan bukannya isi pikir,
cara berpikir ditandai dengan asosiasi longgar, neologisme, dan konstruksi
yang tidak logis; proses pikir terganggu, dan orangnya disebut psikotik.
5. Pikiran tak logis: pikiran yang mengandung kesimpulan yang salah atau
kontradiksi internal; hanya dianggap psikopatologis bila sangat nyata dan
tidak disebabkan oleh nilai budaya atau defisit intelektual.
6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak sejalan dengan logika atau
pengalaman
7. Pemikiran autistik: preokupasi dengan dunia pribadi di dalam dirinya
sendiri; istilah yang biasa digunakan cukup bersinonim dengan dereisme.
8. Pemikiran magis: bentuk pikiran dereistik; cara berpikir yang menyerupai
fase preoperasional pada anak (Jean Piaget), ketika pikiran, kata-kata, atau
tindakan dianggap memiliki kekuatan (contohnya, menyebabkan atau
mencegah suatu peristiwa).
9. Proses pikir primer: istilah umum untuk cara berpikir dereistik, tidak logis,
magis; normal terdapat dalam mimpi, terdapat secara abnormal pada
psikosis.
10. Tilikan emosional: tingkat pemahaman atau kesadaran yang mendalam
yang cenderung mengarah ke perubahan kepribadian dan perilaku yang
positif.
B. Gangguan spesifik dalam bentuk pikir
1. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan
menggabungkan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang
idiosinkratik.
2. Word salad: pencampuran kata atau frase yang inkoheren.
3. Sirkumstansialitas: gaya bicara tak langsung yang terlambat mencapai poin
tertentu namun akhirnya dapat berangkat dari poin asal ke tujuan yang
dikehendaki ditandai oleh detail dan kata-kata sisipan yang berlebihan
4. Tangensialitas: ketidakmampuan untuk mencapai asosiasi pikiran yang
mengarah ke tujuan; pembicara tidak pernah beranjak dari poin awal ke
tujuan yang diinginkan.
5. Inkoherensi: pikiran yang secara umum tidak dapat dipahami; pikiran atau
kata-kata yang keluar tanpa hubungan logis maupun tidak sesuai tata
bahasa, mengakibatkan disorganisasi.
6. Perseverasi: respon yang menetap terhadap stimulus sebelumnya meski telah
diberikan stimulus baru; sering disebabkan oleh gangguan kognitif.
7. Verbigerasi: pengulangan atau kalimat tertentu tanpa makna.
8. Ekolalia: pengulangan kata atau kalimat yang diucapkan seseorang yang
bersifat psikopatologis; cenderung berulang dan persisten dapat diucapkan
dengan intonasi mengejek atau terputus-putus.
9. Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu.
10. Jawaban tidak relevan: jawaban yang tidak selaras dengan pertanyaan yang
diajukan (orang tersebut tampak mengabaikan atau tidak memperhatikan
pertanyaan).
11. Asosiasi longgar: aliran pikiran berupa perpindahan ide dari satu subjek ke
subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; bila parah,
pembicaraan dapat menjadi inkoheren.
12.Derailment: deviasi alur berpikir yang terjadi secara berangsur atau
mendadak tanpa bloking; kadang digunakan sebagai sinonim asosiasi
longgar.
13. Flight of ideas: permainan kata-kata atau verbalisasi kontinu dan cepat
yang menghasilkan perpindahan konstan dari satu ide ke ide lain; ide
cenderung berhubungan dan pada keadaan yang tidak begitu parah,
pendengar masih dapat mengikutinya.
14. Clang association: keterkaitan kata-kata dengan bunyi yang mirip namun
berbeda arti kata-kata tersebut tidak memiliki hubungan logis; dapat
mencakup pembentukan rima dan sajak.
15. Bloking: interupsi alur pikiran secara mendadak sebelum suatu pikiran atau
ide tuntas; setelah jeda sebelum suatu pikiran atau ide tuntas; setelah jeda
sejenak, seseorang tampak tidak ingat hal yang sedang atau akan dikatakan
(disebut juga sebagai deprivasi pikiran).
16. Glosolalia: pengungkapan wahyu melalui kata-kata yang tidak dapat
dimengerti artinya (juga disebut sebagai bicara dalam lidah); tidka dianggap
sebagai gangguan berpikir bila dikaitkan dengan praktek agama Pantekosta
tertentu; disebut juga sebagai kriptolalia, bahasa tutur pribadi.
C. Gangguan isi pikir spesifik
1. Miskin isi: pikiran yang hanya memberi sedikit informasi karena hampa,
pengulangan kosong, atau kalimat samar.
2. Ide berlebihan: kepercayaan salah yang menetap dan tidak masuk akal,
dipertahankan tidak seteguh waham.
3. Waham: kepercayaan yang salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah
tentang realitas eksterna, tidak konsisten dengan latar belakang intelegensi
dan budaya pasien; tidak dapat dikoreksi dengan penalaran.
Gangguan mood
Gangguan mood dapat mencetuskan gangguan fisiologis. yaitu tanda
(gejala) yang berhubungan dengan disfungsi somatik seseorang, biasanya bersifat
otonomik, paling sering ada kaitannya dengan depresi, sering diistilahkan juga
sebagai tanda vegetatif.
anoreksia, hilangnya atau menurunnya nafsu makan.
hiperphagia, yaitu meningkatnya nafsu makan dan jumlah makanan yang
dimakan,
Insomnia
Hipersomnia, tidur yang berlebihan.
Variasi diurnal, yaitu mood yang secara teratur jelek pada pagi hari atau
segera setelah bangun tidur dan makin membaik semakin siang hari
Mengurangnya libido, menurunnya hasrat, dorongan seksual, sebaliknya,
peningkatan libido ada hubungannya dengan mania.
Konstipasi, ketidakmampuan atau kesukaran untuk buang air besar.
Gangguan Makan
1. anoreksia nervosa yaitu orang menolak untuk mempertahankan berat
badan normal minimal, rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan, dan
kesalahan menginterpretasikan tubuh dan bentuknya yang signifikan.
2. Bulimia nervosa didefinisikan sebagai makan lebih banyak makanan
dibandingkan sebagian besar orang pada situasi yang sama dan dalam periode
waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali.
3. Gangguan makan yang tidak tergolongkan merupakan kategori sisa yang
digunakan untik gangguan makan yang tidak memenuhu kriteria gangguan
makan spesifik.
Gangguan Tidur
1. Insomnia yaitu kurangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur,
yang terdiri dari i9nsomnia awal (initial insomnia) yaitu sulit jatuh tidur,
insomnia pertengahan (middle insomnia) kesulitam tidur sepanjang malam
dan kalau bisa tidur, terbangun sulit untuk tidur lagi, insomnia akhir
(terminal late) bangun terlalu awal (pagi)
2. Parasomnia
Parasomnia adalah suatu kelainan yang disebabkan kejadia perilaku atau
psikologis abnormal yang muncul di kala tidur, tahapan tertentu, atau transisi
fase tidur-terjaga. Parasomnia lebih umum terjadi pada anak-anak dan tidak
selalu menandakan adanya masalah psikologis atau psikiatris yang signifikan.
Jenis-jenis parasomnia :
- Tidur jalan
- Makan sambil tidur
- Terror tidur
- Gangguan soal tidur
3. Tidur Apnea
Tidur apnea adalah suatu kondisi dimana terjadinya penghetian napas disaat
tidur. Tidur apnea sangat umum terjadi, layaknya diabetes yang lazim
menimpa orang dewasa.
4. Narkolepsi
Kelainan tidur ini secara umum ditandai munculnya keinginan tidur di sinag
hari secara tak terkendali. Penderita sering kali jatuh tertidur di sembarang
waktu dan tempat, juga terjadi berulang kali dalam sehari. Narkolepsi adalah
kelainan neourologis (yang menyerang otak dan syaraf) kronis yang
melibatkan system saraf pusat tubuh.
Gejala-gejala narkolepsi antara lain :
- Katalepsi, yaitu mengalami serangan tiba-tiba, hilangnya kelenturan otot
temporal pada tubuh.
5. Paralisis tidur
Paralisis tidur adalah fungsi alamiah tubuh yang menyebabkan penderitanya
mengalami kelumpuhan di kala tidur. Dulunya dikenal dengan nama The Old
Hag Syndrome. Mereka yang mengalami fenomena ini kadang merasa
ketakutan karena mengira sedang diserang oleh setan. Zaman dulu, ada
kepercayaan kalau fenomena ini diakibatkan oleh "Old Hag" atau "Penyihir"
yang sedang menduduki dada korban.
Fokus bahasan yang ditetapkan berdasarkan rumusan masalah pada Skenario 2 ini
adalah :
1. Tidur, Fisiologi Tidur, Gangguan Tidur, Patofisiologi
2. Gangguan Mood dan Afek (Depresi, Bipolar, Manik)
3. Gangguan Makan dan Berpikir
Fase Tidur
1. REM (Rapid Eye Movement)
2. NREM (Non Rapid Eye Movement)
Fisiologi Tidur Fase awal tidur didahului oleh fase NREM (terdapat 4 stadium)
diikuti oleh fase REM
Fase NREM
1. Stadium 1 : Fase terjaga dan fase awal tidur. Kelopak mata tertutup,
tonus otot menurun, tampak gerakan bola mata ke kiri dan ke kanan,
berlangsung selama 3-5 menit
2. Stadium 2 : Bola mata berhenti bergerak, tonus otot menurun
3. Stadium 3 : Tidur lebih dalam dari fase sebelumnya
4. Stadium 4 : Tidur yang dalam dan sulit dibangunkan
Gangguan Fisiologik
Diagnosis
Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) :
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Episode Depresi
Depresi ringan Terdapat minimal 2 dari 3 gejala utama + minimal 2 gejala
lain
Depresi sedang Terdapat minimal 2 dari 3 gejala utama+ minimal 3
(sebaiknya 4) gejala lain
Depresi berat Terdapat 3 gejala utama + minimal 4 gejala lain, dengan / tanpa
gejala psikotik.
Gangguan mood dapat mencetuskan gangguan fisiologis. yaitu tanda (gejala) yang
berhubungan dengan disfungsi somatik seseorang, biasanya bersifat otonomik,
paling sering ada kaitannya dengan depresi, sering diistilahkan juga sebagai tanda
vegetatif.
Gangguan Makan
1. Anoreksia nervosa yaitu orang menolak untuk mempertahankan berat badan
normal minimal, rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan, dan kesalahan
menginterpretasikan tubuh dan bentuknya yang signifikan.
2. Bulimia nervosa didefinisikan sebagai makan lebih banyak makanan
dibandingkan sebagian besar orang pada situasi yang sama dan dalam periode
waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali.
3. Gangguan makan yang tidak tergolongkan merupakan kategori sisa yang
digunakan untik gangguan makan yang tidak memenuhu kriteria gangguan makan
spesifik.