Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 11 bulan masuk rawat inap di Rumah
Sakit dengan sesak napas, dan nafsu makan kurang. Dalam 6 bulan terakhir
ini si anak berulang-ulang demam dan batuk. Mencret berulang dan berlanjut,
kadang tinja disertai darah dan lendir. Kaki tungkai dan perutnya
membengkak secara berangsur dalam 1 bulan terakhir.
Dari anamnesi diketahui ayah anak ini bekerja sebagai buruh harian. Kontak
dengan penderita TBC paru tidak jelas.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan: Anak nampak sakit berat, gizi buruk,
apatis. BB 8,1 kg, PB 76 cm. Nampak sesak, pernapasan cuping hidung,
takhipnu, retraksi, sianosis, muka, telapak tangan dan telapak kaki pucat.
Paru rhonkhi basah halus namun tidak jelas. Jantung dalam batas normal.
Hati 3 cm b.a.c. dan limpa SI. Edema dorsum pedis dan pretibial serta
tungkai atas dan ascites. Skor dehidrasi 10.

B. Kata kunci
1. Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 11 bulan
2. Sesak napas
3. Nafsu makan kurang
4. 6 bulan terakhir berulang-ulang demam dan batuk
5. Mencret berulang dan berlanjut
6. Mencret berulang dan berlanjut
7. Kaki tungkai dan perutnya membengkak secara berangsur dalam 1 bulan
terakhir
8. Ayah anak ini bekerja sebagai buruh harian
9. Kontak dengan penderita TBC paru tidak jelas
10. Pemeriksaan fisik:
a. Anak nampak sakit berat
b. Gizi buruk
c. Apatis
d. BB 8,1 kg, PB 76 cm
e. Nampak sesak
f. Pernapasan cuping hidung
g. Takhipnu
h. Retraksi
i. Sianosis
j. Muka, telapak tangan dan telapak kaki pucat
k. Paru rhonkhi basah halus namun tidak jelas
l. Jantung dalam batas normal
m. Hati 3 cm b.a.c. dan limpa SI
n. Edema dorsum pedis
o. Pretibial serta tungkai atas dan ascites
p. Skor dehidrasi 10

C. Pertanyaan
1. Jelaskan faktor penyebab PEM ?
2. Bagaimana Cara mentukan status gizi pada scenario ?
3. Bagaiamana langkah-langkah Diagosis pada scenario ?
4. Bagaimana Tatalaksana pada pasien gizi buruk ?
5. Derajat dehidrasi pada scenario ?
6. DD (Membedakan Kwashiorkor dan Marasmus) ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Faktor etiologi PEM


a. Defisiensi masukan energi dan protein dalam waktu yang cukup lama
b. Sosial ekonomi yang rendah
c. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai gizi
d. Penyakit infeksi
e. Kurangnya pengetahuan tentang lingkungan yang sehat

2. Menentukan status gizi

BB koreksi = BB 25%

= 8,1 kg 25%

= 6,075 kg = 6,1 kg

Weight for age


Length for age


STATUS GIZI


3. Langkah-langkah diagnosis
a. Anamnesis
1) Riwayat makanan
2) Riwayat penyakit sebelumnya
3) Data KMS
4) Riwayat imunisasi
5) Riwayat sianosis
6) Riwayat ikterus/kuning
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes BTA
2) Tes Tuberkulin
3) Albumin
4) Darah
5) Protein total
4. Penatalaksanaan gizi buruk
1) Atasi/cegah hipoglikemia
2) Atasi/cegah hipotermia
3) Atasi/cegah dehidrasi
4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5) Obati/cegah infeksi
6) Mulai pemberian makanan
7) Koreksi defisiensi nutrien mikro
TIND
8) Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)
TRA
9) Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental REHA
N AKAN STABILISA
10) siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
NSI BILIT
o PELAY SI
Hari Har Min
SI Ming
ASI
1 Hipo
ANAN
2 Hipo 1-2 i3- ggu gu
3-
3 glike
Dehi 7 2 7
4 term
Elektr
mia
5 drasi
Infeks
6 ia
olit
Mulai
7 iTumb
Pemb
8 Mikro Tanpa Dg
9 uh
Stimu
erian
1 nutrie
Tinda Fe Fe
0 n
k
n
lanjut

1) Atasi/cegah hipoglikemia
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama sebagai
tanda infeksi Periksa kadar gula darah bila hipotermia + antibiotik
Hipoglikemia: glukosa darah < 3 mmol/l (<54 mg/dl)
jika tidak dpt dilakukan pemeriksaan glukosa darah asumsikan
semua anak dengan gizi buruk hipoglikemia
Beri 50 ml glukosa 10% /air gula (1 sendok takar/sendok teh 5 cc gula
pasir + 3 sendok makan air) peroral/ pipa nasogastrik makanan
Pemantauan
Jika glukosa darah rendah, ulangi pengukuran dalam 30 menit.
Jika glukosa darah <54 mg/dl atau anak mengantuk ulangi pemberian
10% glukosa atau air gula.
Jika keadaan memburuk, ulangi pengukuran dextrostix dan beri
penanganan yang sesuai.

Pencegahan
Beri makan setiap 2 jam

2) Atasi/cegah hipotermia
Diagnosis
Jika temperatur aksiler < 35C, atau tidak tercatat, dapat diasumsikan
hipotermia. Jika temperatur yang dapat membaca suhu rendah ada, ambil
temperatur anal (< 35,5C) untuk mengkonfirmasikan hipotermia.
Penanganan
Beri makan secepatnya.
Yakinkan bahwa anak dalam keadaan hangat.
Pemantauan
Ambil suhu rektal anak tersebut setiap 2 jam sampai suhu lebih dari
36,5C.
Pastikan bahwa anak selalu tertutup setiap saat. Tutup kepalanya
dengan yang hangat untuk mengurangi pengurangan suhu di kepala.
Periksa adanya hipoglycaemia.
Pencegahan
Beri anak makanan setiap 2 jam.
Tempatkan pada kasur yang hangat, dan tutupi anak dengan selimut.
Gantilah kain/baju/selimut yang menyelimuti anak yang basah untuk
menjaga anak tetap kering.
Jangan membiarkan anak dalam tempat yang dingin.
Biarkan anak tidur dengan ibunya untuk memberikan kehangatan.

3) Atasi/cegah dehidrasi

Penanganan
Jangan memakai jalur IV untuk rehidrasi, kecuali jika syok.
Berikan ReSoMal, secara oral atau dengan pipa nasogastrik.
Bila masih diperlukan cairan rehidrasi pada 6 jam atau 10 jam setelah
evaluasi, berikan F75.
Mulai berikan makanan dengan F75.
Pencegahan
Pada prinsipnya sama seperti pecegahan dehidrasi pada penderita
anak dengan gizi baik, tetapi cairan yang digunakan adalah ReSoMal.
Jika anak masih menetek, lanjutkan menetek
Berikan makan dengan F-75
Berikan ReSoMal diantara makan untuk menggantikan cairan yang
hilang tiap buang air besar Berikan 50-100 ml setiap kali BAB

4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk defisiensi K dan Mg 2 minggu

Pantau :
atau lebih untuk mengkoreksinya.
Jangan mengobati edema dengan diuretik. Kurangi kelebihan natrium
pada tubuh anak meskipun natrium plasma anak mungkin rendah.
Nadi,RR,BAK,diare/muntah,
Pemberian natrium yang berlebihan pada anak dengan gizi buruk
dapat mengancam jiwanya
Pengobatan
dehidrasi,tandakelebihan
Berikan kalium (3-4 mmol/kg BB tiap hari)

cairan
Berikan magnesium (0,4-0,6mmol/kg BB/hr)
Ketika rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (ReSoMal)
Makanan yang diberikan rendah garam atau kalau perlu tanpa garam
Kalium dan Magnesium tambahan dapat dicampurkan pada
makanannya.

5) Obati/cegah infeksi
KEP III : tanda infeksi (-), beri rutin:
Antiobiotika spektrum luas
Imunisasi campak, bila:
anak > 6bulan,
belum mendapat imunisasi campak,
keadaan memungkinkan
ulangi imunisasi bila status gizi sudah
baik

Pilihan antibiotik spektrum luas


Berikan kotrimoksazol selama 5 hari
Bila dg komplikasi, berikan ampisilin, lanjut secara oral dengan
amoksilin selama 5 hari
Dan gentamisin selama 7 hari
Bila anak belum membaik selama 48 jam, tambahkan
kloramfenikol selama 5 hari

6) Mulai pemberian makanan


Fase Stabilisasi :
Segera beri makanan
START LOW, GO SLOW
Gunakan formula khusus : F 75
Berikan per oral atau NGT
Jangan lebih dari 100 Kkal/kgBB/hari
Pantau dan catat:
Jumlah yang diberikan dan sisanya
Muntah dan BAB
BB harian
Penanganan
Pemberian makan dimulai segera setelah anak masuk bangsal.
sedikit-sedikit tapi sering, rendah osmolalitasnya dan rendah laktosa
Makanan oral atau nasogastrik
100 kkal/kg/hari, Protein: 1-1,5 g/kg BB/hari
Cairan: 130 ml/kg BB/hari (100 ml/kg BB/hari bila anak mempunyai
odim berat)
Berikan jadwal banyaknya pemberian formula (F75)
ASI dilanjutkan (kalau menetek)
Bila intake makanan anak tidak mencapai 80 kkal/kg BB/hari, berikan
sisa kekurangannya melalui pipa nasogastrik. Pemberian jangan
melebihi 100 kkal/kg/hari pada fase inisial ini.
7) Koreksi defisiensi nutrien mikro
Fase Transisi:
Start low, go slow
Gunakan formula khusus lanjutan:
F 100, F 135
Cair lembik padat
Berikan per oral atau NGT
Pantau dan catat:
RR, nadi
Kenaikan BB
Paska Fase Transisi:
Kalori bertahap : 150-220 Kkal/kgBB/hari
Protein : 4-6 g /kgBB/hari

8) Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)


Semua KEP berat: kurang vitamin & mineral
Fe (anak mau makan & BB mulai naik) 3 mg/kgBB/hari atau sulfas
Ferosus 10 mg/kgBB/hari
Multivitamin
As.Folat : 5 mg/kgBB/hari 1 mg/kgBB/hari
Zn : 2 mg/kgBB/hari
Cu : 0,2 mg/kgBB/hari
Vitamin A

9) Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

Kasihsayang
10) siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

Lingkunganceria
Kontrolteratur
Kontrolteratur
Bermainterstruktur
Imunisasidasar
Imunisasidasar
ulangan
Aktifitasfisik ulangan
VitaminAtiap6
VitaminAtiap6
Keterlibatanibu(makan,mandi,main,dsb)
bulan
bulan
Mendapatkan makan tinggi kalori dan tinggi protein sesering
mungkin, paling sedikit 5 kali sehari, dengan jumlah kalori 150
kkal/kg BB dan protein 4 g/kg BB.
Pemberian suplemen elektrolit dan mikronutrien perlu dilanjutkan.
Bila dalam 2 minggu, berat badan anak tidak meningkat, anak harus
dirujuk kembali ke rumah sakit

Pengobatan Penyakit Penyerta


Defisiensi vitamin A
Vitamin A hari ke-1, 2 dan 14 p.o.
1 th : 200.000 SI/kali
6 - 12 bl : 100.000 SI/kali
0 -5 bl : 50.000 SI/kali

5. Derajat Dehidrasi
6. Deferensial Diagnosis
Marasmus
A. Definisi
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein.
B. Epidemiologi
Semua umur 0-2 tahun, terjadi pada laki-laki dan perempuan
C. Etiologi
- Masukan zat gizi yang tidak adekuat
- Kebiasaan makan yang kurang tepat
- Kelainan metabolik,
- Infeksi
- Kelainan bawaan
- Malabsorpsi
- Gangguan metabolic

D. Patofisiologi

E. Gejala
a. BB sangat rendah
b. Degenerasi hebat jar. lemak subkutan dan
c. atrofi otot (wasting hebat)
d. Ekspresi wajah org tua (old man's face)
e. Rasio BB/TB rendah
f. Tidak ada edema
g. Kelainan kulit/rambut ringan dan jarang
h. Diare berulang tetapi lebih ringan
i. Resistensi tubuh rendah

wajah seperti
orang tua
kulit terlihat
longgar
tulang rusuk
tampak terlihat
jelas
kulit paha
berkeriput
terlihat tulang
belakang lebih
menonjol dan
kulit di pantat
berkeriput
( baggy
pant )
F. Diagnosis
Anamnesis :
- Diare kronik (+)
- Demam (+)
- Perubahan aktivitas
- Penurunan nafsu makan
- Edema
- Turgor kulit menurun
- Riwayat prematur (+)
- Sakit berulang (+)
- Riwayat keluarga (+)
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik
- Lemah
- Rewel
- Konjuntiva anemis
- Old man face (+)
- Kebersihan <<
- Rambut kusam
Pemeriksaan penunjang
- Lab : terdapat kadar Albumin, kadar Kolesterol dan kadar
Glukosa dalam serum serta HB
- Radiologi : Foto Thoraks
G. Pengobatan :
Prinsip sama kwashiorkor
Bila tak ada diare TKTP penuh minggu I
KCl : 1- 2 mEq/kgBB/hari

H. Komplikasi
a. Hipoglikemia
b. Hipotermia
c. Infeksi
d. Diare
e. Dehidrasi
f. Anemia berat
I. Prognosis
Penanganan yang lambat, mungkin dapat memperbaiki status kesehatan
anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang
permanen dan gangguan intelektualnya.
Kwhasiorkor
A. Definisi
Bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang
inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.
B. Epidemiologi
Insiden umur 1-3 tahun
C. Etiologi
- Sosial ekonomi
- Faktor pendidikan
- Faktor infeksi

D. Patofisiologi

- PertumbuhanTerganggu
- Perubahan mental ( cengeng, Menurun nafsu makan,pada stadium
Lanjut menjadi apatis)
- Edema pada bagian : pedis dan pretibial serta acites bersifat pitting
edema
- Diare
- Anemia
- Hepatomegali
- Kelainan rambut (mudah Dicabut,tidak rasa sakitrambut kemerahan)
E. Diagnosis
Anamnesis
- Riwayat BBL
- Riwayat pemberian ASI
- Status imunisasi
- Riwayat asupan makanan sebelum sakit
- Riwayat perkembangan
Pemeriksaan Fisik
- Antropometri (BB, TB/PB)
- Tanda vital (Suhu = Demam)
- Inspeksi (tampak kurus , edema , pucat, moon face, crazy pavement
dermatosis.)
- Palpasi (Hepatomegali)
Pemeriksaan Laboratorium
- Tes Darah (Hb, Glukosa, Protein Serum, Albumin)
- Biopsi Hati ( Perlemakan Hati, Vakuola-vakuola lemak pada sel Hati.)
F. Komplikasi
- Mudah terkena Infeksi
- Kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak)
dapat menurun IQ secara permanen.
G. Prognosis
Penanganan yang cepat dan tepat dapat memberikan hasil yang baik,
sebaliknya jika terlambat atau tidak di tangani sama sekali akibatnya akan
lebih fatal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Susanto JC. Mexitalia Nasar SS. Malnutrisi akut berat dan terapi nutrisi
berbasis komunitas. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS,
penyunting. Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit metabolic. Jilid I.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI :2011.
2. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk teknis tata laksana anak gizi buruk: buku
II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI: 2003
3. DEPKES RI. 1998. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada
Anak di RS. Kabupaten/Kota. Jakarta.
4. Arisman. 2004. Gizi dalam Dasar Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai