OLEH :
WAYAN SRI UTAMI DEWI
1302105067
Laporan Pendahuluan
1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra
7) inguinalis dextra
8) pubica
9) inguinalis sinistra
Pada trauma tembus peluru dimana kerusakan organ agak Complicated, karena
dimungkinkan timbulnya kerusakan multi-organ. Akibat kecepatan tembus peluru dan
perputaran yang terjadi, luka yang terjadi berupa laserasi yang lebih besar dari
diameter peluru. Bila terjadi penembusan diameter abdomen, dimungkinkan
terjadinya kerusakan organ intraperitoneal maupun retroperitoneal sekaligus. Dalam
keadaan tersebut, selain perdarahan, sering ditemukan juga perforasi usus yang
multipel, dan perdarahan luas retroperitoneal. Luka tembak dapat menyebabkan
kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi
pada perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis.
Trauma tajam dapat dengan mudah mencederai hepar, mesenterium dan mesokolon,
gaster, pancreas atau buli-buli, namun karena sifat mobilitasnya, jarang mencederai
usus halus, kolon, limpa dan ginjal. Akibat dari trauma tajam pada umumnya adalah
perdarahan yang terpantau, atau bila yang terkena cedera adalah gaster, akan didapati
penyebaran asam lambung dalam rongga peritoneum, yang akan memberi
perangsangan yang cukup hebat, berupa tanda-tanda peritonitis.Terjadi perpindahan
cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan, kehilangan darah dan shock.
Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin, mikroendokrin.
Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan massif
dan transfuse multiple. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh
sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum. Perubahan nutrisi dan elektrolit
yang terjadi karena akibat kerusakan integritas rongga saluran pencernaan.
Pathway terlampir
7. Manifestasi Klinis Trauma Abdomen
Adapun tanda dan gejala yang dapat terjadi secara umum adalah :
a. Laserasi, memar,ekimosis
b. Hipotensi
c. Tidak adanya bising usus
d. Hemoperitoneum
e. Mual dan muntah
f. Adanya tanda Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya
pd arteri karotis),
g. Nyeri
h. Pendarahan
i. Penurunan kesadaran
j. Sesak
k. Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan
limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
l. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal
m. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal .
n. Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas
ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe
Manifestasi klinis menurut organ intraabdomen yang mengalami cedera
a. Cedera pada Lambung dan Usus Halus
Cedera tumpul usus halus atau lambung dapat terlihat dengan adanya
darah pada aspirasi nasogastrik atau hematemesis. Cedera penetrasi biasanya
menyebabkan LPD positif. Pada sisi lain, getah asam lambung mengiritasi
peritoneum dan dapat menyebabkan peritonitis. Potensial komplikasi lainnya
termasuk perdarahan pascaoperasi.
b. Cedera pada Duodenum dan Pankreas
Pankreas dan duodenum akan dibahas bersama-sama karena keduanya
adalah organ-organ retroperitoneal dan secara anatomi dan fisiologi mempunyai
hubungan yang dekat. Diperlukan kekuatan yang besar untuk mencederai organ-
organ ini, karena organ-organ ini terlindung dengan baik, jauh di dalam abdomen.
Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat mencakup abdomen akut, peningkatan kadar
amylase serum, nyeri epigastrik yang menjalar ke punggung, mual, dan muntah-
muntah. Trauma tumpul pada duodenum juga dapat mengarah pada obstruksi
duodenal. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan diatrizoate (Gastrografin)
gastrointestinal atas. Obstruksi menyeluruh umumnya memerlukan drainase
pembedahan dari hematoma.
c. Cedera pada Kolon
Cedera pada kolon biasanya berkaitan dengan trauma penetrasi. Sifat dari
cedera paling sering menuntut segera dilakukannya operasi eksplorasi. Perbaikan
primer adalah tindakan pilihan untuk laserasi kolon. Kolon mempunyai jumlah
bakteri yang tinggi, tumpahnya isi kolon dapat mencetuskan terjadinya sepsis
intra-abdominal, dan pembentukan abses.
d. Cedera pada Hepar
Setelah limpa, hepar adalah organ abdomen yang paling umum
mengalami cedera. Baik trauma tumpul maupun trauma penetrasi dapat
menyebabkan cedera. Pada banyak kasus, baik sifat dari cedera atau LPD positif
atau skan CT digabung dengan kondisi klinis pasien akan menuntut dilakukannya
pembedahan. Cedera pada hepar juga memerlukan drainase empedu dan darah
pascaoperasi melalui drain. Potensial komplikasi dari cedera hepar termasuk
abses hepatic atau perihepatik, obstruksi atau kebocoran saluran empedu, sepsis,
ARDS dan KID.
e. Cedera pada Limpa
Limpa adalah oragan abdomen yang paling umum mengalami cedera.
Lebih sering sebagai akibat trauma tumpul. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan termasuk nyeri kuadran kiri atas menjalar sampai ke bahu kiri, syok
hipovolemik, dan temuan-temuan nonspesifik dengan peningkatan jumlah sel
darah putih. LPD, skan CT abdominal, atau pemeriksaan radionuklida biasanya
penting untuk diagnosa.
8. Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru palpasi.
Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda-tanda
vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, daerah lipat paha
(inguinal, skrotum bila terdapat hernia biasanya ditemukan benjolan). Pada trauma
abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan echimosis. Echimosis
merupakan indikasi adanya perdarahan di intra abdomen. Terdapat Echimosis pada
daerah umbilikal biasa kita sebut Cullens Sign sedangkan echimosis yang
ditemukan pada salah satu panggul disebut sebagai Turners Sign. Terkadang
ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus,
kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.
Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat kuadran
dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising usus. Juga
perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits pada umbilical
merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.
Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan perkusi
adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding thoraks
pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian tinju dengan tangan yang
lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada nyeri
merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati dan diafraghma.
Selain itu bisa ditemukan adanya bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran
atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila ditemukan
Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada panggul kanan ketika klien
berbaring ke samping kiri merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan bila
bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas yang masuk.
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal ini
dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah ataupun cairan.
Biasanya ditemukan defans muscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi (colok
dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan ditemukan ampula
melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki
terdapat prostate letak tinggi menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai
perdarahan. Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana klien diminta
mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan melawan
gerak tungkai sehingga muskulus iliopsoas dipaksa berkontrasi.Selain uji psoas, ada
uji obturator dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan eksorotasi
pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha. Jika klien merasa nyeri maka
menandakan adanya radang di muskulus obturatorius.
9. Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis Trauma Abdomen
Menurut Musliha (2010), pemeriksaan penunjang untuk diagnosis trauma abdomen
dapat dibagi menjadi:
a. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptur lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
b. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
c. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi dan trauma
penetrasi, yaitu:
a. Penanganan awal trauma non-penetrasi
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim
medis.
2. Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
3. Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan,
maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa steril.
4. Imobilisasi pasien
1. Pengambilan contoh darah dan urine arah digunakan untuk pemeriksaan lab
rutin dan pemeriksaan darah khusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa,
amylase.
2. Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum
atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi.
3. Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
descendens dan dubur.
12. Komplikasi Trauma Abdomen
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleen yang muncul
kemudian (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011). Peritonitis merupakan
komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena adanya rupture pada organ .
Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi dengan peritonitis antara lain:
a. Nyeri perut seperti ditusuk
b. Perut yang tegang (distended)
c. Demam (>380C)
d. Produksi urin berkurang
e. Mual dan muntah
f. Haus
g. Cairan di dalam rongga abdomen
h. Tanda-tanda syok
13. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data statistic
yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah pasien total
dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intra
abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%
(Udeani & Steinberg, 2011).
Tgl/Jam : - No. RM :-
Triage : P1/P2/P3 Diagnosa Medis : Trauma Abdomen
Transportasi : Ambulan/Mobil Pribadi/Lain-lain.........
Nama: - Jenis Kelamin : -
CIRCULATION Identitas
Umur :-Alamat :-
Keluhan Utama : Luka tusuk atau tumpul
reseptor nyeri
Qualitas/ Quantitas : kualitas nyeri seperti tertusuk atau di tekan
Regio : Kaji seluruh abdomen tergantung lokasi abdomen
Skala :5
Timeng : Nyeri bertambah kuat atau berat saat di gerakan
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan: Nyeri akut
Keluhan Utama :Pasien mengeluh lemas
Allergi :-
Medication/ Pengobatan :-
Past Medical History :-
Last Oral Intake/Makan terakhir: -
Event leading injury : Peristiwa sebelum/awal cedera
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :-
Leher :-
Dada :-
(H2) HEAD TO TOE
2. Analisa Data
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan
1. PK Perdarahan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik robekan akibat
trauma abdomen ditandai dengan kerusakan jaringan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik di tandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal, menangis dan indikasi nyeri dapat diamati.
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
PK Setelah diberikan asuhan NIC Label: Shock NIC Label: Shock S : -
Perdarahan keperawatan selama 1 x 10-15 prevention prevention
O:
menit, diharapkan perdarahan 1. Monitoring status 1. Untuk mengetahui - Laju pernafasan klien
teratasi dengan criteria hasil: sirkulasi (Tekanan darah, keadaan peredaran darah stabil dan dapat
NOC Label: Vital Sign warna kulit, Suhu, bunyi internal apakah baik atau kembali ke rentang
1. Suhu tubuh dalam batas jantung, irama dan tidak. normal
2. Status oksigenasi
normal (36,5o-37,5oC). frekuensi jantung, - Tekanan darah dalam
2. Nadi radial dala batas normal menunjukan kondisi
keberadaan dan kualitas rentang normal
(60-100 x/menit). peredaran darah ke otak.
nadi perifer, CRT) A : Tujuan Tercapai
3. RR dalam batas normal (12- 3. Status mental yang baik
2. Monitoring tanda-tanda
20 x/menit) menunjukan kondisi P :
inadekuat oksigenasi
- Pertahankan intervensi
NOC Label: Blood Loss severity tubuh dalam keadaan
jaringan
- Pertahankan dan pantau
1. Tidak ada distensi abdomen. 3. Monitoring ketakutan normal.
2. Tidak terjadi penurunan 4. Untuk menilai tanda- keadaan umum klien.
peningkatan cemas dan
tekanan darah sistolik dan tanda adanya gangguan -
perubahan status mental
diastolic. 4. Monitoring temperature oksigenasi.
3. Tidak terjadi kehilangan 5. Untuk mencegah adanya
dan status respiratory
suhu tubuh. 5. Monitoring intake dan penumpukan cairan.
4. Kulit dan Mukosa tidak 6. Untuk menilai status
output
pucat. 6. Monitoring nilai sirkulasi apakah lancar
5. Tidak ditemukan data
laboratorium, khususnya atau tidak.
Penurunan Hb. 7. Kondisi membran
6. Tidak ditemukan data level hemoglobin dan mukosa menunjukan
Penurunan Hct hematokrit, clotting bagaimana kondisi
profile, AGD, dan nilai internal tubuh
8. Untuk mengetahui
elektrolit, kultur, dan
adanya perdarahan pada
profile kimia.
7. Catat bruising, peteki, dan saluran perkemihan
9. Untuk menilai kondisi
kondisi membrane
pasien
mukosa.
10. Untuk mencegah adanya
8. Tes urin untuk darah,
penumpukan cairan
glukosa dan protein.
11. Tanda-tanda vital
9. Monitor nyeri abdomen
10. Monitoring tanda dan menunjukan kondisi
gejala asites kesehatan pasien
11. Monitor respon awal 12. Untuk mendeteksi
kompensasi kehilangan adanya shock akibat
cairan: peningkatan HR, perdarahan.
13. Posisi supinasi dapat
penurunan TD, ortostatik
membantu aliran darah
hipotensi, penurunan urin
ke otak.
output, penurunan CRT,
14. Untuk mengurangi
pucat dan kulit dingin,
hambatan pernapasan
dan diaphoresis.
pasien
12. Monitoring tanda awal
15. Menjaga agar keperluan
shock septic: klit teraba
hemoglobin pasien
hangat, kering,
kemerahan; peningkatan terpenuhi
16. Untuk menghindari
kardiak output dan
adanya mikroorganisme
teperatur, penurunan SVR
asing dalam tubuh
dan PAP.
17. Untuk menjaga status
13. Tempatkan pasien pada
cairan pasien
posisi supinasi dengan
18. Untuk mempertahankan
kaki elevasi untuk
status oksigenasi pasien
meningkatkan preload, 19. Antiinflmatori untuk
sesuai kebutuhan. mencegah terjadinya
14. Pertahankan kepatenan
thrombosis.
jalan napas
15. Berikan cairan intravena,
berikan RBC dan atau
plasma jika diperlukan.
16. Inisiasi administrasi awal
agen antimicrobial dan
monitor ketat
keefektifannya.
17. Pasang dan pertahankan
akses IV dengan ukuran
aboket yang besar.
18. Berikan oksigen
19. Berikan agen
antiinflamatori jika
diperlukan.
Kerusakan Setelah di lakukan asuhan NIC: Wound Care NIC: Wound Care S:-
integritas keperawatan selama 2x24 1. Memantau karakteristik 1. Pemantuan karakteristik
O:
jaringan kerusakan jaringan pasien dapat dari luka, termasuk secara cepat dapat - Tampak warna luka
berhubungan teratasi dengan criteria hasil: drainase, warna, ukuran mengambil tindakan pada kulit normal
dengan faktor luka, dan bau perawatan dengan tepat - Tampak drainase
Tissue Integrity: Skin& Mucous 2. Membersihkan luka
mekanik sesuai dengan jenis luka berkurang
Membranes trauma tusuk pada
robekan akibat 2. Membersihkan luka
1. Integritas jaringan utuh abdomen dengan normal A : Tujuan Tercapai
trauma dengan normal salin
2. Perfusi jaringan normal salin
abdomen yang sering digunakan P:
ditandai 3. Warna abnormal tidak 3. Menggunakan dressing yaitu Nacl 0,9% cairan - Memantau
dengan Nampak secara tepat sesuai jenis fisiologis. karakteristik dari luka,
4. Jaringan yang luka berkurang
kerusakan luka trauma tusuk 3. Memilih dressing yang termasuk drainase,
5. Eritema berkurang
jaringan abdomen tepat dapat menentukan warna, ukuran luka,
proses penyembuhan dan bau
luka - Pertahankan dan
pantau keadaan umum
klien
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC LABEL : Pain NIC LABEL : Pain S:-
keperawatan selama 1 x15 menit, Management Management
O:
diharapkan keadaan pasien 1. Lakukan 1. Agar dapat - Tampak nyeri
membaik dengan criteria hasil : pengkajian nyeri secara memberikan intervensi berkurang
NOC LABEL : Pain Control komprehensif termasuk yang tepat untukpasien - Skala nyeri dala
2. Tidak semua pasien mau
1. Menggunakan analgetik lokasi, karakteristik, rentang normal
mengungkapka nnyeri,
sesuai yang dianjurkan durasi, frekuensi, kualitas A : Tujuan intervensi
2. Menggunakan terapi non budaya pasien
dan faktor presipitasi tercapai
algesik 2. Observasi memengaruhi hal ini.
3. Melaporkan nyeri terkontrol 3. Meningkatkan
reaksi non verbal dan P:
kenyamanan pasien dan - Pertahankan dan
ketidaknyamanan pasien
NOC LABEL : Pain Level 3. Pilih dan mengurangi dosis obat pantau keadaan umum
1. Pasien dapat melaporkan lakukan penanganan nyeri yang diperlukan klien.
4. Analgetik dapat
skala nyeri berkurang (farmakologi, non - Lanjutkan intervensi
2. Tidak terjadi agitasi farmakologi dan diberikan jika nyeri dalam pemberian
3. Pasien dapat tidur tanpa
interpersonal) tidak dapat dikontrol analgetik untuk
terbangun karena yang 4. Berikan
mengurangi nyeri.
dirasakan akibat trauma analgetik untuk
NIC LABEL : Analgesic
abdomen mengurangi nyeri
Administration
1. Dapat menentukan
analgetik yang akan
NIC LABEL : Analgesic
diberikan / dianjurkan
Administration 2. Mencegah terjadi alergi
1. Tentukan obat yang akan
lokasi nyeri, karakteristik, diberikan dan membantu
kualitas, dan tingkat memilih analgetik yang
keparahan sebelum tepat.
3. Memastikan ketepatan
melakukan pengobatan
2. Periksa catatan obat dan konsentrasi
alergi dengan obat
3. Pastikan
formula dariobat
(misalnya konsentrasi
obat)
Daftar Pustaka
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA:
Mosby Elseviyer
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum
Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.
Jakarta:EGC
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001.
Udeani,J.,2013.Bluntabdominaltrauma.http://emedicine.medscape.com/article/1980980
(Diakses pada 1 Oktober 2014).