Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK INSTALASI DAN AUDIT ENERGI

TEKNIK PENERANGAN

OLEH :
NANANG SYAIFUL AZIS 41416110148

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MERCUBUANA

1
2017

I. PENDAHULUAN
Sistem pencahayaan digunakan ketika penerangan alami tidak dapat
memenuhi persyaratan penerangan ruang dalam bangunan. Dilihat dari penggunaan
energy listrik suatu bangunan, penggunaan energi listrik sistem pencahayaan
menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sistem pencahayaan pada
gedung telah dirancang sejak awal pembangunan gedung, tetapi penambahan sekat yang
terjadi pada ruang gedung tidak memperhitungkan sistem pencahayaan dimana titik
penerangan tidak sesuai terhadap luas ruang yang mengakibatkan nilai intensitas
penerangan ruang menjadi kecil.
Untuk itu perlu dilakukan perhitungan ulang sistem pencahayaan yang
dimaksudkan guna mengoptimalkan penggunaan energi listrik terhadap fungsi dan luas
ruangan serta intensitas penerangannya. Sebagai upaya nyata mengoptimalkan
penggunaan energi listrik pada system pencahayaan di gedung adalah dengan
manajemen energi dan salah satu diantaranya yaitu audit energi. Audit energi
merupakan sebuah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang
penghematan energi serta rekomendasi pada pengguna energi listrik dalam rangka
konservasi energi. Audit energi listrik pada gedung diawali dengan mengumpulkan data
historis, data dokumentasi gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran,
perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) serta rekomendasi potensi penghematan
energi. Dari hasil perhitungan IKE tersebut akan diketahui tingkat penggunaan energi
listrik pada gedung rektorat Unila. Penggunaan energi untuk sistem pencahayaan dapat
dioptimalkan dengan mengurangi daya dengan memilih lampu yang berefikasi tinggi.
Besar intensitas penerangan ruang serta besar daya yang dibutuhkan telah diatur dalam
SNI 03-6197-2010.

2
Untuk mengoptimalkan penggunaan energi di gedung maka perlu
dilaksanakan kegiatan penelitian melalui audit energi. Setelah dilakukan perhitungan
konsumsi energi listrik kemudian memberikan rekomendasi dalam penggunaan energi
listrik dan penurunan biaya energi listrik.

3
II. INSTALASI PENERANGAN GEDUNG
BERTINGKAT

A. Instalasi listrik
Instalasi Listrik adalah suatu system/rangkaian yang digunakan untuk menyalurkan daya
listrik (electric power) unuk kebutuhan manusia, pada garis besarnya dapat dibagi dalam:
Instalasi Penerangan Listrik
Instalasi Daya Listrik

Yang termasuk di dalam instalasi penerangan listrik adalah seluruh instalasi listrik yang
digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu. Pada lampu ini daya listrik/tenaga
listrik diubah menjadi cahaya yang digunakan untuk menerangi tempat/bagian sesuai dengan
kebutuhannya.

Instalasi penerangan listrik ada 2 (dua) macam :


Instalasi di dalam gedung/bangunan/rumah
Instalasi di luar gedung /bangunan/rumah

B. Faktor-faktor dalam merencanakan instalasi listrik


Faktor-faktor yang harus diperhatikan di dalam merencanakan suatu instalasi penerangan
listrik adalah :
Comfort (kenyamanan); berhubungan tingkat pencahayaan pada berbagai fungsi
ruangan
Estetika (Keindahan); berhubungan dengan jenis warna cahaya dan kekuatan
penerangan
Memenuhi syarat-syarat teknis

C. Syarat-syarat teknis dalam merencanakan instalasi listrik


Syarat-syarat teknis di dalam merencanakan instalasi listrik penerangan adalah :
Aman bagi manusia, hewan dan barang
Material yang dipasang harus mempunyai kualitas yang baik
Penghantar (kabel) yang digunakan harus mampu dialiri arus (current carrying
capacity) yang lewat
Kerugian tegangan / drop voltage pada beban tidak boleh melebihi 2% dari tegangan
nominal pada penerangan.

D. Prinsip dasar dalam pemasangan instalasi listrik


Agar instalasi listrik yang dipasang dapat digunakan secara optimum, maka ada be-berapa
prinsip dasar yang perlu sebagai bahan pertimbangan yaitu paling tidak me-menuhi 5K+E
(Keamanan, Keandalan, Ketersediaan, Ketercapaian, Keindahan dan Ekonomis

1.) Keamanan: Instalasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan
kecelakaan. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya
per-alatan listrik dan benda-benda disekitarnya dari suatu kerusakan akibat adanya gangguan-
ganguan seperti hubung singkat, arus lebih, tegangan lebih dan sebagai-nya. Oleh karena itu

4
pemilihan peralatan yang digunakan harus memenuhi standar dan teknik pemasangannya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2). Keandalan: Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai arus listrik ke beban/
konsumen
harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi listriknya harus dirancang
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya aliran listrik akibat gangguan ataupun
karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan sekecil mungkin :
Diperbaiki dengan mudah dan cepat
Diisolir pada daerah gangguan saja sehingga konsumen pengguna listrik tidak
terganggu.

3).Ketersediaan: Artinya kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian


listrik lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan / perluasan
instalasi, apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu sistem instalasi
yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sistem instalasi yang baru (tidak
banyak merubah dan mengganti peralatan yang ada).

4).Ketercapaian: Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah


dijangkau boleh pengguna, mudah mengoprasikannya dan tidak rumit.

5). Keindahan:Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata


sedemikian rupa,
selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.

6). Ekonomis: Perencanaan instalasi listrik harus tepat sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakanbahan dan peralatan seminim mungkin, mudah pemasangannya maupun
pemeliharaannya, segi-segi daya listriknya juga harus diperhitungkan sekecil mungkin.
Dengan demikian hanya keseluruhan instalasi listrik tersebut baik untuk biaya pemasangan
dan biaya pemeliharaannya bisa dibuat semurah mungkin.

5
III. MERANCANG INSTALASI PENERANGAN

A. Berkas rancangan
Dalam perencanaan instalasi listrik pada suatu gedung / bangunan, berkas rancangan instalasi
listrik terdiri dari :

1.) Gambar Situasi: Yang menunjukan gambar posisi gedung /bangunan yang akan
dipasang instalasi listriknya terhadap saluran/ jaringan listrik terdekat. Data yang perlu ditulis
pada gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat (tiang
listrik/ bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah ada jaringan listriknya. Bila
belum ada jaringan listriknya, perlu digambarkan rencana pemasangan tiang-tiang listrik.

Gbr. 2 Contoh Gambar Situasi

2). Gambar Instalasi: Yang menunjukan gambar denah bangunan (pandangan atas) dengan
rencana tata letak perlengkapan listrik dan rencana hubungan perlengkapan listriknya.
Saluran masuk langsung ke APP yang biasanya terletak didepan / bagian yang mudah dilihat
dari luar. Dari APP ke PHB utama melalui kabel toefoer, yang biasanya berjarak pendek, dan
posisinya ada didalam bangunan. Pada PHB ini energi listrik didistribusikan ke beban
menjadi beberapa group / kelompok :

Untuk konsumen domestik / bangunan kecil, dari PHB dibagi menjadi beberapa group
dan langsung ke beban. Biasanya dengan sistem satu fasa.
Untuk konsumen industri karena areanya luas, sehingga jarak ke beban jauh dari PHB
utama dibagi menjadi beberapa group cabang / Sub Distribution Panel baru disalurkan ke
beban.

6
Gbr. 3 instalsi gedung lantai dasar

3) .Diagram Garis Tunggal: Yang menunjukan gambar satu garis dari APP ke PHB utama
yang di distribusikan ke beberapa group langsung ke beban (untuk bangunan berkapasitas
kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun sub panel cabang (SSDP) baru ke beban.
Pada diagram garis tunggal ini selain pembagian group pada PHB utama/ cabang/ sub
cabang juga menginformasikan jenis beban, ukuran dan jenis penghantar, ukuran dan jenis
pengaman arusnya, dan system pembumian / pertanahannya.

Gbr. 4 Diagram satu garis instalasi listrik pada bangunan /gedung Tegangan Rendah

4). Gambar rinci meliputi :

ukuran fisik PHB


cara pemasangan perlengkapan listrik
cara pemasangan kabel / penghantar
cara kerja rangkaian kendali
dan lain-lain informasi / data yang diperlukan sebagai pelengkap
B. Sistem Distribusi

7
Instalasi listrik untuk penerangan atau biasa disebut instalasi penerangan adalah instalasi
listrik yang memberi tenaga listrik untuk keperluan penerangan (lampu) dan alat-alat yang
lain.
Biasanya instalasi penerangan di dalam rumah-rumah dan gedung-gedung mempergunakan
sistem radial, karena sederhana dan mudah pengamanannya.
Banyaknya beban yaitu jumlah lampu dan alat yang lain dibagi kelompok-kelompok/group.
Pembagian group ini dimaksudkan untuk mempertinggi keandalan dari sistem itu. Apabila
salah satu group mendapat gangguan hubung singkat maka hanya group itulah yang terputus
hubungannya, sedang group yang lain tak terganggu.

C. . Tata Letak Lampu dan Pembagian Beban


Tiap-tiap macam ruangan membutuhkan jumlah dan besar kekuatan lampu yang
berbeda jumlah dan kekuatan lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruangan tergantung
pada
macam penggunaan ruangan , setiap macam penggunaan ruang yang berbeda, kebutuhan
kekuatan penerangan (lumen per meter persegi atau lux)juga berbeda.
luas dan ukuran ruangan, makin luas ruangannya penggunaan lampu makin banyak.
keadaan rungan, dinding yang ada memantulkan atau menyerap cahaya.
jenis lampu yang dipakai dan system penerangannya.
Letak dan banyak lampu pada suatu ruangan untuk mendapatkan sinar terbagi rata, kuat
penerangannya dapat dinyatakan dengan rumus:

EB : Kuat penerangan di B (lemah/m2 atau lux)


I : Kuat cahaya dari lampu (elemen)
h : Tinggi lampu dari bidang kerja.
: Sudut penyinaran.

Gbr. 5 Kuat cahaya dari titik summber lampu


Supaya sinar lampu yang jatuh pada bidang bisa agak terbagi rata maka sudut penyinaran
( ) jangan melampaui 45 jadi a 45 hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
Titik A adalah yang mendapat kuat penerangan yang terbaik sedang titik B adalah titik yang
kuat penerangannya paling kurang baik pada bidang BB.

Kuat penerangan di A :

8
Kuat penerangan di B:

Maka

Maka untuk sudut a = 45, tempat yang paling kurang baik (B) mendapat kuat penerangan
kali kuat penerangan dari tempat yang terbaik (A).
D. Penentuan Banyak Kelompok Penerangan
Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik di Indonesia (Pasal 661 C 1) : Instalasi
penerangan harus dibagi dalam group-group (kelompok) dan setiap group harus diamankan
sendiri-sendiri dengan pengaman arus lebih (sekring) dan saklar. Banyaknya titik-titik
pengambilan arus untuk setiap group paling banyak 9 titik.
Pada instalasi yang mempergunakan supply 3 phase untuk memudahkan dalam
menentukan keseimbangan beban nantinya sebaiknya (tidak mutlak) dibuat agar banyaknya
group merupakan angka kelipatan tiga.
Setelah ditentukan berapa banyaknya group/kelompok penerangan kemudian ditentukan
lampu-lampu atau stop kontak-stop kontak manakah yang ikut dalam tiap-tiap group tersebut.
Untuk menentukannya maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
Sebaiknya jarak tiap-tiap pengambilan arus untuk setiap group jangan terlalu jauh atau
menyebar, hingga hantaran yang digunakan tidak terlalu panjang (ingat rugi-rugi
tegangan dan harga kawat).
Sedapat mungkin setiap group memerlukan daya yang sama/hampir sama, sehingga
dalam menenentukan keseimbangan mudah.
Dalam satu ruangan hendaknya dibagi dalam beberapa group dan sebaiknya setiap group
berlainan phasenya karena bila salah satu group mati masih ada supply listrik dari group
yang lain.
Untuk gedung-gedung yang besar, misalnya gedung kuliah, bengkel kerja, gedung
pertunjukan dan sebagainya penerangan harus dibagi sekurang-kurangnya 2 group dan
setiap group dipasang dalam phase yang berlainan.
E. Penentuan Keseimbangan Beban
Pada rumah-rumah atau gedung-gedung yang besar dimana tenaga listrik yang tersedia
terdiri dari 3 phase, maka harus dihitung/ direncanakan agar beban tiap-tiap phasenya sama
atau berbeda sedikit sekali, sehingga ketiga fasenya akan seimbang. Cara menentukan/
merencanakan keseimbangan beban ini dilakukan dengan jalan coba-coba. Beban tiap-tiap
group dihitung, kemudian dicoba-coba.

9
Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba dimasukkan dalam tiap-tiap phase
sehingga diperoleh keseimbangan. Oleh karena itu akan mudah menentukan keseimbangan
beban ini apabila jumlah group dapat dibagi 3 (kelipatan tiga) dan beban tiap group sama atau
hampir sama.

F. Menentukan Ukuran Sekering dan Penghantar


Yang dimaksud ukuran sekring disini adalah besarnya arus rating/arus nominal dari
sekring. Sedang yang dimaksud ukuran penghantar disini adalah ukuran luas penampang
kawat penghantar tadi.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran kawat penghantar yang dipergunakan
untuk suatu instalasi adalah sebagai berikut :
Kuat arus yang dibutuhkan beban, yang mengalir ada kawat penghantar tersebut.
Jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai. Kemampuan menyalurkan arus
(current carrying capasity) besarnya tergantung dari jenis kawat/macam isolasi kawat
yang dipakai dan ukuran kawat.
Kerugian tenaga dan kerugian tegangan (voltage drop) maximum diperkenankan yaitu
makin besar ukuran kawat penghantar, makin kecil rugi-rugi.
Ukuran minim kawat penghantar yang diperkenankan dipasang menurut peraturan-
peraturan dalam keselamatan.
Adapun cara menentukan ukuran sekring dan kawat penghantar yang dipakai untuk
pemasngan suatu instalasi penerangan adalah sebagai berikut ;
Dihitung lebih dulu berapa watt seluruh beban pada kawat penghantar tersebut berdasarkan
besar beban itu, dihitung besar arus listrik (ampere) yang mengalir pada kawat yaitu dengan
menggunakan rumus ;

1. untuk arus bolak-balik 1 fasa

2. untuk arus boalak-balik 3 fasa

3. Untuk arus searah

dimana:

I = arus yang mengalir pada kawat (Ampere)


P = besar muatan/daya (Watt)
V = tegangan antar kawat (Volt)

10
Cos Q = faktor daya dari beban

G. Komponen- Komponen instalasi penerangan

Komponen-komponen instalasi listrik ada beberapa macam, antara lain:


1). Pengaman: adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi sistem instalasi dari
beban yang melebihi kemampuannya. Biasanya arus yang mengalir pada suatu penghantar
akan menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat listriknya sendiri.
2).Sakelar: adalah komponen instalasi yang berfungsi untuk memutuskan dan
menghubungkan rangkaian listrik. Sakelar ada kalanya disebut sakelar beban, memiliki
pemutusan sesaat. Pada saat sakelarnya akan membuka untuk memutuskan rangkaian, sebuah
pegas akan diregangkan. Pegas inilah yang menggerakkan sakelarnya sehingga dapat
memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat pendek. Jadi kecepatan pemutusannya
ditentukan oleh pegas dan tidak tergantung pada pelayanannya. karena cepatnya pemutusan,
kemungkinan timbulnya busur api antara kontak-kotak pemutusan hanya kecil. Sakelar dapat
digunakan untuk memutuskan rangkaian dalam keadaan berbeban. Sakelar menurut
fungsinya dapat dibedakan sebagai berikut : sakelar tunggal, sakelar kutub dua, sakelar kutub
tiga, sakelar seri, sakelar tukar dan sakelar silang.
3). Kotak perangkat Hubung Bagi (PHB): adalah suatu perlengkapan instalasi listrik yang
dilengkapi alat-alat pengaman sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Kotak PHB harus
dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan kukuh (ayat 610 A1). Pada
setiap hantaran fasa keluar suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus
(ayat 602 D1). Pada hantaran netral tidak boleh dipasang pengaman arus, kecuali bila
potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial tanah. Setiap peralatan listrik,
kecuali kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus
merupakan rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu unit instalasi (ayat 602 N1).
4). Fitting: adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut penggunaannya
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : fitting duduk, fitting gantung, dan fitting kedap air.
5). Kotak-kontak: merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan listrik yang
diperlukan untuk benda yang menggunakan listrik (alat-alat elektronik, alat-alat rumah
tangga, dan lain sebagainya). Tegangan Sumber listrik ini diperoleh dari hantaran fasa dan
netral yang berasal dari PLN. Kotak-kontak harus dibuat dari bahan khusus yang tidak dapat
terbakar, tahan lembab dan cukup kuat. Supaya tercapai kontak yang baik, tabung-tabung
kontak dibuat berpegas. Pemasangan kotak-kontak pada rumah umumnya ditanam di dalam
kotak tanam pada dinding. Simbol dan bentuk kotak-kontak dapat dilihat pada gambar.
6). Kabel penghantar: merupakan suatu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada umumnya menggunakan bahan
tembaga dan alumunium.
7). Lampu Penerangan: merupakan alat yang berfungsi sebagai penerang ruangan. Lampu
penerangan beragam jenisnya, antara lain : lampu pijar, lampu Tube Luminescent (TL),
Lampu hologen, dan lain sebagainya.
8). Pipa Instalasi: digunakan untuk pemasangan kabel listrik yang dihubungkan dengan
sakelar, kotak-kontak, kotak hubung bagi dan sambungan listrik lainya, serta untuk
melindungi bahaya listrik terhadap sentuhan langsung dengan manusia. Pipa ini dapat
dibedakan menjadi : pipa baja yang di cat dengan meni, pipa PVC, dan pipa fleksibel.

11
9). Kotak sambung: penyambungan kabel atau kawat dalam instalasi listrik harus
dilakukan dalam kotak sambung dan tidak boleh dilakukan dalam pipa, sebab dikhawatirkan
akan mengalami putus akibat penarikan, selain itu sambungan listrik dalam pipa pelat akan
memudahkan terjadi kontak listrik dengan pipa sehingga berbahaya bagi manusia.
10). Lasdop: adalah suatu alat bantu instalasi yang berfungsi menutup sambungan
sehingga aman dari sentuhan luar. Sebelum sambungan ditutup dengan lasdop, terlebih
dahulu sambungan tersebut dibungkus dengan isolasi.
11). Roset kayu: adalah suatu komponen instalasi yang terbuat dari bahan kayu. Komponen
ini digunakan pada pemasangan instalasi rumah kayu. Komponen ini berfungsi sebagai
tempat untuk menempelkan sakelar, fitting, kotak-kontak, dan kotak sambung pada instalasi
rumah kayu.
12). Elbow: digunakan pada pemasangan pipa instalasi di sudut-sudut ruangan. Elbow
terbuat dari bahan yang sama dengan pipa instalasi, yaitu dari bahan PVC dan baja.

12
IV. KESIMPULAN
Dalam merancang instalasi penerangan gedung bertingkat tiga haruslah sesuai dengan
persyaratan umum instalasi listrik. Merancang instalasi penerangan gedung bertingkat tiga
haruslah menetukan kelompok / group penerangan dari beban setiap lantainya sehingga
kitadapat menentukan keseimbangan beban dan juga dapat menentukan ukuran pengaman
pada setiap kelompok / group penerangan dan juga dapat mengetahui berapa ukuran
penghantar yang akan digunakan nanti dalam pemasangan instalasi listrik

13
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Sariadi dan Drs. Bambang Suprijanto, Perencanaan Instalasi Listrik Jilid 1, 2 nd ed.
Bandung : Angkasa, 1999.
[2] Prih Sumardjati et al., Instalasi Listrik, in Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, 1 st ed.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, pp. 32-36, 2008.
[3] Faizal Dwi Ariyanto, (2012, okt.3). Instalasi Rumah Sederhana [Online].
Available:http://faizaldwiariyanto05.wordpress.com/2012/10/03/instalasi-rumah-
sederhana/?blogsub=confirming#subscribe-blog
[4] Badan Standarisasi Nasional Persyaratan Umum, Peraturan umum Instalasi Listrik
2000.Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 2000.
[5] Faizal Nizbah, Komponen- Komponen Instalasi Listrik [Online]. Available:
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/komponen-komponen-instalasi-listrik.html
[6] F.X. Agus Priyono A.S, (2008,Ags 21). Perencanaan Instalasi Penerangan Listrik
[Online]. Available: http://downlight.blogspot.com/2008/08/perencanaan-instalasi-
penerangan.html

14

Anda mungkin juga menyukai