BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
yang dihasilkan untuk nilai Eb/No yang sama. 7. Pada kondisi clear sky,
sistem akan memilih modulasi dengan orde rendah dan pada kondisi kondisi
kanal yang buruk atau heavy rain sistem akan memilih modulasi dengan orde
tinggi.
sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya
Bulan adalah satelit Bumi. Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang
beredar mengelilingi benda lainnya misalnya satelit Palapa yang mengelilingi
Bumi. (Luthfy, 2014)
Macam-macam satelit diantaranya :
1. Satelit Astronomi, adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet,
galaksi, dan objek angkasa lainnya yang jauh.
2. Satelit Pengamat Bumi, adalah satelit yang dirancang khusus untuk
mengamati Bumi dari orbit. Satelit ini ditujukan untuk penggunaan non-
militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, dan pembuatan peta.
3. Satelit Navigasi, adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang
disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah
titik di permukaan bumi.
4. Satelit mata-mata, adalah satelit yang juga berfungsi untuk mengmati bumi
tetapi digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
5. Satelit Cuaca, adalah satelit yang digunakan untuk mengamati cuaca dan iklim
di Bumi.
6. Satelit Komunikasi.
Dari keenam macam satelit tersebut yang akan dibahas penyusun hanya satelit
komunikasi saja. Satelit komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang
ditempatkan di angkasa dengan tujuan untuk telekomunikasi. Satelit berfungsi
sebagai repeater atau pengulang sinyal informasi yang ditempatkan di luar
angkasa. Prinsip kerjanya yaitu, antenna satelit menerima sinyal yang di
pancarkan dari antenna di stasiun bumi kemudian diperkuat dan dipancarkan
kembali ke bumi dengan frekuensi yang berbeda. Satelit komunikasi tersebut
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai stasiun pengulang (repeater)
2. Memperkuat frekuensi (radio frequency)
3. Merubah sinyal RF uplink stasiun bumi menjadi downlink satsiun bumi.
8
dalam tesisnya tahun 1963. Kode LDPC merupakan kode blok linier yang
10
diperoleh dari sparse bipartite graph (Tanner Graph). Graph terdiri dari n
message atau bit nodes dan r check nodes. Graph memunculkan kode block linier
check node jumlah posisi bersebelahan berdasarkan message node adalah nol.
Pada pengkodean LDPC kita dapat mendefinisikan dua numbers describing pada
(Yusuf, 2014).
m.
Tanner Graph dari kode LDPC dikatakan reguler jika wc konstan untuk
baris. Jika matrix H low density tetapi jumlah bit 1 pada masing-masing baris dan
kolom tidak konstan, code tersebut dikatakan irregular LDPC code. (Siska, 2012)
11
representasi grafik yang efektif untuk pengkodean LDPC. Tanner Graph memiliki
arti bahwa node dari graph disebar ke dalam dua jalur khusus yang hanya
menghubungkan node-node dari dua tipe yang berbeda. Dua tipe node yang
berbeda pada graph yaitu: check node dan variable node. Check node digunakan
untuk mendefinisikan bagian baris dari matrik generator, sedangkan variable node
Kode cek paritas merupakan kode block, di mana deretan pesan (jumlah
bit yang ditransmit) dibagi atas blok-blok. Bentuk pengkodean pada kode cek
paritas yaitu menambahan satu bit redudan pada sinyal informasi, nilai bit paritas
yaitu 0 dan 1, tergantung dari jumlah bit 1 yang terdapat pada sinyal yang
dikirimkan (jenis paritas ganjil atau genap). Jika digunakan jenis paritas ganjil
jumlah bit 1 pada codeword adalah ganjil, begitu pula bila digunakan jenis paritas
genap jumlah bit 1 pada codeword adalah genap. Sebagai contoh kode ASCII 4
(empat) bit untuk simbol 1011 karena jumlah bit 1 ganjil, maka jumlah bit 1 pada
codeword pasti ganjil yaitu akan memiliki codeword 10111, bila jumlah bit 1
genap untuk simbol 1001, maka codeword yang akan dihasilkan yaitu 10010.
(Siska, 2012)
transmitter adalah 0 penerima menerimanya sebagai bit 1. Bila digunakan cek bit
12
paritas genap dan pada penerima dideteksi terdapat jumlah bit 1 dalam jumlah
ganjil, maka pada kode yang diterima telah terjadi kesalahan. Bila pada kanal
terjadi 2 kesalahan bit, kode akan dideteksi sebagai kode yang valid (benar).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cek paritas genjil dan genap hanya
terjadinya kesalahan secara lebih handal diperlukan matrik cek paritas. Sebagai
c0 + c3 +c4 + c5 + c6 = 0
c1 + c3 + c5 = 0
c1 + c2 = 0
c0+ c2 + c4 + c6 = 0
Dalam bentuk matriks didapat c =[c1c2 c3c4 c5c6 ] , yang dikatakan sebagai
T
codeword jika dan hanya jika memenuhi persyaratan H.c = 0 .
2.3.2 Sum-Product Decoding
Algoritma decoding sum product atau yang disebut decoding belief
propagation pertama kali di perkenalkan oleh Gallagher tahun 1962 pada
thesisnya. Dimana decoding yang di pergunakan adalah
Pseudorandom.Pengoptimalan yang tinggi pada decoding irregular LDPC code
13
j j j
=1 ............................................................................................................... (2.3)
dan
= =1 = ............................................................................................. (2.4)
=1 .............................................................................................................. (2.5)
Dimana adalah bit yang diterima yang telah terkena noise dan = /2
adalah varian dari dari Kanal AWGN.
Mesagge Passing
1. check nodes to bit nodes j j j
i
14
= - .............................................................................................. (2.6)
= .................................................................................(2.10)
(i = 1,2,,m dan i i)
= .................................................................................(2.11)
= ..................................................................................(2.12)
(i = 1,2,,m)
= ..................................................................................(2.13)
Untuk j = 1,2,, n
0
= ........................ jika ln( / ) 0 ...........................................(2.14)
1
DVB-S (EN 300 421) dan DVB-S2 (EN 302 307) adalah standar
pengkodean kanal dan pemodulasian yang digunakan untuk penyiaran satelit
15
responsible untuk variasi SNIR yang bekerja pada sebuah coverage satelit. Variasi
SNIR dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Parameter yang bergantung pada kondisi geografis suatu daerah seperti:
Variasi level Interferensi Redaman Atmosfir (redaman hujan)
2. Parameter yang bergantung pada waktu seperti redaman atmosfir (terutama
redaman hujan). Dalam menanggulangi variasi SNIR yang disebabkan oleh
parameter-parameter di atas, DVB-S2 kemudian dirancang untuk
memberikan:
a. Peningkatan efisiensi 30 % bila dibandingkan dengan DVB-S
b. Meningkatkan range aplikasi melalui teknik combining agar tetap dapat
mendukung layanan dengan DVB-S
c. Teknik adaptive coding untuk memaksimalkan penggunaan transponder
satelit. (Mita, 2009)
Tabel 2.2 Coding Parameter
1. Mode Modulasi Terdapat empat mode modulasi yang didukung, yaitu : QPSK
dan 8PSK yang digunakan untuk aplikasi broadcasting yang digunakan pada
non-linear transponder satelit dan dioperasikan mendekati saturasi, serta
16QAM dan 32QAM untuk aplikasi pada semi-linear transponder. Skema ini
merupakan tradeoff efisiensi daya untuk memperoleh throughput yang lebih
tinggi.
2. Forward Error Correction DVB-S2 menggunakan sistem FEC yang berbasis
concatenation menggunakan BCH (Bose-Chaudhuri-Hocquenghem) dengan
inner coding LDPC (Low Density Parity Check) dan kecepatan pengkodean
yang bersifat dinamis. (Mita, 2009)
metode error correction yang dibangun pada bidang finite (terbatas). Kode ini
merupakan generalisasi dari Hamming code untuk multiple error correction. Kode
BCH diperkenalkan pertama kali oleh A. Hocquenghem pada tahun 1959 dan
secara tepisah pada tahun 1960 oleh R. C. Bose dan Ray-Chaudhuri. Kode BCH
merupakan Cyclic codes dimana beberapa simbol tersusun dari m-bit yang
berurutan, dimana m adalah integer positif yang lebih besar dari 2. Pada binary
BCH code terdapat beberapa parameter sebagai berikut:
Panjang blok : n = 2 1
Jumlah digit parity-check : n k mt
Jarak minimal : 2t + 1
Kode ini mampu mengoreksi berbagai kombinasi dari t atau lebih kecil
dalam blok n digit. Kita menyebutnya kode BCH t-error-correcting. (Rainbow,
2012)
2.5.1 Decoding BCH
Decoder BCH Pada bagian penerima terdapat decoder yang berfungsi
untuk mendeteksi dan mengkoreksi error data yang diterima.(Mita, 2009).
Beberapa proses dilakukan dalam proses decoding, antara lain:
1. Sindrom Error Pencarian sindrom mempunyai tujuan yakni untuk menentukan
lokasi dimana terdapat error atau kesalahan bit. Sindrom didapat dengan meninjau
polinomial terima.
2. Polinomial error-locator Polinomial error-locator dapat dicari dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain algoritma Peterson, Berlekamp-
Massey serta Euclid.
3. Lokasi Error Penentuan lokasi error diperoleh dengan menggunakan polinomial
(x) yang telah diperoleh sebelumnya. Masingmasing data pada posisinya akan
dicek satu persatu dengan mensubtitusi variable x pada (x) dengan nilai inverse
.
4. Koreksi Error dilakukan setelah mengetahui lokasi error. Dengan mengubah
nilai bit dari 0 ke 1. maupun sebaliknya.
19
( )= [( ) / ] ...................................... (2.15)
dimana:
p(x) = probabilitas kemunculan derau
= standar deviasi
m = rataan (mean)
x = variable (tegangan atau daya sinyal)
AWGN merupakan model kanal sederhana dan umum dalam suatu sistem
komunikasi. Model kanal ini dapat digambarkan seperti berikut:
STx(t) + n(t), 0 t T dimana n(t)) merupakan noise yang terjadi selama proses
transmisi sinyal kirim sampai diterima bagian receiver.
= ................................................................................................... (2.17)
laju bit.
Sehingga :
= ................................................................................................. (2.18)
21
Dimana:
Dibit Q I Q I Q I Q I
Input 1 0 0 1 1 1 0 0
Phasa
output
PSK
Dari Gambar diatas terlihat bahwa jika masukan biner adalah 10 maka keluaran
merupakan sinyal sinus dari frekuensi pembawa yang telah digeser sebesar +135 o,
dan juga untuk kombinasi lainnya dari masukan biner akan menghasilkan
pergeseran fasa yang berbeda.