Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang


bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada setiap warga.
Sasaran utama dari pembangunan kesehatan, salah satu antaranya adalah kesehatan
lingkungan. Menurut World Health Organization (WHO, 2008) kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.1 Kesehatan lingkungan ini merupakan unsur dari
program kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan dengan harapan
dapat meningkatkan jumlah kawasan sehat, tempat-tempat umum yang sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air
minum dan sarana pembuangan limbah.1

Sanitasi lingkungan adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia
yang mungkin atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.(Kusnoputranto, 1986) Pembuangan air limbah
merupakan salah satu daripada masalah dalam penyehatan lingkungan pemukiman yang perlu
mendapatkan prioritas.2

Air limbah adalah air sisa yang dibuang, berasal dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lain yang mengandungi bahan atau zat yang dapat membahayakan
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.(Chandra, 2007). Air limbah ini harus
diolah agar tidak mencemari lingkungan seterusnya membahayakan kesehatan manusia
dengan cara meningkatkan cakupan sarana pembuangan air limbah(SPAL) yang memenuhi
syarat terutama di kawasan pemukiman. Namun upaya ini tidak mudah untuk dilaksanakan
dalam masyarakat karena penyediaan SPAL yang memehuni syarat ini berkait erat dengan
tingkat ekonomi, perilaku, kebudayaan dan pendidikan masyarakat.2

Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia


yang dicantumkan pada profil Indonesia 2008, diketahui bahwa pada tahun 2007, kondisi

1
sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban yang
memenuhi syarat dengan menggunakan septic tank sebesar 53,33%. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa kondisi perumahan di Indonesia saat ini belum memenuhi syarat
kesehatan. Penerapan sistem pengelolaan air limbah domestik atau sanitasi yang baik di
Indonesia masih minimal sehingga Indonesia tercatat sebagai negara pada kedudukan ketiga
dengan sistem sanitasi terburuk di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar.(ANTARA
News, 2006) Dari data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari
400.000m3 per hari air limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah tanpa
melalui pengolahan terlebih dahulu dan 61,5% dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa.3

Dilihat dari data standar pelayanan minimal(SPM) dari Puskesmas Salaman 1 periode
Januari sampai Disember 2013, didapatkan cakupan sarana pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat di kecamatan Salaman adalah 19% dengan perincian dari 768 rumah yang
diperiksa, hanya 143 rumah yang mempunyai SPAL memenuhi syarat, sedangkan target Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 65%. Oleh karena itu, angka pencapaian SPAL yang
memenuhi syarat masih kurang dari target yaitu sebesar 47.21%. Salah satu desa di kecamatan
Salaman yang masih belum mencapai target adalah Desa Menoreh dengan persentase
pengelolaan limbah yang sehat sebesar 59,37 %.

B.PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, disimpulkan perumusan masalah adalah Cakupan


Rumah dengan SPAL Memenuhi Syarat yang masih rendah, apa penyebab yang menimbulkan
hal tersebut serta bagaimana upaya pemecahannya.

2
C. TUJUAN PENETILIAN

1. Tujuan Umum

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya Cakupan
Rumah dengan SPAL yang Memenuhi Syarat dan bagaimana upaya pemecahan di Dusun
Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Memperolehi data umum Dusun Sewan, Desa Menoreh.


b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya SPAL tapi tidak memenuhi
syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan penduduk di Dusun Sewan mengenai SPAL.
d. Mengetahui perilaku penduduk dusun mengenai penggunaan SPAL.
e. Membuat alternatif pemecahan masalah penduduk yang tidak menggunakan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
f. Membuat rencana kegiatan untuk memicu penduduk yang tidak menggunakan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.

D. MANFAAT PENETILIAN

1 Hasil survei ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan penanggulangan masalah
SPAL di Dusun Sewan, Desa Menoreh serta dapat dijadikan masukan untuk menyusun
program dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat.
2 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan Cakupan Rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
3 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat
memunculkan kesadaran masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh tentang kelestarian
lingkungan, terutama yang berhubungan dengan SPAL.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEHATAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. 4
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi
manusia yang hidup di dalamnya. Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma
Sehat. Dengan paradigma ini, maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya
promotif-preventif, dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur
pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui
pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di
dalam gedung.4
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. 5 Sedangkan menurut
Notoadmojo (2003), sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Penerapan sistem pengelolaan air
limbah dengan mewujudkan SPAL di permukiman dan industri merupakan salah satu langkah
MENKES untuk mengelola air limbah agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah sehingga tidak berisiko menimbulkan penyakit seperti diare, kolera,
thypus dan lain-lain. 4
Ada beberapa metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah
rumah tangga yaitu dengan membuat saluran air kotor, membuat bak peresapan, membuat tempat

4
pembuangan sampah sementara. Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan
tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 meter.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan
benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak.
Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana
lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan
sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan
saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan
yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah
tropis yang dapat dimanfaatkan.7
Menurut DEPKES (1998), peran petugas sanitasi dan kepala puskesmas sangat
menentukan keberhasilan cakupan pelaksanaan inspeksi sanitasi di wilayah puskesmas selama 1
tahun. Sanitarian adalah jumlah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan
terakhir bidang kesehatan lingkungan dan sanitarian yang bekerja di puskesmas. Yang termasuk
tenaga sanitarian adalah SPH, D-III Kesehatan Lingkungan dan D-III Penyuluhan Kesehatan
Program pokok kesehatan lingkungan adalah informasi mengenai apakah program
kesehatan lingkungan diselenggarakan oleh tenaga sanitasi di puskesmas yang bersangkutan atau
tidak. Peralatan petugas sanitasi (water test kit dan sanitarian kit) yaitu informasi mengenai
peralatan yang didapatkan dengan kondisi berfungsi atau tidak yang dimiliki untuk
melaksanakan kegiatan sanitasi.8
Menurut Syafri (1993), usaha-usaha sanitasi ditujukan kepada seluruh masyarakat,
langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan perubahan perilaku masyarakat kearah
yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan kesadaran
dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut:

5
1. Menggalakkan penyuluhan hidup sehat
2. Memberi contoh lingkungan sehat bagi masyarakat
3. Menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang sanitasi lingkungan
4. Pemberian penghargaan bagi lingkungan sehat

Tujuan dari program ini adalah untuk mencegah penularan penyakit atau gangguan
kesehatan yang dikarenakan keadaan rumah yang kurang atau tidak sehat. Perumahan dan
lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi persyaratan sanitasi dapat menimbulkan masalah
antara lain penyakit yang melibatkan saluran pencernaan seperti diare, thypus, kolera dan juga
penyakit yang timbul karena sanitasi lingkungan yang buruk seperti malaria dan demam
berdarah.8

B. SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

1. Definisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan pengelolaan air limbah
bisa berupa pipa atau pun selainnya yang dipergunakan untuk membantu air buangan dari
sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan. SPAL merupakan sarana
berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang berfungsi untuk membuang air cucian,
air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya.(DEPKES RI, 1990)6

2. Kriteria SPAL yang Memenuhi Syarat

SPAL yang memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
SPAL tersebut tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah, jarak dengan sumber
air bersih (SAB)> 10 meter, mencegah berkembangbiaknya lalat/serangga/binatang lainnya,

6
tidak mencemari SAB, dirumah terdapat sarana pembuangan sampah yang kedap air dan
tertutup. 9

Terdapat 2 versi dalam menilai SPAL yang memenuhi syarat, versi pertama yang dipakai
di Puskesmas Salaman berdasarkan Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah, yaitu hanya
memuatkan 1 indikator dari kriteria SPAL yang memenuhi syarat, manakala versi yang kedua
merupakan Blanko Inspeksi Sanitasi yang dibuat oleh penulis sendiri, memuatkan empat
indikator. Dibawah ini merupakan Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi versi kedua yang
digunakan saat survei.

Tabel 1. Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi SPAL


No Responden Jarak antara SPAL SPAL Aliran Nilai Bobot Jumlah
sumber air dengan yang yang limbah yang
SPAL tidak tertutup lancar atau
berbau tidak 25
>10m <10m menggenang
1
2
3

Keterangan:
Nilai Jarak antara sumber air dengan SPAL >10m = 2
Nilai Jarak antara sumber air dengan SPAL <10m = 1
SPAL yang tidak berbau = 1
SPAL yang berbau = 0
SPAL yang tertutup = 1
SPAL yang tidak tertutup = 0
Air limbah yang lancar atau tidak menggenang = 1
Air limbah yang tidak lancar dan menggenang = 0
Bobot bernilai 25 didapatkan dari Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah pada bagian
Sarana Sanitasi di poin SPAL.
Skoring:
- Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125
- Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125

Keempat kriteria tersebut harus terpenuhi sehingga mencapai kriteria SPAL yang sehat bagi
masyarakat.

C. LIMBAH RUMAH TANGGA DARI SALURAN AIR PEMBUANGAN

7
Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air
cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin
untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak
cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 meter. Bak
ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang
tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.10
Untuk pembuatannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan


Dari gambar tersebut terlihat kegunaan tempat pengelolaan limbah, yaitu untuk
membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi.
Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada saringan air.
Jangan membuat benda-benda padat seperti: batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang
lainnya, karena akan menyumbat saluran.10
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas
dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak
kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama
terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran.

8
Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan
lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur
resapan minimum 10 meter agar supaya jangan mencemarinya. Pembuatan dapat dilihat pada
Gambar 2 di bawah ini. 10

Disamping caraGambar
yang tersebut
2. Bak diatas untuk
saluran mengelola
bekas limbah
mandi dan cuci saluran kamar mandi dan
limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui saluran ke
sebuah lubang resapan.10
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 meter atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Dibuat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai
bis. Kalau saluran terbuka dapat ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi
dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara
pembuatannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.11

9
\

Gambar 3. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian
D. VARIABEL PENELITIAN

1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).12
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

10
fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti dan pandai.12
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. 12
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa
ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri
sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.12
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam
diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.

a. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
i. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

11
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan
dan mengatakan.
ii. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
iii. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
iv. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen, tetapi
masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
v. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.

vi. Evaluasi (Evaluation)


Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut
berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada (Notoatmodjo, 2003)

b. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang berisi
tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas
(Notoadmojo, 2003)12

12
i. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
ii. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65%-80%
iii. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%

2. Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert Kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.13

a. Perilaku baik bila skor 81%-100%


b. Perilaku cukup bila skor 65%-80%
c. Perilaku kurang bila skor < 60%

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang memerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.13
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior,
tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau
membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.13

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

13
pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)


Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
Perilaku gizi (makan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan
minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan
dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap makanan dan minuman tersebut.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
c. Perilaku kesehatan lingkungan.
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Misalnya: bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum,
tempat sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Penyuluhan adalah pemberian informasi oleh seseorang yang memiliki pengetahuan


mengenai suatu hal dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi para
pendengarnya.
Media Penyuluhan adalah saluran yang menghubungkan penyuluh dengan materi
penyuluhan, contohnya pamflet, brosur dan poster.

14
Dana adalah uang yang dimiliki seseorang yang di dapat dari penghasilan guna untuk
pembangunan

E. ANALISIS MASALAH
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Salaman, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka
pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut14:

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi,
Kebijakan

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT


Man P1
Money P2
Method P3
Material
Machine

Gambar 4. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem


Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan
pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.14

F. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH


1. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan
indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi
dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara

15
keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang
sudah ditetapkan. 14
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara seperti melakukan
penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Salah satu metode yang
digunakan adalah metode Hanlon. 14
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengancurah
pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini
hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.14
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung
oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.14
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan
masalah.14
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon Kualitatif untuk
menentukan/memilih pemecahan terbaik.14
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan).14
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.14

16
Gambar 5. Kerangka pikir pemecahan masalah

G. Analisis Penyebab Masalah


Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan
diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini: 14

17
INPUT

MAN
MONEY
METHODE

MACHINE MATERIAL

MASAL
AH
P1
P3

P2

LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

PROSES

Gambar 6. Diagram fish bone

H. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternatif pemecahan masalah.14

I. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks, menggunakan Rumus


M x I x V/C
Setelah kita sudah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukanpenentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks:
a. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.

18
b. Importancy(I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
c. Vulnerability(V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif
bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
d. Cost(C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.

J. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan Plan of Action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan perencanaan
kegiatan. 14

19
BAB III

ANALISA MASALAH

A. DATA UMUM DESA MENOREH

1. KEADAAN GEOGRAFIS

a. Letak wilayah

Desa Menoreh terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,


provinsi Jawa Tengah. Terdapat 16 dusun di Desa Menoreh, yaitu Dusun Ngemplak,
Candi, Jetis, Derepan, Mlangen, Pranan Kulon, Pranan Wetan, Beteng, Kempul, Ngaglik,
Kamal, Sewan, Alun-alun, Jurusawah, Margorejo, dan Bhumi Menoreh. Pelaksanaan
kegiatan penelitian dilakukan di Dusun Sewan.

Gambar 8. Peta desa Menoreh5

b. Batas wilayah

Wilayah desa Menoreh dibatasi oleh:

i. Sebelah utara : Desa Salaman


ii. Sebelah Timur : Desa Ngadirejo
iii.Sebelah Selatan : Desa Kalirejo
iv. Sebelah Barat : Desa Kalisalak

20
c. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Menoreh berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah 600
hektar.5

KEADAAN DEMOGRAFI

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk desa Menoreh pada tahun 2012 adalah 7716 jiwa. Sedangkan
jumlah kepala keluarga adalah 2205 KK.5

b. Data Penduduk

Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa Menoreh
menurut dusun masing-masing.

Jumlah

Jiwa KK
NO Dusun

1 Ngemplak 319 93

2 Candi 307 82

3 Derepan 364 118

4 Jetis 414 119

5 Mlangen 861 229

6 Pranan Kulon 729 205

7 Pranan Wetan 559 145

8 Beteng 519 131

9 Kempul 568 163

10 Ngaglik 261 85

11 Kamal 704 208

21
12 Sewan 239 103

13 Alun-alun 572 163

14 Jurusawah 714 198

15 Margorejo 272 78

16 Bhumi Menoreh 314 85

Jumlah 7716 2205

Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Menoreh menurut tahun 20125

22
B. DATA KHUSUS KELUARGA MEMILIKI SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH TAHUN 2013

Tabel 4. Persentase Pengelolaan Limbah yang Sehat Menurut Desa di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang

PENGELOLAAN LIMBAH
NO DESA JUMLAH JUMLAH RUMAH JUMLAH RUMAH % RUMAH
RUMAH MEMILIKI MEMILIKI SPAL MEMILIKI SPAL
MEMENUHI MEMENUHI
SYARAT SYARAT
1 Salaman 1212 779 476 61.10%
2 Kalisalak 1097 325 132 40.62%
3 Menoreh 1864 726 431 59.37%
4 Kalirejo 1275 153 63 41.18%
5 Paripurno 890 149 52 34.90%
6 Ngargoretno 762 115 41 35.65%
7 Ngadirejo 1099 404 272 67.33%
8 Sidomulyo 1177 349 202 57.88%
9 Kebonrejo 1503 338 194 57.40%
10 Banjaharjo 381 334 181 54.19%
Jumlah Total 11260 3672 2044

23
Data khusus di atas diperoleh dari inspeksi sanitasi versi pertama yaitu dari Formulir Penilaian
Rumah Sehat.

C. Cakupan dan Pencapaian Jumlah Rumah dengan SPAL yang Memenuhi Syarat di Desa
Menoreh

Cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah:

Besar cakupan = Jumlah rumah memiliki SPAL yang memenuhi syarat x 100%
Jumlah rumah memiliki SPAL
= 431 x 100%
726
= 59,37%

Dari hasil didapatkan cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa
Menoreh pada bulan Januari sampai Desember 2013 hanya sebesar 59,37% yaitu masih rendah
berbanding dari Target Dinkes Kabupaten Magelang 2013 sebesar 65%.

Pencapaian Jumlah Rumah Dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah:

Pencapaian = Besar cakupan x 100%


Target Dinkes 2013

= 59,37% x 100%
65%

= 91.33%

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jumlah rumah dengan SPAL yang
memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah dibawah 100% sehingga menjadi masalah.

24
D.Hasil Survei Inspeksi Sanitasi
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan keadaan dan dapat digunakan
untuk mengukur terjadinya perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, Puskesmas Salaman masih memiliki beberapa
cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Hal ini
tentu masih menjadi masalah yang harus dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.
Pada tanggal 8 Febuari 2014 telah dilakukan survei yang melibatkan 78 kepala keluarga
(KK). Berdasarkan hasil survei didapatkan 56 KK memiliki SPAL manakala 22 KK tidak
memiliki SPAL. Dari 56 KK yang memiliki SPAL di survey adakah SPAL mereka memenuhi
syarat atau tidak.

Data hasil survei sanitasi diambil dibuat rekapitulasi dan didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 5. Tabel survei sanitasi menurut kriteria SPAL yang memenuhi syarat
No Responden Jarak antara SPAL SPAL Aliran Nilai Bobot Jumlah
sumber air dengan yang yang limbah yang 25
SPAL tidak tertutup lancar atau
berbau tidak
>10m <10m menggenang
1 R1 2 1 1 1 5 125
2 R2 1 1 0 0 2 50
3 R3 2 1 1 1 5 125
4 R4 2 1 0 1 5 125
5 R5 2 1 0 1 4 100
6 R6 2 1 1 1 5 125
7 R7 2 1 0 1 4 100
8 R8 2 0 0 1 3 75
9 R9 2 0 1 1 4 100
10 R10 2 0 1 1 4 100
11 R11 2 1 1 1 5 125
12 R12 2 1 0 1 4 100
13 R13 1 0 0 1 2 50
14 R14 2 1 0 1 4 100
15 R15 2 1 1 1 5 125
16 R16 2 1 0 1 4 100
17 R17 2 0 0 0 2 50
18 R18 2 1 1 1 5 125
19 R19 2 1 0 1 4 100
20 R20 2 0 1 1 4 75

25
21 R21 2 0 0 1 3 75
22 R22 2 1 0 1 4 100
23 R23 2 1 0 1 4 100
24 R24 2 0 0 1 3 75
25 R25 2 1 0 1 4 100
26 R26 2 1 1 1 5 125
27 R27 2 0 0 1 3 75
28 R28 2 1 0 1 4 100
29 R29 2 1 1 1 5 125
30 R30 2 1 0 1 4 100
31 R31 1 1 1 3 75
32 R32 2 1 1 4 100
33 R33 2 1 1 1 5 125
34 R34 2 1 1 4 100
35 R35 2 1 1 4 100
36 R36 1 1 1 3 75
37 R37 2 1 1 1 5 125
38 R38 2 1 1 1 5 125
39 R39 2 1 1 4 100
40 R40 2 1 1 1 5 125
41 R41 2 1 1 4 100
42 R42 1 1 0 2 50
43 R43 2 1 1 4 100
44 R44 2 1 1 1 5 125
45 R45 2 1 1 4 100
46 R46 2 1 1 1 5 125
47 R47 2 1 1 4 100
48 R48 2 1 1 1 5 125
49 R49 1 1 1 3 75
50 R50 2 1 1 1 5 125
51 R51 2 1 3 75
52 R52 2 1 1 1 5 125
53 R53 2 1 0 3 75
54 R54 1 1 1 3 75
55 R55 2 1 1 4 100
56 R56 2 1 1 1 5 125

Keterangan:

Bobot bernilai 25 didapatkan dari Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah pada bagian
Sarana Sanitasi di poin SPAL.

26
Skoring:

- Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125

- Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125

Hasil:

- Jumlah SPAL memenuhi syarat = 19

- Jumlah SPAL tidak memenuhi syarat = 37

Salah satu indikator kinerja dari program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Salaman
adalah cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat. Dimana sesuai dengan data inspeksi
sanitasi yang dilakukan tanggal 8 Febuari 2014 di Desa Menoreh, Dusun Sewan didapatkan
hanya 19 daripada 56 rumah mempunyai SPAL yang memenuhi syarat.

Cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan
adalah:

Besar cakupan = Jumlah SPAL yang memenuhi syarat x 100%


Jumlah Rumah memiliki SPAL

= 19 x 100%
56

= 33.92%

Dari hasil didapatkan besar cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat sanitasi
di Dusun Sewan Desa Menoreh lebih rendah dari target Dinkes 2013 (%), yaitu sebesar 33.92%.

27
Pencapaian Jumlah Rumah Dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan adalah:

Pencapaian = Besar cakupan x 100%


Target Dinkes 2013

= 33.92% x 100%
65%

= 52.18%
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jumlah rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan Desa Menoreh adalah dibawah 100% sehingga menjadi
masalah.

28
BAB IV

KERANGKA PENELITIAN

A. KERANGKA TEORI

INPUT PROSES

Man : Sanitarian P1 : Perencanaan dan


penjadwalan kunjungan
Money : Dana Operasional pemeriksaan SPAL,
Puskesmas penyuluhan mengenai
SPAL yang memenuhi OUTPUT
Method : Kunjungan syarat
berkala untuk pemeriksaan CAKUPAN RUMAH YANG
SPAL, penyuluhan P2: Pelaksanaan MEMILIKI SPAL YANG
mengenai SPAL yang kunjungan dengan
memenuhi syarat koordinasi perangkat MEMENUHI SYARAT
dusun dan kader
Material : Balai Desa, alat
transportasi sanitarian P3: Pengawasan berkala
di dusun
Machine : Blanko
kuesioner inspeksi sanitasi
SPAL

LINGKUNGAN

Pengetahuan dan perilaku masyarakat

Informasi dari petugas kesehatan


lingkungan

Masalah dana

Gambar 7. Kerangka Teori

29
B. KERANGKA KONSEP

Pengetahuan warga dusun akan


kepentingan dan manfaat SPAL yang
memenuhi syarat

Perilaku warga dusun tentang


pentingnya SPAL yang memenuhi
syarat dalam mewujudkan perilaku
hidup bersih dan sehat

CAKUPAN
RUMAH
Masalah dana bagi warga dusun untuk
DENGAN SPAL
pembuatan SPAL yang memenuhi YANG
syarat di lingkungan sendiri MEMENUHI
SYARAT DI
DUSUN
SEWAN
Informasi aktif dari sanitarian
mengenai SPAL yang memenuhi syarat
kepada warga dusun

Penyuluhan mengenai kepentingan dan


manfaat SPAL memenuhi syarat pada
warga dusun

Gambar 8. Kerangka Konsep

30
BAB V

METODE PENELITIAN

Survei dilakukan di Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten


Magelang. Dalam survei ini dilakukan pendataan rumah dengan SPAL di dusun ini secara
lansung dengan metode dibawah:

1. Data primer diperoleh melalui daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan kunjungan
rumah warga untuk dilakukan pengamatan dan pendataan serta wawancara dengan kader
kesehatan setempat.
2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman,
laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Salaman, dan data dari Balai Desa
Menoreh.
3. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dilakukan analisis masalah.
Penyebab kemudiannya dimasukkan dalam diagram fish bone. Setelah itu ditentukan
alternatif pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah
menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Setelah didapatkan pemecahan
masalah, dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih.
Setelah didapatkan data maka dilakukan penyelesaian masalah menggunakan
pendekatan manajemen. Berikut adalah langkah-langkahnya, yaitu pertama dilakukan
identifikasi masalah, kedua dilakukan penentuan prioritas masalah, ketiga dilakukan
penentuan penyebab masalah. Langkah kedua dan ketiga ini sudah tidak diperlukan dalam
pembuatan laporan ini. Keempat dipilih penyebab masalah berdasarkan survei, kelima
ditentukan alternatif pemecahan masalah, keenam dilakukan penetapan pemecahan masalah,
ketujuh dilakukan penyusunan rencana penerapan, kedelapan dilakukan monitoring dan
evaluasi.
Analisis masalah dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem
yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, materi, machine,
kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan
manajemen mutu sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh
faktor lingkungan.

31
A. BATASAN JUDUL

Penulis memilih judul Rencana Peningkatan Cakupan Sarana Pembuangan Air


Limbah Rumah Tangga Yang Memenuhi Syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Evaluasi Manajemen Program, Program
Kesehatan Lingkungan Puskesmas Salaman Periode Januari Desember 2013 dengan
batasan pengertian judul sebagai berikut:

1. Rencana
Rencana adalah proses pemikiran ke depan.
2. Peningkatan
Peningkatan adalah proses meningkatkan.
3. Cakupan
Adalah batasan suatu masalah.
4. Sarana pembuangan air limbah
Adalah suatu tempat pembuangan limbah yang dapat berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan
buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. SPAL yang
memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai kriteria sebagai berikut dimana SPAL
tersebut tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah, jarak dengan SAB >
10m, mencegah berkembang biaknya lalat/serangga/binatang lainnya, tidak mencemari
SAB, dirumah terdapat sarana pembuangan sampah yang kedap air dan tertutup.
5. Dusun Sewan
Adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Menoreh.
6. Desa Menoreh
Desa Menoreh merupakan salah satu desa dari 10 desa yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Salaman.
7. Kecamatan Salaman
Kecamatan Salaman adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang.
8. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
9. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,
apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan
yang ditemukan.
10. Manajemen

32
Pengaturan sumber daya agar tercapai tujuan yang di harapkan penggunaan secara efektif
untuk mencapai sasaran.
11. Program Kesehatan lingkungan
Adalah salah satu program Puskesmas Salaman yang bertujuan untuk mengatasi masalah
berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan
oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan
aktif di dalam dan luar puskesmas.
12. Puskesmas Salaman
Puskesmas Salaman adalah salah satu puskesmas di wilayah kabupaten Magelang.
13. Periode Januari - Desember 2013.
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan
jumlah rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat.

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Sasaran adalah jumlah rumah dengan SPAL yang dilakukan inspeksi sanitasi di Dusun
Sewan, Desa Menoreh.
2. SPAL yang memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai 4 kriteria seperti berikut:
Jarak antara sumber air dan SPAL >10m, SPAL yang tidak berbau, SPAL yang tertutup,
dan aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang. Menggunakan Blanko Kuesioner
Inspeksi Sanitasi SPAL yang disusun penulis berdasarkan kriteria SPAL sehat, dengan
skoring seperti berikut:
a. Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125
b. Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125
3. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah rumah yang memiliki SPAL
memenuhi syarat dengan jumlah seluruh rumah dengan SPAL yang diperiksa/diawasi di
Dusun Sewan, Desa menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang Periode
Januari-Desember 2013.
4. Dana adalah uang yang dimiliki warga yang didapat dari penghasilan guna membangun
SPAL.
5. Penyuluhan adalah kegiatan untuk memberikan informasi tentang suatu masalah dalam
hal ini pentingnya rumah dengan SPAL serta dampak yang ditimbulkan dari rumah tanpa
SPAL atau dengan SPAL tapi tidak memenuhi syarat.
6. Informasi aktif adalah informasi tentang penyuluhan maupun pemeriksaan serta
pengawasan tentang rumah dengan SPAL dari petugas kesehatan lingkungan.

33
7. Sanitarian adalah jumlah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan
terakhir bidang kesehatan lingkungan dan sanitarian yang bekerja di puskesmas, dalam
penelitian ini petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman.
8. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh
akan pentingnya SPAL dan dampak kesehatan yang diakibatkan jika rumah dengan SPAL
tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara
atau kuesioner yang berisi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65%-80%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
9. Perilaku adalah bagaimana masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh merespons
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
10. Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat yang
tercermin dari perilaku masyarakat. Namun tingkat pengetahuan tidak berbanding lurus
dengan kesadaran masyarakat dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi seperti k
etersediaan dana dan tempat. Hubungan kedua hal tersebut penting untuk mencari
pemecahan masalah yang timbul

C. RUANG LINGKUP
1. Lingkup lokasi :Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang.
2. Lingkup waktu : Periode Januari Desember 2013.
3. Lingkup sasaran : 78 rumah di Dusun Sewan
4. Lingkup metode : Wawancara, pencatatan, dan pengamatan terlibat.
5. Lingkup materi : Evaluasi cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di
Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI


1. Kriteria inklusi

34
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dari
setiap rumah dengan SPAL, yang tidak memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, bersedia diwawancara dan ada di
tempat.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dari
setiap rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, kepala keluarga atau
anggota keluarga dari setiap rumah dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat namun
tidak bersedia untuk diwawancara atau tidak berada di tempat.

BAB VI

HASIL PENELITIAN

Dilakukan penyebaran kuesioner untuk mencari penyebab masalah SPAL tidak


memenuhi syarat pada tanggal 8 Febuari 2014 kepada 78 responden yang bertempat tinggal di
Dusun Sewan. Kuesioner terdiri atas pertanyaan mengenai pengetahuan dan perilaku tentang
SPAL yang memenuhi syarat.

A. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG SPAL YANG MEMENUHI SYARAT

35
Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan yang dibuat untuk mengukur pengetahuan responden
tentang SPAL yang memenuhi syarat. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban ya dan benar
diberi nilai 1 (satu), sedangkan untuk jawaban ya dan salah atau tidak tahu diberi nilai 0 (nol).
Nilai dari jawaban setiap responden dijumlahkan, kemudian dipersentasekan untuk mengetahui
seberapa besar tingkatan pengetahuan responden.
1. Apakah anda mengetahui tentang penggunaan Saluran Pembuangan Air Limbah?
2. Apakah anda tahu >10m2 adalah jarak ideal antara sumber air dan SPAL?
3. Apakah anda tahu SPAL baik adalah tidak berbau?
4. Apakah anda tahu jika anda memiliki SPAL, maka tempat penampungan diwajibkan
dalam keadaan tertutup?
5. Apakah anda tahu aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang adalah salah satu
syarat SPAL yang sehat?
6. Apakah anda tahu bahwa permasalahan di atas dapat menimbulkan dampak yang buruk
bagi kesehatan?

Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dusun Sewan


KK PERTANYAAN NILAI % KATE
GORI
1 2 3 4 5 6
KK-1 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-2 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-3 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-4 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-5 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-6 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-7 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-8 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-9 1 1 1 1 0 0 4 66.67 CUKUP
KK-10 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-11 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-12 1 0 0 1 0 0 2 33.33 KURANG
KK-13 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANG
KK-14 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-15 1 1 0 1 1 1 4 66.67 CUKUP
KK-16 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-17 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANG
KK-18 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-19 1 1 0 1 0 1 4 83.33 BAIK
KK-20 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG

36
KK-21 1 1 1 1 0 1 5 83.33 BAIK
KK-22 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-23 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANG
KK-24 1 0 0 0 1 1 3 50.00 KURANG
KK-25 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-26 1 1 0 0 1 0 3 50.00 KURANG
KK-27 1 0 1 0 1 0 3 50.00 KURANG
KK-28 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-29 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-30 1 0 1 0 1 0 3 50.00 KURANG
KK-31 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-32 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-33 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-34 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-35 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-36 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-37 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-38 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-39 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-40 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-41 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-42 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-43 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-44 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-45 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-46 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-47 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-48 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-49 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-50 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-51 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-52 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-53 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-54 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-55 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-56 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-57 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-58 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-59 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-60 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-61 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-62 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-63 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-64 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-65 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG

37
KK-66 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-67 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-68 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-69 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-70 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUP
KK-71 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-72 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-73 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-74 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
KK-75 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-76 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIK
KK-77 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
KK-78 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG

Penilaian:
Tingkat pengetahuan baik bila skor : 81% 100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor : 65%- 80%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor : < 65%

Dari tabel di atas didapatkan kepala keluarga yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 10 KK
atau 12.82%, yang memiliki pengetahuan cukup sejumlah 11 KK atau 14.1%, dan yang
memiliki pengetahuan kurang sejumlah 57 KK atau 73.07%. Sehingga dapat disimpulkan
sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang mengenai SPAL yang memenuhi syarat.

B. KUESIONER PERILAKU TENTANG SPAL YANG MEMENUHI SYARAT


Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan yang dibuat untuk menilai perilaku SPAL yang
memenuhi syarat. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban iya diberi nilai 1 (satu), sedangkan
untuk jawaban tidak diberi nilai 0 (nol).
Indikator pertanyaan:
1 Apakah dari penyuluhan yang anda dapat, anda menerapkan hal tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
2 Apakah masyarakat bersedia mengikuti penyuluhan?
3 Apakah bapak membuat SPAL sesuai dengan kriteria SPAL sehat?

38
Tabel 7. Perilaku Masyarakat Sewan

KK PERTANYAAN NILAI % KATEGORI


1 2 3
KK-1 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-2 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-3 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-4 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-5 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-6 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-7 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-8 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-9 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-10 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-11 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-12 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-13 1 1 0 1 33.33 KURANG
KK-14 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-15 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-16 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-17 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-18 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-19 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-20 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-21 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-22 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-23 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-24 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-25 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-26 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-27 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-28 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-29 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-30 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-31 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-32 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-33 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-34 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-35 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-36 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-37 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-38 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-39 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-40 0 1 0 1 33.33 KURANG

39
KK-41 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-42 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-43 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-44 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-45 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-46 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-47 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-48 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-49 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-50 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-51 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-52 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-53 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-54 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-55 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-56 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-57 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-58 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-59 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-60 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-61 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-62 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-63 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-64 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-65 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-66 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-67 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-68 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-69 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-70 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-71 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-72 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-73 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-74 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-75 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-76 1 1 0 2 66.67 CUKUP
KK-77 0 1 0 1 33.33 KURANG
KK-78 0 1 0 1 33.33 KURANG

Penilaian:
Perilaku baik bila skor : 81% 100%
Perilaku cukup bila skor 60%- 80%

40
Perilaku kurang bila skor < 60%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku
SPAL yang memenuhi syarat yang kurang.

Tabel 8. Penghasilan responden di Dusun Sewan


No Keterangan Jumlah Persentase (%)
1 Penghasilan < Rp 500.000.00 32 41.10
2 Penghasilan Rp 500,00.00- 46 58.90
Rp 1,000,000.00
3 Penghasilan > Rp 1,000,000.00 0 0.00

Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
penghasilan yang rendah yaitu 32 KK atau 41.10%.

BAB VII

PEMBAHASAN

A. ANALISA PENYEBAB MASALAH BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM


Dari hasil survei menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya SPAL dan
dampak yang diakibatkan dari rumah dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat masih di tingkat
kurang, serta perilaku penduduk di dusun ini masih kurang. Dari hasil survei ini juga, didapati
adanya keterbatasan dana masyarakat dalam pembangunan SPAL yang memenuhi syarat karena
rata-rata penghasilan KK per bulan berada di tingkat rendah.

41
Tabel 9. Analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah Penduduk dengan SPAL
yang Memenuhi Syarat ditinjau dari faktor input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
Terdapat 1 petugas 1. Tidak ada kader khusus kesehatan
MAN Kesehatan Lingkungan di lingkungan di Dusun Sewan
(Tenaga Kerja) Puskesmas Salaman

Adanya anggaran untuk 2. Kurang optimalnya pemanfaatan dana


MONEY program kesehatan yang tersedia untuk pelaksanaan
(Pembiayaan) lingkungan dari segi penyuluhan SPAL dari segi
promosi pembuatan media penyuluhan

Melakukan pengamatan dan 3. Tidak adanya jadwal pemeriksaan


METHOD wawancara dengan cara secara rutin mengenai SPAL yang
(Metode) kunjungan ke rumah memenuhi syarat
masyarakat untuk dilakukan
pendataan

Terdapat aula puskesmas dan


MATERIAL balai desa yang dapat
(Perlengkapan) digunakan sebagai tempat
penyuluhan
Terdapat kendaraan
operasional bagi petugas
kesehatan lingkungan berupa
speda motor milik sendiri.
Tersedianya alat tulis kantor 4. Tidak tersedianya media promosi
MACHINE atau bahan habis pakai untuk seperti pamflet, brosur dan poster
(Peralatan) pembuatan kuesioner penyuluhan tentang SPAL yang
memenuhi syarat.
5. Tidak ada Blanko Kuesioner baku
untuk Inspeksi Sanitasi SPAL

Tabel 10. Analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah Penduduk dengan SPAL
ditinjau dari faktor proses dan lingkungan

42
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 Adanya data jumlah rumah, 6. Belum tersedianya jadwal tertulis
(Perencanaan) data jumlah KK, dan data tentang pelaksanaan pengawasan
jumlah rumah dengan SPAL tentang rumah dengan SPAL yang
sehingga dapat sesuai kegiatan di desa-desa
mempermudah penyusunan
jadwal untuk kegiatan
pendataan SPAL
P2 Telah dilakukan penyuluhan 7. Pelaksanaan penyuluhan kurang
(Pelaksanaan) tentang pentingnya SPAL menarik perhatian seluruh
oleh petugas kesehatan masyarakat desa
lingkungan kepada perorang
yang dikunjungi.

P3 Terdapatnya pencatatan dan 8. Kurangnya pengawasan atau


(Penilaian, pelaporan mengenai rumah evaluasi rumah dengan SPAL secara
Pengawasan dengan SPAL berkala dan terpadu setelah
Pengendalian) dilakukan penyuluhan

Lingkungan KELEBIHAN KEKURANGAN


Fisik Tokoh masyarakat sangat 9. Kurangnya pengetahuan dan
Kependudukan berperan dalam mendorong perilaku masyarakat mengenai
Sosial budaya masyarakat untuk pentingnya SPAL dan dampak
Ekonomi mengetahui pentingnya dari rumah tanpa SPAL
Kebijakan SPAL yang sesuai dengan 10. Kurangnya pengetahuan dan
sanitasi. perilaku masyarakat mengenai
Pemilik rumah cukup cara membangun dan kriteria dari
kooperatif pada saat SPAL yang sehat
petugas melakukan 11. Kurangnya kemauan masyarakat
pendataan. untuk berperilaku sehat
12. Terbatasnya dana dari masyarakat
untuk membangun SPAL yang
memenuhi syarat

43
B.REKAPITULASI ANALISA PENYEBAB

Setelah dilakukan survei dalam bentuk kunjungan ke rumah, wawancara dengan petugas
kesehatan lingkungan, kader dan warga Dusun Sewan serta pengamatan melalui inspeksi
sanitasi, didapatkan penyebab masalah adalah seperti berikut:

1. Tidak ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Sewan

2. Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL
dari segi pembuatan media penyuluhan

3. Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat

4. Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang
SPAL yang memenuhi syarat

5. Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL

6. Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah


dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa

7. Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa

8. Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu
setelah dilakukan penyuluhan

9. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan


dampak dari rumah tanpa SPAL

10. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria
dari SPAL yang sehat

11. Kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat

12. Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat

44
INPUT
Kurang optimalnya pemanfaatan dana
yang tersedia untuk pelaksanaan
Tidak ada kader khusus kesehatan penyuluhan SPAL dari segi pembuatan
lingkungan di Dusun Sewan MAN media penyuluhan
MONEY
Tidak tersedianya media
promosi seperti pamflet, brosur
dan poster penyuluhan tentang
SPAL yang memenuhi syarat
MATERIAL
Tidak adanya jadwal pemeriksaan
secara rutin mengenai SPAL yang Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk
memenuhi syarat
METHOD Inspeksi Sanitasi SPAL
MACHINE

Cakupan rumah
yang memiliki SPAL
memenuhi syarat
Dusun Sewan
sebesar 52.18% dari
P1
Belum tersedianya jadwal target DinKes 65%
tertulis tentang pelaksanaan LINGKUNGAN
pengawasan tentang rumah
dengan SPAL yang sesuai P2
Kurangnya pengetahuan dan perilaku
kegiatan di desa-desa masyarakat mengenai pentingnya
Pelaksanaan penyuluhan
SPAL dan dampak dari rumah tanpa
kurang menarik
SPAL
perhatian seluruh
Kurangnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat desa
Kurangnya pengawasan atau masyarakat mengenai cara membangun
evaluasi rumah dengan SPAL P3 dan kriteria dari SPAL yang sehat
p
secara berkala dan terpadu Kurangnya kemauan masyarakat untuk
setelah dilakukan penyuluhan berperilaku sehat
Terbatasnya dana dari masyarakat
untuk membangun SPAL yang
memenuhi syarat
PROSESGambar 9. Diagram Fish Bone 45
BAB VIII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A.PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHANMASALAH


Setelah melakukan analisis terhadap penyebab rendahnya cakupan rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat sesuai standar di wilayah Puskesmas Salaman, maka langkah selanjutnya
yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah


No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Tidak ada kader khusus kesehatan Melatih kader khusus untuk kegiatan kesehatan
lingkungan di Dusun Sewan lingkungan
2 Kurang optimalnya pemanfaatan dana Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk
yang tersedia untuk pelaksanaan pembuatan media penyuluhan
penyuluhan SPAL dari segi pembuatan
media penyuluhan

3 Tidak adanya jadwal pemeriksaan Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan


secara rutin mengenai SPAL yang rutin setiap 6 bulan sekali
memenuhi syarat
4 Tidak tersedianya media promosi Pembuatan pamflet, brosur dan poster
seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL
penyuluhan tentang SPAL yang
memenuhi syarat
5 Tidak ada Blanko Kuesioner baku Pembuatan Blanko Kuesioner baku Inspeksi
untuk Inspeksi Sanitasi SPAL Sanitasi SPAL

6 Belum tersedianya jadwal tertulis Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan


tentang pelaksanaan pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali
tentang rumah dengan SPAL yang
sesuai kegiatan di desa-desa

7 Pelaksanaan penyuluhan kurang Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan


menarik perhatian seluruh masyarakat metode yang inovatif dan kreatif
desa

8 Kurangnya pengawasan atau evaluasi Pelaksanaan pemeriksaan dijadwalkan secara


rumah dengan SPAL secara berkala dan teratur dilanjutkan dengan pengawasan secara
terpadu setelah dilakukan penyuluhan terpadu

9 Kurangnya pengetahuan dan perilaku Penyuluhan mengenai pentingnya serta kriteria


masyarakat mengenai pentingnya SPAL dari SPAL memenuhi syarat, dan dampak yang

46
dan dampak dari rumah tanpa SPAL dapat ditimbulkan jika SPAL tersebut tidak
memenuhi syarat sanitasi
10 Kurangnya pengetahuan dan perilaku Penyuluhan mengenai cara membangun SPAL
masyarakat mengenai cara membangun yang memenuhi syarat sanitasi dilanjutkan
dan kriteria dari SPAL yang sehat dengan pelaksanannya berupa Kerja Bakti
pembangunan SPAL

11 Kurangnya kemauan masyarakat untuk Penyuluhan mengenai dampak yang dapat


berperilaku sehat ditimbulkan jika SPAL tersebut tidak
memenuhi syarat sanitasi terhadap kesehatan
masyarakat
12 Terbatasnya dana dari masyarakat Usulan proposal melalui PNPM mandiri
untuk membangun SPAL yang pedesaan untuk SPAL
memenuhi syarat

47
B.PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

Tidak ada kader khusus kesehatan


lingkungan di Dusun Sewan

Kurang optimalnya pemanfaatan dana


yang tersedia untuk pelaksanaan Melatih kader khusus untuk kegiatan
penyuluhan SPAL dari segi pembuatan kesehatan lingkungan
media penyuluhan
Mengoptimalkan dana yang
Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara disalurkan untuk pembuatan media
rutin mengenai SPAL yang memenuhi penyuluhan
syarat

Tidak tersedianya media promosi seperti


pamflet, brosur dan poster penyuluhan Membuat jadwal pemeriksaan dan
tentang SPAL yang memenuhi syarat pengawasan rutin setiap 6 bulan
sekali serta kunjungan ulang setelah
Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk dilakukan penyuluhan
Inspeksi Sanitasi SPAL

Belum tersedianya jadwal tertulis Pembuatan pamflet, brosur dan


tentang pelaksanaan pengawasan tentang poster penyuluhan tentang SPAL
rumah dengan SPAL yang sesuai serta pembuatan Blanko Kuesioner
kegiatan di desa-desa
baku Inspeksi Sanitasi SPAL
Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik
perhatian seluruh masyarakat desa
Penyuluhan menyeluruh mengenai
Kurangnya pengawasan atau evaluasi SPAL pada kelompok masyarakat
rumah dengan SPAL secara berkala dan
dengan metode yang kreatif dan
terpadu setelah dilakukan penyuluhan
inovatif.
Kurangnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat mengenai pentingnya SPAL
dan dampak dari rumah tanpa SPAL
Mengusulkan proposal melalui
Kurangnya pengetahuan dan perilaku PNPM mandiri pedesaan untuk
masyarakat mengenai cara membangun pembiayaan SPAL
dan kriteria dari SPAL yang sehat
Kurangnya kemauan masyarakat untuk
berperilaku sehat

Terbatasnya dana dari masyarakat untuk


membangun SPAL yang memenuhi
syarat

Gambar 10. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

48
C.PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan


penentuan alternatif pemecahan masalah. Penentuan alternatif pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Matriks dengan rumus:

MxIxV

Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut:


1. Efektifitas program
Pedoman untuk mengukur efektifitas program:
Magnitude (m)
Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar
atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.
Importancy (i)
Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian
dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.
Vunerability (v)
Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitif maka akan
semakin efektif.
Cost (C)
Artinya perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah.
2. Efisiensi program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (C)
diberi nilai 1-5, bila costnya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

Magnitude Importancy Vulnerability Cost


1= Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1= Sangat murah
2= Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2= Murah
3= Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3= Cukup murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4= Mahal

49
5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5= Sangat mahal

Untuk mendapatkan nilai dari setiap point M,I,V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan
metode Matrriks, sebagai berikut:
Table 12 Penilaian masalah menggunakan metode matriks

Hasil
Nilai Kriteria
Akhir
Penyelesaian masalah Urutan
(M.I.V)
M I V C
C
1. Melatih kader khusus untuk kegiatan
kesehatan lingkungan IV
3 3 3 2 13,5
2. Mengoptimalkan dana yang disalurkan
untuk pembuatan media penyuluhan VI
2 1 4 1 8
3. Membuat jadwal pemeriksaan dan
pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali
serta kunjungan ulang setelah dilakukan
penyuluhan
5 4 5 1 100 I
4. Pembuatan pamflet, brosur dan poster
penyuluhan tentang SPAL serta
pembuatan Blanko Kuesioner baku
Inspeksi Sanitasi SPAL

4 2 5 3 13,3 V
5. Penyuluhan menyeluruh mengenai
SPAL pada kelompok masyarakat
dengan metode yang kreatif dan inovatif.
5 4 3 3 20 II

50
6. Mengusulkan proposal melalui PNPM
mandiri pedesaan untuk pembiayaan
SPAL

3 4 4 3 16 III

D. BENTUK KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH


Tabel 13. Bentuk kegiatan pemecahan masalah
No Pemecahan Masalah yang Paling Mungkin Bentuk Kegiatan
1 Membuat jadwal pemeriksaan dan Pembuatan jadwal dan
pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali serta pengawasan berkala dan
kunjungan ulang setelah dilakukan rutin setiap 6 bulan sekali
penyuluhan serta kunjungan ulang
setelah penyuluhan

2 Penyuluhan menyeluruh mengenai SPAL Penyuluhan mengenai


pada kelompok masyarakat dengan metode SPAL yang memenuhi
yang kreatif dan inovatif syarat dengan metode yang
inovatif dan kreatif serta
Kerja Bakti pembangunan
SPAL
3 Mengusulkan proposal melalui PNPM Usulan proposal melalui
mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL PNPM mandiri pedesaan
untuk pembiayaan SPAL
4 Melatih kader khusus untuk kegiatan Pelatihan kader kesehatan
kesehatan lingkungan lingkungan

5 Pembuatan pamflet, brosur dan poster Minggu Pembuatan Media


penyuluhan tentang SPAL serta pembuatan Penyuluhan dan Blanko
Blanko Kuesioner baku Inspeksi Sanitasi Kuesioner Inspeksi Sanitasi
SPAL SPAL
6 Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk Pengaturan ulang
pembuatan media penyuluhan pembagian dana bagi
setiap kegiatan promosi
kesehatan lingkungan

51
E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 14. Plan Of Action (POA)
Tolok ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode
Proses Hasil
Adanya rapat
antara Kepala
Puskesmas dan Terbentuk
Koordinator jadwal
Membuat jadwal Kesehatan pemeriksaan
Pembuatan jadwal
pemeriksaan dan Dana Lingkungan dan
pemeriksaan dan Koordinator
pengawasan Puskesmas Kepala Febuari Operasional Diskusi dan untuk pengawasan
1 pengawasan rutin Kesehatan
rutin setelah Salaman Puskesmas 2014 Puskesmas pendataan mendiskusikan rutin di
setelah terlaksana Lingkungan
dilakukan Salaman jadwal setiap desa
penyuluhan
penyuluhan pemeriksaan setelah
dan terlaksana
pengawasan penyuluhan
rutin untuk
setiap desa
Penyuluhan Memberikan Perangkat Balai Desa, Koordinator Setiap 6 Bantuan Presentasi Terlaksananya Menjadikan
2 mengenai SPAL pengetahuan dusun, tokoh Desa Kesehatan bulan Operasional dalam bentuk penyuluhan masyarakat
yang memenuhi kepada masyarakat, Menoreh Lingkungan, sekali Kesehatan slide show dan secara yang sadar
syarat dengan metode masyarakat warga dusun kader (BOK) penayangan sederhana dan peduli
yang inovatif dan mengenai setempat video cara yang mudah terhadap
kreatif serta Kerja kriteria dan membangun diterima oleh SPAL yang

52
kepentingan SPAL sehat masyarakat memenuhi
SPAL yang yang agar dapat syarat
memenuhi sederhana dan langsung sanitasi dan
syarat, dampak murah. diaplikasikan cakupan
yang serta diikuti jumlah
Diskusi
ditimbulkan oleh Kerja rumah
dengan
dari SPAL yang Bakti dengan
perangkat
tidak memenuhi SPAL yang
desa, tokoh
syarat serta cara memenuhi
masyarakat,
membangun syarat
warga desa
Bakti pembangunan SPAL sehat dan bertambah
setempat untuk
SPAL murah
perencanaan
Kerja Bakti
pembangunan
SPAL bersama
(1 SPAL
diperuntukkan
untuk
beberapa
rumah yang
berdekatan)

53
Agar mendapat Dinas Balai Desa, Perangkat Waktu Swadaya Musyawarah Terlaksana Persetujuan
dukungan dari Kesehatan Desa dusun, tokoh yang di sesuai hasil mufakat pembuatan permohonan
instalasi terkait Pemerintah Menoreh masyarakat, sepakati musyawarah proposal proposal
Usulan proposal
berupa Daerah warga dusun bersama desa permohonan sebagai
melalui
3 pendanaan dan Magelang dana syarat
PNPM mandiri
arahan untuk pencairan
pedesaan untuk
pembangunan dana
pembiayaan SPAL
SPAL

Melatih kader Kader di Balai Desa, Koordinator 6 bulan Dana Ceramah, Terlaksananya Terlatih
4 yang sudah ada Desa Desa Kesehatan sekali. operasional Presentasi proses beberapa
khusus untuk Menoreh Menoreh Lingkungan Puskesmas materi tentang pelatihan kader untuk
kegiatan Salaman kegiatan kader khusus kegiatan
kesehatan terkait kesehatan kesehatan
Pelatihan kader
lingkungan kesehatan lingkungan lingkungan
kesehatan lingkungan
lingkungan,
sesi tanya
jawab, pretest
dan post test

5 Minggu Pembuatan Pembuatan Koordinator Puskesmas Kepala 6 hari Dana Diskusi antara Adanya rapat Tersedianya
Media Penyuluhan pamflet, brosur Kesehatan Salaman Puskesmas kerja. operasional Kepala antara Kepala pamflet,

54
dan poster Lingkungan Hanya 1 Puskesmas Puskesmas Puskesmas dan brosur dan
penyuluhan kali Salaman dengan Koordinator poster
tentang SPAL kegiatan koordinator Kesehatan penyuluhan
serta pembuatan program kesehatan Lingkungan tentang
Blanko lingkungan dan SPAL serta
Kuesioner baku tentang berjalannya pembuatan
dan Blanko Inspeksi Sanitasi pembuatan proses Blanko
Kuesioner Inspeksi SPAL Blanko pembuatan Kuesioner
Sanitasi SPAL Kuesioner media baku
Inspeksi penyuluhan Inspeksi
Sanitasi SPAL. Sanitasi
Pembuatan SPAL
media
penyuluhan.

6 Pengaturan ulang Mengoptimalka Koordinator Puskesmas Kepala Feb Dana Diskusi dan Adanya rapat Adanya dana
pembagian dana bagi n dana yang Kesehatan Salaman Puskesmas 2014 operasional pendataan antara Kepala khusus untuk
setiap kegiatan disalurkan untuk Lingkungan (Hanya Puskesmas Puskesmas dan kegiatan
promosi kesehatan pembuatan 1 kali) Koordinator promosi
lingkungan media Kesehatan SPAL yang
penyuluhan Lingkungan memenuhi
untuk syarat
pengarahan
dan diskusi

55
pengaturan
ulang
pembagian
dana yang
disalurkan
kepada bagian
Kesehatan
Lingkungan

Tabel 14. Gann Chart Pemecahan Masalah

No Kegiatan 2014

56
BULAN

MEI JUN JULI AGUSTUS SEPTEMBE OKTOBER DESEMBER


R
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan jadwal pemeriksaan dan


pengawasan rutin setelah terlaksana
penyuluhan
2
Penyuluhan mengenai SPAL yang
memenuhi syarat dengan metode yang
inovatif dan kreatif serta Kerja Bakti
pembangunan SPAL

3 Usulan proposal melalui


PNPM mandiri pedesaan untuk
pembiayaan SPAL

4
Pelatihan kader kesehatan lingkungan

5 Minggu Pembuatan Media Penyuluhan


dan Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi
SPAL
6 Pengaturan ulang pembagian dana bagi
setiap kegiatan promosi kesehatan

57
lingkungan

58
BAB IX

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian Cakupan Rumah


dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Jengkiling, Desa Banjarharjo lebih rendah
dari target Dinkes 2013, yaitu sebesar 53,85%.

Setelah melakukan analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah


dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Jengkiling, Desa Banjarharjo periode
Januari sampai Maret 2013, maka didapatkan penyebab masalah yang, antara lain tidak
ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Jengkiling; kurang optimalnya
pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi
pembuatan media penyuluhan; tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai
SPAL yang memenuhi syarat; tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur
dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat; tidak ada Blanko Kuesioner
baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL; belum tersedianya jadwal tertulis tentang
pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa;
pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa; kurangnya
pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah
dilakukan penyuluhan; kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai
pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL; kurangnya pengetahuan dan
perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehat;
kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat; juga adanya keterbatasan dana
dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat.

Sebagai pemecahan terhadap penyebab masalah yang disebutkan di atas,


dilaksanakan rencana kegiatan berupa Pembuatan jadwal pemeriksaan dan pengawasan
rutin setelah terlaksana penyuluhan; Penyuluhan mengenai SPAL yang memenuhi syarat
dengan metode yang inovatif dan kreatif serta kerja bakti pembangunan SPAL; Usulan
proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL; Pelatihan kader

59
kesehatan lingkungan; Minggu Pembuatan Media Penyuluhan dan Blanko Kuesioner
Inspeksi Sanitasi SPAL; dan Pengaturan ulang pembagian dana bagi setiap kegiatan
promosi kesehatan lingkungan.

B. SARAN
1. Bagi Masyarakat Dusun Jengkiling
Hendaknya bergotong royong dalam kegiatan pembangunan SPAL yang
memenuhi syarat sehingga biaya dapat lebih minimal. Selain itu disarankan
mengadakan arisan warga atau swadaya untuk pembangunan SPAL yang
memenuhi syarat bagi warga yang tidak mampu. Tokoh masyarakat memegang
peran untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memiliki
SPAL yang memenuhi syarat sehingga tokoh masyarakat tersebut dapat
mensosialisasikannya kembali ke masyarakat.
2. Bagi Puskesmas Salaman
Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Dusun Jengkiling
untuk menggalakkan program pembangunan atau penyuluhan dan pelatihan
pembuatan SPAL. Diharapkan dengan pendekatan ke tokoh masyarakat, program
tersebut dapat berjalan dengan lancar. Puskesmas juga harus mempunyai Blanko
Kuesioner Inspeksi Sanitasi SPAL yang baku agar kualitas pemeriksaan Inspeksi
Sanitasi terhadap SPAL lebih bermutu.
3. Bagi Peneliti
Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama hubungan antara
penyebab yang dapat mempengaruhi Cakupan Rumah dengan SPAL yang
memenuhi syarat di Dusun Jengkiling di Desa Banjarharjo.

DAFTAR PUSTAKA

1. Definisi Kesehatan Lingkungan. World Health Organization (WHO). Environmental


Health. Accessed on December 8th, 2012. Available at: http://www.WHO.int.
2. Sanitasi Lingkungan. Accessed on December 8th, 2012. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30694/4/Chapter%20II.pdf.

60
3. Data Status Lingkungan Hidup Indonesia. 2002. Accessed on December 8th, 2012.
Available at: http://angankeyen.wordpress.com/2011/11/27/proses-dan-cara-pengolahan-
limbah-rumah-tangga-sanitasi/.
4. Pengertian dan Program Kesehatan Lingkungan. 2012. Accessed on December 8 th, 2012.
Available at: http://www.keslingjogja.net/.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. NOMOR:
965/MENKES/SK/XI/1992. Accessed on December 9th, 2012. Available at:
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_965_1992.pdf.
6. Depkes RI (1990), Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Depkes RI, Jakarta.
7. Pengelolaan Sampah. Accessed on December 9th, 2012. Available at:
http://www.warintek.ristek.go.id/air_sanitasi/kelola_sampah.pdf .

8. Subdhi Febrillah. Rumah Sehat. 2010. Accessed on December 9 th, 2012. Available at:
http://www.scribd.com/doc/22740907/febrillah-subdhi-makalah-rumah-sehat-untuk-
download-lihat-description-di-bawah.
9. Kriteria dan Syarat Sarana Pembuangan Air Limbah yang Sehat. 2012. Accessed on
December 9th, 2012. Available at: http://dinaskesehatan.blogspot.com/2008/11/data-
dinkes_9210.html.
10. Definisi Limbah dan Pengolahan Limbah Secara Umum. 2012. Accessed on December
10th, 2012. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=5&doc=5e6.
11. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Sederhana. Accessed on December
10th, 2012. Available at:
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/pengolahanai
rlimbah/mi-4b%20modul%20pembuatan%20spal%20sederhana.pdf
12. Arti dari Pengetahuan Beserta Aplikasinya. 2012. Accessed on December 10th, 2012.
Available at: http://www.lipi.go.id/.

13. Perilaku Manusia. 2010. Accessed on December 11th, 2012. Available at:
http://psikologihijaumanis-psikologi.blogspot.com/2010/09/perilaku-manusia.html
14. Hartoyo, Handout Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan: Magelang,
2013

61

Anda mungkin juga menyukai