PENDAHULUAN
Diare adalah berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair
saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Penyakit menular ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, agen penyebab penyakit, dan
pejamu. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di
Di Indonesia angka kejadian diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, Riskesdas tahun 2013 menunjukan insiden diare berdasarkan
gejala sebesar 3,5% dan insiden diare pada balita di Indonesia adalah 6,7 persen.
Sedangkan period prevalence berdasarkan gejala sebesar 7%. Lima provinsi dengan
insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi
Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).i Kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare
dan infeksi saluran pernapasan (ISP) bahwa angka kesakitan diare tahun 2012 semua
umur 214/1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900/1.000 balita. Angka
Menurut data WHO tahun 2008, diare merupakan penyebab utama kematian
balita di dunia. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian hampir di seluruh negara. Di Indonesia, diare merupakan salah satu masalah
kesehatan yang utama, hal ini dikarenakan masih tingginya angka morbiditas diare yang
menimbulkan banyak mortalitas pada balita. Semua kelompok usia bisa terkena diare,
tetapi penyakit diare dalam tingkat berat dengan risiko kematian yang tinggi terutama
penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.
Menurut laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) bersumber data KLB tahun 2010,
yang sering mengalami KLB adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten. Jumlah kasus
KLB diare tahun 2010 sebesar 2.580 kasus, kematian sebanyak 77 kasus (CFR 2,98%)
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan
yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. 2 Banyak
faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong
terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku.2 Faktor
memberikan ASI selama 6 bulan, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare (E.coli) serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan
Data menunjukkan bahwa kualitas air yang buruk menyebabkan 300 kasus diare
per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya
kontaminasi bakteri e.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Kontaminasi
bakteri e.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk, dan sungai yang
menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini sehingga mengakibatkan
masalah kesehatan.2
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stefen Taosu dan Azizah menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara sarana sanitasi dasar rumah (sarana air bersih,
jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah) dengan
Perilaku ibu juga berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu
merupakan orang terdekat dengan balita yang mengurus segala keperluan balita seperti
mandi, menyiapkan dan memberi makanan/minuman. Perilaku ibu yang tidak higienis
seperti tidak mencuci tangan pada saat memberi makan anak, tidak mencuci bersih
ternyata masih sangat dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, social-budaya,
ekonomi, dan perilaku yang bersifat dinamis. Sebagai suatu bangsa yang sedang
diare.2
pada sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016.
coli pada sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016 ?
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air
2. Ada pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air dengan kejadian diare di
Kelurahan Kalisari.
1.4 Hipotesis
1. Ada hubungan antara sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari.
2. Ada Pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air dengan kejadian diare di
Kelurahan Kalisari
1.5 Manfaat Penelitian
angka kejadian diare, sehingga dapat digunakan sebagai dasar acuan pelaksanaan
sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016
i