Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diare adalah berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair

saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Penyakit menular ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, agen penyebab penyakit, dan

pejamu. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting

karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di

berbagai negara termasuk Indonesia. 1

Di Indonesia angka kejadian diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, Riskesdas tahun 2013 menunjukan insiden diare berdasarkan

gejala sebesar 3,5% dan insiden diare pada balita di Indonesia adalah 6,7 persen.

Sedangkan period prevalence berdasarkan gejala sebesar 7%. Lima provinsi dengan

insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi

Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).i Kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare

dan infeksi saluran pernapasan (ISP) bahwa angka kesakitan diare tahun 2012 semua

umur 214/1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900/1.000 balita. Angka

kematian akibat diare pada balita sebanyak 75 per 100.000 balita.2

Menurut data WHO tahun 2008, diare merupakan penyebab utama kematian

balita di dunia. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian hampir di seluruh negara. Di Indonesia, diare merupakan salah satu masalah

kesehatan yang utama, hal ini dikarenakan masih tingginya angka morbiditas diare yang

menimbulkan banyak mortalitas pada balita. Semua kelompok usia bisa terkena diare,

tetapi penyakit diare dalam tingkat berat dengan risiko kematian yang tinggi terutama

terjadi pada bayi dan balita.2

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan

penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.

Menurut laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) bersumber data KLB tahun 2010,

penyakit diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD,

Chikungunya, Keracunan Makanan, Difteri dan Campak. Secara keseluruhan provinsi

yang sering mengalami KLB adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten. Jumlah kasus

KLB diare tahun 2010 sebesar 2.580 kasus, kematian sebanyak 77 kasus (CFR 2,98%)

(Kementrian Kesehatan Indonesia, 2011).2

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan

yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. 2 Banyak

faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong

terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku.2 Faktor

penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak

memberikan ASI selama 6 bulan, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi.

Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan

pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare (E.coli) serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan

mudah dapat terjadi.2

Data menunjukkan bahwa kualitas air yang buruk menyebabkan 300 kasus diare

per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya

kontaminasi bakteri e.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Kontaminasi

bakteri e.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk, dan sungai yang

menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini sehingga mengakibatkan

masalah kesehatan.2

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stefen Taosu dan Azizah menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara sarana sanitasi dasar rumah (sarana air bersih,

jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah) dengan

kejadian diare pada balita.2

Perilaku ibu juga berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu

merupakan orang terdekat dengan balita yang mengurus segala keperluan balita seperti

mandi, menyiapkan dan memberi makanan/minuman. Perilaku ibu yang tidak higienis

seperti tidak mencuci tangan pada saat memberi makan anak, tidak mencuci bersih

peralatan masak dan makan dapat menyebabkan balita terkena diare.2

Derajat kesehatan masyarakat selain dipengaruhi oleh upaya pelayanan kesehatan,

ternyata masih sangat dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, social-budaya,

ekonomi, dan perilaku yang bersifat dinamis. Sebagai suatu bangsa yang sedang

berkembang dimana keadaan perilaku masyarakat masih belum menguntungkan, maka

penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit


menular yang sangat erat hubungannya dengan perilaku antara lain adalah penyakit

diare.2

Berdasarkan data tersebut peneliti ingin melihat pengaruh pencemaran E. coli

pada sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalahan yang dimunculkan oleh peneliti adalah: pengaruh pencemaran E.

coli pada sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air

dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016 ?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara pencemaran E.coli pada sumber air dengan

kejadian diare di Kelurahan Kalisari.

2. Ada pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air dengan kejadian diare di

Kelurahan Kalisari.

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan antara sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari.

2. Ada Pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air dengan kejadian diare di

Kelurahan Kalisari
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah

mengenai mengetahui pengaruh pencemaran E. coli pada sumber air dengan

angka kejadian diare, sehingga dapat digunakan sebagai dasar acuan pelaksanaan

penelitian di masa mendatang.

1.5.2 Bagi Pemerintah

Memberikan informasi gambaran sumber air mempengaruhi terjadinya

penyakit diare di Kelurahan Kalisari. ebagai bahan masukan bagi pembuat

kebijakan program untuk pengendalian/ pencegahan diare pada masyarakat di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan tentang pengaruh pencemaran E. coli pada

sumber air dengan angka kejadian diare di Kelurahan Kalisari tahun 2016
i

Anda mungkin juga menyukai