Anda di halaman 1dari 12

SOAL HIGHER-ORDER THINKING SKILLS UNTUK MELATIH

KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIS

Ely Susanti
Pendidikan Matematka FKIP Universitas Sriwijaya
Email: ely_pasca@yahoo.com

Abstrak

Kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang


dilakukannya. Salah satu kebiasaan yang dapat dikembangkan adalah kebiasaan
berpikir matematis. Kebiasaan berpikir dapat dikembangkan melalui pendidikan
dan pembelajaran. Pembelajaran yang memuat aktivitas-aktivitas intelektual yang
berpotensi membentuk kebiasaan berpikir seseorang. Salah satu aktivitas
intelektual dalam pembelajaran adalah penyelesaian soal atau tugas yang sulit
secara akademik. Tugas-tugas yang secara sulit secara kognitif tersebut, secara
tidak langsung akan menumbuhkan kebiasaan berpikir. Berdasarkan uraian di
atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk
soal higher-order thinking skills untuk melatih kebiasaan berpikir matematis.
Hasil dan pembahasan menyimpulkan bahwa tugas atau soal yang sulit secara
kognitif tersebut umumnya berbentuk soal higher-order thinking skills. Contoh
kebiasaan berpikir yang dapat dikembangkan melalui tugas-tugas yang secara
kognitif adalah kebiasaan berpikir secara interdependent, kebiasaan memeriksa
akurasi, kegigihan, dan berpikir fleksibel.

Kata Kunci: Soal, Higher-order thinking skills, Kebiasaan Berpikir, Matematis

A. Pendahuluan kebiasaan. Kebiasaan dalam


Aspek afektif menjadi salah pengertian yang paling sederhana
satu aspek terpenting dalam adalah suatu kegiatan atau perilaku
pembelajaran. Aspek afektif yang telah dilakukan sejak lama dan
berkaitan erat dengan sikap, perilaku menjadi bagian dari kehidupannya
atau kecenderungan terhadap (Wikipedia, 2011). Kebiasaan juga
sesuatu. Salah satu bagian dari aspek dapat didefinisikan sebagai pola
afektif yang berkaitan dengan perilaku yang dibentuk oleh
kecenderungan perilaku adalah pengulangan berkelanjutan. Artinya

1
2

jika suatu kebiasaan dilakukan secara dengan pasif; (3) tidak terlatih untuk
terus-menerus, maka kebiasaan menemukan konsep melalui
tersebut akan semakin kuat atau pemecahan masalah; dan (4) tidak
menetap pada diri individu sehingga terlatih menggunakan pengetahuan
sulit diubah dan membudaya pada yang telah dimiliki serta strategi
diri individu tersebut. sendiri untuk menyelesaikan masalah
Costa (1996) mengemukakan merupakan beberapa bentuk aktivitas
bahwa kesuksesan individu sangat siswa yang tidak membangun
ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan kebiasaan siswa.
yang dilakukannya. Salah satu jenis Makalah ini bertujuan untuk:
kebiasaan yang perlu dikembangkan (1) mendeskripsikan bentuk aktivitas
pada siswa dalam rangka menunjang yang dapat membangun kebiasaan
kesuksesan siswa adalah kebiasaan berpikir siswa; dan (2)
berpikir (habits of mind). Kebiasaan mendeskripsikan bentuk soal yang
berpikir diperlukan siswa sebagai dapat digunakan untuk membangun
alat bantu untuk meregulasi sendiri kebiasaaan berpikir siswa
pembelajarannya, sehingga ia dapat
menyelesaikan permasalahan yang B. Pembahasan
terkait dengan pembelajarannya 1. Kebiasaan Berpikir dan
tersebut. Pentingnya
Kebiasaan berpikir dapat Costa (1996) juga
dikembangkan melalui pendidikan mendefinisikan bahwa kebiasaan
dan pembelajaran. proses berpikir sebagai penerapan
pembelajaran matematika memuat pengetahuan yang lampau ke situasi
aktivitas-aktivitas intelektual yang baru melalui pemaknaan, berpikir
berpotensi membentuk kebiasaan dan komunikasi dengan cara
berpikir seseorang. mengorganisasi pembelajaran secara
Pembelajaran yang vocational, rasional dan akademik
berbentuk: (1) hanya mengingat atau sehingga akan terbentuk pola
menghafal algoritma penyelesaian; perilaku intelektual tertentu yang
(2) hanya menerima pengetahuan dapat mendorong kesuksesan
3

individu dalam menyelesaikan Siswa yang memiliki


masalah-masalah tersebut.. kebiasaan berpikir matematis
Kebiasaan berpikir matematis biasanya akan: (1) memiliki metode
merupakan pengembangan dari yang sistematis dalam menganalisis
kebiasaan berpikir secara umum. masalah yang sedang
Costa (1996) mengemukakan bahwa diselesaikannya; (2) tahu bagaimana
kebiasaan berpikir matematis memulai untuk menyelesaikan
merupakan cerminan dari masalah dan tahu langkah-langkah
kemampuan, sikap, isyarat, apa yang harus dilakukan, data apa
pengalaman masa lalu dan yang perlu dikumpulkan dan
kecenderungan yang dimiliki dihasilkan untuk menyelesaikan
seseorang, termasuk aplikasinya masalah dan selalu mencoba mencari
dalam pendidikan dan pembelajaran alternatif solusi yang lain; (3) tahu
matematika. Sikap dan kapan mereka harus menolak teori
kecenderungan dan sikap yang atau gagasan; (4) menunjukkan
dimiliki siswa tersebut biasa dikenal pertumbuhan ketekunan yang baik
dengan disposisi (NCTM, 1989). ketika sedang menggunakan strategi
Maxwell (2001) alternatif pemecahan masalah; (5)
menambahkan bahwa kecenderungan menghindari serampangan dalam
tersebut terlihat dari empat aspek, membuat tanggapan atau keputusan;
yaitu: (1) inclination (kecenderungan (6) memperhatikan semua hal yang
atau sikap siswa terhadap tugas- terjadi selama pelajaran dengan
tugas); (2) sensitivity (kepekaan atau membuat catatan-catan kecil; dan
kesiapan siswa dalam menghadapi (7) menggunakan waktu tunggu
tugas); (3) ability (kemampuan siswa selama pembelajaran untuk
fokus untuk fokus dalam memikirkan alternatif penyelesaian
menyelesaikan tugas secara masalah matematika.
lengkap); dan (4) enjoyment Selain itu bebiasaan berpikir
(kesenangan atau tingkah laku siswa juga tergambar dari: (1) kemampuan
dalam menyelesaikan tugas). mendengarkan pendapat atau ide
4

orang lain; dan (2) urutan langkah intelektual yang dimilikinya


dalam memecahkan masalah. tersebut.
Siswa yang memiliki e. Memiliki kemampuan
kebiasaan berpikir biasanya dapat: menggabungkan pola
(1) menggambarkan informasi apa perilaku intelektual ke dalam
yang kurang; dan (2) menjelaskan tindakan, keputusan, dan
rencananya dalam memproduksi keputusan situasi problematis
penyelesaian masalah. lainnya.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa yang 2. Macam, Dimensi dan Aspek
memiliki kebiasaan berpikir Kebiasaan Berpikir
umumnya memiliki karakteristik Kebiasaan berpikir
berikut ini ketika sedang dikategorikan menjadi dua, yaitu:
menyelesaikan masalah. kebiasaan dalam bertingkah laku
a. Memiliki pola perilaku (habituated) dan kebiasaan dalam
intelektual ketimbang, pola berpikir (thinking). Kebiasaan dalam
kurang produktif lainnya, hal bertingkah laku merupakan dampak
ini tergambar dari hasil dari aktivitas atau kegiatan motorik
keputusan yang telah yang dilakukan secara berulang-
diambilnya. ulang, sedangkan kebiasaan dalam
b. Tahu kapan saat yang tepat berpikir merupakan dampak dari
mengambil keputusan terbaik. aktivitas yang melibatkan proses
c. Memiliki keterampilan dan berpikir yang juga dilakukan secara
kemampuan berpikir yang berulang-ulang.
baik Kebiasaan berpikir juga dapat
d. Memiliki kebiasaan diartikan sebagai perilaku yang
merenungkan hal-hal yang mensinergikan otak ketika
telah dilakukan atau dicapai, melakukan sesuatu, baik otak kanan
dan secara terus-menerus maupun otak kiri. Dengan kata lain,
berusaha meningkatkan kebiasaan berpikir meliputi
kinerja dari pola perilaku kebiasaan mensinergikan intelektual
5

dan emosional. Kebiasaan berpikir pemahaman atau pengertian,


yang tergolong intelektual tersebut tanggap, luwes, dan humor. Gambar
juga terbagi menjadi empat, yaitu: berikut ini merepresentasikan tujuh
cognitive, exact, supple, dan silly. dimensi dan 16 aspek yang terkait
Kebiasaan berpikir ini merupakan dengan kebiasaan berpikir.
kebiasaan berpikir yang (1) menggambarkan pengetahuan
mensinergikan otak kiri. Sedangkan lama, (2) metakognisi, (3)
kebiasaan berpikir yang tergolong mempertanyakan dan menyelesaikan
emosional dan mensinergikan otak masalah, (4) ketepatan, (5) mengecek
kanan terbagi menjadi tiga, yaitu: kembali untuk lebih akurat, (6)
control, understanding, dan kegigihan, (7) mengambil resiko, (8)
sensorial. mangatur waktu, (9) peka, (10)
Berdasarkan konsep di atas, berpikir bersama dan berkerjasama,
Costa (1996) membagi kebiasaan (11) terus belajar, (12) menggunakan
berpikir dalam tujuh dimensi, yaitu: indera, (13) Berpikir fleksibel, (14)
kognitif, ketepatan, kontrol, kreatif, (15) kagum, dan (16) humor.

Gambar 1. Kebiasaan Berpikir (Irawati, 2010)


3. Aktivitas yang Membangun Pendekatan lain yang diduga
Kebiasaan Berpikir dapat mengembangkan kebiasaan
Matematis berpikir matematis siswa adalah:
Belajar matematika tugas-tugas yang sulit secara kognitif
merupakan suatu alat yang dapat dan aktivitas pembelajaran yang
digunakan untuk mengembangkan membangun kesadaran intuitif. Costa
strategi atau cara berpikir, karena dan Kallick (2010) manambahkan
proses pembelajaran matematika bahwa permasalahan yang sulit
memuat aktivitas-aktivitas secara kognitif tersebut atau
intelektual yang berpotensi permasalahan yang bersifat dilema
membentuk kebiasaan berpikir dan pemecahannya tidak tampak
seseorang. dengan mudah, sangat berguna
Ada beberapa aktivitas yang untuk:
berpotensi membangun kebiasaan a. Meningkatkan kinerja otak,
berpikir di antaranya: (1) karena bermanfaat dan
pembelajaran yang aktif dan kreatif; bernilai di kehidupan nyata.
(2) meaningful learning; dan (3) b. Menggiatkan dan
pembelajaran matematika yang membiasakan siswa dalam
didesain menurut pandangan memecahkan masalah.
konstruktivis c. Mengembangkan proses
Aktivitas lainnya yang diduga penalaran yang rumit.
mempengaruhi perubahan atau d. Memaksa siswa untuk
pembentukan kebiasaan berpikir terlibat dalam proses
adalah: (1) aktivitas yang sifatnya pembelajaran.
behaviorisme; (2) aktivitas e. Memuat aspek-aspek yang
bermain; (3) aktivitas yang bersifat kaya dalam pengerjaannya
enkulturasi. Aktivitas belajar di yang bernilai secara
lingkungan belajar yang kaya dan intelektual dan edukasional.
responsif; dan aktivitas belajar yang
Tugas atau permasalah yang
didalamnya ada penggunaan
sulit secara kognitif tersebut dapat
teknologi untuk pembelajaran.

6
7

berbentuk soal-saoal yang soal berpikir tingkat tinggi. Berikut


membutuhkan kemampuan berpikir ini adalah beberapa contoh soal-soal
kritis dan kreatif atau dengan kata yang tergolong kemampuan berpikir
lain soal-soal yang tergolong sebagai tingkat tinggi.

Gambar 2. Contoh Soal 1 (Susanti, 2014)

Dari tugas di atas (khusus dapat digunakan untuk membiasakan


point c), secara tidak langsung siswa untuk selalu tepat dalam
mengajak siswa untuk berbicara dan berpikir (ketepatan
mengumpulkan informasi sebanyak- dalam komunikasi lisan dan tulisan).
banyaknya sebelum mereka Apapun hasil dari jawaban yang
memutuskan untuk menarik dibuat siswa tersebut secara tidak
kesimpulan atau dengan kata lain langsung membiasakan siswa untuk
melalui soal di atas, siswa dilatih selalu berani mengambil resiko serta
untuk membiasakan siswa untuk jangan pernah merasa takut salah.
selalu mengakses situasi dan Contoh lain dari soal yang
mentransfer pengetahuan lama untuk tergolong tingkat tinggi adalah soal
menghasilkan pengetahuan baru. yang membutuhkan pemikiran
Kata jelaskan jawabanmu juga kreatif, divergen dalam penyelesaian
8

dan divergen dalam strategi contoh soal yang terkategori tersebut.


penyelesaian. Berikut salah satu

Gambar 3. Contoh 2 (Susanti, 2014)

Sketsalah sebuah grafik fungsi f(x) yang memenuhi kriteria di bawah ini:
f(x) [0,5]
f(0) = f(2) = f(4) = 2
Lim untuk x = 1 dan untuk x = 3 adalah 1

Gambar 4. Contoh 3 (Susanti, 2014)

Kemampuan pertama yang tidak kaku dalam menyelesaikan


digunakan untuk menyelesaikan masalah. Selain itu siswa juga
kedua soal di atas adalah dituntut kreatif agar terbiasa untuk
kemampuan menggunakan menghasilkan ide baru yang unik dan
pengetahuan lamanya, karena untuk berbeda dari sebelumnya.
menyelesaikan soal di atas tidak ada Soal-soal yang sengaja di
strategi khusus atau rumus khusus. buat tidak lengkap atau kemungkinan
Salah satu cara yang mungkin dapat jawabannya tidak ada juga
digunakan adalah strategi trial and merupakan salah satu soal yang
error. Melalui soal ini, siswa diajak tergolong soal berpikir tingkat tinggi.
untuk berpikir fleksibel dan Berikut contohnya.
membiasakan pikiran mereka untuk
Gambar 5. Contoh 4

Melalui soal di atas, siswa berpikir yang dapat dikembangkan


dibiasakan untuk selalu melalui tugas-tugas yang secara
mempertanyakan masalah dan kognitif adalah kebiasaan berpikir
menyelesaikan masalah. Berdasarkan berpikir kreatif, menggunakan
data di atas sepertinya tidak ada pengetahuan, kebiasaan memeriksa
penyelesaian yang memenuhi. Selain akurasi, kegigihan, dan berpikir
itu siswa juga di latih untuk selalu fleksibel dan lain sebagainya.
mengecek kembali agar hasil 4. Faktor-Faktor yang
penyelesaian yang diperoleh lebih Mempengaruhi
akurat. Pengembangan dan
Semua permasalahan yang Peningkatan Kebiasaan
sulit secara kognitif di atas Berpikir Matematis
berpotensi memberikan pengaruh Dobson (2009)
terhadap kebiasaan berpikir siswa. mengemukakan bahwa untuk
Tugas-tugas yang secara sulit membentuk suatu kebiasaan
kognitif tersebut, secara tidak dibutuhkan waktu kurang lebih 66
langsung akan menumbuhkan hari. Hasil penelitian lainnya juga
kebiasaan berpikir. Contoh kebiasaan mengemukakan bahwa suatu

9
10

kebiasaan tidak dapat terbentuk dari sulit atau tidaknya suatu


dalam waktu yang singkat, kebiasaan itu terbentuk. Gambar
dibutuhkan minimal dua minggu, berikut menunjukkan lamanya waktu
tetapi rata-rata pembentukan yang dibutuhkan untuk membentuk
kebiasaan dalam 66 hari tergantung suatu kebiasaan.

Gambar 6. Waktu yang Dibutuhkan untuk Membentuk Suatu Kebiasaan


(Dopson, 2009)

Kebiasaan dapat terbangun dengan aktivitas rutin lainnya dalam


secara otomatis jika dilakukan secara kehidupan keseharian. Dari konsep
rutin, karena suatu kejadian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa
dilakukan berulang di masa lalulah rutin atau tidaknya suatu perilaku itu
yang secara otomatis akan dilakukan maka akan berpengaruh
membentuk suatu kebiasaan. Hal ini terhadap lamanya waktu yang
sejalan dengan pendapat Dean dibutuhkan untuk menjadikannya
(2013), yang mengemukakan bahwa sebagai kebiasaan.
suatu kebiasaan baru akan terbentuk Davenport (2012)
jika: (1) dilakukan melalui mengemukakan selain rutin atau
pengulangan yang sama dan dalam tidaknya suatu perilaku yang
situasi yang sama; (2) kebiasaan dibentuk itu dilakukan, faktor lain
yang ingin dibentuk selalu dikaitkan yang diduga menjadi penyebab
11

gagalnya membentuk suatu pada siswa. Selain itu tugas atau soal
kebiasaan, di antaranya: yang sulit secara kognitif tersebut
a. Perencanaan yang kurang umumnya berbentuk soal higher-
matang. order thinking skills juga dapat
b. Dimulai dari hal yang terlalu digunakan untuk membangun
banyak atau terlalu besar. kebiasaan berpikir. Contoh kebiasaan
c. Tidak adanya komitmen untuk berpikir yang dapat dibentuk
melakukannya secara rutin. misalnya kebiasaan memeriksa
d. Waktu yang diambil masih akurasi, kegigihan, dan berpikir
terlalu singkat. fleksibel.
e. Kurang rutin dan kurang
terpakai.
f. Tidak ada rasa tanggung jawab
DAFTAR PUSTAKA
untuk melakukannya secara
Bass. (2008). Mathematical
kontinu.
Practices. [Online]. [18
g. Tidak dikomunikasi dengan September 2013].
lingkungan di luar pribadi.
Costa, A. (1996). Developing Minds:
h. Ada gangguan dari luar. A Resource Book for Teaching
Thinking. Virginia: ASCD.

PENUTUP Costa, A dan Kallick, B. (2010).


Learning and Leading with
Berdasarkan uraian di atas Habits of Mind. Virginia:
ASCD.
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang aktif dan kreatif; Davenport, B. (2012). How to Create
Habits that Stick. [Online]. [20
meaningful learning; dan
Agustus 2013].
pembelajaran matematika yang http://liveboldandbloom.com/0
1/habits/how-to-create-habits-
didesain menurut pandangan
that-stick
konstruktivis; aktivitas yang sifatnya
Dean, J. (2012). Birth of a Habit.
behaviorisme; aktivitas bermain;
[Online]. [20 Agustus 2013].
dan aktivitas yang bersifat http://www.spring.org.uk/imag
es/Making-Habits-Breaking-
enkulturasi merupakan akvitas yang
Habits-by-eremy-Dean-
dapat membangun kebiasaan berpikir ChapOne.pdf
12

Dobson. (2009). It Takes 66 Days to Zaki. (2012). What is "Thinking"?


Form a Habit. [Online]. [20 How "Thinking" Can be
Oktober Explained Simply?. [Online].
2013].http://www.telegraph.co. [20 Januari 2013]
uk/health/healthnews/
5857845/It-takes-66-days-to-
form-a-habit.html

Irawati, S. (2010). Habits of Mind.


[Online]. [10 Januari 2012].
http://sriirawati.blogspot.com/2
010/11/agar-habits-of-mind-
ini-betul-betul.html

Lim, K. & Selden, A. (2008).


Mathematical Habits of Mind.
Proceedings of the 31st annual
meeting of the North American
Chapter of the International
Group for the Psychology of
Mathematics Education.
Atlanta, GA: Georgia State
University, 5, pp. 1576-1583

Ramirez, R.P.B. & Ganaden, M.S.


(2008). Creative Activities and
Students Higher-Order
Thinking Skills. Education
Quarterly, 66(1), pp. 22-33.

Susanti, E. (2014). Pendidikan


Matematika Realistik untuk
Meningkatkan Higher-Order
Thinking Skills dan
Mathematical Habits of Mind
Siswa SMP. (Disertasi).
Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Wikipedia. (2012). Computer-Aided.


[Online]. [20 Januari 2013]

Wikipedia. (2013). Thinking.


[Online]. [20 Januari 2014]

Anda mungkin juga menyukai