Anda di halaman 1dari 13

A.

HADITS-HADITS TENTANG PERSUDARAAN MUSLIM


1. Hadits Persaudaraan Muslim
: :



.


.

.][
Terjemah hadits / :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam
bersabda: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan
hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak
menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah
seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas
muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. (Riwayat Muslim)

Kenapa hadis ini ditekankan ? Masalah penyakit hati yang sangat berbahaya
Larangan untuk saling dengki. Dengki di sini bermaksud menginginkan agar nikmat atau
kelebihan atau kebolehan atau keistimewaan yang ada pada orang lain di alihkan kepadanya atau
terhapus.
Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli.
Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga
persaudaraan dan hak-haknya kerana Allah taala.
Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan
muamalah.
Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah taala.
Taqwa merupakan barometer keutamaan dan timbangan seseorang.
Islam memerangi semua akhlak tercela kerana hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat
Islam.
Islam bukanlah sekadar lantunan kata-kata, tetapi ia mencakupi akhlak yang merupakan nilai-
nilai luhur dalam bentuk perbuatan yang lahir daripada keimanan yakni orang yang bersih
hatinya.
Berbuat baik kepada tetangga adalah berbuat baik menurut kemampuannya, apabila ia
meminjam sesuatu kepadamu, berikanlah pinjaman itu, jika minta pertolongan, tolonglah ia jika
butuh sesuatu, berikanlah ia,jika ia sakit tengoklah dia, jika keluarganya ada yang meninggal,
bertakzialah, jika ia berbahagia ikutilah berbahagia dan ucapkan selamat. Jadilah engkau orang
yang dapat dipercaya terhadap rahasia-rahasianya, suka memberi hadiah, jagalah
kemaslahatannya sebagaimana engkau menjaga kemaslahatanmu. Selain itu, diharuskan pula
menjaga mereka dari ancaraman gangguan dan bahaya. Dan dalam hadist lain riwayat Ibnu
Majah dari Siti Aisyah disebutkan:
Artinya: Malaikat Jibril senantiasa memberi wasiat kepadaku (untuk menjaga) tetangga
sehingga aku menyangka bahwa tetangga akan dapat warisan (dapat diwarisi).
Dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang membahas agar berbuat baik kepada tetangga.
t$!uq9$$/ur ( $\x m/ (#q.@ wur !$# (#r6$#ur *
$pg:$#ur 3|yJ9$#ur 4yJtGu9$#ur 4n1)9$# /ur $YZ|m)
$#ur =/Zyf9$$/ =m$9$#ur =Yf9$# $pg:$#ur 4n1)9$#
tb%2 `tB =t w !$# b) 3 N3ZyJr& Ms3n=tB $tBur @69$#
#qs Zw$tFC
Artinya: Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman-
teman sejaewat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga- banggakan diri.
Memuliakan tetangga, berbuat baik kepada tetangga dan jangan menyakiti
tetangga, semua itu kembali kepada urutan haq-haq tetangga. Aisyah bertanya: Wahai
Rasullulah! Sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, kepada yang mana aku memberikan
satu hadiah ini? Nabi SAW menjawab : Berikan pada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya
dengamu. Disebut tetangga adalah yang berdekatan rumah, atau yang jauh dari rumah, muslim
atau kafir, ahli ibadah atau ahli yang melakukan dosa, teman atau musuh. Maka tetangga muslim
yang beribadah dan teman lebih utama daripada tetangga lainnya dan lebih didahulukan dari
pada tetangga lainnya.

1. Keutamaan Silaturrahim
: :

.) (


Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : Barang siapa yang ingin di
luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi. (
H.R Bukhari)
Hadits ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu
dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu
bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah
dan berkurang sebagaimana firmanNya:
.

Artinya: Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS Al Araf: 34).
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama, Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur.
Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua, Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz
dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan
tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah
telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim
ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada
tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu
makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga, Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia
tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dhaif (lemah)
atau bathil. Wallahu alam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa
Tahrimu Qathiatiha (16/114)]:
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam
dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama, Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana
dijelaskan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau bersabda,
dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
bersilaturahmi. (Mutafaqun alaihi).
Kedua, Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Taala . Sebagaimana sabda beliau
Shallallahualaihi Wasallam ,
Artinya: Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim
dan berkata,Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim. Allah
menjawab, Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus
orang yang memutusmu? Dia menjawab,Ya, wahai Rabb. (Mutafaqun alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,Kata Allah menyambung, adalah ungkapan dari besarnya
karunia kebaikan dari Allah kepadanya.
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,Para
ulama berkata, hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata Allah
menyambung adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah. [Lihat syarah beliau atas
Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga, Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api
neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahualaihi Wasallam,
Artinya: Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,Wahai Rasulullah,
beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga. Beliau
Shallallahualaihi Wasallam menjawab,Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya,
menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi. (Diriwayatkan oleh Jamaah).

2. Larangan Memutuskan Silaturahmi.


Sudah menjadi sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah selamanya baik, ada
problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan, pengorbanan, dan sekaligus
perlombaan anatar sesama manusia. Tidak heran kalau terjadi gesekan antar sesama dan tidak
mungkin dapat dihindarkan.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga
melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini
tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering
mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan
pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah
dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan
bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat
mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
Bahaya memutuskan silaturrahim
:

:

)(
Dari Jubair bin Muthim ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : Tidak akan masuk
surga orang yang memutuskan hubungan. (Mutafaqun alaih)

0rang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah. Dosa yang
dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah memutuskan silaturahmi
(selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah.
0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat
orang yang memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Allah berfirman:
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya :"Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung
dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah akan
segera mengabulkan doanya, Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan Allah
akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau
begitu kami akan memperbanyak berdoa." Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas berkata,"
Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya : "Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia,
serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali
silaturahmi" (HR Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya : "Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang
memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim).
3. Larangan memutuskan silaturrahim
,
:

( , ,
)
Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : tidak di halalkan bagi
seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga jika bertemu saling
berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang mendahului memberi salam.
(Mutafaqqun alaih)
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan
pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya
perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan
memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan Nabi
shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan menyambung silaturahmi
ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat kebaikan kepadanya, yakni menyambung
hubungan dengan orang yang senang kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat
menyambung silaturahmi adalah ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek
kepadanya atau menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan dengan jenis
amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan silaturahminya maka Allah juga
akan menyambung hubungan dengannya, dan di antara bentuk Allah menyambungnya adalah
Allah akan menambah rezekinya, menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan
kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga akan
memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya
maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan
menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh dia telah
dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Taala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah besar, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan
penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim dan
menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada artinya di sisi Allah
SWT.
2. Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5 (lima) macam orang
yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya,
budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam saudaranya melebihi 3 hari, peminum
khamar dan imam shalat yang tidak disenangi makmumnya."
3. Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya malaikat
tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi."
4. Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah SAW : "
Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu : orang yang suka minum khamar,
orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang yang membenarkan perbuatan sihir."
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap
orang yang dipertalikan oleh Allah di antara engkau dan dia dengan hubungan persaudaraan,
niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah. Dan setiap orang yang bergaul
denganmu dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam.

Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap muslim atau
perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong menolong, dan saling berkasih sayang,
Rasulullah melengkapi pengarahan beliau dengan sabdanya:

"Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. al-Bukhari, Abu Daud,
at-Tirmidzi, Malik)
Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan
dalam hadits tersebut dengan ucapannya : Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara
senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat.
(Dikutip dari hasyiyah al-Muwaththa`, ta'liq Muhammad Fu`ad Abdul Baqi hal. 908, kitab
Husnul Khuluq no. 15)
Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman kecuali
dengannya adalah yang dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
,
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang
sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya
sendiri dari kebaikan. (Shahih al-Jami' no.7085)
Al-Karmani memberikan komentar dengan katanya, : Dan termasuk iman pula, bahwa ia
membenci untuk saudaranya keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan beliau tidak
menyebutkannya, karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi membenci lawannya, lalu
beliau tidak menyebutkan hal itu karena sudah cukup. (Fath al-Bari 1/58. saat mensyarahkan
hadits ke 13 dari kitab al-Iman bab ke-tujuh)
An-Nawawi rahimahullah mendefinisikan mahabbah bahwa ia adalah kecenderungan
kepada sesuatu yang sesuai orang yang mencintai (Fath al-Bari 1/58). Dan Ibnu Hajar
rahimahullah menambahkan : Maksud kecenderungan di sini adalah ikhtiyari (yang
diusahakan), bukan alami, dan mahabbah adalah keinginan apa yang diyakininya sebagai
kebaikan. (Fath al-Bari 1/58)
Dan keinginan atas mahabbah dan persaudaraan, mendorong seseorang seperti Abu
Hurairah untuk mendapat doa dari Rasulullah untuk dirinya dan ibunya dengan mahabbah
yang beredar bersama orang-orang yang beriman, maka Rasulullah mendoakan untuknya:
... ,

"Ya Allah, cintakanlah hamba-Mu ini dan ibunya kepada hamba-hamba-Mu yang
beriman, dan cintakanlah kepada mereka orang-orang yang beriman". (Shahih Muslim, kitab
keutamaan para sahabat, bab 35, hadits no. 158)
Dan dasar dalam cinta dan benci bahwa ia adalah untuk sesuatu yang dicintai Allah atau
dibenci-Nya. Allah mencintai (menyukai) orang-orang yang bertaubat dan bersuci, orang-orang
yang berbuat baik dan bertaqwa, orang-orang yang sabar dan bertawakkal, orang-orang yang
berbuat adil, dan orang-orang yang berjuang di jalan-Nya secara berbaris, dan tidak menyukai
orang-orang zhalim, melewati batas, israf (berlebih-lebihan), berbuat kerusakan, berkhianat, dan
orang-orang yang sombong.
Sebagaimana dasar dalam cinta bahwa ia berlaku umum untuk semua orang-orang yang
beriman, bervariasi mengikuti keshalihan mereka. Maka kita tidak bisa menegakkan permusuhan
bagi orang yang terjatuh dalam perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya, atau telah
dilaksanakan hukuman had padanya, dan sekalipun ia berbuat maksiat, ia tetap dalam lingkungan
Islam. Rasulullah melarang mencela sahabat yang dilaksanakan hukuman cambuk beberapa kali
karena meminum arak, beliau bersabda:
,
"Janganlah kamu mengutuknya, demi Allah, aku tidak mengetahui, sesungguhnya ia
mencintai Allah dan Rasul-Nya. (Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab ke-lima, hadits no.
6780)
Ibnu Hajar rahimahullah mengambil kesimpulan dari hadits tersebut : Bahwa tidak ada
kontradiksi di antara melakukan yang dilarang dan tetapnya rasa cinta kepada Allah dan rasul-
Nya di dalam hati pelaku. Dan sesungguhnya orang yang berulang kali melakukan maksiat, rasa
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dicabut darinya. (Fath al-Bari 12/78, Syarh hadits 6780)
Dalam hadits yang lain, sebagian sahabat berdoa atas orang yang mabuk agar Allah
menghinakannya, maka Nabi bersabda dengan rasa cinta dan persaudaraan:



"Janganlah kamu menjadi pembantu syetan atas saudaramu. (Shahih al-Bukhari, Kitab
al-Hudud, bab ke-Lima, no. 6781)
Agar memalingkan pandangan mereka untuk memohonkan ampunan baginya dan
memberikan nasehat kepadanya, sebagai pengganti mendoakan celaka atasnya yang membuat
syetan menjadi senang dan bertambah kuat.
Dalam sebuat atsar disebutkan: sesungguhnya Abu ad-Darda` melewati seorang laki-laki
yang telah melakukan dosa, maka mereka mencelanya, maka ia berkata : Bagaimana
pendapatnya jika kamu menemukannya di dalam lobang, apakah kamu mengeluarkannya?.
Mereka menjawab : Tentu. Ia berkata : Maka janganlah kamu mencela saudaramu, dan
pujilah Allah yang telah menyelamatmu (dari perbuatan dosa itu). Mereka bertanya : Apakah
engkau tidak membencinya?. Ia menjawab : Sesungguhnya aku membenci perbuatannya.
Maka apabila ia telah meninggalkannya, maka ia adalah saudaraku. (Tetang kehidupan sahabat
3/413)
Sudah berapa banyak ikat persaudaraan yang terputus. Berapa banyak hati yang ditikam
permusuhan dan kebencian karena ijtihad yang salah. Padahal persoalannya luas untuk menjaga
kasih sayang dan persaudaraan bersama orang yang terjerumus dalam perbuatan maksiat. Maka
bagaimana dengan saudara-saudara yang terpeleset dalam pendapat atau tergelincir dalam
ijtihad? Karena sumber persaudaraan dan cinta masih tetap ada, yaitu memuliakan aqidah iman
yang dibawanya dan kalimah tauhid yang mengajak kepadanya.
Sesungguhnya Allah menjadikan cinta dan benci karena Allah sebagai ikatan Islam yang
paling kuat. Dan dalam satu riwayat:
. , :
"Ikatan iman yang paling kuat adalah: loyalitas karena Allah dan saling memusuhi
karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah. (Shahih al-Jami' 2539)
Sesungguhnya iman tidak sempurna kecuali dengan kebenaran perasaan ini dan
mengikhlaskan ikatan ini:


"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena
Allah, dan tidak memberi karena Allah, berarti ia telah menyempurnakan iman. (Shahih al-
Jami' no 5965)
Dan barangsiapa yang ingin merasakan kenikmatan mujahadah terhadap syetan dan
manisnya bersih dari hawa nafsu serta keagungan sikap loyalitas kepada Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman, maka inilah jalannya :
, , :


-
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya, niscaya ia mendapatkan manisnya
iman: bahwa Allah dan rasul-Nya lebih dicintai kepadanya dari pada selain keduanya, bahwa ia
mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan bahwa ia benci kembali
dalam kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya- sebagaimana ia benci dijermuskan
di neraka. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa`I (Jami' al-Ushul 1/237 no.20)
Dan Rasulullah menjadikan kelebihan di antara dua orang yang bersaudara yang saling
mencintai, dengan sejauh kecintaan setiap orang dari keduanya terhadap saudaranya:
.



"Tidak saling mencintai di antara dua orang karena Allah, melainkan yang paling utama
di antara keduanya adalah yang paling mencintai terhadap saudaranya. (Shahih al-Jami' no.
5594)
Dan jika pada suatu hari syetan menyusup di antara keduanya, maka hendaklah keduanya
melakukan introfeksi terhadap hatinya masing-masing, berdasarkan sabda Nabi :


"Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, lalu dipisahkan di antara keduanya,
melainkan karena dosa yang dilakukan salah seorang dari keduanya. (Shahih al-Jami' no.
5603)
Dan untuk mendorong cinta kepada Allah, Dia memberi kabar gembira dengan
memuliakan mereka saat huru hara di hari kiamat dan hisab, dengan memberikan naungan
kepada mereka di bawah naungan arsy, dan termasuk tujuh golongan yang diberikan
keistimewaan dengan keutamaan ini, seperti yang tersebut dalam hadits:
... , ...
" dan dua orang yang saling mencintai karena Allah, maka keduanya berkumpul atas
hal itu dan berpisah karenanya. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Malik
(Jami' al-Ushul 9/564. no. 7317)
Dan supaya masyarakat muslim saling tolong menolong di atas kebaikan dan menanam
nilai-nilai kebajikan, banyak sekali hadits-hadits yang mendorong agar memberitahukan saudara
yang mempunyai kedudukan khusus dalam dirinya, dan cinta yang berbeda di atas persaudaraan
secara umum bagi semua orang-orang yang beriman bahwa engkau mencintainya, di antara hal
itu adalah sabda Rasulullah :
.
"Apabila salah seorang darimu mencintai saudaranya, maka hendaklah ia
mendatanginya di rumahnya, lalu mengabarkan kepadanya bahwa sesungguhnya ia
mencintainya karena Allah. (Shahih al-Jami' no. 281)
Dan di antara kebenaran persaudaraan dan murninya rasa cinta, bahwa engkau
menghitung seperti perhitungan saudaramu dalam menarik manfaat untuk dirimu atau menolak
bahaya darimu. Dan dalam wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah :
... ,
"Dan cintailah untuk kaum muslimin dan mukminin apa saja yang engkau cintai untuk
dirimu dan keluargamu, dan bencilah untuk mereka apa-apa yang engkau benci untuk dirimu
dan keluargamu, niscaya engkau menjadi beriman". (Shahih al-Jami' no. 7833)
Dan diantara cara mengungkapkan kebenaran rasa persaudaraan dan hakekat kasih
sayang, sesuatu yang engkau berikan untuk saudaramu berupa doa-doa yang baik, di tempat ia
tidak mendengar dan tidak melihatmu. Di tempat yang tidak ada campuran perasaan riya dan
berpura-pura, seperti dalam sabda Nabi :
. : . ,
"Doa seorang muslim untuk saudaranya dari belakang dikabulkan. Di sisi kepalanya ada
malaikat yang ditugaskan, setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat
yang ditugaskan dengannya berkata: Amin, dan untukmu semisalnya. (Shahih Muslim, kitab
Zikr, bab 23, hadits no. 88)
An-Nawawi rahimahullah berkata : Sebagian salafus shalih, apabila ingin berdoa untuk
dirinya, ia berdoa untuk saudaranya yang muslim dengan doa tersebut, karena doa itu dikabulkan
dan ia memperoleh hal serupa untuk dirinya sendiri.
Dan untuk persaudaraan, ada hak-haknya di dunia, berupa mendoakan yang bersin
(apabila membaca hamdalah), mengunjungi yang sakit, memenuhi undangan, memberikan
penghormatan, dan mengiringi jenazah.
Sebagaimana syari'at mengharamkan saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari, dan
tidak diangkat amal keduanya sampai keduanya berdamai, dan Allah tidak menjadikan ikatan
persaudaraan bagi orang-orang beriman selain persaudaraan Islam. Dan Nabi telah memberikan
isyarat bahwa jikalau ia menjadikan untuk dirinya seorang kekasih, niscaya ia adalah Abu Bakar
, akan tetapi beliau lebih mengutamakan persaudaraan Islam. Maka beliau bersabda:

"Akan tetapi persaudaraan Islam lebih utama. (Dari beberapa riwayat al-Bukhari (Jami'
al-Ushul 8/589 no. 6408)
Apakah kita lebih mengutamakan fanatisme jahiliyah di atas persaudaraan Islam?
Ikatan persaudaraan ini tetap berlangsung hingga ke negeri akhirat, di mana sebagian
penghuni surga tidak melihat saudara mereka yang bersama mereka semasa di dunia. Maka
mereka bertanya kepada Rabb tentang saudara-saudara mereka. Nabi menggambarkan keadaan
tersebut dengan sabdanya:
: .



: .
! :

...
"Tidak ada perdebatan seseorang kamu bagi sahabatnya dalam kebenaran yang ada di
dunia yang lebih kuat dari pada perdebatan orang-orang beriman kepada Rabb mereka tentang
saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka. Dia berfirman : 'Mereka berkata,
'Rabb kami, saudara-saudara mereka shalat bersama kami, puasa bersama kami, berhaji
bersama kami, lalu Engkau masukkan mereka ke dalam neraka.' Maka Dia berfirman, 'Pergilah,
lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal dari mereka". (Shahih Sunan Ibnu Majah karya
Syaikh al-Albani, al-Muqaddimah, bab ke-9, hadits no. 51)
Lalu mereka mengeluarkan mereka (orang beriman yang berada di dalam neraka).
Kemudian Dia memberi ijin bagi mereka, maka mereka mengeluarkan orang yang di hatinya ada
iman seberat biji sawi. Sesungguhnya persaudaraan yang memiliki kedudukan seperti ini di sisi
Allah, dan sesungguhnya kecintaan yang mempunyai keutamaan seperti itu di dunia dan akhirat
sudah seharusnya ditekuni, disempurnakan hak-haknya, dan meminta tambahan darinya :


"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyanyang". (QS. Al-Hasyr:10)
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hakekat persaudaraan dalam islam adalah saling memperhatikan, dalam artian saling
memahami, saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap sesama sebagaimana
ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw. Diatas yang disabdakan karena adanya sahabat yang
membantu dan membela saudaranya yang diserang atau dianiaya oleh orang lain.

Dalam merintis terbentuknya sebuah negara di Madinah adalah dengan mengawali


menciptakan hubungan persaudaraan yang harmonis dan damai antara komunitas Muhajirin
(Penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah) dengan komunitas Anshar (penduduk Madinah).
Lahirnya Piagam Madinah yang pada awalnya disebut sebagai al-kitab (buku) dan ash-Shahifah
(bundelan kertas), dan dalam konteks modern dikenal sebagai ad-Dustur (konstitusi), atau al-
Watsiqah (dokumen) yang memuat dua bagian.

Celupan persaudaraan mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang
positif; Kedua, perasaan atau mental yang positif.

- Ikatan persaudaraan harus berdasarkan iman dan mengharuskan hak-hak bagi seorang muslim.
- Persaudaraan iman sudah seharusnya berada di atas persaudaraan nasab.
- Kriteria (standar) persaudaraan adalah bahwa engkau menyukai kebaikan untuk saudaramu,
sebagaimana engkau menyukai untuk dirimu sendiri.
- Dasar dalam cinta adalah:
1. Memandang pada sesuatu yang dicintai Allah.
2. Berlaku umum bagi semua orang-orang beriman.
3. Mencintai orang yang beriman dan membenci maksiatnya.
- Cinta karena Allah adalah ikatan iman paling kuat.
- Orang yang paling utama di antara dua orang yang saling mengasihi adalah yang paling cinta di
antara keduanya.
- Di antara lorong-lorong syetan untuk memisahkan di antara dua orang yang saling mengasihi:
1. Dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.
2. masuknya perasaan cemburu.
- Di antara keutamaan cinta karena Allah: berhak mendapat cinta-Nya dan aman di bawah naungan
arsy-Nya.
B. Saran

Berdasarkan Uraian latar belakang dan pembahasan diatas, maka dari itu, penulis
menyarankan kepada :

1. Masyarakat, kita harus bisa saling membina hubungan persaudaraan antar sesama muslim
maupun non-muslim agar kita dapat hidup tentram secara berdampingan di dunia yang sementara
ini.
2. Para Pembaca, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih
banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan
penyusunan makalah yang selanjutnya. Atas saran dan kritiknya yang membangun, penulis
ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai