Puisi-puisi itu ditulis dalam rentang waktu antara 1998 hingga sekarang.
Sebagian besar berbau kritik sosial. Seperti puisi Kami Datang Menentang
Ketidakadilan (2015). Puisi ini berisi ungkapan tentang arti penting dari
aksi massa atau demonstrasi.
Lain lagi dengan puisi Ada Yang Aneh di Negeri Ini (2015). Jelas sekali,
puisis adalah ungkapan kekecewaan dan kritik si penulis puisi terhadap
bungkamnya sebagian besar aktivis ketika pemerintahan Jokowi-JK
mengeluarkan kebijakan yang merugikan rakyat.
..Lalu dimana para aktivisnya yang selama ini teriak lantang menentang
kebijakan penguasa? begitulah bunyi selarik puisi tersebut.
Sedangkan puisi Di Batas Kerinduan (1998) lain lagi. Puisi ini ditulis oleh
Roso saat masih mendekam di balik jeruji besi, tepatnya di LP Cipinang,
tahun 1998. Puisi ini menggambarkan kerinduan si penulis dengan aksi
massa yang sering dilakoni bersama kawan-kawan seperjuangannya di
Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Untuk diketahui, pasca tragedi 27 Juli 1996, aktivis PRD menjadi sasaran
pemburuan oleh penguasa Orba. Tidak terkecuali Roso. Singkat cerita, dia
pun ditangkap dan dipenjara oleh Orde baru bersama beberapa pimpinan
PRD lainnya, seperti Budiman Sudjatmiko, Petrus Hari Hariyanto, I Gusti
Anom Astika, Yakobus Eko Kurniawan, Wilson, Ignatius Pranowo, Garda
Sembiring, dan Ken Budha Kusumandaru. Mereka baru menghirup udara
bebas pada 10 Desember 1999.
Acara ini juga diselingi dengan musikalisasi puisi oleh duo Jack dan Lubis.
Juga penampilan dari anak-anak muda penggemar rock yang menyebut
dirinya Rebel.
Mahesa Danu