Makalah Kasus Farmakoterapi
Makalah Kasus Farmakoterapi
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih
memahami tentang pyelonefritis dan penyelesaian kasus pyelonefritis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pyelonefritis
Pyelonefritis merupakan infeksi bakteri pada ginjal, tubulus, dan jaringan
interstitial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah
jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah , kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%(Brunner & Suddarth,2002)
Inflamasi pelvis Pyelonefritis dapat bersifat akut maupun kronis. Pielonefritis
akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan
pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis.Pyelonefritis merupakan infeksi bakteri
pada piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal
(Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri
atasorgan-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air
kemih(urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-
komponenginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal (Shulman, 1975).
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Pielonefritis kronis
2. Pyelonefritis akut
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang
terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih
bagian bawah kearah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi
saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal
biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat
dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.
2
Pada akhirnya, menyebabkan atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang
sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran
kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih
bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan
saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga mikroba
lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini
juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.
Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal
lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis
kronis dapa tmerusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau
setelah infeksi yang gawat.Pembagian Pielonefritis kronis sering ditemukan
pada wanita hamil,biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
3
2.3 Patofisiologi Pyelonefritis
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonasaeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra),
merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang
menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang
kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48
jam. Dengan kondisi tubuh imun yang rendah, obstruksi saluran kemih, VUR
dapat menghabat eliminasi bakteri ke dalam urin sehingga bakteri dapat
berkembang bia dengan menginfeksi mukosa saluran kemih,di samping itu pada
penderita diabetes dengan kadar gula yang tinggi mengakibatkan glukosa yang
lolos dalam filtrasi hanya dapat direabsorpsi lagi akan terbawa dan terkandung
dalam urin hal tersebut mengakibatkan bakteri dapat berkembang biak secara
cepat dalam saluran kemih dan menginfeksi saluran kemih (Dipiro,2005)
Sedangkan pada saat kehamilan hormon estrogen meningkat sehingga
akan mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, vasodilatasi ini
mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler yang akhirnya akan
mengakibatkan kebocoran protein plasma ke dalam interstitial dan menarik cairan
plasma ikut bersamanya, hal tersebut akan mengakibatkan tingginya tekanan
onkotik plasma pada glomerulus yang akan mengakibatkan perpindahan cairan
dari kapsul bowman ke kapiler glomerulus melawan gaya filtrasi, selain itu pada
kehamilan terjadi penekanan pada vesika dan saluran kemih yang akan
menghambat aliran urin dan mengakibatkan penurunan eliminasi bakteri bersama
urin. (Dipiro,2005)
Dari mekanisme di atas, akan terjadi infeksi pada saluran kemih bawah
dan apabila tubuh tidak mampu mengatasi fluktuasi bakteri dalam saluran kemih,
makabakteri tersebut akan naik ke saluran kemih bagian atas yang mengakibatkan
peradangan infeksi diparemkim ginjal (pielonefritis). Mediator-mediator endogen
pirogen dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena endogen pirogen
merangsang prostaglandin dapat meningkatkan termostat tubuh di hipothalamus
mengakibatkan hipertemi. Kalekrein juga dapat menimbulkan rasa nyeri pada
4
pinggang akibat peradangan atau kerusakan jaringan parenkim ginjal karena saat
radang mediator ini dilepas untuk merangsang pusat senor nyeri. Selain itu karena
adanya kelainan pada medulla ginjal yang mengakibatkan gangguan dalam
pemekatan urin ditambah lagi peningkatan GFR akibat mekanisme radang pada
ginjal mengakibatkan timbulnya poliuri sehingga dapat terjadinya gangguan
eliminasi urin ( Dipiro, 2005)
5
Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea, nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness. Klien
biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria
dengan bauyang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.
b. Pielonefritis kronis
Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal
perlahan
lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
o Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang
biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
o Adanya keletihan.Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
o Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria,pyuria dan kepekatan urin menurun.
o Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
o Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
o Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan
luka padajaringan.
o Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
Manifestasi Klinis
Pielonefritis Akut:
Demam
Menggigil
Nyeri panggul
Nyeri tekan pada sudut kostovetebral
Lekositosis
6
Adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
Disuria
Pielonefritis Kronis:
Tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi
Keletihan
Sakit kepala
Nafsu makan rendah
Poliuria
Haus yang berlebihan
Kehilangan berat badan
Infeksi yang menetapkan menyebabkan jaringan parut di
ginjal dan akhirnya diserta gagal ginjal
7
terhadap antibiotik yang diujikan. Pada pasien pielonefritis pad
pengujiannya terdapat bakteriuria.
3. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau
penyebab penyumbatan air kemih lainnya
4. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP)
mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur. Pada
penderita pielonefritis adanya pembesaran pada ginjal
3. Penatalaksanaan medik
Pielonefritis akut
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh
kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti
penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya
oleh batu, tumor dan sebagainya.Penatalaksanaan medis (Barbara K. Timby
dan Nancy E. Smith, 2007):
Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-
obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole
(TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin,
cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih,
meningkatkan rasa nyaman,dan meningkatkan kapasitas
kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
Pielonefritis Kronik
Agens Antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen melalui
kultur urin, nitrofurantion atau kobinasi sulfametoxazole dan trimethorprinm dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat,terutama
jika medikasi potensial toksik (Shulman et al,1994).
8
Pengobatan pielonefritis :
9
Pengobatan pielonefritis (Dipiro,2005):
Trimetroprim-sulfametoksazole 1 tablet dua kali sehari selama 14
hari
Siprofloxasin 500 mg dua kali sehari selama 14 hari
Norfloxasin 400 mg dua kali sehari selama 14 hari
Levofloxasin 250 mg sekali sehari selama 14 hari
Lomefloxasin 400 mg sekali sehari selama 14 hari
Enoksasin 400 mg dua kali sehari selama 14 hari
Amoksisilin klavulanat 50 mg tiap 8 jam selama 14 hari
10
Logaritma Penatalaksanaan Pielonefritis menurut dipiro(Pada Wanita)
Urinalysis/Gram strain
Significant bacteriuria
acute acute
acute ill
Acutally acute
High risk-patient
Clinical cure Clinical Failure
acute
acute acute
Urine culture
Oral therapy 2 wk Hospitalization
Parental antibiotic
acute
Negative Positiv
acute
Symptomatic acute
Petreat 2 wk
abacteriuria
acute
Urine culture
2 wk post therapy
11
Positiv Negative
acute
Recurrence acutecure
Clinical
acute acute
pelapse reinfection
Urologic work-up
acute acute
Frequent episodes Infrequent episodes
acute
Symptomatic
acute Treath
acute each
abacteriuria episodes
acute
12
Logaritma penatalaksanaan Pielonefritis menurut dipiro (pada laki-laki)
positiv negativ
negativ positive
13
BAB III
PENYELESAIAN KASUS
A. Kasus
-Temperatur: 38,5C
dokter menyarankan set lengkap tes darah, termasuk u & e, hitung darah lengkap,
kultur darah, sampel urin untuk urinalisis dan kultur, dan USG ginjal. diagnosis
pielonefritis bakteri akut dibuat, yang kemudian dikonfirmasi ketika kultur urin
tumbuh E.coli. nona WS diresepkan ciprofloxacin, awalnya 400mg dua kali sehari
dengan infus intravena, mengkonversi setelah 48 jam untuk dosis 500mg dua kali
sehari secara oral untuk total perawatan 14 hari.
B. Penatalaksanaan terapi
Penatalaksanaan dengan menggunakan metode SOAP:
a. Nama pasien: nona WS
b. Umur: 26 tahun
c. Subjek: 2 hari menggigil, disertai dengan demam tinggi dan nyeri
pada sendi dan otot termasuk nyeri pinggang, yang membuat lebih
buruk pada gerakan , mual, sakit kepala. tanda urinalisis hematuria
dan bau yang tidak sedap
14
d. Objek:
Nona WS berumur 26 tahun:
Temperatur: 38,5C
Kreatinin serum: 136mol/L (normal: 65-115mol/L
Urea serum: 8,4 mmol/L (normal: 3,0-6,5mmol/L)
e. Assasement: Nona WS mengalami infeksi saluran bawah
(pielonefritis) akut tidak komplikasi . Pemilihan terapi farmakologi
sesuai dengan gejala dan terapi untuk membunuh bakteri penyebab
infeksi. Selain itu terapi non farmakologi juga dilakukan sebagai
penunjang penyembuhan bagi nona WS .
f. Plan:
1. Secara farmakologis
a. Tujuan Terapi Farmakologi:
1.meredakan gejala menifestasi klinis akibat adanya infeksi
2.membunuh bakteri penyebab infeksi
3.meredakan mual dan muntah
15
2. Secara non farmakologis
Minum air yang banyak.
Sering buang air kecil dan jangan menahan keinginan buang air
kecil.
Kencinglah setelah berhubungan seksual.
Bagi perempuan, bersihkan dan keringkan vagina setelah buang
air kecil atau buang air besar dengan benar. Bersihkan dari depan
ke belakang, bukan dari belakang ke depan.
Bersihkan vagina dan anus dengan perlahan-lahan.
Jangan gunakan sabun pembersih khusus yang dijual bebas di
pasaran.
16
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pielonefritis Akut:
Demam
Menggigil
Nyeri panggul
Nyeri tekan pada sudut kostovetebral
Lekositosis
Adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
Disuria
Pielonefritis Kronis:
Tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi
Keletihan
Sakit kepala
Nafsu makan rendah
Poliuria
Haus yang berlebihan
Kehilangan berat badan
Infeksi yang menetapkan menyebabkan jaringan parut di
ginjal dan akhirnya diserta gagal ginjal
17
Trimetroprim-sulfametoksazole 1 tablet dua kali sehari selama 14
hari
Siprofloxasin 500 mg dua kali sehari selama 14 hari
Norfloxasin 400 mg dua kali sehari selama 14 hari
Levofloxasin 250 mg sekali sehari selama 14 hari
Lomefloxasin 400 mg sekali sehari selama 14 hari
Enoksasin 400 mg dua kali sehari selama 14 hari
Amoksisilin klavulanat 50 mg tiap 8 jam selama 14 hari
18
DAFTAR PUSTAKA
19