Kabupaten Sukabumi merupakan bagian wilayah pembangunan Provinsi Jawa Barat, dengan
posisi geografis berada di bagian selatan. Karakter wilayah kabupaten Sukabumi tergolong
khusus, apalagi dengan predikat: Kabupaten terluas di pulau Jawa, (masih tergolong)
Kabupaten tertinggal di Jawa Barat, Kabupaten dengan jumlah kecamatan terbanyak di Jawa
Barat dan sebagainya. Bila ditinjau dari konstelasi kebijakan nasional maupun regional,
nampaknya masih terjadi kebijakan dengan tingkat konsistensinya belum optimal sedangkan
ditinjau dari sudut karakteristik wilayah bagian Selatan Jawa Barat sendiri, masih banyak
keterbatasan alamiah yang menunggu penanganan yang semakin ilmiah.
Secara umum posisi tersebut senasib dengan beberapa wilayah kabupaten tetangga dengan
posisi geografis yang sama yang kurang sangat menguntungkan tersebut. Bentuk topografi
wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di
daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah. Dengan ketinggian berkisar
antara 0 - 2.960 m. Dengan adanya daerah pantai dan gunung-gunung antara lain Gunung Salak
dan Gunung Gede yang masing-masing mempunyai puncak ketinggian 2.211 m dan 2.958 m
menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 35o) meliputi 29 persen dari luas
Kabupaten Sukabumi. Sementara kemiringan antara [13o - 35o] meliputi 37 persen dan
kemiringan antara [2o -13o] meliputi 21 persen dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar
meliputi 13 persen dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan
wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain.
Jumlah tersebut dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.199.698 orang dan penduduk
perempuan sebanyak 1.192.038 dengan Rasio jenis kelamin sebesar 100,64 yang berarti bahwa
dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk
Kabupaten Sukabumi dirata-ratakan sebesar 573,39 orang per Km2, tingkat kepadatan
penduduk tertinggi berada di bagian utara dan tingkat kepadatan terendah di bagian selatan.
Jumlah Penduduk Miskin dan Keluarga Miskin di Kabupaten Sukabumi tergolong masih cukup
tinggi. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 20,3 % keluarga dikatagorikan keluarga pra sejahtera
dan tercatat 26,1 % masuk kedalam katagori keluarga sejahtera I. Katagori terakhir ini sangat
rentan akan turun kedalam katagori pertama jika penanganannya tidak secara menyeluruh
(comprehensive). Oleh karena itu, kemiskinan masih menjadi perhatian penting dalam
pembangunan 20 tahun yang akan datang. Luasnya wilayah dan beragamnya kondisi sosial
budaya masyarakat menyebabkan masalah kemiskinan di Kabupaten Sukabumi menjadi sangat
beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat dan pengalaman kemiskinan yang berbeda. Masalah
kemiskinan bersifat multidimensi, karena bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan,
melainkan karena juga kerentanan dan kerawanan masyarakat untuk menjadi miskin. Selain itu,
kemiskinan juga menyangkut kegagalan dalam pemenuhan hak dasar dan adanya perbedaan
perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
Penduduk Bekerja berdasarkan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPAK pada tahun 2005 telah mencapai 54,31 %
sedangkan TPT 10,30 %, yang berarti telah mencapai target yang ditetapkan yaitu TPAK
48,61% dan TPT kurang dari 9 %. TPAK pada tahun 2006 mencapai 53,99 % sedangkan TPT
7,54 %. Walaupun target TPAK dan TPT telah tercapai namun perkembangannya menunjukkan
masih tingginya pertumbuhan jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran, sementara
lapangan kerja yang tersedia cukup terbatas khususnya lapangan kerja untuk laki-laki. Dalam
tahun 2006 pencari kerja yang tercatat di Disnakertrans sebanyak 3.650 orang dengan
Alternatif penanganan jumlah pencari kerja dilakukan melalui pengiriman TKI ke luar negeri.
Alternatif ini dilakukan selain dapat mengurangi jumlah pengangguran di daerah, juga dapat
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pekerja yang pada akhirnya dapat menambah devisa
negara. Beberapa permasalahan yang muncul diantaranya sebagian besar TKI yang dikirim
hanya memiliki keterampilan rendah dan bekerja disektor informal. Jumlah TKI asal Sukabumi
yang sudah diseleksi oleh Disnakertrans tahun 2006 ini sebanyak 80 perempuan. Sedangkan
berdasarkan data Dinas KBPP, secara keseluruhan jumlah TKI asal Sukabumi yang bekerja di
luar negeri sebanyak 18.625 orang dengan tujuan utama Saudi Arabia, Kuwait dan Malaysia.
Penanganan masalah ketenagakerjaan masih merupakan agenda yang perlu mendapat perhatian
serius, karena masalah tersebut memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
maupun terhadap keamanan dan stabilitas daerah/ regional. Tingkat keterampilan yang rendah
sudah seharusnya menjadi perhatian utama, sehingga bila Sukabumi dapat menjawab
permasalahan ini, maka kesan yang jauh lebih baik akan dapat disandang di masa depan,
apalagi bila ditinjau dalam konstelasi internasional, maka misi ini pun bukan sekedar misi
kedaeahan saja namun telah menjadi misi nasional. Tidak boleh dilupakan juga tentunya adalah
perhatian dalam pemrosesan berangkat dan pulangnya TKI dan TKW ke dan dari negara tujuan.
Pemrosesan harus dapat ditingkatkan, sehingga berbagai kemudahan bisa dinikmati para
pahlawan devisa ini.
3. Pemberdayaan perempuan dan anak, telah menunjukkan peningkatan yang tercermin dari
peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak, tetapi belum di semua bidang
pembangunan. Kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap peningkatan peran kaum
perempuan di seluruh sektor dan aspek pembangunan telah dilakukan. Namun upaya
pengarusutamaan gender ini masih perlu lebih diaktualisasikan di segala bidang.
4. Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang punggung bangsa serta
penerus cita-cita bangsa, disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari
tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatannya. Organisasi kepemudaan
2. Dengan berbagai program penanganan krisis yang diselenggarakan selama periode transisi
politik, kondisi mulai membaik sejak tahun 2000. Walaupun demikian, kinerja tersebut
belum mampu memulihkan pertumbuhan ekonomi ke tingkat seperti sebelum krisis. Hal
tersebut karena motor pertumbuhan masih mengandalkan konsumsi. Sektor produksi belum
berkembang karena sejumlah permasalahan berkenaan dengan tidak kondusifnya
lingkungan usaha, yang menyurutkan gairah investasi, di antaranya praktik ekonomi biaya
tinggi, dan berbagai aturan yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu,
sulitnya pemulihan sektor investasi dan ekspor juga disebabkan oleh lemahnya daya saing
daerah Lemahnya daya saing tersebut, juga diakibatkan oleh rendahnya produktivitas SDM
serta rendahnya penguasaan dan penerapan teknologi di dalam proses produksi.
Permasalahan lain yang juga punya pengaruh kuat ialah terbatasnya kapasitas infrastruktur
di dalam mendukung peningkatan efisiensi distribusi. Penyelesaian yang berkepanjangan
dari semua permasalahan sektor riil di atas akan mengganggu kinerja kemajuan dan
ketahanan perekonomian, yang pada gilirannya dapat mengurangi kemandirian daerah.
3. Indikator makro ekonomi Kabupaten Sukabumi selama tahun 2006 hingga awal semester
pertama tahun 2007 menunjukan perkembangan yang cukup memberikan harapan yang
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi diatas 3,0 persen dan kecenderungan penurunan laju
inflasi. Pencapaian keberhasilan di atas akan terpengaruh oleh kondisi ekternal dan internal.
Di sisi eksternal, dampak dari kebijakan pemerintah pada awal tahun 2007 dengan
menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), diharapkan dapat menurunkan
suku bunga kredit modal usaha dan investasi. Kebijakan ini dapat menggerakan sektor riil
terutama usaha kecil dan menengah yang selama ini belum dapat tumbuh secara optimal.
Namun kondisi ini masih terdapat berbagai ketidakpastian yang dapat mengganggu proses
pemulihan ekonomi, diantaranya belum stabilnya harga minyak dunia masih memiliki
dampak yang cukup kuat dalam mempengaruhi penetapan subsidi BBM, stabilitas harga
bahan pokok melemahkan daya beli masyarakat, merebaknya isu virus flu burung (H5N1)
yang senantiasan akan mempengaruhi pemulihan perekonomian secara lokal maupun
nasional, serta adanya pengaruh perkembangan politik di masa datang. Dari sisi internal,
perekonomian Kabupaten Sukabumi masih dihadapkan pada berbagai masalah pokok antara
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sukabumi 2005-2025 II - 8
lain: (i) belum pulihnya investasi; (ii) belum sepenuhnya pulih fungsi intermediasi
perbankan dalam keberpihakan kepada usaha kecil dan menengah, serta (iii) masih
terbatasnya stimulus fiskal karena beratnya beban keuangan pemerintah daerah untuk
memenuhi kewajiban belanja tidak langsung.
Dengan berbagai masalah pokok yang berkembang dan yang harus segera ditangani.
Kebijakan ekonomi yang ditempuh selama ini lebih diarahkan pada peningkatan investasi
padat modal dan padat karya guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang mampu
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Investasi
tersebut diharapkan berbasis potensi daerah yang memiliki keunggulan komparatif maupun
kompetitif sehingga value added (nilai tambah) yang didapatkan lebih tinggi. Semua ini
diharapkan memiliki multy player effect terhadap penurunan jumlah keluarga miskin dan
peningkatan IPM sebagai agregat dari peningkatan kemampuan daya beli masyarakat. Hal
ini menuntut masyarakat untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam melihat peluang.
Peningkatan kapabilitas masyarakat menjadi tuntutan yang perlu segera ditangani agar
terjadi percepatan dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Peningkatan kapabilitas
masyarakat dapat dilakukan dengan mendorong masyarakat untuk berperanserta dalam
kelompok/ organisasi usaha atau koperasi, peningkatan keterampilan, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan berwirausaha serta pengetahuan dalam akses pembiayaan.
Selain itu perlu adanya dukungan pemerintah mulai dari manajemen, produksi, kepemilkan
lahan, pendanaan dan pemasaran. Dukungan lainnya dapat dilakukan dengan mengurangi
hambatan-hambatan yang ada yaitu dengan menyederhanakan prosedur perijinan,
mengurangi tumpang tindih kebijakan antar sektor, meningkatkan kepastian hukum
terhadap usaha, menyehatkan iklim ketenagakerjaan dan penyediaan infrastruktur.
4. Dalam kaitannya dengan pembangunan melalui pendekatan IPM, Kemampuan Daya Beli
(PPP=Purchasing Power Parity) penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2006 mencapai Rp
558.940,00 atau tercapai 100,44% dari target dalam RPJMD sebesar Rp 556.500,00.
Kemampuan daya beli tahun 2006 apabila dibandingkan dengan Kemampuan daya beli
tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar Rp 2.030,00 yaitu dari Rp 554.470,00. menjadi Rp
558.940,00. Kenaikan Kemampuan Daya Beli tersebut belum cukup siginifikan dapat
mendongkrak angka IPM.
Kemampuan Daya Beli dipengaruhi beberapa komponen berikut :
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Sukabumi tahun 2005 sebesar Rp.
4.186.955,00 dan meningkat pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 5.244.460,00 (angka
proyeksi BPS). Kenaikan secara rata-rata mencapai 25 % persen. Kendati demikian
peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum mengambarkan secara riil kenaikan daya
beli masyarakat Kabupaten Sukabumi secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB
perkapitan atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2006
sebesar Rp 12.154.587.150.000, meningkat dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar Rp
11.104.911.970.000 (9,45 %). Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan pada beberapa
Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat karena semakin
pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang memerhatikan aspek kelestarian fungsi
lingkungan. Keberadaan masyarakat adat yang sangat bergantung pada sumber daya alam dan
memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam juga belum diakui. Kearifan lokal
sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan sumber daya alam dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Tabel 2.1
Penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi
Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Sukabumi saat ini masih ditandai oleh rendahnya
aksesibilitas, kualitas, ataupun cakupan pelayanan. Akibatnya, sarana dan prasarana yang ada
belum sepenuhnya dapat menjadi tulang punggung bagi pembangunan sektor riil termasuk
dalam rangka mendukung kebijakan ketahanan pangan di daerah, mendorong sektor produksi,
serta mendukung pengembangan wilayah.
2) Perkeretaapian
Perkeretaapian diselenggarakan berdasarkan azas manfaat, adil dan merata, berdasarkan
kepada keseimbangan kepentingan umum, keterpaduan dan percaya diri sendiri, dan bahwa
perkeretaapian ditujukan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara
massal, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan
penggerak pembangunan. Sampai saat ini, perkeretaapian masih berkembang terbatas, serta
kontribusi berdasarkan pangsa angkutan yang dihasilkan, masih sangat rendah dibandingkan
Krisis ekonomi berdampak pada menurunnya kualitas sarana dan prasarana, terutama jalan
dan perkeretaapian yang kondisinya sangat memprihatinkan. Di samping masalah yang
disebabkan oleh krisis ekonomi, pembangunan prasarana transportasi mengalami kendala
terutama yang terkait dengan keterbatasan pembiayaan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi, serta rendahnya aksesibilitas pembangunan
sarana dan prasarana transportasi di beberapa wilayah terpencil, belum terpadunya
pembangunan transportasi dan pembangunan daerah bagi kelompok masyarakat umum,
sehingga penyediaan transportasi terbatas pelayanannya. Di sisi lain, peran serta swasta
belum berkembang terkait dengan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang
belum kondusif.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sukabumi 2005-2025 II - 19
Demikianlah gambaran situasi pada bidang transportasi/ perhubungan yang berfungsi
sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.
Bila segala penanganan masalah perhubungan dapat senantiasa dilakukan dan didukung
secara konsisten, berbagai masalah kemacetan, keselamatan dan ketertiban transportasi akan
dapat diredam secara signifikan. Lebih jauh dari itu, kehadiran jalur kereta api, jalan tol dan
pelabuhan akan menjadikan wilayah Utara (akses jalan tol dan kereta api) menjadi salah
satu tujuan investor dalam bidang perdaganan, industri dan permukiman (termasuk pemukim
yang bekerja di luar sukabumi) yang berkembang secara signifikan.
Demikian juga pemeranan Pelabuhan di Kota Palabuhanratu. Pertumbuhan di wilayah Utara
akan menjadi pertumbuhan yang amat membutuhkan antisipasi Pemda melalui pemeranan
dan kaderisasi sumber daya manusia yang optimal. Pertumbuhan yang amat pesat akan
membutuhkan penanganan sistem transportasi yang optimal. Bila hal ini dapat diantisipasi
dengan baik, pada akhirnya akan mampu mengubah wajah Kabupaten Sukabumi tidak
menjadi tertinggal atau bahkan dapat menjadi salah satu kabupaten termaju di Jawa Barat.
2.1.6 Politik
1. Perkembangan proses demokratisasi sejak tahun 1998 sampai dengan proses
penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 telah memberikan peluang untuk mengakhiri masa
transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi demokrasi. Perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilaksanakan sebanyak empat kali
telah mengubah dasar-dasar konsensus dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara, baik pada tataran kelembagaan negara maupun tataran masyarakat sipil. Sebagai
negara yang baru beberapa tahun memasuki proses demokratisasi, proses penataan
kelembagaan tidak jarang menimbulkan konflik-konflik kepentingan.
2. Berkenaan dengan Pemilu, keberhasilan penting yang telah diraih adalah telah
dilaksanakannya pemilu langsung anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta pemilihan
presiden dan wakil presiden secara langsung, aman, dan demokratis pada tahun 2004.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sukabumi 2005-2025 II - 21
Selain itu, pemilihan kepala daerah secara langsung pun sudah mampu dilaksanakan secara
baik di seluruh Indonesia sejak tahun 2005. Hal itu merupakan modal awal yang penting
bagi lebih berkembangnya demokrasi pada masa selanjutnya.
3. Perkembangan demokrasi selama ini ditandai pula dengan terumuskannya format
hubungan pusat-daerah yang baru. Akan tetapi, hal itu terlihat masih berjalan pada konteks
yang prosedural dan sifatnya masih belum substansial. Format yang sudah dibangun
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang pada intinya lebih mendorong kemandirian
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan mengatur mengenai
hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota, serta hubungan antarpemerintah daerah. Dewasa ini, pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah masih mengalami berbagai permasalahan, antara lain
disebabkan kurangnya koordinasi pusat-daerah dan masih belum konsistennya sejumlah
peraturan perundangan, baik antardaerah maupun antara pusat dan daerah.
4. Perkembangan demokrasi ditandai pula dengan adanya konsensus mengenai format baru
hubungan sipil-militer, telah terwujudnya suatu kesepakatan nasional baru mengenai
netralitas pegawai negeri sipil (PNS), TNI, dan Polri terhadap politik.
5. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembangnya kesadaran-kesadaran
terhadap hak-hak masyarakat dalam kehidupan politik, yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu menstimulasi masyarakat lebih jauh untuk makin aktif berpartisipasi
dalam mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik. Kemajuan itu tidak
terlepas dari berkembangnya peran partai politik, organisasi non-pemerintah dan
organisasi-organisasi masyarakat sipil lainnya. Walaupun demikian, perkembangan visi
dan misi partai politik ternyata belum sepenuhnya sejalan dengan perkembangan kesadaran
dan dinamika kehidupan sosial politik masyarakat dan tuntutan demokratisasi. Di samping
itu, kebebasan pers dan media telah jauh berkembang yang antara lain ditandai dengan
adanya peran aktif pers dan media dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
6. Kemajuan demokrasi juga telah mendorong masyarakat untuk lebih berani mengemukakan
aspirasinya. Salah satunya adalah keinginan untuk membentuk daerah otonom baru
(pemekaran wilayah) baik pada level kabupaten maupun desa. Aspirasi pembentukan
daerah otonom kabupaten berkembang sejalan dengan tuntutan untuk ikut serta dalam
berpemerintahan dan peningkatan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dalam penegakkan HAM telah disusun Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-
HAM) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan. Rencana aksi tersebut
menjadi acuan semua pihak di daerah dalam implementasi peraturan perundang-undangan
mengenai HAM, terutama lembaga pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memberikan
perlindungan dan memenuhi hak asasi warga negara.
2.1.9 Aparatur
Reformasi sistem politik yang diarahkan pada demokratisasi telah mendorong reformasi
birokrasi melalui penataan struktur, sistem dan kultur. Upaya penataan struktur masih
berlangsung setelah penetapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pembenahan dan
penataan struktur organisasi pemerintahan di daerah masih mencari bentuk antara kebutuhan
daerah dengan tuntutan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
meskipun daerah diberi otonomi yang luas, tetapi dalam menetapkan struktur organisasi masih
bergantung kepada Pusat.
Hingga saat ini, pelaksanaan program pembangunan aparatur masih menghadapi berbagai
permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Permasalahan tersebut,
antara lain masih terjadinya praktik-praktik penyalahgunaan kewenangan dan belum
terwujudnya harapan masyarakat atas pelayanan yang cepat, murah, manusiawi, dan
berkualitas.
Jumlah aparatur yang secara kuantitas mencukupi, tetapi aspek kualitasnya masih rendah dalam
arti dari sisi kedisiplinan, profesionalisme dan etika. Hal tersebut mempengaruhi kinerja
aparatur secara umum dan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kondisi sarana dan prasarana aparatur sudah cukup baik dengan gedung kantor yang layak dan
seluruh organisasi perangkat daerah telah memiliki gedung tersendiri. Namun sarana dan
prasarana yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat masih perlu
ditingkatkan karena belum sesuai dengan standar pelayanan minimal, seperti unit pengelola
teknis daerah dalam pemungutan pajak daerah, dan unit perijinan.
1. Kondisi Kabupaten Sukabumi dalam 20 tahun mendatang akan menghadapi tekanan jumlah
penduduk cukup tinggi. Pada tahun 2025 jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi
diperkirakan sekitar 3.240.357 jiwa. Peningkatan ini dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya dengan semakin tingginya Angka Harapan Hidup dan perkawinan usia subur.
Pengendalian jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya perlu diperhatikan untuk
terwujudnya penduduk yang tumbuh dengan seimbang guna peningkatan kualitas, daya
saing dan kesejahteraannya. Selain itu persebaran dan mobilitas penduduk perlu
mendapatkan perhatian sehingga ketimpangan persebaran dan kepadatan penduduk wilayah
Utara dan Selatan yang dapat menimbulkan ketimpangan pemberian pelayanan sosial
ekonomi di masing-masing wilayah.
2. Dalam hal pembangunan manusia yang diukur melalui IPM, konsentrasi penanganan
diarahkan kepada tiga parameter yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya
beli. Berdasarkan kecenderungan masing-masing parameter memiliki kinerja yang cukup
baik terutama indeks pendidikan dan indeks kesehatan yang telah menjadi komitmen
nasional, sementara agak sedikit lambat peningkatannya pada indek daya beli.
Memperhatikan fakta yang ada tantangan peningkatan IPM pada masa datang akan lebih
terfokus pada peningkatan indeks daya beli. Namun demikian pelayanan pendidikan dan
kesehatan bagi masyarakat harus senantiasa ditingkatkan untuk menjamin peningkatan
indeks pendidikan dan indeks kesehatan.
3. Prediksi jumlah angkatan kerja pada akhir tahun 2025 diperkirakan mencapai 60 % dengan
jumlah penduduk bekerja diperkirakan sekitar 50 % dan pencari kerja diperkirakan 10 %.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang merupakan kelompok usia produktif perlu
disikapi dengan berbagai upaya untuk membuka kesempatan kerja yang lebih besar,
meningkatkan produktivitas dan keterampilan tenaga kerja, mengurangi permasalahan
perburuhan dalam rangka mengendalikan jumlah pengangguran yang diprediksi semakin
besar di masa mendatang.
4. Masalah kemiskinan juga akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk
memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kebutuhan akan sandang, pangan,
papan serta pendidikan dan kesehatan merupakan tantangan yang harus mendapatkan
perhatian dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Oleh sebab itu upaya penanggulangan
kemiskinan merupakan prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang sehingga
diharapkan pada tahun 2025 jumlah penduduk miskin terus berkurang.
5. Di bidang keolahragaan, Kabupaten Sukabumi memiliki potensi olahraga yang baik namun
demikian masih ada cabang-cabang olahraga yang tidak menyumbangkan medali dalam
event-event yang berskala regional dan nasional. Ini berarti bahwa pembinaan olahraga
prestasi di Kabupaten Sukabumi belum dilakukan secara optimal. Untuk itu perlu
diperhatikan peran organisasi-organisasi masing-masing cabang olahraga. Kondisi lain yang
menjadi tantangan adalah potensi olahraga di Kabupaten Sukabumi bersifat menyebar.
6. Derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi menjadi tantangan bangsa Indonesia dan khusunya masyarakat Kabupaten
Sukabumi untuk dapat mempertahankan jati diri sekaligus memanfaatkannya untuk
pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing melalui
penerapan nilai-nilai Pancasila dan penyerapan nilai-nilai universal. Kondisi kebudayaan
dua dasawarsa ke depan akan menghadapi berbagai perubahan sebagai imbas perubahan
global dunia yang sekaligus menjadi tantangan bagi terwujudnya kondisi yang diinginkan
sampai dengan tahun 2025. Nilai-nilai tradisional, peninggalan sejarah, kepurbakalaan dan
permuseuman, pada masa yang akan datang perkembangannya akan semakin bertentangan
dengan arus perubahan teknologi informasi dan era komputerisasi, sehingga diperlukan
upaya perlindungan dan pelestarian terhadap keempat aspek kebudayaaan tersebut, agar
terhindar dari kepunahan dan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan budaya daerah.
Untuk itu perlu upaya konkrit yang berkesinambungan terhadap pelestarian dan
pengembangan bahasa dan budaya daerah. Berbagai upaya yang perlu dilakukan sebagai
bentuk pencegahan terhadap menurunnya nilai-nilai luhur budaya di masyarakat, perlu
dilakukan sejak dini. Diterapkannya muatan pendidikan nilai-nilai budaya daerah terhadap
anak usia dini dan usia pendidikan dasar, akan menjadi salah satu strategi yang optimal.
Selan itu diperlukan upaya revitalisasi terhadap lembaga/organisasi kesenian dan
kebudayaan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak
swasta, juga upaya pelestarian cagar dan desa budaya, dan pengembangan nilai-nilai yang
ada di dalamnya.
8. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan bidang sosial adalah beban permasalahan
kesejahteraan sosial yang semakin beragam dan meningkat akibat berbagai krisis sosial.
Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama dalam penanganan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) perlu dilakukan berbagai upaya oleh
pemerintah Kabupaten Sukabumi diantaranya pengembangan peran lembaga swadaya
masyarakat, karang taruna, dan panti rehabilitasi sosial agar dikelola secara lebih
profesional dan komprehensif, memberikan motivasi dan inovasi kepada pemerintah di
bawahnya guna merespon berkembangnya permasalahan sosial seperti perjudian, prostitusi
dan penyalahgunaan narkoba. Tantangan ke depan, beban permasalahan kesejahteraan
sosial akan semakin beragam dan meningkat akibat terjadinya berbagai krisis sosial seperti
menipisnya nilai budaya dan agama, meningkatnya ekses dan gejala sosial dampak dari
disparitas kondisi sosial ekonomi, serta terjadinya bencana sosial dan bencana alam.
Berdasarkan kondisi tersebut, dalam kurun waktu 2005-2025 taraf kesejahteraan sosial
masyarakat diarahkan pada upaya pemberdayaan, pelayanan, pencegahan, rehabilitasi,
pengembangan dan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan termasuk penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Disamping itu, penanggulangan PMKS menjadi
PSKS (potensi kesejahteraan sosial) perlu diupayakan terus menerus melalui penggalian dan
pendayagunaan potensi yang dimiliki, meningkatkan sarana dan prasarana, peningkatan
mutu sekolah serta pelatihan/optimalisasi bagi organisasi/lembaga sosial serta partisipasi
masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kondisi sosial
kemasyarakatan yang sesuai norma-norma agama dan budaya.
2.2.3 Ekonomi
2. Tantangan peningkatan investasi di daerah ke depan tidak lepas dari stabilitas keamanan
dan ketertiban yang diiringi oleh kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur wilayah,
ketersediaan dan kepastian lahan, perburuhan dan masalah lainnya termasuk proses
perijinan pembangunan. Pemecahan masalah tersebut sangat menentukan keberhasilan
untuk menarik investasi agar dapat menanamkan modal di Kabupaten Sukabumi. Upaya
promosi investasi juga menjadi faktor lain yang menentukan untuk menarik investasi baru.
Tantangan besar yang dihadapi Kabupaten Sukabumi sampai tahun 2025 adalah memulihkan
dan menguatkan kembali daya dukung lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan.
1. Pada satu sisi, kemajuan dapat diperoleh dengan memanfaatkan potensi daerah berupa : (a)
sumber daya alam daratan (seperti hutan, tambang, dan lahan untuk budidaya yang
cakupannya dibatasi oleh wilayah administrasi) dan (b) sumber daya kelautan, yang tersebar
di wilayah laut teritorial, zona ekonomi ekslusif sampai dengan 200 mil laut dan hak
pengelolaan di wilayah laut lepas yang jaraknya dapat lebih dari 200 mil laut.
Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya kelautan untuk perhubungan laut, perikanan,
pariwisata, pertambangan, industri maritim, bangunan laut, dan jasa kelautan menjadi
tantangan yang perlu dipersiapkan agar dapat menjadi tumpuan masa depan. Pembangunan
kelautan pada masa mendatang memerlukan dukungan politik dan pemihakan yang nyata
dari seluruh pemangku kepentingan.
Bersamaan dengan itu keterlibatan seluruh potensi masyarakat juga diperlukan untuk
melakukan berbagai penguatan bagi terwujudnya perilaku dan budaya ramah lingkungan
serta sadar risiko bencana perlu terus ditumbuhkembangkan. Pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan dengan prinsip berkelanjutan menjadi tumpuan bagi upaya peningkatan
kualitas lingkungan hidup ke depan. Pendayagunaan sumber daya alam harus dilakukan
seefektif dan seefisien mungkin, ditopang IPTEK yang memadai sehingga memberikan nilai
tambah yang berarti.
Kabupaten Sukabumi dengan keanekaragaman potensi sumber daya alamnya tidak hanya
menjadi pengekspor sumber daya alam bernilai rendah dan mengimpornya kembali dalam
bentuk produk bernilai tinggi, melainkan harus menjadi pengekspor sumber daya alam yang
telah diolah dan bernilai tinggi.
2. Namun, dengan menelaah kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup saat ini, apabila
tidak diantisipasi dengan kebijakan dan tindakan yang tepat akan dihadapkan pada tiga
ancaman, yaitu krisis pangan, krisis air, dan krisis energi.
4. Pembiayaan penataan lingkungan merupakan aspek penting yang selama ini sulit
dilaksanakan karena terkait kerja sama dan komitmen antar-pihak atau antar-daerah.
Penerapan prinsip yang mencemari dan merusak harus membayar, pola pembagian peran
hulu hilir atau pusat-daerah, bagi hasil pajak untuk lingkungan, dana lingkungan, serta pola
pembiayaan pemulihan lingkungan harus mulai dilakukan. Pengawasan secara
berkesinambungan dan penegakan hukum secara konsisten adalah sasaran dalam rangka
pemulihan daya dukung lingkungan lebih maksimal. Pemahaman risiko bencana harus
mulai diintegrasikan pada proses pembangunan ke depan, guna meminimalisasi risiko dan
kerugian yang mungkin timbul atas hasil hasil pembangunan yang dicapai.
Pada masa yang akan datang, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sarana dan
prasarana wilayah di Kabupaten Sukabumi adalah meningkatkan aksesiilitas, kualitas dan
cakupan pelayanan. Tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan sarana dan prasarana
wilayah adalah meningkatkan efisiensi dan efiktivitas pengelolaan sarana dan prasarana
wilayah antara lain dengan mengoptimalkan kerjasama antara pemerintah dan swasta serta
kemampuan lembaga pengelola.
1. Tantangan utama dalam rangka pemenuhan kebutuhan penyediaan air baku di berbagai
sektor kehidupan, yaitu meningkatkan pasokan air baku yang ditempuh melalui
pengembangan prasarana penampung air yang dapat dikelola bersama oleh masyarakat,
baik yang bersifat alami maupun buatan. Untuk itu diperlukan upaya :
1) meminimalisir terjadinya bencana banjir dan kekekeringan, dengan menormalisasi
infrastruktur penampung air baku;
2) mengembangkan infrastruktur penampung air baku, baik yang bersifat buatan maupun
yang alami; dan
3) merehabilitasi jaringan irigasi teknis dan semi teknis serta mengembangkan jaringan
irigasi tadah hujan menjadi jaringan irigasi teknis.
Selain itu, pengembangan sarana dan prasarana pengendali daya rusak air harus mampu
mengantisipasi perkembangan daerah-daerah permukiman dan industri baru. Intervensi
sarana dan prasarana juga perlu dilakukan untuk mengurangi laju sedimentasi sejalan
dengan upaya-upaya konservasi dan reboisasi terutama dengan mengembangkan bangunan-
bangunan pengendali sedimen yang dapat dikelola oleh masyarakat. Pengelolaan jaringan
irigasi belum diselenggarakan dengan pengutamaan peran masyarakat petani dengan
dukungan penuh dari pemerintah dan pihak pengguna air irigasi.
Peningkatan kemampuan kelembagaan pengelola sarana dan prasarana sumber daya air
harus terus dikembangkan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu
(integrated water resources management). Upaya mempertahankan kondisi kualitas air
yang ada serta pemulihan terhadap kualitas air yang telah tercemar diwujudkan melalui
pendekatan pengelolaan lingkungan hidup dan penerapan teknologi.
2. Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan transportasi dan perhubungan pada masa yang
akan datang adalah mengembangkan sistem transportasi daerah yang efisien dan efektif,
terjangkau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan :
1) peningkatan transportasi yang terpadu antar-moda dan intra-moda serta selaras dengan
pengembangan wilayah;
2) pelayanan transportasi yang mendukung pembangunan ekonomi sosial dan budaya;
3) penyusunan Rencana Sistem Jaringan Transportasi Jalan yang mengcover seluruh
wilayah Kabupaten Sukabumi;
4) pengembangan jaringan jalan primer yang efektif dan efisien, baik berupa jaringan jalan
Tol maupun non Tol , yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama dalam skala
regional dan lokal;
5) Penataan angkutan umum sesuai dengan permintaan dan penawaran;
3. Tantangan utama yang dihadapi dalam pemenuhan energi dan ketenagalistrikan adalah
meningkatkan keandalan pasokan energi dan tenaga listrik, sarana dan prasarana, serta
proses dan penyalurannya untuk keperluan permukiman dan kegiatan lainnya;
Mengembangkan potensi-potensi energi baru yang terbarukan, seperti mikro hidro, panas
bumi, tenaga uap, tenaga surya dan angin; serta mengembangkan jaringan listrik pedesaan
dengan memanfaatkan energi listrik alternatif.
Tantangan utama dalam penyediaan energi adalah memperbanyak infrastruktur energi untuk
memudahkan layanan kepada masyarakat, serta mengurangi ketergantungan terhadap
minyak dan meningkatkan kontribusi gas, batubara, serta energi terbarukan seperti biogas,
biomassa, panas bumi (geothermal), energi matahari, arus laut, dan tenaga angin.
5. Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat dan
mewujudkan daerah khususnya perkotaan tanpa permukiman kumuh, adalah
mengembangkan sarana dan prasarana dasar pemukiman, meningkatkan jaringan air bersih
dan sanitasi lingkungan, serta mengembangkan pengelolaan sampah yang berskala
regional.
6. Dengan makin terbatasnya sumber dana yang dapat dimobilisasi oleh pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan sarana dan prasarana, anggaran pemerintah akan lebih
difokuskan pada penyediaan sarana dan prasarana yang secara ekonomi dan sosial
bermanfaat, tetapi secara finansial kurang layak. Untuk proyek sarana dan prasarana yang
layak secara finansial akan dibangun dengan memanfaatkan dana-dana masyarakat dan
membuka peluang kerja sama dengan badan usaha, terutama swasta dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana. Hal itu, merupakan tantangan yang
menuntut dilakukannya berbagai penyempurnaan aturan main, terutama yang berkaitan
dengan struktur industri penyediaan sarana dan prasarana serta pentingnya reformasi di
sektor keuangan guna memfasilitasi kebutuhan akan dana-dana jangka panjang masyarakat
yang tersimpan di berbagai lembaga keuangan.
2.2.6 Politik
Selama kurun 2005 2025 diperlukan penyelenggaraan proses komunikasi massa, komunikasi
sosial, dan komunikasi politik yang berorientasi pada penyelenggaraan proses demokratisasi
yang harmonis. Pembangunan bidang komunikasi dan informasi tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan kualitas pemahaman terhadap fungsi kelembagaan dan media komunikasi.
Secara fungsional, kelembagaan dan media komunikasi merupakan bagian integral dari ke-
seluruhan masyarakat, dan karena itu tunduk terhadap dimensi nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat.
Keberhasilan pembangunan politik dapat diukur dari tingkat partisipasi warga yang meliputi
kebebasan politik dan akuntabilitas. Partisipasi warga menjadi indikator karena
menggambarkan esensi penerapan demokrasi dalam tata kelola pemerintahan. Demokrasi
secara substantif menghendaki keterlibatan secara aktif dan otonom dari seluruh komponen
masyarakat, agar aspirasi masyarakat dapat diketahui secara pasti. Di sisi lain dengan
partisipasi masyarakat tingkat legitimasi pemerintah yang berkuasa dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan, karena partisipasi sejalan dengan transparansi dan akuntabilitas.
Proses dan mekanisme politik berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi di masa mendatang adalah
terciptanya tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang aman, damai, dan
stabil. Karena itu, partisipasi warga dalam kehidupan politik merupakan suatu keniscayaan
melalui penguatan masyarakat madani (civil society) yang terbuka terhadap perubahan.
Termasuk keinginan masyarakat untuk membentuk daerah otonom (pemekaran wilayah) akan
terus bermunculan selama aspirasi masyarakat belum dapat diakomodir dengan tepat, dan
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat mengalami hambatan.
Tantangan yang dihadapi dalam rangka penciptaan ketentraman dan ketertiban masyarakat
adalah adanya potensi ancaman terjadinya friksi dan konflik sosial terkait dengan menurunnya
daya dukung lahan, air, dan lingkungan dalam proses pembangunan. Selain itu juga dari
lambannya pencapaian keseimbangan jumlah penduduk dan lapangan pekerjaan. Ancaman lain
yang cenderung meningkat adalah kejahatan transnasional, mengingat Kabupaten Sukabumi
merupakan jalur mobilitas orang dan barang yang strategis.
Gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat masih akan berlangsung dengan per-
tumbuhan kriminalitas yang disebabkan masih besarnya pengangguran, akibat belum seimbang-
nya jumlah angkatan kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Upaya penyelenggaraan tata
kehidupan bermasyarakat yang aman dan tertib melalui pengembangan motivasi hidup disiplin,
kait berkait dengan pencapaian kondisi di berbagai sektor pembangunan, khususnya ekonomi
dan politik, serta kemampuan melakukan proses transformasi terhadap berbagai nilai global
yang berkembang sangat cepat.
Tantangan ke depan di dalam mewujudkan mewujudkan harmonisasi produk hukum yang dapat
mendukung pelaksanaan otonomi daerah, penegakkan hukum dan hak asasi manusia. Saat ini
birokrasi belum mengalami perubahan mendasar. Banyak permasalahan belum terselesaikan.
Permasalahan itu makin meningkat kompleksitasnya dengan desentralisasi, demokratisasi,
globalisasi, dan revolusi teknologi informasi. Proses demokratisasi yang dijalankan telah
membuat rakyat makin sadar akan hak dan tanggung jawabnya.
Untuk itu, partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam pengawasan
terhadap birokrasi perlu terus dibangun dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang
baik. Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah akan membuat aparatur tidak dapat
menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat. Kesiapan aparatur dalam mengantisipasi
Globalisasi juga membawa perubahan yang mendasar pada sistem dan mekanisme
pemerintahan. Revolusi teknologi dan informasi (TI) akan mempengaruhi terjadinya perubahan
manajemen penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Pemanfaatan TI dalam bentuk e-
government, e-procurement, e-business dan cyber law selain akan menghasilkan pelayanan
publik yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah, juga akan meningkatkan diterapkannya
prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik.
2.2.9 Aparatur
Tantangan besar yang dihadapi bidang aparatur adalah menanggulangi berbagai permasalahan
yang ditimbulkan oleh terjadinya disharmoni antar tingkat pemerintahan berkaitan dengan
pengelolaan kewenangan pemerintahan. Selain itu penyelenggaraan manajemen yang efektif
dan efisien juga menjadi tantangan yang besar. Birokrasi juga masih belum sederhana dan
belum mengalami perubahan, untuk menghadapi demokratisasi, globalisasi dan revolusi
1. Pengaturan tata ruang sesuai peruntukan merupakan tantangan pada masa yang akan datang
yang harus dihadapi untuk mengatasi krisis tata ruang yang telah terjadi. Untuk itu
diperlukan penataan ruang yang baik dan berada dalam satu sistem yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang. Penataan ruang
yang baik diperlukan bagi (a) arahan lokasi kegiatan, (b) batasan kemampuan lahan,
termasuk di dalamnya adalah daya dukung lingkungan dan kerentanan terhadap bencana
alam, (c) efisiensi dan sinkronisasi pemanfaatan ruang dalam rangka penyelenggaraan
berbagai kegiatan. Penataan ruang yang baik juga harus didukung dengan regulasi tata
ruang yang searah, dalam arti tidak saling bertabrakan antar-sektor, dengan tetap
memerhatikan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan, serta kerentanan wilayah
terhadap terjadinya bencana.
2. Bagi Kabupaten Sukabumi, tantangan jangka panjang yang harus diantisipasi adalah
menjaga konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
Penataan ruang ke depan perlu mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lahan
serta kerentanan terhadap bencana alam. Selain itu diperlukan regulasi yang jelas agar tidak
terjadi konflik pemanfaatan ruang antar-sektor dan antar wilayah khususnya antar-
kecamatan dan antar-desa/kelurahan. Tantangan lain yang perlu diantisipasi adalah
mengurangi kesenjangan pembangunan antar-wilayah khususnya antara wilayah perkotaan
dan perdesaan, dan antara wilayah Utara dan Selatan Kabupaten Sukabumi, serta
menyeimbangkan Pusat Kegiatan Wilayah dengan Pusat Kegiatan Lokal sehingga
pengembangan wilayah dapat berjalan harmonis dan berkembang secara adil dan optimal.
4. Sementara itu, dari sisi eksternal secara pasti persaingan global yang berimplikasi pada
persaingan antar daerah akan semakin kuat berpengaruh pada pembangunan suatu daerah
termasuk Kabupaten Sukabumi pada masa yang akan datang. Perekonomian daerah akan
menjadi lebih terbuka sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan setiap wilayah. Sejak tahun 2003, AFTA telah
diberlakukan secara bertahap di lingkup negara-negara ASEAN, dan perdagangan bebas
akan berlangsung sepenuhnya mulai tahun 2008. Selanjutnya, mulai tahun 2010
perdagangan bebas di seluruh wilayah Asia Pasifik akan dilaksanakan. Dalam kaitan itu,
tantangan bagi daerah-daerah ialah menyiapkan diri menghadapi pasar global untuk
mendapatkan keuntungan secara maksimal sekaligus mengurangi kerugian dari persaingan
global melalui pengelolaan sumber daya yang efisien dan efektif. Oleh karena itu,
tantangannya ialah memanfaatkan potensi dan peluang keunggulan di masing-masing
daerah dan wilayahnya dalam rangka mendukung daya saing nasional sekaligus
meminimalkan dampak negatif globalisasi.
5. Tantangan lain dari aspek pola tata ruang adalah penyediaan kebutuhan lahan untuk
kawasan permukiman terutama di kawasan perkotaan dalam kondisi luasan lahan yang ada
sangat terbatas karena adanya kawasan lindung yang tidak boleh berubah fungsi dan adanya
lahan sawah yang juga harus dipertahankan keberadaannya. Selain itu pengelolaan kawasan
perkotaan akan menjadi tantangan tersendiri dalam mengatur aktivitas perkotaan dan
memenuhi penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan
prinsip pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan daerah, baik yang efektif
maupun potensial, yang dimiliki dan dapat didayagunakan sebagai modal dasar pembangunan
daerah, yaitu antara lain :
1. Luas wilayah dan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan potensi
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi
yang merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa sangat penting disadari karena
merupakan kekuatan sekaligus kelemahan dan memberikan peluang serta ancaman yang
menjadi basis bagi kebijakan pembangunan di berbagai bidang, baik di bidang sosial dan
budaya, ekonomi industri, wilayah, lingkungan hidup maupun hukum dan aparatur negara.
2. Karakteristik masyarakat Kabupaten Sukabumi yang religius dan memegang nilai-nilai
budaya setempat yang kuat merupakan modal social yang dapat mendorong terciptanya
kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan pembangunan;
3. Posisi geografis Kabupaten Sukabumi yang sebagian wilayahnya merupakan lintasan
menuju ibukota negara menjadikan Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu penyangga
DKI Jakarta dan menjadi lintasan utama arus regional penumpang dan barang di bagian
Selatan Jawa Barat;
4. Sumber daya air yang melimpah dan keanekaragaman hayati menjadi potensi
pembangunan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat;
5. Penduduk Kabupaten Sukabumi dalam jumlah yang besar menjadi sumber daya yang
potensial dan produktif bagi pembangunan daerah;
6. Keamanan dan ketertiban yang relatif stabil akan menjadi daya tarik dalam peningkatan
investasi di Kabupaten Sukabumi;
7. Ketersediaan sumber daya buatan yang dapat berfungsi sebagai daya tarik bagi investor
dan mempercepat proses pembangunan daerah;
8. Sumberdaya pariwisata yang cukup memadai sebagai modal untuk membangkitkan
perekonomian daerah dan memberdayakan masyarakat;