Anda di halaman 1dari 1

Fluor ditemukan didalam semua air natural seperti air laut dan air bawah tanah pada

konsentrasi tertentu. Malah di beberapa negara misalnya Amerika Serikat, air minumnya
memang sengaja difluoridasikan dengan tujuan untuk mengurangi insidensi karies gigi. Di
Indonesia, air minum tidak di fluoridasikan seperti negara-negara lain. Fluor mempunyai efek
yang baik yaitu mencegah kavitas gigi dalam konsentrasi yang rendah pada air minum tetapi
eksposur yang berlebihan terhadap fluor di dalam air minum atau dikombinasikan dengan
terdedah terhadap fluor dari sumber lain bisa menyebabkan pelbagai efek samping
(WHO,2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi
karies di Indonesia mencapai 90,05 % dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan
negara berkembang lainnya. Data dari WHO (2000) menunjukkan rerata pengalaman karies
(DMFT) pada anak usia 12 tahun adalah berkisar 2.4. indeks karies di Indonesia pula berkisar
2.2 untuk kelompok yang sama. Kelompok 12 tahun merupakan indikator kritis karena
sekitar 76.97 % karies menyerang pada usia tersebut.
Antara efek samping akibat kelebihan fluor di dalam tubuh pula adalah fluorosis gigi
dan tulang. Di China, telah dianggarkan lebih dari 26 juta penduduknya menderita fluorosis
gigi karena kadar fluor yang tinggi didalam air minum mereka dengan 16.5 juta kasus lain
fluorosis gigi disebabkan oleh polusi asap batu bara (Liang et al., 1997). Di India pula
dilaporkan 17 daripada 32 buah provinsi (state) telah mengalami fluorosis endemik (FRRDF,
1999; Yadav et al., 1999). Di Indonesia bagaimanapun tidak ditemukan nilai prevalensi
fluorosis gigi maupun tulang, mungkin disebabkan prevalensinya rendah oleh karena air
minum tidak difluoridasikan di Indonesia.
Faktor penting yang dapat menimbulkan karies, yakni plak gigi, karbohidrat yang
cocok (terutama gula), permukaan gigi yang rentan, dan waktu. Faktor ini bekerja bersama-
sama. Bakteri plak mempunyai kemampuan fermentasi substrat karbohidrat dalam makanan
yang sesuai (misalnya glukosa dan sukrosa) sehingga membentuk asam dan mengakibatkan
turunnya pH sampai di bawah 5 atau 4,5 dalam tempo 1-3 menit. Plak tersebut akan tetap
asam untuk beberapa waktu lamanya. Penurunan pH yang berulang-ulang ini dalam waktu
tertentu mengakibatkan terjadinya demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan, dan
proses karies pun dimulai. Karies gigi akan terjadi hanya jika keempat faktor itu ada (Kidd et
al., 2002). Karies gigi juga terjadi jika terdapat faktor resiko yaitu usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan gigi (Nurlaila et al., 2005). Faktor resiko tersebut berperan secara tidak langsung
terhadap proses terjadinya karies.

Anda mungkin juga menyukai