Anda di halaman 1dari 65

REFERAT

MATA NYERI

Oleh :

Alisya N. Wijaya
Fahreza Lazuardi
Hana Nur Aini
Shinta Friliningsih

Pembimbing :
dr. Awan Buana., Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN

Pada penyakit mata dengan gejala mata nyeri dapat disebabkan oleh
bagian-bagian mata, diantaranya:
- Palpebra : Hordeolum, Trikhiasis
- Kornea : Keratitis, Ulkus kornea
- Lakrimasi : Dakriosistitis, Keratokonjungtiva sicca (dry
eyes)
- Sklera : Skleritis
- Aqueous Humor : Glaukoma sudut tertutup
- Uvea : Uveitis
- Neuro optik : Neuritis optik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra
Palpebra terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa, yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan.
Lapisan palpebra lapisan kulit, otot rangka (orbikularis okuli),
jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva palpebra).
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
Kelenjar kelopak mata terdiri atas kelenjar sebasea, kelenjar moll atau
kelenjar keringat, kelenjar zeiss pada pangkal rambut yang
berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan sebum.
Kelainan pada palpebral yang menimbulkan keluhan nyeri mata adalah
hordeolum
Hordeolum

Merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak mata yang


melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan glandula
meibom (hordeolum internal).
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
Faktor risiko: penyakit kronik, kesehatan atau daya tahan tubuh yang
buruk, diabetes, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, penyakit hordeolum
sebelumnya, higiene buruk, dan kelainan kondisi kulit.
Stadium: stadium infiltrate, kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri
tekan, dan keluar sedikit kotoran. Stadium supuratif, benjolan yang
berisis pus.
Penatalaksanaan. Nonfarmakologi: kompres hangat, jaga kebersihan diri
dan lingkungan. Farmakologi: antibiotic topical (gentamycin zalf), Insisi
abses.

Kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina
Terdiri dari 5 lapisan: lapisan epitel, lapisan Bowman, Stroma, membran
Descement, lapisan endotel.
Inervasi: saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar
longus
Kelainan yang dapat terjadi pada kornea sehingga menimbulkan keluhan
mata nyeri adalah ulkus kornea dan keratitis.
Ulkus Kornea

Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea.
Penyebab infeksi:
Bakteri : Pseudomonas aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan
spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering.
Jamur: Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.
Virus: Herpes simplex
Protozoa: Acanthamoeba
Bahan asam: bahan anorganik, organik dan organik anhidrat
ULKUS KORNEA BAKTERIALIS ULKUS KORNEA FUNGI
ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA ULKUS KORNEA HERPETIK
Keratitis

Merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea


yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Tanda klinis keratitis jamur :tampilan epitel yang intak dengan infiltrat
stroma yang dalam.
Faktor Risiko: trauma ocular, kortikosteroid topikal dan antibiotik,
penggunaan lensa kontak, kegagalan graft, dan defek epitel persisten,
imunodepresan.
Keratitis bacterial. Tanda klinis: infiltrasi epitel atau stroma yang
terlokalisir ataupun difus, abses stroma di bawah epitel yang intak
Faktor Risiko: penggunaan lensa kontak, trauma, riwayat operasi kornea,
kelainan permukaan bola mata, penyakit sistemik dan imunosupresi.
Terapi: tetes mata fortified seperti 5% cefazoline dan 1% gentamicin.
Lakrimasi
Sistem lakrimalis:
Produksi atau sekresi: kelenjar pembentuk air
mata
kelenjar lakrimal
Bagian orbita
Bagian palpebra
kelenjar aksesorius
glandula krausea
Glandula wolfring
Drainase atau ekskresi air mata
Kanalikuli
saccus lakrimalis
ductus naso lacrimalis
Aliran air mata
Air mata isapan kapiler, gravitasi,
kedipan palpebra menyebar merata
di atas kornea medial palpebra
punctum superior dan inferior
kanalikuli ke saccus lakrimalis
ductus nasolakrimalis meatus
inferior rongga hidung
Film Air Mata
Fungsi:
membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin
meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel
membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (pembilasan mekanik
dan efek antimikroba)
menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang di perlukan.7
Protein mata:
60% albumin
40% sisanya yaitu globulin dan lisozim
IgA, IgG, dan IgE
Lisozim air mata bekerja secara sinergis dengan gamma globulin dan
faktor antibakteri non lisozim lain dalam membentuk mekanisme
pertahanan terhadap infeksi
Lapisan film air mata:
Lapisan superfisial (film lipid monomolekuler
yang berasal dari kelenjar meibom)
Fungsi: menghambat penguapan dan membentuk
sawar kedap air saat palpebra ditutup
Lapisan aquous tengah
dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, mengandung
substansi yang larut dalam air seperti garam dan
protein
Lapisan musinosa
terdiri atas glikoprotein yang melapisi sel-sel epitel
kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri
atas lipoprotein sehingga relatif hidrofobik
DAKRIOADENITIS
Radang pada kelenjar lakrimal
Etiologi:
infeksi virus: Epstein-Barr, campak, influenza, herpes zoster, sitomegali, dan
pada anak biasanya merupakan komplikasi dari parotitis
Infeksi bakteri: Staphylococcus aureus, dan pada orang dewasa dapat
berhubungan dengan gonore
Infeksi jamur
Sarkoid
Idiopatik:
Jaringan orbita dapat dipengaruhi oleh adanya IgG4 berpengaruh terhadap penyakit
fibroinflammatory yang terjadi pada seluruh bagian tubuh adanya fibrosis pada organ
yang terkena.
Gejala klinik:
nyeri hebat di daerah glandula lakrimal yaitu dibagian temporal atas rongga orbita
pembengkakan kelopak mata
pelebaran pembuluh darah di temporal palpebra superior yang sering menampakkan kurva
berbentuk
unilaterlar maupun bilateral.
Pengobatan:
kompres hangat
bila penyebabnya bakteri maka diberi anibiotik sistemik
Insisi bila terdapat abses.
DAKRIOSISTITIS
Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal
Etiologi biasanya didahului adanya obstruksi pada
duktus nasolakrimal
Pada anak: tidak terbukanya membran nasolakrimal
Lipatan naso-optik yang berasal dari ektoderm akan tertanam dalam
bagian maksilaris dan nasal lateralis kanalisasi dan pembukaan ke
dalam forniks konjungtiva dan lubang hidung
=> pembukaan pada rongga hidung tidak komplit terjadi ketika lahir -
> oklusi pada duktus nasolakrimal kongenital
Pada orang dewasa: tertekan salurannya akibat terdapat
polip hidung
Bakteri yang dapat menimbulkan peradangan diantaranya
staphylococcus, pneumococcus, streptococcus, dan pseudomonas
Gejala klinik:
epifora (pengeluaran air mata berlebih)
pengeluaran sekret berlebih
sakit di daerah kantung mata
biasanya disertai dengan demam
Pada pemeriksaan fisik mata:
pembengkakan pada kantung air mata
kemerahan di daerah sakus lakrimalis
nyeri tekan daerah sakus lakrimalis
sekret mukopurulen yang memancar bila sakus lakrimalis ditekan (meyakinkan terbukanya
sistem kanalikuli)
Pengobatan
melakukan pengurutan daerah sakus sehingga pus bersih dari dalam sakus
diberikan juga antibiotik lokal dan sistemik
Insisi dilakukan apabila terlihat adanya tanda abses
Setelah sakus lakrimalis tenang dan bersih, selanjutnya dilakukan pelebaran
ductus nasolakrimalis
Apabila sakus tetap meradang disertai adanya obstruksi duktus nasolakrimal,
maka dilakukan tindakan pembedahan dakriosistorinostomi atau operasi Toti
Dakriosistorinostomi: pembentukan anastomosis permanen antara sakus lakrimalis dan
hidung
KERATOKONJUNGTIVA
SICCA
Penyebab:
defisiensi komponen film air mata (aquous,
musinosa, dan lipid)
kelainan permukaan palpebra
kelaian pada epitel.
Penyebab-penyebab tersebut
memengaruhi komponen film air mata
perubahan permukaan mata film air
mata menjadi tidak stabil
Gejala sindrom mata kering:
sensasi tergores (stratchy) atau berpasir (benda asing)
Gatal
sekresi mukus berlebihan
ketidakmampuan menghasilkan air mata
sensasi terbakar
Fotosensitivitas
Kemerahan
Sakit
sulit menggerakan palpebra
Pemeriksaan mata: secara kasar akan tampak normal
Pemeriksaan slitlamp:
tidak adanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior
benang-benang mukus kental kekuningan yang terkadang
terlihat pada fornix konjungtiva inferior
pada kongjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal
(menebal, edema, hiperemis
Uji schirmer
Cara: mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer
(kertas saring Whatman No. 41) ke dalam cul-de-sac konjungtiva
inferior Bagian basah yang terpajan diukur 5 menit setelah
dimasukkan
Interpretasi: Panjang bagian basah kurang dari 10 mili meter tanpa
anestesi dianggap abnormal
Tear film break up time
Fungsi: memperkirakan kandungan musin dalam air mata.
Prinsip: Kekurangan musin pada mata timbulnya bintik kering
epitel kornea atau konjungtiva akan terpajan ke dunia luar dapat
dipulas fluoresens
Cara: meletakan secarik kertas berfluoresens lembab pada
konjungtiva bulbaris pasien berkedip film air mata kemudian
diperiksa dengan filter cobalt pada slitlamp
Interpretasi: Waktu sampai munculnya bintik kering yang pertama
pada lapisan fluoresens kornea adalah tear film break up time. Biasanya
15 detik. Waktu akan lebih pendek pada mata dengan defisiensi air
dan selalu lebih singkat pada mata dengan defisiensi musin
Pada pemeriksaan histopatologis:
timbulnya bintik-bintik kering pada epitel kornea
dan konjungtiva
pembentukan filamen
hilangnya sel goblet konjungtiva
pembesaran abnormal sel epitel non goblet
peningkatan stratifikasi sel
eningkatan keratinisasi
Penatalaksanaan:
air mata buatan
Salep (pelumas jangka panjang terutama saat tidur)
Vitamin A topikal (memulihkan metaplasia
permukaan mata)
Sklera
Sklera: pembungkus fibrosa pelindung
mata di bagian luar yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen
Batasan:
Anterior: kornea
Posterior: durameter nervus optikus
Pada daerah sekitar nervus opticus,
sklera ditembus oleh arteri siliaris
posterior dan nervus siliaris.
SKLERITIS
Skleritis adalah suatu peradangan sklera
Skleritis dapat terjadi pada bagian anterior dan
posterior
Etiologi:
Imunologis
Reaksi hipersensitifitas autoantigen reaksi hipersensitifitas tipe
III (diperantarai oleh kompleks imun) dan tipe IV (diperantarai oleh
sel) mikroangiopati inflamasi oklusi iskemia nekrosis
jaringan degradasi dari proteoglikan dan kolagen serangan
imunologi menyerang jaringan dan pembuluh darah pada sklera
Infeksi
Patogenesis kerusakan jaringan disebabkan invasi langsung oleh
agen infeksi
Invasi oleh agen infeksi respon inflamasi terjadi kerusakan
jaringan.
Trauma lokal
Gejala klinik:
nyeri yang menyebar ke dahi, alis, dan dagu. Sifat
nyeri yang biasanya terasa berat, konstan, dan
tumpul hingga membuat pasien terbangun di
malam hari
Bola mata sering terasa nyeri
Ketajaman penglihatan biasanya sedikit berkurang
Tekanan intraokular bola mata dapat sedikit
meningkat
mata merah berair dan fotofobia.9
Pada pemeriksaan mata:
bola mata berwarna ungu gelap (dilatasi pleksus
vaskular profunda di sklera dan epislera)
Aqueous Humor
Aqueous Humor

Aqoueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqoueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
Komposisi :
Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa
cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi;
protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Pembentukan dan Aliran Aqueous Humor :
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris.
Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humor mengalir melalui
pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan.
Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan
darah di iris.
Aliran keluar aqueous humor:
Aliran aqueous humor ke dalam kanal Schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen
dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar
dari mata antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem
vena corpus ciliare, koroid, dan sklera (aliran uveoskleral).
Glaukoma

Definisi :
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai
oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular.
Klasifikasi berdasarkan etiologi :

1. Glaukoma primer : 3. Glaukoma sekunder


- Glaukoma sudut terbuka - Glaukoma pigmentasi
-Glaukoma sudut tertutup -Sindrom eksfoliasi
- Akibat kelainan lensa (fakogenik)
2. Glaukoma kongenital : - Akiat kelainan traktus uvea
- Glaukoma kongenital primer - Sindrom iridokorneoendotelial
- Glaukoma yang berkaitan dengan (ICE)
kelainan perkembangan mata lain - Trauma
- Glaukoma yang berkaitan dengan - Pascaoperasi
kelainan perkembagan ekstraokular - Glaukoma neovaskular
- Peningkatan tekanan vena episklera
-Akibat steroid

4. Glaukoma absolut
Klasifikasi berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular:

1. Glaukoma sudut terbuka


- Membran pratrabekular
- Kelainan trabekular
-Kelainan pascatrabekular

2. Glaukoma sudut tertutup


- Sumbatan pupil
- Pergeseran lensa ke anterior
- Pendesakan sudut
- Sinekia anterior perifer
Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Tanda dan gejala


Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya:
- kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat
- halo
- mual dan muntah
- peningkatan tekanan intraokular
- bilik mata depan dangkal,
- kornea berkabut
- pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi
- injeksi siliar.
Pemeriksaan Penunjang
- Tonometri
- Gonioskopi
- Penilaian Diskus Optikus
- Pemeriksaan Lapangan Pandang
Penatalaksanaan
- Asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal, seperti penyekat
beta dan apraclonidine, dan, jika perlu obat hiperosmotik biasanya akan
menurunkan tekanan intraokular.
- Steroid topikal dapat juga digunakan untuk menurunkan peradangan
intraokular sekunder.
- Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridotomi
perifer untuk membentuk hubungan permanen antara bilik mata depan
dan belakanh sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah.
Uvea
Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi


oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Iris
- Badan siliar
- Koroid
Uveitis
Definisi
Uveitis adalah inflamasi di uvea yaitu iris, badan siliar dan koroid
yang dapat menimbulkan kebutaan.
Uveitis dapat disebabkan oleh kelainan di mata saja atau merupakan
bagian dari kelainan sistemik, trauma, iatrogenik dan infeksi, namun sebanyak
20-30% kasus uveitis adalah idiopatik.
Klasifikasi
Anatomi : uveitis dibagi menjadi uveitis anterior, uveitis intermediet,
uveitis posterior, dan panuveitis.
Etiologi: uveitis dibagi menjadi infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasit),
non-infeksi, dan idiopatik.
Perjalanan penyakit: uveitis dibagi menjadi akut (onset mendadak dan
durasi kurang dari empat minggu), rekuren (episode uveitis berulang),
kronik (uveitis persisten atau kambuh sebelum tiga bulan setelah
pengobatan dihentikan), dan remisi (tidak ada gejala uveitis selama tiga
bulan atau lebih).
1. Uveitis Anterior
Uveitis anterior adalah inflamasi di iris dan badan siliar.
Gejala uveitis anterior umumnya ringan-sedang dan dapat sembuh
sendiri, namun pada uveitis berat, tajam penglihatan dapat menurun.
Gejala klinis dapat berupa mata merah, nyeri, fotofobia, dan penurunan
tajam penglihatan.
Tanda uveitis anterior akut adalah injeksi siliar akibat vasodilatasi arteri
siliaris posterior longus dan arteri siliaris anterior yang memperdarahi iris
serta badan siliar. Di bilik mata depan terdapat pelepasan sel radang,
pengeluaran protein (cells and flare) dan endapan sel radang di endotel
kornea (presipitat keratik).
2. Uveitis Intermediet
Uveitis intermediet adalah peradangan di pars plana yang sering diikuti
vitritis dan uveitis posterior.
Gejala uveitis intermediet biasanya ringan yaitu penurunan tajam
penglihatan tanpa disertai nyeri dan mata merah, namun jika terjadi
edema makula dan agregasi sel di vitreus (snowballs) penurunan tajam
penglihatan dapat lebih buruk.
3. Uveitis Posterior
Uveitis posterior adalah peradangan lapisan koroid yang sering
melibatkan jaringan sekitar seperti vitreus, retina, dan nervus optik.
Uveitis posterior timbul perlahan namun dapat terjadi secara akut. Pasien
mengeluh penglihatan kabur yang tidak disertai nyeri, mata merah, dan
fotofobia.
Pemeriksaan Penunjang
Slit-lamp: Digunakan untuk menilai segmen anterior karena dapat
memperlihatkan injeksi siliar dan episklera, skleritis, edema kornea, presipitat
keratik, bentuk dan jumlah sel di bilik mata, hipopion serta kekeruhan lensa.
Pemeriksaan laboratorium: Bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya
darah perifer lengkap, laju endap darah, serologi, urinalisis, dan antinuclear
antibody. Pemeriksaan laboratorium tidak bermanfaat pada kondisi tertentu
misalnya uveitis ringan dan trauma.
Penatalaksanaan
Kortikosteroid topikal merupakan terapi pilihan untuk mengurangi
inflamasi yaitu prednisolon 0,5%, prednisolon asetat 1%, betametason
1%, deksametason 0,1%, dan fluorometolon 0,1%.
NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sedangkan
siklopegik diberikan untuk mencegah sinekia posterior. Obat yang
diberikan adalah siklopentolat 0,5-2% dan homatropin.
Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan. Operasi
dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi
mengalami perubahan permanen akibat komplikasi seperti katarak,
glaukoma sekunder, dan ablasio retina. Kortikosteroid diberikan 1-2 hari
sebelum operasi dan steroid intraokular atau periokular dapat diberikan
pasca-operasi.
Neuro optik
Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina
menuju otak, saraf optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap
wayar membawa informasi penglihatan menuju otak. Nervus Optikus
bercabang menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian Intraokular, merupakan kepala dari nervus optikus.
2. Bagian Rongga Mata (orbita), yang meluas dari bola mata menuju
foramen optikus.
3. Bagian Intrakranial, yang terletak antara foramen optikus dengan
chiasma optikus
Retina
Retina terdiri dari dua lapisan utama, yaitu lapisan retina neural dan
lapisan pigmen luar. Retina neural memiliki tiga lapisan neuron utama:
pertama suatu lapisan luar yaitu sel kerucut dan sel batang
lapisan pertengahan yaitu neuron bipolar yang menghubungkan sel kerucut
dan batang
ketiga lapisan internal yaitu sel ganglion yang bersinaps dengan sel bipolar
melalui dendritnya dan mengirimkan aksn yang bergabung membentuk
nervus opticus yang meninggalkan mata menuju otak.
Sel-sel batang sangat peka terhadap cahaya, yang memungkinkan sensasi penglihatan
bahkan dengan tingkat pencahayaan yang rendah seperti saat senja atau larut malam.
Sel kerucut dikhususkan untuk penglihatan warna pada cahaya terang.
Area posterior retina tempat nervus opsticus meninggalkan retina tidak memiliki fotoreseptor dan dikenal
sebagai bintik buta retina, atau discus opticus.
Pada sisi temporal discus opticus, di kutub posterior aksis optik, terdapat area khusus retina yang disebut
fovea centralis.
Fovea adalah suatu cekungan dangkal yang hanya memiliki sel kerucut ditengahnya, dengan sel bipolar dan
ganglion yang berada hanya ditepi.
Struktur yang mengililingi fovea centralis adalah macula lutea, atau makula yang berdiameter 5,5mm.
Neuritis optik
Definisi
Neuritis optik adalah penyakit inflamasi akut atau suatu proses
demielinisasi yang mempengaruhi saraf optik akibat berbagai macam
penyakit.
Klasifikasi
a.Neuritis retrobulbar
Merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik yang terletak pada
bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus optik
dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan.
b. Papilitis
Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan
lokal di nervus saraf optik intraokular dan dapat terlihat dengan
pemeriksaan funduskopi. Ditandai dengan hiperemia dan edema pada
diskus yang berkaitan dengan perdarahan berbentuk api (flame-shaped)
didaerah peripapil.
Etiopatologi
Demielinisasi dan infeksi dari saraf optik. Patologi yang terjadi
sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut:
- Adanya plak di otak dengan perivascular cuffing edema pada selubung
saraf yang bermielin Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina
terlihat sebagai retinal vein sheathing.
- Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada neuritis optik
diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya
belum diketahui.
- Aktivasi sistemik sel T menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen
inflamasi yang lain.
- Aktivasi sel B melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah
perifer namun dapat terlihat di cairan serebrospinal pasien dengan
neuritis optik.
- Neuritis optik juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti
MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu diantara pasien neuritis optik.
Manifestasi klinis

monokular
neuritis optik bilateral terjadi lebih sering pada anak lebih muda dari usia
12-15 tahun dan berasal dari Asia dan Afrika selatan
defisit visual dalam ketajaman penglihatan, sensitivitas kontras,
penglihatan warna, dan lapang pandang pada mata kontralateral
nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan.
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optik disertai
kelainan pada bfunduskopi yaitu:
a. Perubahan awal
Diskus optikus normal dalam 44% kasus. Pucatnya bagian temporal
menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat pada mata yang sama.
Papilitis tahap awal di karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang
mengabur dan sedikit hiperemis.
b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
Adanya pembengkakan, hilangnya fisiologis cup, hiperemis dan
perdarahan yang terpisah.
c. Perubahan lanjut
Papilitis yang berlanjut kadang-kadang didapati gambaran optik atropi
sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin
terdapat jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium
akhir optik neuritis.
Penatalaksanaan

Steroid intravena (yaitu dengan metilprednisolon 4 x 250 mg


selama 3 hari dan dilanjutkan dengan prednison oral selama 14 hari)
terdapat pemulihan visus sedikit lebih cepat, walaupun hasil akhir visus
yang diperoleh tidak lebih baik dari yang tidak diobati. Sehingga steroid
intravena direkomendasikan untuk pasien neuritis optik yang berat di
kedua mata dan pasien yang memiliki risiko tinggi mendapatkan
episode kedua dalam 3 tahun.

Anda mungkin juga menyukai