Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

HALUSINASI

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa

Disusun Oleh :

YENI SARTIKA

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses
penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, psikotik ataupun histerik. Halusinasi merupakan gangguan atau
perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan
nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seseorang individu
sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu sebagai berikut.
a) Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh system indra untuk menanggapi rangsangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan
oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.
c) Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual menerangkan bahwa individu yang mengalami
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Dimensi social pada individu yang mengalami halusinasi menunjukkan
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
social, control diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, ,maka hal tersebut dapat mengancam
dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi adalah dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak
menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya diharapkan
halusinasi tidak terjadi.
e) Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahkluk sosial, sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien yang
mengalami halusinasi cenderung menyendiri hingga proses di atas tidak
terjadi. Individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi
system control dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya,
individu kehilangan control terhadap kehidupan nyata.
4. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan
social dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.

C. Tanda dan Gejala


Geja dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
1. Tahap 1 (comforting)
d. Tertawa tidak sesuai dengan situasi
e. Menggerakkan bibir tanpa bicara
f. Bicara lambat
g. Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 (condemning)
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dgn orla
c. Perhatian dan konsentrasi menurut
d. Afek labil
e. Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 (controlling)
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Dengar - Bicara atau tertawa - Mendengar suara-
(klien mendengar suara sendiri. suara atau
atau bunyi yang tidak ada - Marah-marah tanpa kegaduhan.
hubungannya dengan sebab. - Mendengar suara
stimulus yang nyata atau - Mendekatkan telinga yang mengajak
lingkungan) ke arah tertentu. bercakap-cakap.
- Menutup telinga - Mendengar suara
menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi penglihatan - Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran arah tertentu. bentuk geometris,
yang jelas atau samar - Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu,
terhadap adanya stimulus yang tidak jelas atau monster.
yang nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi penciuman - Mengendus-endus Membaui bau-bauan
(klien mencium suatu bau seperti sedang seperti bau darah, urine,
yang muncul dari sumber membaui bau-bauan feses, dan terkadang
tertentu tanpa stimulus tertentu. bau-bau tersebut
yang nyata) - Menutup hidung menyenangkan bagi
klien.
Halusinasi pengecapan - Sering meludah. Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu - Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak)
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk - Mengatakan ada
(klien merasakan sesuatu permukaan kulit. serangga di
pada kulitnya tanpa ada permukaan kulit .
stimulus yang nyata) - Merasa seperti
tersengat listrik.
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul). dianggapnya berubah menjadi mengecil
bentuk dan tidak normal setelah minum soft
seperti biasanya. drink.

D. Jenis
1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada
suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau
sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang
mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan,
bau mayat, yang tidak adasumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau
/ hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa
ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan
rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
E. Psikopatologi
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguanpersepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising
ataumendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun
dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi
membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien
itu,akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa
pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicarasendiri atau
bibirnya bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui.
Banyak teoriyang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor
psikologik,fisiologik dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
terjagayang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang
daridalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsiyang
lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atautidak ada sama
sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal ataupatologis,maka materi-
materi yang ada dalam unconsicisus atau preconsciousbisa dilepaskan dalam bentuk
halusinasi.Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan
adanyakeinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah
retaknyakepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan
tadidiproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

F. Pathway

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Perubahan sensori perseptual :
halusinasi Core problem

Isolasi sosial : menarik diri

G. Diagnosa keperawatan utama


Gangguan sensori persepsi: halusinasi

H. Fokus intervensi keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya


Tindakan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-
olah ada teman bicara.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b. Apa yang dikatakan halusinasinya.
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu.
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam).
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan saya tidak mau dengar
b. Menemui orang lain.
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri.
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
f) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
g) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien.
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus
halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama.
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau
orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat.
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan.
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b) Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul.
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain.
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain
b) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain.
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
KP
K P P lain
K P P lain K lain
K Kel/Klp/Masy
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu.
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan :
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain.
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain

2. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri.
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu.
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Kriteria Evaluasi Intervensi


Setelah .x pertemuan, SP I
pasien dapat menyebutkan : - Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu
- Isi,waktu, frekuensi, terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan
situasi pencetus, saat terjadi halusinasi.
perasaan. - Latih mengontrol halusinasi dengan cara
- Mampu menghardik.
memperagakan cara - Tahapan tindakannya meliputi :
dalam mengontrol - Jelaskan cara menghardik halusinasi.
halusinasi - Peragakan cara menghardik.
- Minta pasien memperagakan ulang.
- Pantau penerapan cara ini, beri penguatan
perilaku pasien.
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah .x pertemuan, SP 2
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1).
- Menyebutkan kegiatan - Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat
yang sudah dilakukan. halusinasi muncul.
- Memperagakan cara - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
bercakap-cakap dengan
orang lain
Setelah .x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2).Latih
- Menyebutkan kegiatan kegiatan agar halusinasi tidak muncul.
yang sudah dilakukan. - Tahapannya :
- Membuat jadwal - Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
kegiatan sehari-hari mengatasi halusinasi.
dan mampu - Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
memperagakannya.. pasien.
- Latih pasien melakukan aktivitas.
- Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi
sampai tidur malam).
- Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)
Setelah .x pertemuan, SP 4
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3).
- Menyebutkan kegiatan - Tanyakan program pengobatan.
yang sudah dilakukan. - Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
- Menyebutkan manfaat gangguan jiwa.
dariprogram - Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai
pengobatan program.
- Jelaskan akibat bila putus obat.
- Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.
- Jelaskan pengobatan (5B).
- Latih pasien minum obat.
- Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah .x pertemuan SP 1
keluarga - Identifikasi masalah keluarga dalam merawat
- Mampu menjelaskan pasien.
tentang halusinasi - Jelaskan tentang halusinasi :
- Pengertian halusinasi.
- Jenis halusinasi yang dialami pasien.
- Tanda dan gejala halusinasi.
- Cara merawat pasien halusinasi (cara
berkomunikasi, pemberian obat & pemberian
aktivitas kepada pasien).
- Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau.
- Bermain peran cara merawat.
- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah .x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
- Menyelesaikan - Latih keluarga merawat pasien.
kegiatan yang sudah - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
dilakukan. pasien
- Memperagakan cara
merawat pasien

Setelah .x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2).
- Menyebutkan kegiatan - Latih keluarga merawat pasien.
yang sudah dilakukan. - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
- Memperagakan cara pasien
merawat pasien serta
mampu membuat RTL
Setelah .x pertemuan SP 4
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga.
- Menyebutkan kegiatan - Evaluasi kemampuan pasien.
yang sudah dilakukan. - RTL Keluarga:
- Melaksanakan Follow - Follow Up
Up rujukan - Rujukan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi :

Halusin Pasien Keluarga


asi SP I (P)

1. Mengidentifikasi jenis SP I (K)


halusinasi pasien.
1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
dirasakan keluarga dalam
pasien.
merawat pasien.
3. Mengidentifikasi waktu
2. Menjelaskan pengertian, tanda
halusinasi pasien.
dan gejala halusinasi, dan jenis
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi yang dialami pasien
halusinasi pasien
beserta proses terjadinya.
5. Mengidentifikasi situasi yang
3. Menjelaskan cara-cara
menimbulkan halusinasi.
merawat pasien halusinasi.
6. Mengidentifikasi respons
pasien terhadap halusinasi.
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik.
8. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II (K)
SP II (P)
1. Melatih keluarga
1. Memvalidasi masalah dan
mempraktekkan cara merawat
latihan sebelumnya.
pasien dengan halusinasi
2. Melatih pasien cara kontrol
2. Melatih keluarga melakukan
halusinasi dengan berbincang
cara merawat langsung kepada
dengan orang lain
pasien halusinasi
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP III (K)
SP III (P)
1. Membantu keluarga membuat
1. Memvalidasi masalah dan jadwal aktivitas di rumah
latihan sebelumnya. termasuk minum obat
2. Melatih pasien cara kontrol (discharge planning)
halusinasi dengan kegiatan 2. Menjelaskan follow up pasien
(yang biasa dilakukan pasien). setelah pulang
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP IV (P)

1. Memvalidasi masalah dan


latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 5 benar
minum obat).
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
- Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
- Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
b. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya.
b) Klien dapat menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik,
dan sp seterusnya.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya


2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
C. Intervensi Keperawtan
1. Membantu pasien mengenal halusinasi
2. Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
a. Menghardik halusinasi
b. Menggunakan obat secara teratur
c. Bercakap-cakap dengan orang lain
d. Melakukan aktifitas yang terjadwal.

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:

Selamat pagi X, , perkenalkan Nama Sayaperawat Yeni Sartika, senang dipanggil


Yeni. Saya Mahasiswa keperawatan STIKES NGUDI WALUYO yang akan merawat X.
Nama bapak/ibu siapa?Senang dipanggil apa ?

Bagaimana perasaan X hari ini? Apa keluhan X saat ini

Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini X
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di teras? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit

KERJA:

Apakah X mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?

Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering X


dengar suara? Berapa kali sehari X alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?

Apa yang X rasakan pada saat mendengar suara itu?

Apa yang X lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?

X, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.

Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.

Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung X bilang, pergi saya
tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba X peragakan! Nah begitu, bagus! Coba
lagi! Ya bagus X sudah bisa
TERMINASI:

Bagaimana perasaan X setelah peragaan latihan tadi? Kalau suara-suara itu


muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya

Baiklah, sampai jumpa.

SP 2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
Selamat pagi X Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang X minum. Kita akan diskusi selama
20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya X?
Kerja:
X adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang X dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang X minum ?
(Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini
yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran
biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, X akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis X bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. X juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya X harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya
bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan
dan tepat jamnya X juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari
Terminasi:
Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan X Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.
sampai jumpa.

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:

Selamat pagi X Bagaimana perasaan X hari ini? Apakah suara-suaranya masih


muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:

Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau X mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan X
Contohnya begini; tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak X katakan: bu, ayo ngobrol
dengan X sedang dengar suara-suara. Begitu X Coba bapak lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya X!

Terminasi:

Bagaimana perasaan X setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang X
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau X
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harianX. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur
serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana
kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat pagi

SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi: Selamat pagi X Bagaimana perasaanya hari ini? Apakah suara-suaranya


masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.

Kerja: Apa saja yang biasa X lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali X bisa lakukan. Kegiatan ini dapat X lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.
Terminasi: Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian X Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang
baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang
makan ya! Sampai jumpa.

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah.

2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi
untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit
(dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan
membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat
harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di
rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.


ORIENTASI:
Selamat pagikeluarga X!Saya perawat Yeni yang merawat X
Bagaimana perasaan keluargaX hari ini? Apa pendapat keluarga X tentang X ?
Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang X alami dan bantuan apa
yang Keluarga X bisa berikan.
Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu
keluarga X? Bagaimana kalau 30 menit
KERJA:
Apa yang keluarga X rasakan menjadi masalah dalam merawat X Apa yang keluarga
lakukan?
Ya, gejala yang dialami oleh Xitu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau keluarga X mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.
Kalau X mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.
Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa
cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut
antara lain: Pertama, dihadapan X , jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja keluarga X percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi keluarga sendiri tidak mendengar atau
melihatnya.
Kedua, jangan biarkan Xmelamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih X untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong keluarga X pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!
Ketiga, bantu X minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih X untuk minum obat
secara teratur. Jadi keluarga X dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam,
ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang
putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi.
Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama
dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan
Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi X dengan
cara menepuk punggung X. Kemudian suruhlah X menghardik suara tersebut.X sudah
saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi X. Sambil menepuk punggung X,
katakan: X, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, X Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
saya tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang,
Sekarang coba keluarga X praktekkan cara yang barusan saya ajarkan
Bagus
TERMINASI:
Bagaimana perasaan keluarga X setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi X ?
Sekarang coba keluarga X sebutkan kembali tiga cara merawat X?
Bagus sekali . Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan X?
Jam berapa kita bertemu?
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung
dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.

ORIENTASI:
Selamat pagi
Bagaimana perasaan keluarga X pagi ini?
Apakah keluarga X masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi X yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!
Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan X.
mari kita datangi X
KERJA:
Selamat pagi X X sekarang,keluargaX sangat ingin membantu X mengendalikan
suara-suara yang sering X dengar. Untuk itu pagi ini keluarga X datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang X dengar. Jika X nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka keluarga X akan
mengingatkan seperti ini Sekarang, coba keluarga X peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang X alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung X lalu suruh X mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik
suara tersebut (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap
pasien)Bagus sekali!Bagaimana X? Senang dibantu keluarga? Nah keluarga X ingin
melihat jadwal harianX (Pasien memperlihatkan dan dorong keluarga memberikan
pujian) Baiklah, sekarang saya dan keluarga X ke ruang perawat dulu (perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
Bagaimana perasaan keluarga X setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan X?
Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya. Keluarga dapat melakukan cara itu bila X
mengalami halusinasi.
bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian X Jam berapa keluarga X bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI
Selamat pagi keluarga X, sesuai dengan janji kita kemarindan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadwal X selama dirumah
Nah sekarang kita bicarakan jadwal X di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!
Berapa lama keluarga X ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?
KERJA
Ini jadwal kegiatan X yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
keluarga X lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?Keluarga X jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh X
selama di rumah.Misalnya kalau X terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan
ulang dan di berikan tindakan
TERMINASI
Bagaimana Keluarga X? Ada yang ingin ditanyakan? Coba keluarga X sebutkan cara-
cara merawat X Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya. Sampai jumpa

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia,
FKUI; Jakarta.
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart,G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa(Terjemahan).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai