DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
0
LEMBAR PENGESAHAN
Anatomi Nasofaring.
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di
sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang
mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas : Basis kranii.
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler
(resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
Etiologi
Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang
berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan
eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni :
1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2. Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya
asap rokok dll).
4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
Adenocystic carcinoma
1
Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
Tipe WHO 2
Tipe WHO 3
Indonesia Cina
Tipe WHO 1 29% 35%
2 14% 23%
3 57% 42%
Klasifikasi TNM
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan
berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari
6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
M1 = Didapatkan metastasis jauh.
Penentuan Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0 1 M0
Semua T N2 3 M0
Semua T Semua N M1
Lokasi :
1 Fossa Rosenmulleri.
2 Sekitar tuba Eustachius.
3 Dinding belakang nasofaring.
4 Atap nasofaring.
2
Gejala Klinik
1. Gejala Setempat :
Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik.
Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau.
Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang.
Dapat juga hanya berupa riak campur darah.
Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
Gejala Telinga :
Kurang, pendengaran.
Tinitus
OMP.
b. Infiltratif
Ke atas :
Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena dura dan
timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul
diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan
gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang
atas, rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan
oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.
Ke samping :
Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X : Terjadi
Paresis palatum mole, faring dan laring dengan gejala regurgitasi makan-
minum ke kavum nasi, rinolalia aperta dan suara parau.
Menekan N XI : Gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan
otot trapezius.
Menekan N XII : Terjadi Deviasi lidah ke samping/gangguan menelan
c. Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung planum
mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas
muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan bilateral. Pembesaran
ini di sebut tumor colli.
d. Gejala karena metastasis melalui aliran darah :
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya.
3
Sebagai pedoman :
Ingat akan adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai TRIAS :
A. Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung.
B. Tumor colli, gejala intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan telinga.
C. Gejala Intrakranial, gejala hidung dan telinga.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
Pemeriksaan THT:
- Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
- Rinoskopia anterior :
o Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin
hanya banyak sekret.
o Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung,
tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
- Rinoskopia posterior :
o Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak
menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
o Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
- Faringoskopi dan laringoskopi :
Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek
muntah dapat menghilang.
- X foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
Pemeriksaan tambahan
- Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai.
Dilakukan dengan anestesi lokal.
Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui
rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi
posterior.
Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali.
Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan
dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan
umum kurang baik.
Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan
bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.
Penatalaksanaan :
Terapi utama : Radiasi/Radioterapi ditekankan pada penggunaan megavoltage
dan pengaturan dengan komputer (4000 6000 R)
Terapi tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, inferferon,
Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus
Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan
kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai
macam kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi
dengan Cis-platinum sebagai inti. Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum,
bleomycin dan 5-fluorouracil sedang dikembangkan di bagian THT Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga dengan hasil sementara yang cukup
memuaskan. Demikian pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi
praradiasi dengan efirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang
cukup berat, tetapi memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik.
4
PATOFISIOLOGI
Gangguan pertumbuhan sekunder /
sel epitel nasopharing
Telinga Hidung
Pendengaran berkurang Pilek kronis
Perubahan sensori persepsi pendengaran Sakit kepala/pusing
Hidung buntu (terasa)
Bersihan jalan nafas tidak efektif
5
Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Kelemahan dan / atau kelelahan.
- Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih,
nyeri atau ansietas.
2. Integritas Ego :
Gejala :
- Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).
- Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
- Perubahan penampilan.
3. Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4. Neurosensori
Gejala : Pusing atau sinkope
5. Pernafasan
Gejala : Pemajanan bahan aditif
6. Interaksi sosial
Gejala : Kelemahan sistem pendukung
7. Pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga
Prioritas Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberi informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Klien menerima situasi dengan realistis.
2. Nyeri berkurang/terkontrol.
3. Homeostasis dicapai.
4. Komplikasi dicegah/dikurangi
5. Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan
pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas,
efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
7
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam
tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien
akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
8
3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada
pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /
memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang
telah diberikan.
Evaluasi
A. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
B. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
C. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.
10
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn A. B. Tanjung No. Regester :
Umur : 64 Tahun/Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Status Marieta : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Sethaji 4/54 Kab.Kuala Kapuas Kalimantan Tengah
Kiriman dari : dokter praktek
Tanggal MRS : 12 April 2002 Jam... WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat/Poliklinik RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Ca Nasofaring + Diabetes Melitus + Hipertensi
Alasan Dirawat : Ingin menjalani kemoterapi
Keluhan Utama : Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul
benjolan di leher kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke dokter praktek.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :...
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 90 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/90 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
11
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur,
tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak
terlihat keringat pada dahi, tidak terdengar suara nafas tambahan,
dentuk dada simetris.Hasil foto Thorax PA Cor/pulmo tidak ada
kelainan.
12
kelemahan
13
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan
cuci rambut 1 X/minggu.
Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus
dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya
mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Kristen, ajaran
agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan
aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di
sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
14
- Bilirubin Direk : 0,31 (< 0,25)
- Bilirubin Total : 1,01 (< 1,00)
- Alkali Phospatase : 148
- Cholesterol Total : 148,8 (< 200)
- Trigliserida : 81,4 (< 200)
- HDL Cholesterol : 30 (> 35
- LDL Cholesterol : 101 (< 130)
- Ureum/BUN : 13,8 mg/dl (10 20)
- Serum Creatinin : 1,16 mg/dl (L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)
- Uric Acid : 4,1 (L : 3,4 7,0 P : 2,4 5,7)
- Glukosa puasa : 300 mg/dl (< 126 mg/dl)
- Glukosa 2 jam pp : 463 mg/dl (< 140 mg/dl)
TERAPI :
Tanggal 22 April 2002
- Infus RL/D5%
- Inj Actrapid 16 UI jam sebelummakan.
- Copar 6 X 1 Tab/hari
- Inj Xylo Della 2 : 2 Im
- Inj Novoban 1 Amp
- Inj Carbocin 450 mg dalam Inf D5% 100 cc drip habis dalam 6 jam.
Tanggal 23 April 2002
- Inj Curasil (5 FU) 1000mg dalam 100 cc D5% drip habis dalam 30 menit.
Tanggal 25 April 2002
- Inj Bleocyn 30 mg dalam 100 cc RL drip habis dalam 30 menit.
Tanda tangan mahasiswa
( )
15
ANALISA DAN SINTESA DATA
16
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
17
PERENCANAAN INTERVENSI
2. Cemas berhubungan dengan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1 Untuk menentukan tingkat kecemasan yang
kurangnya pengetahuan tentang berkurang/hilang. pasien. dialami pasien sehingga perawat bisa
penyakitnya. Kriteria Hasil : memberikan intervensi yang cepat dan
1. Pasien dapat tepat.
mengidentifikasikan sebab 2. Beri kesempatan pada pasien untuk 2 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
kecemasan. mengungkapkan rasa cemasnya.
2. Emosi stabil., pasien tenang. 3. Gunakan komunikasi terapeutik. 3 Agar terbina rasa saling percaya antar
3. Istirahat cukup. perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses 4 Informasi yang akurat tentang penyakitnya
penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut dan keikutsertaan pasien dalam melakukan
18
serta dalam tindakan keperawatan. tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa 5 Sikap positif dari timkesehatan akan
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain membantu menurunkan kecemasan yang
selalu berusaha memberikan pertolongan dirasakan pasien.
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk 6 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada
mendampingi pasien secara bergantian. anggota keluarga yang menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 7 Lingkung yang tenang dan nyaman dapat
nyaman. membantu mengurangi rasa cemas pasien.
3. Kurangnya pengetahuan tentang Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga 1. Untuk memberikan informasi pada
proses penyakit, diet, perawatan, dan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring. pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
pengobatan berhubungan dengan tentang penyakitnya. sejauh mana informasi atau pengetahuan
kurangnya informasi. Kriteria Hasil : yang diketahui pasien/keluarga.
1. Pasien mengetahui tentang 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. 2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan
proses penyakit, diet, dengan menggunakan kata-kata dan kalimat
perawatan dan yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pengobatannya dan dapat pendidikan pasien.
menjelaskan kembali bila 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, 3. Agar informasi dapat diterima dengan
ditanya. perawatan dan pengobatan pada pasien mudah dan tepat sehingga tidak
2. Pasien dapat melakukan dengan bahasa dan kata-kata yang mudah menimbulkan kesalahpahaman.
perawatan diri sendiri dimengerti.
berdasarkan pengetahuan 4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, 4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra
yang diperoleh. manfaatnya bagi pasien dan libatkan langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien didalamnya. pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
5. Gunakan gambar-gambar dalam 5. Gambar-gambar dapat membantu
memberikan penjelasan (jika ada / mengingat penjelasan yang telah diberikan.
memungkinkan).
19
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan
dari kebutuhan tubuh berhubungan dapat terpenuhi kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
dengan intake makanan yang kurang. Kriteria hasil : diberikan tindakan dan pengaturan diet
1. Berat badan dan tinggi badan yang adekuat.
ideal. 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang 2. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
2. Pasien mematuhi dietnya. telah diprogramkan. komplikasi terjadinya
3. Kadar gula darah dalam batas hipoglikemia/hiperglikemia.
normal. 3. Timbang berat badan setiap seminggu 3. Mengetahui perkembangan berat badan
4. Tidak ada tanda-tanda sekali. pasien (berat badan merupakan salah satu
hiperglikemia/hipoglikemia. indikasi untuk menentukan diet).
4. Identifikasi perubahan pola makan. 4. Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain 5. Pemberian insulin akan meningkatkan
untuk pemberian insulin dan diet diabetik. pemasukan glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah menurun,pemberian
diet yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan mencegah
komplikasi.
20
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (SOAP)
NO TANDA
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA TANGAN
1. Gangguan pola tidur 22 April 2002 08.00 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. S:
berhubungan 08.10 2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat
dengan rasa nyeri 08.20 3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dengan cukup.
pada kepala. seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai. O:
08.30 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40
teknik relaksasi. menit.
08.40 5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur 2. Pasien tenang dan wajah segar.
pasien. A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
2. Cemas berhubungan 23 April 2002 08.00 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. S:
dengan kurangnya 08.10 2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
pengetahuan tentang cemasnya. O:
penyakitnya. 08.20 3. Gunakan komunikasi terapeutik. 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab
08.30 4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan kecemasan.
anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan 2. Emosi stabil., pasien tenang.
keperawatan. 3. Istirahat cukup.
08.40 5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan A : Tujuan Berhasil
tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan P : Intervensi dihentikan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
08.50 6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
09.00 7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Kurangnya 24 April 2002 08.00 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit S :
pengetahuan tentang DM dan Ca. Nasofaring.
proses penyakit, 08.10 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. O:
diet, perawatan, dan 08.20 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan 1. Pasien mengetahui tentang proses
21
pengobatan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang penyakit, diet, perawatan dan
berhubungan mudah dimengerti. pengobatannya dan dapat menjelaskan
dengan kurangnya 08.30 4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi kembali bila ditanya.
informasi. pasien dan libatkan pasien didalamnya. 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri
08.40 5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan sendiri berdasarkan pengetahuan yang
(jika ada / memungkinkan). diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
4. Gangguan 25 April 2002 08.00 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. S:
pemenuhan nutrisi 08.10 2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
kurang dari diprogramkan. O:
kebutuhan tubuh 08.20 3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. 1. Pasien mematuhi dietnya.
berhubungan 08.30 4. Identifikasi perubahan pola makan. 2. Kadar gula darah dalam batas normal.
dengan intake 08.40 5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian 3. Tidak ada tanda-tanda
makanan yang insulin dan diet diabetik. hiperglikemia/hipoglikemia.
kurang. A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
22