Anda di halaman 1dari 22

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel sel yang disebut
Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada
206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori1 :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan.
Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang :
- Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan besar
- Matafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah
ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang
mengandungsumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis
dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar
bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning
setelah dewasa.
- Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada
anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis
yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga
pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
Tulang-tulang panjang ditemukan pada ekstremitas. Contohnya humerus,
femur, ossa metacarpi, ossa metatarsai dan phalanges. Tulang ini mempunyai
corpus berbentuk tubular, diaphysis dan biasanya dijumpai epiphysis pada ujung-
ujungnya. Selama masa pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epifisis oleh
cartilago epifisis. Bagian diafisis yang terletak berdekatan dengan cartilage epifisis

2
disebut metafisis. Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang
berisi sumsum tulang (medulla ossium). Bagian luar corpus terdiri atas tulang
kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum.
Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi
oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-ujung tulang diliputi
oleh cartilago hialin. Contoh-contoh tulang panjang :
1. Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan caput radii pada articulatio
radioulnaris proksimal. Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulatio
radioulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulatio radiocarpalis dengan
adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal sebagai processus
olecranii. Bagian ini membentuk tonjolan pada siku. Processus ini mempunyai
incisura di permukaan anteriornya, incisura trochlearis yang bersendi dengan
trochlea humeri. Di bawah trochlea humeri terdapat processus coronoideus
yang berbentuk segitiga dan pada permukaan lateralnya terdapat incisura
radialis untuk bersendi dengan caput radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke
bawah. Di lateral mempunyai margo interosseus yang tajam untuk melekatnya
membrane interossea. Pinggir posterior membulat, terletak subcutan dan mudah
diraba seluruh panjangnya. Di bawah incisura radialis terdapat lekukan, fossa
supinator yang mempermudah gerakan tuberositas bicipitalis radii. Pinggir
posterior fossa ini tajam dan dikenal sebagai crista supinator yang menjadi
tempat origo musculus supinator. Pada ujung distal ulna terdapat caput yang
bulat, yang mempunyai tonjolan pada permukaan medialnya, disebut processus
styloideus.

2. Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri serta dengan
radius dan ulna pada articulatio cubiti. Ujung atas humerus mempunyai sebuah

3
caput, yang membentuk sekitar sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan
cavitas glenoidalis scapulae. Tepat di bawah caput humeri terdapat collum
anatomicum. Di bawah collum terdapat tuberculum majus dan minus yang
dipisahkan satu sama lain oleh sulcus bicipitalis. Pada pertemuan ujung atas
humerus dan corpus humeri terdapat penyempitan disebut collum chirurgicum.
Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus humeri terdapat peninggian kasar
yang disebut tuberositas deltoidea. Di belakang dan bawah tuberositas terdapat
sulcus spiralis yang ditempati oleh nervus radialis.
Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis untuk tempat lekat musculi dan ligamentum, capitulum
humeri yang bulat bersendi dengan caput radii, dan trochlea humeri yang
berbentuk katrol untuk bersendi dengan incisura trochlearis ulnae. Di atas
capitulum terdapat fossa radialis, yang menerima caput radii pada saat siku
difleksiokan. Di anterior, di atas trochlea, terdapat fossa coronoidea, yang
selama pergerakan yang sama menerima processus coronoideus ulnae. Di
posterior, di atas trochlea, terdapat fossa olecrani, yang bertemu dengan
olecranon pada waktu sendi siku pada keadaan extensio.

3. Radius
Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan ulna pada articulatio radio
ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os scaphoideu dan lunatum
pada articulatio radiocarpalis dan dengan ulna pada articulatio radioulnaris
distal.
Pada ujung atas radius terdapat caput yang berbentuk bulat kecil.
Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan capitulum humeri yang
cembung. Circumferentia articulare radii bersendi dengan incissura radialis
ulnae. Di bawah caput tulang menyempit membentuk collum. Di bawah collum

4
terdapat tuberositas bicipitalis/ tuberositas radii yang merupakan tempat
insertio musculus biceps.
Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar di bawah
dibandingkan dengan bagian atas. Corpus radii di sebelah media mempunyai
margo interossea yang tajam untuk tempat melekatnya membrana interossea
yang menghubungkan radius dan ulna. Tuberculum pronator, untuk tempat
insertio musculus pronator teres, terletak di pertengahan pinggir lateralnya.
Pada ujung bawah radius terdapat processus styloideus; yang menonjol
ke bawah dari pinggir lateralnya. Pada permukaan medial terdapat incisura
ulnae, yang bersendi dengan caput ulnae yang bulat. Permukaan bawah ujung
radius bersendi dengan os scaphoideum dan os lunatum. Pada permukaan
posterior ujung distal radius terdapat tuberculum kecil, tuberculum dorsalis,
yang pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk tendo musculi flexor
pollicis longus.

4. Femur
Merupakan tulang terpanjang dari rangka manusia. Panjangnya kira-
kira pada laki-laki 45 cm, sedangkan pada wanita kira-kira 38 cm. Femur
mempunyai dua ujung dan sebuah korpus. Ujung atas mempunyai sebuah
kaput, kollum, trokhanter mayor dan sebuah trokhanter minor. Ujung bawah
melebar dan mempunyai dua buah kondilus yaitu medialis dan lateralis yang
dipisahkan ke sebelah posterior oleh insisura interkondilaris yang berbentuk U.
Sepertiga bagian tengah korpus femoris sedikit berbentuk segitiga yang
mempunyai tiga pinggir dan tiga permukaan. Tetapi pada sepertiga bagian atas
berbentuk silinder sedangkan sepertiga bagian bawah mendatar di sebelah
anteroposteriornya. Ujung bawah femur mempunyai dua buah kondili yang
tebal yang menonjol ke arah posterior dan dibagi oleh fossa interkondilaris atau
insisura interkondilaris. Kedua kondili di sebelah anerior disatukan dan
permukaan anteriornya melanjutkan diri menjadi permukaan anterior korpus

5
femoris. Corak dari trabekula tulang femur membutuhkan suatu kekhususan
tertentu karena struktur femur merupakan contoh dari suatu fakta bahwa
trabekula tulang ini diletakkan menurut aturan gaya-gaya tekanan dan tarikan.
Trabekula tulang pada kaput femoris diletakkan di sudut-sudut yang tepat pada
permukaan sendinya membentuk suatu pasak pada kollum femoris yang
berpusat di medialis pada sambungan kollum dan korpus femoris.

5. Tibia
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di
sebelah medialis sesuai dengan os radius pada lengan atas. Tetapi radius
posisinya terletak di sebelah lateral karena anggota badan atas selama
perkembangan janin memutar ke arah lateralis sedangakan anggota badan
bawah memutar ke arah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki
terletak di sebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang terletak di
sebelah lateralis.
Tibia merupakan tulang yang paling panjang nomor dua setelah os
femur. Tibia mempunyai ujung atas dan ujung bawah tulang serta sebuah
korpus. Ujung atas tulang mempunyai: (1) dua buah kondilus yaitu medialis
(lebih besar) dan lateralis; (2) daerah interkondilaris yang kasar terletak di
antara permukaan- permukaan superior dari kedua kondili, dan (3) tuberositas,
yang menonjol ke muka dari permukaan anterior ujung atas tulang.
Korpus tibia berbentuk prisma atau dalam potongan melintang
berbentuk segitiga. Melebar di sebelah atas dan meruncing ke arah bawah,
menyempit pada sambungan di dua pertiga bagian atas dan sepertiga bagian
bawah, lalu akan melebar lagi di sebelah bawahnya. Tibia juga mempunyai tiga
pinggir
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan
dan kaki, bentuknya seperti kubus.

6
3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula.
Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum
yang memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligament.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling
dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk
tulang. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang
terdiri atas :
Osteoblast : yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi
dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)
Osteosit sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang
terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
Osteoklast multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remodelling tulang.


Anatomi tulang

7
B. DEFINISI OSTEOMIELITIS
Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang,
infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis bagi
menjadi beberapa jenis yaitu akut, dan kronis yang memiliki gambaran klinis yang
berbeda, tergantung pada sifat alamiah penyakit tersebut3.

C. ETIOLOGI OSTEOMIELITIS
Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain streptococcus,
pneumococcus, salmonella, jamur dan virus3.
Infeksi dapat terjadi secara :
a. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
b. Kontaminasi dari luar :
- Frektur terbuka
- Tindakan operasi pada tulang
c. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya4

D. PATOGENESIS
Infeksi dalam sistem muskuloskletal bisa berkembang dalam satu dari dua cara.
Bakteri ditularkan melalui darah dari fokus infeksi yang telah ada sebelumnya
(infeksi saluran pernafasan atas, infeksi genitourinarius, furunkel) bisa tersangkut
di dalam tulang, sinovium atau jaringan lunak ekstremitas serta membentuk abses.
Bakteri bisa juga mencapai sistem muskuloskletal dari lingkungan luar (luka
penetrasi, insisi bedah, fraktur terbuka). Infeksi hematogen lebih lazim ditemukan
dalam masa kanak-kanak, sedangkan infeksi eksogen lebih sering ditemukan pada
dewasa yang terpapar trauma.4 Osteomyelitis akut lebih sering terjadi anak-anak
dan sering disebarkan secara hematogen. Pada dewasa, osteomyelitis umumnya
berupa infeksi subakut atau kronik yang merupakan infeksi sekunder dari luka
terbuka pada tulang dan sekitar jaringan lunak.

8
Pada osteomyelitis hematogen akut tulang yang sering terkena adalah tulang
panjang dan tersering femur, diikuti oleh tibia, humerus radius, ulna, dan fibula
bagian tulang yang terkena adalah bagian metafisis dan penyebab tersering adalah
staphylococcus aureus.5 Predisposisi untuk infeksi pada metafisis dianggap
berhubungan dengan pola aliran darah setinggi sambungan lempeng fiseal
metafisis. Aliran darah yang lamban melalui vena eferen pada tingkat ini
memberikan tempat untuk penyebaran bakteri. Epifisis tulang panjang mempunyai
suplai aliran darah terpisah dan jarang terlibat osteomyelitis akut. Dengan maturasi,
ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lamban dihilangkan.
Sehingga osteomyelitis hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian
yang tak lazim.
Pada osteomyelitis, bakteri mencapai daerah metafisis tulang melalui darah dan
tempat infeksi di bagian tubuh yang lain seperti pioderma atau infeksi saluran nafas
atas. Trauma ringan yang menyebabkan terbentuknya hematoma diduga berperan
dalam menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis yang kaya akan pembuluh
darah. Hematoma tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri
yang mencapai tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut terbentuk
suatu fokus kecil infeksi bakteri sehingga terjadi hyperemia dan edema. Tulang
merupakan jaringan yang kaku dan tertutup sehingga tidak dapat menyesuaikan diri
dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema dan oleh karena itu, edema akibat
peradangan tersebut menyebabkan kenaikan tekanan intraseus secara nyata dan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan menetap, kemudian terbentuk pus, yang
semakin meningkatkan tekanan intraseus didaerah infeksi dengan akibat timbulnya
gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah ini dapat mengakibatkan terjadinya
trombosis vaskuler dan kematian jaringan tulang.
Mula-mula terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi hiperemia dan
udem. Karena tulang bukan jaringan yang bisa berekspansi maka tekanan dalam
tulang yang hebat ini menyebabkan nyeri lokal yang hebat. Biasanya osteomyelitis
akut disertai dengan gejala septikemia seperti febris, malaise, dan anoreksia. Infeksi

9
dapat pecah ke periost, kemudian menembus subkutis dan menyebar menjadi
selulitis, atau menjalar melelui rongga subperiost ke diafisis. Infeksi juga dapat
pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis medularis. Penjalaran subperiostal
ke arah diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester.
Periost akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut.
Tulang baru yang menyelubungi tulang mati disebut involukrum.
Osteomyelitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran
osteomyelitis dapat terjadi; (1) penyebaran ke arah kortek, membentuk abses
subperiosteal dan sellulitis pada jaringan sekitarnya; (2) penyebaran menembus
periosteum membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui
suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat atau menekan aliran
darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan tulangg (sekuester); (3)
penyebaran ke arah medula; dan (4) penyebaran ke persendian, terutama bila
lempeng pertumbuhannya intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak.
Penetrasi ke epifisis jarang terjadi.
Tanpa pengobatan, infeksi selanjutnya dapat menyebar ketempat lain.
Penyebaran lokal terjadi melalui struktur trabekula yang porus ke kortek metafisis
yang tipis, sehingga melalui tulang kompakta. Infeksi meluas melalui periosteum
melalui kanal atau saluran haver dan menyebabkan periosteum, yang tidak melekat
erat ke tulang pada anak-anak, mudah terangkat sehingga terbentuk abses
subperiosteum, terangkatnya periosteum akan menyebabkan terputusnnya aliran
darah kekortek dibawah periosteum tersebut dan hal ini semakin memperluas
daerah tulang yang mengalami nekrosis. Penyebaran infeksi kearah kavum medular
juga akan menggangu aliran darah kebagian dalam kortek tulang. Gangguan aliran
darah dari 2 arah ini yaitu dari kavum medulare dan periosteum mengakibatkan
bagian kortek tulang menjadi mati serta terpisah dari jaringan tulang yang hidup,
dan dikenal sebagai sekuestrum. Sekuestrum adalah awal dari stadium kronik.
Infeksi didaerah subperiosteum kemudian dapat menjalar kejaringan lunak

10
menyebabkan sellulitis dan kemudian abses pada jaringan lemak. Pus akhirnya
akan keluar menuju ke permukaan kulit melalui suatu fistel.
Pada tempat-tempat tertentu, infeksi didaerah metafisis juga dapat meluas ke
rongga sendi dan mengakibatkan timbulnya arthritis septik, keadaan semacam ini
dapat terjadi pada sendi-sendi dengan tempat metafisis tulang yang terdapat di
dalam rongga sendi, seperti pada ujung atas femur dan ujung atas radius, sehingga
penyebaran melalui periosteum mengakibatkan infeksi tulang kedalam sendi
tesebut. Jika bagian metafisis tidak terdapat di dalam sendi, namun sangat dekat
dengan sendi maka biasanya tidak terjadi arthritis septic dan lebih sering berupa
efusi sendi steril.3 Penyebaran infeksi melalui pembuluh darah yang rusak akan
menyebabkan septikemia dengan manifestasi berupa malaise, penurunan nafsu
makan dan demam.septicemia merupakan ancaman bagi nyawa penderita dan
dimasa lalu merupakan penyebab kematian yang lazim.
Pada infeksi yang berlangsung kronik terangkatnya periosteum menyebabkan
timbulnya reaksi pembentukan tulang baru yang di dalamnya terdapat sekuestrum
dan disebut involukrum. Reaksi ini terutama terjadi pada anak-anak, sehingga
disepanjang daerah diafisis dapat terbentuk tulang baru dari lapisan terdalam
periosteum. Tulang yang baru terbentuk ini dapat menpertahankan kontinuitas
tulang, meskipun sebagian besar bagian tulang yang terinfeksi telah mati dan
menjadi sekuestrum.
Pada bayi, dapat mengenai seluruh tulang dan sendi di dekatnya. Karena masih
adanya hubungan aliran darah antara metefisis dan epifisis melintasi gwoth plate,
sehingga infeksi dapat meluas dari metafisis ke epifisis serta kemudian kedalam
sendi. Pada anak-anak biasanya infeksi tidak meluas ke daerah epifisis karena
growth plate dapat bertindak sebagai barier yang elektif, disamping sudah tidak
terdapat hubungan aliran darah langsung antara metafisis dan epifisis. Sementara
pada orang dewasa growth plate yang menjadi penghalang perluasan infeksi telah
menghilang sehingga epifisis dapat terserang, namun jarang terjadi abses
subperiosteum, karena periosteum pada orang dewasa telah merekat erat dengan

11
kortek tulang. Infeksi yang luas menyebabkan kerusakan growth plate akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan yang serius di kemudian hari.

E. PATOLOGI
Berikut adalah stadium osteomielitis menurut Clerny-mader7
Jenis Deskripsi
Tipe anatomis

Medullary osteomyelitis
Osteomielitis yang terbatas pada kavitas medular
Stadium 1 tulang. Osteomielitis hematogen dan infeksi
dalam intramedullary rod.

Superficial osteomyelitis
Osteomielitis yang hanya mengenai tulang
Stadium 2 kortikal dan biasanya berasal dari inokulasi
langsung atau focus infeksi yang berdampingan.

Localized osteomyelitis
Osteomielitis yang biasanya mengenai kortikal
Stadium 3 dan medular tulang. Dalam stadium ini, tulang
tetap stabil karena proses infeksi tidak mengenai
seluruh diameter tulang.

Diffuse osteomyelitis
Stadium 4 Osteomielitis yang mengenai seluruh ketebalan
tulang, menghilangkan stabilitas as in an
infected nonunion

12
F. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis akut
Terutama pada anak anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang yang
dimulai pada metafisis.
Tulang yang sering terkena : femur distal, tibia proksimal, humerus, radius
dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. Penyebab : staphylococcus
(paling sering), streptococcus, pneumococcus, salmonella, jamur dan virus.
Infeksi dapat terjadi secara :
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar, seperti fraktur terbuka, tindakan operasi pada
tulang.
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang didekatnya.
Patogenesis
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan
secara hematogen, bisa secara penyebaran dari fokus yang berdekatan
dengan infeksi, atau karena luka penetrasi. Trauma, iskemia, dan benda
asing meningkatkan kerentanan tulang akan terjadinya invasi mikroba pada
lokasi yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat bakteri dan
menghambat pertahanan host. Fagosit mencoba untuk menangani infeksi
dan, dalam prosesnya, enzim dilepaskan sehingga melisiskan tulang.
Bakteri melarikan diri dari pertahanan host dengan menempel kuat pada
tulang yang rusak, dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan
dengan melapisi tubuh dan lapisan yang mendasari tubuh mereka sendiri
dengan pelindung biofilm yang kaya polisakarida. Nanah menyebar ke
dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseous dan
mempengaruhi aliran darah. Disebabkan infeksi yang tidak diobati
sehingga menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang menghasilkan pemisahan

13
fragmen devaskularisasi yang besar (sequester). Ketika nanah menembus
korteks, subperiosteal atau membentuk abses pada jaringan lunak, dan
peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru (involucrum) sekitar
sequester.

a) Osteomielitis Hematogen Akut


Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal
dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini
sering ditemukan pada anak anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
Skematis perjalanan penyakit osteomielitis
Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini
menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.(A)

14
Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat
inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis
dibawah jaringan lunak.(B)
Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi
menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana
abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis
tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan
berlanjut kedalam kavum medula.(C)

Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada


umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi
terjadi melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase
bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi
kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang
panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah
metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus menyebabkan
tekanan dalam tulang bertambah

15
Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi
dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru
yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis (
terutama anak anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti
peti mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum
didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila
pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus ( discharge ) dari
involucrum keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus
pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya akan berkembang
menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat
terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses
tulang kronik yang disebut abses Brodie.

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak

16
Gambar 1
Proyeksi lateral pada tibia terlihat
gambaran sklerotik didiametafisis tibia

Gambar 2.
P r o ye k s i A P p a d a t i b i a t e r l i h a t
g a m b a r a n s k l e r o t i k d i lateral diametafisis
tibia

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2minggu


) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan
pembentukan tulang baru dibawah periosteum yang terangkat.

17
Gambar 3.
Tampak destruksi
tulang pada tibia
dengan
pembentukan
tulang
subperiosteal

b) Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis
hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan
umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang selosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan
granulasi yang terdiri atas sel sel inflamasi akut dan kronik dan
biasanya terdapat penebalan trabekula.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang- kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.
Ultrasonografi
dapat
memperlihatka
n a d a n ya
e f u s i pada sendi.
Gambar 4 18

.
Ultrasound image
Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis sub
akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah
sclerosis.

2. Osteomielitis kronis
Terjadi apa bila :
1. Pengobatan infeksi terlambat atau tidak adekuat.
2. Ada squester.
3. Terdapat osteomielitis yang kronis sejak dari permulaan, misalnya pada
abses Brodie.
Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal
pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan
mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Squestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar atau
dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada
foto rontgen.

19
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos rontgen dapat ditemukan adanya tanda tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sequestrum8

20
Gambar 7 Gambar 8
Proyeksi lateral tarsal terlihat Osteomielitis lanjut pada tibia
gambaran lesi osteolitik dan kanan. Ditandai dengan adanya
sclerosis extensive dibagian distal gambaran sekuestrum
metafisis pada calcaneus

G. DIAGNOSA BANDING
a. Osteosarcoma
Gambaran radiologik :
Sering pada metafisis tulang panjang. Pembentukan tulang baru lebih
banyak. Adanya infiltrasi tumor. Penulangan patologis ke jaringan lunak
(ossifikasi).
Destruksi berawal dari medulla lesi radiolusen batas tak tegas
Stadium dini : Reaksi periosteal lamellar / sunray (gambaran lamellar atau
seperti garis-garis tegak lurus pada tulang yang merupakan reaksi
peristeal).

21
Lanjut : subperiosteal rusak perluasan ke luar tlng reaksi periosteal
hanya sisanya (Codman triangle)/ tepi yang masih dapat dilihat.
Kalsifikasi (+)

Sunburst appearance di daerah proksimal fibula

Gambran segitiga codmans

b. Ewing sarcoma
Gambaran radiologik
Sering pada diafisis tulang panjang.

22
Lesi destruktif, infiltratif dari daerah medulla (tampak bayangan radiolusen)
Merusak cortex.
Reaksi periosteal (onion peel appearance).
Massa jaringan lunak yang besar8

Tampak lesi destruksi dengan reaksi periosteal (onion skin/lamelar)

23

Anda mungkin juga menyukai