Cedera Kepala
Cedera Kepala
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kecacatan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian
akibat trauma.1 Homer mencatat pada 700 SM hampir 100% prajurit perang yang
mengalami cedera kepala akan meninggal dunia. Trepanasi pada tulang tengkorak
telah dilakukan oleh beberapa kebudayaan kuno, tapi prosedur itu dilakukan pada
intrakranial. Pada abad ke 20, pasien dengan cedera kepala dapat diselamatkan,
antibiotik.2
rumah sakit, 51.000 kematian dan 80.000 pasien dengan cacat, gangguan kognitif
dan perilaku. Di Inggris, insiden cedera kepala yang dilaporkan sekitar 400 per
100.000 orang tiap tahunnya. Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian
pada dewasa kurang dari 45 tahun dan pada anak-anak (1-15 tahun). Cedera
ringan, dan sekitar 8-10% diklasifikasikan sebagai cedera kepala sedang dan
berat. Meskipun banyak pasien kembali bekerja setelah menderita cedera kepala
ringan, sekitar 50% pasien menderita kelumpuhan sedang atau berat dinilai
dengan Glasgow Outcome Scale (GOS). Untuk pasien dengan cedera kepala berat
1
prognosisnya lebih buruk. Sekitar 30% pasien dengan skor GCS kurang dari 13
akan meninggal. Mortalitas untuk pasien dengan GCS kurang dari 8 setelah
resusitasi adalah sekitar 50%. Sedangkan pasien dengan skor GCS kurang dari 12,
Akibat jangka panjang pada pasien dengan cedera kepala berat lebih buruk
dibandingkan cedera kepala ringan, hanya 20% yang sembuh sempurna.3 Frenchay
Hospital di Bristol, Inggris, mencatat pada 1997-2000, terdapat 452 pasien dengan
cedera kepala. Pasien dengan GCS kurang dari 8 sebanyak 353 pasien (78%),
umur rata-rata pasien 35,1 tahun, dan 215 pasien (47,6%) menjalani prosedur
operasi. Sekitar 20% pasien mendapat perawatan di ICU dan sisanya di ruang
(13,5%) meninggal dan 33 pasien (7,3%) meninggal setelah keluar dari ICU.
Rata-rata lama perawatan pasien di ruang perawatan adalah 10 hari, di ICU adalah
3 hari.4
Data di Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan cedera dan luka berada di
urutan 6 dari total kasus yang masuk rumah sakit di seluruh Indonesia dengan
jumlah mencapai 340.000 kasus, namun belum ada data pasti mengenai porsi
cedera kepala. Data rekam medik RSU Cipto Mangunkusumo, Jakarta tahun
2003-2007. Jumlah sampel yang dianalisis adalah 577 kasus cedera. Proporsi
kasus cedera kepala yang meninggal sebesar 7,3%. Proporsi kasus tertinggi pada
laki-laki 86,3%, berusia 17-39 tahun. Hal ini dikarenakan usia dewasa muda dan
Cedera yang paling banyak pada kasus adalah cedera fraktur multiple dengan
2
cedera otot dan tendon sebesar 53%, sedangkan 40,6% lokasi cedera terletak pada
kepala. 5
Banyaknya kasus cedera kepala dan belum adanya data profil tentang
pasien cedera kepala yang dirawat di ICU menjadi dasar penulis membuat
penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana profil pasien cedera kepala di ICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Untuk mengetahui jumlah kasus cedera kepala yang dirawat di ICU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2009 Juni 2011 menurut
D. Manfaat Penelitian
Dapat memperoleh data/profil pasien cedera kepala di ICU RSUP Prof. Dr.
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3
Cedera kepala adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
B. Etiologi
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan
yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam. Benda tumpul biasanya
jatuh, dan pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda
C. Patofisiologi
rongga kranium tidak mungkin membesar. Pada orang dewasa volume intrakranial
adalah sekitar 1500 ml di mana parenkim otak 1200-1600 ml, darah 100-150 ml,
sebelum menyebabkan kenaikan yang signifikan dalam ICP. Sebuah lesi kecil
4
yang tampak pada CT scan mungkin dapat berkembang cepat, sehingga hanya
CPP adalah tekanan efektif yang menghasilkan aliran darah ke otak. CPP
Pada individu non-trauma, aliran darah otak adalah konstan di kisaran 50-
150 mmHg. Hal ini disebabkan oleh autoregulasi arteriol, yang akan menyempit
atau melebar dalam rentang tekanan darah tertentu untuk mempertahankan jumlah
konstan aliran darah ke otak. CBF dipengaruhi oleh metabolisme, tekanan parsial
serangan epilepsi dan rasa sakit/kecemasan. Hal ini berkurang dalam keadaan
saat PaCO2 normal, di mana perubahan 7,5 mmHg menyebabkan perubahan 30%
Ketika MAP kurang dari 50 mmHg maka aliran darah otak akan menurun
dengan tajam dan otak berisiko iskemia akibat aliran darah tidak mencukupi, bila
lebih besar dari 150 mmHg maka terjadi dilatasi pasif pembuluh darah otak dan
5
aliran darah otak meningkat yang dapat mengakibatkan peningkatan ICP. Pada
autoregulasi dan aliran darah menjadi sepenuhnya tergantung pada tekanan darah.
gangguan sehingga pasien tersebut rentan terhadap cedera otak sekunder akibat
Cedera kepala dapat dibagi menjadi 2 kategori, cedera otak primer dan
cedera otak sekunder. Cedera otak primer didefinisikan sebagai cedera awal ke
otak sebagai akibat langsung dari trauma. Ini merupakan cedera struktural yang
disebabkan oleh trauma pada otak, cedera primer dapat bermanifestasi sebagai
cedera fokal atau dapat menyebar. Cedera otak sekunder didefinisikan sebagai
cedera berikutnya ke otak yang terjadi setelah cedera awal/primer. Cedera otak
sekunder dapat terjadi akibat hipotensi sistemik, hipoksia, peningkatan ICP, atau
D. Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,
1. Mekanisme
Cedera kepala dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera
6
pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun
tusukan. 13
2. Keparahan
beratnya penderita cedera otak. Glasgow Coma Scale yaitu suatu skala untuk
yang terjadi. Ada 3 aspek yang dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening),
reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons).
Berdasarkan nilai GCS maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 14-15
dikategorikan penderita cedera otak ringan, nilai GCS 9-13 dikategorikan sebagai
cedera otak sedang, nilai GCS 3-8 dikategorikan cedera otak berat. 13
Tabel I
7
Berbicara mengacau (bingung) 4
Kata-kata tidak teratur 3
Suara tidak jelas 2
Tidak ada 1
Nilai GCS = (E+V+M), nilai terbaik = 15 dan nilai terburuk = 3
Sumber: Moppett IK. Traumatic brain injury: assessment, resuscitation and early management. British Journal of Anaesthesia; 2007. 99. h.
1831.
3. Morfologi
a. Kerusakan menyeluruh (Diffuse Injury). Merupakan tipe cidera yang
penderita koma (penderita yang tidak sadar sejak benturan pada kepala dan
sembuh sempurna dan tidak berhubungan dengan gejala sisa yang berat.
8
beberapa penderita dapat sadar lebih awal. Banyak penderita dengan
cedera kepala berat, juga bisa terjadi pada cedera kepala sedang dan
dengan lesi massa atau iskemia. DAI bukanlah hasil dari sebuah trauma
terganggu. DAI menyebabkan kematian sel otak dan edema. Akibat dari
hingga enam jam atau lebih. Seseorang dengan DAI ringan atau sedang
daerah mana otak yang paling terpengaruh. Pada CT scan tidak ditemukan
9
b. Fraktur kranium. Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar
liniear dan fraktur depresi. Fraktur liniear yaitu fraktur garis tunggal pada
suatu energi yang rendah, yang mengenai area permukaan yang luas pada
radiolusen. Fraktur depresi adalah fraktur dengan satu atau lebih tepi
sekitarnya yang masih utuh. Jenis fraktur ini terjadi jika energi benturan
Hematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arteri akibat adanya
Perdarahan subdural dapat berasal dari ruptur bridging vein atau robekan
10
antara lain: sakit kepala, penurunan kesadaran dan gejala yang timbul tidak
ini paling sering ditemukan pada cedera kepala, umumnya menyertai lesi
menyebabkan hidrosefalus.13
nervus III.13
11
g. Kontusio serebri. Kontusio serebri adalah gangguan fungsi otak akibat
sensorik otak. Secara klinis penderita pernah atau sedang tidak sadar
walaupun dapat terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak
E. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos kepala untuk triage penderita cedera kepala, mendeteksi
fragmen tulang. Foto servikal untuk menilai apakah ada terdapat fraktur, dislokasi,
foto servikal yaitu jejas di leher, nyeri di leher, gejala neurologis kelainan spinal
12
pasien dengan koma setelah resusitasi, GCS kurang dari 15 atau terdapat
tengkorak, adanya tanda klinis fraktur basis crania, pasien disertai dangan kejang,
kebingungan dan adanya tanda neurologis fokal, sakit kepala berat yang menetap,
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan awal terhadap pasien trauma yaitu survei primer (ABCDE),
resusitasi, survei sekunder dan perawatan definitif. Tujuan dari survei primer
penurunan kesadaran atau jejas di atas dari klavikula, segera pasang cervical
collar untuk immobilisasi servikal. Bersihkan jalan napas dari segala sumbatan,
benda asing, darah dari maksiofasial, gigi yang patah. Lakukan intubasi jika
pasien apnea, GCS kurang dari 8 atau ada bahaya aspirasi akibat perdarahan
fraktur maksilofasial. 9
spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Ukur dan catat frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah, pasang EKG bila tersedia. Pasang jalur inravena yang
besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum,
elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Keadaan syok harus segera
13
Survei sekunder atau pemeriksaan dari kepala sampai kaki pasien, tidak
ICP sebelum operasi: sakit kepala, muntah, kejang, neurologi fokal, papilledema,
hematoma1,12
peningkatan tekanan vena; hindari batuk dan kecemasan, posisi kepala di bawah
Pertahankan CPP lebih besar dari 70 mmHg, hindari substrat/obat anestesi yang
meningkatkan ICP. 14
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Kriteria pasien rujukan ke Unit Bedah Saraf yaitu semua pasien dengan
massa intrakranial, cedera otak primer yang memerlukan ventilasi, fraktur depresi
14
Untuk persiapan prabedah dilakukan: evaluasi status generalis, periksa
darah rutin, elektrolit dan cross match, pasang kateter dan pasang infus 2 jalur;
diazepam atau penthothal secara intravena; terapi oksigen; koreksi segala keadaan
atracurium.1,16
Pemantauan yang dilakukan selama anesthesia yaitu pemantauan respirasi
meliputi parameter volume tidal, frekuensi napas, dan tahanan jalan napas,
PaCO2: 35 40 mmHg dan PaO2 lebih besar dari 100 mmHg, kardiovaskular:
EKG, tekanan darah, tekanan vena sentral, fungsi ginjal: produksi urin ditampung
G. Perawatan di ICU
Kriteria pasien cedera kepala yang harus mendapat perawatan di ICU
adalah pasien cedera kepala berat dengan GCS kurang dari 8, cedera kepala
dengan status neurologis yang menurun progresif disertai gagal napas atau gagal
disertai gangguan metabolik berat yang bisa berefek pada sistem saraf pusat, serta
untuk monitoring pasca operasi (kateter arteri dan vena pusat, monitor ICP). 17
meliputi monitor tanda vital dan neurologis yang ketat, monitor tekanan
15
intrakranial, monitor keseimbangan cairan, pemberian nutrisi enteral dan
hiperventilasi ringan, tetapi sebaiknya selalu diikuti dengan analisa gas darah
darah agar stabil, harus diberikan cairan kristaloid atau darah untuk menggantikan
pada cedera kepala akut. Diuretika yang banyak digunakan dalam hal ini adalah
manitol.8
Elevasi kepala 30-45, sebab pada posisi kepala yang dielevasi 30-45 akan
terjadi penekanan terhadap salah satu vena jugularis interna. Berikan sedasi jika
penderita gelisah. Tetapi harus diingat bahwa tindakan sedasi yang rutin akan
H. Komplikasi
16
Perdarahan intrakranial; kebanyakan perdarahan timbul pada 6 jam
skor GCS segera lakukan CT scan dan evakuasi hematoma bila diperlukan. 19
atau sepsis. Oleh karena penyebab utamanya harus segera ditangani dan
kecurigaan adanya sepsis perlu dikelola secara cepat dengan antibiotik yang tepat.
mukosa sehingga bisa terjadi erosi, pembentukan ulkus, dan perdarahan saluran
pompa proton. 20
17
Koagulopati; terjadi karena pelepasan faktor jaringan (salah satunya
tromboplastin yang kaya di jaringan otak) dan koagulan lain dari parenkim otak
pembekuan darah.21
pelepasan ADH tanpa adanya respon fisiologis, ditandai dengan hiponatremia dan
osmolaritas urin yang tinggi, SIADH terjadi pada 46% pasien cedera kepala.
Keadaan ini bisa timbul pada anemia, hipotensi, dan peningkatan ICP. 17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah retrospektif deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data pasien cedera kepala yang dirawat di ICU RSU Prof. Dr. R.
1. Lokasi Penelitian
Kandou Manado.
2. Waktu Penelitian
18
Waktu penelitian ini adalah dari bulan Juli 2011 sampai dengan Oktober
2011.
C. Subjek Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien cedera kepala di RSU
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh pasien cedera kepala yang
D. Instrumen Penelitian
Catatan rekam medik pasien cedera kepala yang dirawat di ICU RSU Prof.
E. Variabel Penelitian
Jenis kelamin
19
Umur
Tingkat kesadaran
Diagnosa
Cedera penyerta
Terapi
Komplikasi perawatan
F. Batasan Opersional
Pasien adalah seluruh penderita cedera kepala yang menjalani perawatan
di ICU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou periode Juni 2009 Juni 2011.
Umur adalah usia pasien dalam tahun, yang dihitung dari ulang tahun
20
3-8
Diagnosa utama adalah jenis penyakit yang tertera sebagai diagnosa utama
yang diketahui dari lembar pasien masuk rumah sakit (MRS). Diagnosa
meliputi:
Fraktur kranium
Fraktur depresi: fraktur dengan satu atau lebih tepi fraktur terletak
dengan duramater.
Hematoma Subdural: perdarahan yang terjadi diantara duramater
dan araknoid.
Hematoma Subaraknoid: perdarahan terletak di antara arakhnoid
otak.
Kontusio: gangguan fungsi otak akibat adanya kerusakan jaringan
mengganggu jaringan.
21
Cedera penyerta adalah jenis cedera yang tertera selain diagnosa utama
yang diketahui dari lembar pasien masuk rumah sakit. Cedera penyerta
meliputi:
Fraktur zygoma
Fraktur ttibia
Fraktur antebrachium
Fraktur femur
Fraktur cruris
Trauma tumpul ginjal
Trauma tumpul toraks
Trauma tumpul abdomen
Fraktur multipel
Trauma multipel
Tanpa disertai cedera penyerta
Operatif
Non-operatif
Lama perawatan adalah rentang waktu yang dihitung dari tanggal pasien
1-3
4-6
7-9
9-11
11-13
13-15
>15
Komplikasi perawatan adalah jenis komplikasi yang dialami pasien selama
22
Anemia
ARDS
Hipokalemia
Hipoalbumin
Lain-lain
Angka kejadian kematian pasien cedera kepala di ICU: jumlah pasien
Rekam medik adalah semua berkas yang berisi catatan dan dokumen
G. Cara Kerja
H. Jadwal Kegiatan
23
c) Ujian skripsi : Oktober 2011
d) Perbaikan skripsi : Oktober 2011
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada periode Juli 2009 sampai Juli 2011 di ICU RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado terdapat 103 pasien cedera kepala yang dirawat. Dari
Grafik 1 Grafik pasien cedera kepala menurut jenis kelamin di ICU RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
24
70
62
60
50
40
Laki-laki
30 Column1
20
16
10
0
Jenis Kelamin
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien cedera kepala yang dirawat di ICU
perempuan sebanyak 16 orang atau 20,5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian
di mana proporsi kasus tertinggi terjadi pada laki-laki. Laki-laki cenderung lebih
25
61-70 4 5,12
Total 78 100
Sumber: data sekunder
Grafik 2 Grafik menurut umur pasien cedera kepala di ICU RSU Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
25
20
20
16
110
15 14 1120
21-30
11 31-40
10 9 41-50
51-60
Column1
5 4 4
0
Umur
Dari penelitian ini ditemukan bahwa pasien cedera kepala yang dirawat di
ICU terbanyak pada kelompok umur 11-20 tahun, di mana pada kelompok umur
ini terdapat 20 pasien (25,64%). Pada kelompok umur 21-30 tahun terdapat 16
pasien (20,51%), pada kelompok umur 31-40 tahun terdapat 14 pasien (17,9%),
pada kelompok umur 41-50 tahun terdapat 11 pasien (14,1%), pada kelompok
umur 51-60 tahun terdapat 9 pasien (11,53%), pada kelompok umur 61-70 tahun
terdapat 4 pasien (5,12%), pada kelompok umur 1-10 tahun terdapat 4 pasien
(5,12%). Hal tersebut hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di RSU
terbanyak yaitu berusia 17-39 tahun yang merupakan suatu golongan umur yang
26
Tabel 4 Distribusi pasien cedera kepala menurut diagnosa di ICU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli
2011
30
28
25
22
20
Kontusio
EDH
15 14 SDH
ICH
SAH
10 Fraktur Depresi
7
6
5
1
0
Diagnosa
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pasien cedera kepala yang dirawat
di ICU, paling banyak dengan diagnosa kontusio serebri yaitu 28 pasien (35,9%),
27
fraktur depresi sebanyak 7 pasien (8,9%), SDH sebanyak 6 pasien (7,7%), dan
Pneumotoraks 2 2,56
Tanpa cedera penyerta 46 59
Total 78 100
Sumber: data sekunder
Grafik 4 Grafik menurut cedera penyerta pasien cedera kepala di ICU RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
28
50
46
45
40
35
Fraktur zygoma
Fraktur tibia
30 Fraktur femur
Fraktur cruris
25 Fraktur antebrachium
Trauma tumpul ginjal
20 Fraktur multipel
Trauma multipel
Pneumotoraks
15 Tanpa cedera penyerta
10 8
6
5
5 4
3
2 2
1 1
0
Cedera Penyerta
Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar pasien cedera kepala
yang dirawat di ICU tidak disertai cedera penyerta yaitu sebanyak 46 pasien
(59%). Cedera penyerta yang paling banyak adalah fraktur multiple sebanyak 8
masing-masing 1 pasien (1,28%) dengan fraktur cruris dan fraktur tibia. Pada
fraktur femur + fraktur kosta 1 pasien, fraktur femur + fraktur mandibula 1 pasien,
fraktur radius ulna 1 pasien, fraktur zygoma + fraktur humerus 2 pasien, fraktur
29
zygoma + fraktur mandibula 1 pasien. Terdapat 2 pasien (2,56%) dengan trauma
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dadowu di RSU Cipto
Tabel 6 Distribusi pasien cedera kepala menurut terapi di ICU RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
30
90
80 78
70
60
50
Operatif
40 Non-operatif
30
20
10
0
Terapi
Pada penelitian ini ditemukan bahwa seluruh pasien cedera kepala yang
dirawat di ICU SU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama periode Juli 2009
Juli 2011 adalah pasien pasca operasi, baik trepanasi maupun kraniektomi,
sebanyak 78 pasien.
Grafik 6 Grafik pasien cedera kepala menurut GCS sebelum operasi di ICU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
31
80
70 68
60
50
38
40
913
14-15
30
20
10
10
0
GCS Sebelum Operasi
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pada pasien cedera kepala yang
dirawat di ICU, GCS sebelum operasi yang paling banyak ditemukan adalah GCS
3-8 sebanyak 68 pasien (87,2%), kemudian GCS 9-3 sebanyak 10 pasien (12,8%).
GCS 14-15 tidak ditemukan dalam penelitian ini, karena pasien cedera kepala
yang dirawat di ICU adalah pasien cedera kepala sedang atau berat.
Tabel 8 Distribusi menurut GCS pasien cedera kepala saat keluar dari ICU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
32
Grafik 7 Grafik pasien cedera kepala menurut GCS saat keluar dari ICU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
50
45 43
40
35
30 28
38
25 913
14-15
20 Meninggal
15
10
5
5
2
0
GCS Keluar ICU
Data yang diperoleh menurut distribusi GCS pasien saat keluar dari ICU
yang paling banyak adalah GCS 9-13 sebanyak 43 pasien (55,12%), kemudian
GCS 14-15 sebanyak 5 pasien (5,12%), GCS 3-8 sebanyak 2 pasien (2,56%),
33
Sepsis 10 12,8
Pneumonia 3 3,8
Edema serebri 4 5,12
Tanpa komplikasi 61 78,2
Total 78 100
70
61
60
50
40 Sepsis
Pneumonia
30 Edema serebri
Tanpa Komplikasi
20
10
10
3 4
0
Komplikasi
Penelitian menunjukan bahwa mayoritas pasien pasien cedera kepala yang
34
sebanyak 3 pasien, sepsis ec pneumonia + infeksi saluran kemih sebanyak 1
Grafik 9 Grafik pasien cedera kepala menurut lama perawatan di ICU RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2009 Juli 2011
35
35
32
30
25
25
13
20
46
79
911
15
1214
>15
10
8
6
5
5
2
0
Lama Perawatan
14 hari sebanyak 2 pasien (2,56%), lebih dari 15 hari sebanyak 8 pasien (10,25%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian di Frenchay Hospital, Inggris, yang menyatakan
rata-rata lama perawatan pasien cedera kepala di ICU yaitu selama 3 hari. Lama
perawatan yang paling lama dalam penelitian ini adalah 30 hari sebanyak 1
pasien.
36
Meninggal 28 36
Total 78 100
Sumber: data sekunder
60
50
50
40
30 28 Hidup
Meninggal
20
10
0
Outcome
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien cedera
kepala yang sudah menjalani perawatan di ICU yaitu sebanyak 50 pasien (64%)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di ICU RSU Prof. R. D.
Kandou Manado periode Juli 2009 Juli 2011, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Jumlah pasien cedera kepala yang dirawat di ICU RSU Prof. R. D. Kandou
37
Hasil penelitian membuktikan mayoritas pasien yang dirawat adalah pasien
kelompok umur 11-20 tahun yaitu 20 pasien (25,64%) dan terendah pada
pasien (5,12%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kontusio serebri merupakan diagnosa
yang paling banyak yaitu 28 pasien (35,9%), dan diagnosa yang paling
operasi yang paling banyak ditemukan adalah GCS 3-8 sebanyak 68 pasien
(87,2%)
Hasil penelitian menunjukan bahwa GCS pasien cedera kepala saat keluar
dari ICU yang paling banyak ditemukan adalah GCS 9-13 sebanyak 43
38
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien cedera kepala
B. Saran
melakukan penelitian ini, maka saran yang dapat penulis berikan antara lain:
kerapian catatan medik yang dibuat untuk setiap pasien yang dirawat di
Penelitian ini sebaiknya dapat dilanjutkan pada waktu yang akan datang
agar dapat diperoleh profil pasien cedera kepala di ICU dari waktu ke
waktu.
penelitian selanjutnya.
39
DAFTAR PUSTAKA
4. Clayton TJ, Nelson RJ, Manara AR. Reduction in mortality from severe
head injury following introduction of a protocol for intensive care
management. British Journal of Anaesthesia; 2004. 93. h. 7617.
7. Steiner LA, Andrews PJD. Monitoring the injured brain: ICP and CBF.
British Journal of Anaesthesia; 2006. 97. h. 2638.
9. Bendo AA. Anesthesia for the Patient with an Intracranial Mass Lesion.
ASA Refresher Courses in Anesthesiology; 2002. 30. h. 15-26.
40
12. Ugan R, Yogen A. Preoperative assesment of neurosurgical patients.
Anesthesia and Intensive Care Medicine; 2010. 11. h. 357-62.
20. Saline or Albumin for Fluid Resuscitation in Patients with Traumatic Brain
Injury the New England Journal of Medicine; 2007. 357. h. 874-84.
41