Anda di halaman 1dari 12

Perbandingan Efek Tiga Sistem Pasak yang Berbeda pada

Fraktur Akar

ABSTRAK
Tujuan: Tujuan dari penelitian in vitro ini adalah untuk membandingkan efek dari
tiga sistem pasak yang berbeda disemenkan dengan sistem yang berbeda pada fraktur
akar. Bahan dan Metode: Tujuh puluh lima gigi taring rahang atas yang telah
diekstraksi dengan akar tunggal dan lurus digunakan dalam penelitian ini. Setelah
mahkota dihilangkan, saluran akar dipreparasi dengan file Reciproc R50. Smear layer
dari akar disingkirkan menggunakan 17% asam Ethylenediaminetetraacetic (EDTA)
diikuti dengan 5,25% NaOCl dan air suling. Semua saluran akar diisi dengan teknik
kondensasi lateral menggunakan AH Plus sealer dan gutta-percha. Sampel disimpan
pada suhu 37C dan kelembaban 100% selama 1 minggu dan kemudian ruang pasak
dipreparasi dengan menggunakan fiber-post drill. Akar kemudian dibagi secara acak
menjadi lima kelompok berdasarkan semen luting dan sistem pasak: kontrol negatif,
kontrol positif, glass fiber post [Unicore (Ultradent, Salt Lake City UT, USA)] +
komposit core [Grandio SO (voco GmbH , Cuxhave, Jerman)], glass fiber post
[Unicore] + Rebilda sistem post-core, individual post core. Sebuah beban
ditempatkan pada mahkota dari semua gigi pada 135 axis panjang gigi sampai
fraktur terjadi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varian satu arah
(ANOVA) dan Tukey post-hoc test. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik dari masing-masing kelompok. Menurut post-hoc Tukey test, cast post core
(1949,35 + 316 N) menunjukkan resistensi fraktur yang lebih tinggi secara statistik
signifikan dari semua kelompok kecuali sistem post-core Unicore + Rebilda
(1722,48 + 144,0 N). Kesimpulan: Sistem fiber post core yang merupakan alternatif
untuk sistem cast post core dapat meningkatkan resistensi fraktur gigi caninus dengan
perawatan saluran akar. Meskipun fraktur yang tidak dapat diperbaiki kembali dapat
terjadi dalam sistem cast post-core, terpisahnya inti resin komposit dengan akar dapat
terjadi pada gigi yang direstorasi dengan sistem fiber post-core.
Keywords : Cast post-core, fiber post-core, fraktur akar, semen resin self-adhesif,
fraktur akar vertikal
PENDAHULUAN
Sistem post-core telah digunakan secara luas untuk merehabilitasi gigi yang
dirawat endodontik apabila telah mengalami kehilangan mahkota yang berlebihan.[1,2]
Fraktur akar vertikal sebagian besar terjadi pada gigi yang direstorasi menggunakan
pasak pasca perawatan endodontik.[3] Sebanyak 40-51,2% dari gigi yang mengalami
fraktur akar vertikal adalah gigi dengan perawatan saluran akar.[4-7] Fraktur akar
terjadi pada daerah di mana tension stress berada pada nilai yang paling kritis pada
akar gigi[8] dan dipengaruhi oleh jenis post yang digunakan pada gigi.[9] Dalam
literatur, dinyatakan bahwa cast post memiliki efek buruk pada resistensi fraktur
akar[10-14] dan banyak peneliti menyatakan terutama pada penempatan post; karena
intensitas tegangan yang terjadi pada akar, cast post ini menyebabkan fraktur akar.[15-
17]

Restorasi yang didukung dengan cast post core mengakibatkan fraktur


radikular pada akar gigi jika dibandingkan dengan post pabrikan.[18] Menurut banyak
penelitian, penggunaan fiber post pada gigi dengan perawatan saluran akar, pada
dasarnya dapat meningkatkan resistensi fraktur dari gigi dengan menyebarkan tekanan
secara lebih baik pada akar gigi.[15,19,20] Nilai modulus elastisitas fiber post dengan
modulus elastisitas dentin yang berdekatan merupakan suatu keuntungan. Selain itu,
restorasi koronal berfungsi sebagai struktur mono-blok dengan membentuk
kesempurnaan yang homogen dengan fiber post, semen resin, dan material komposit.
Diperkirakan bahwa struktur mono-blok dapat mengurangi risiko fraktur ketingkat
minimum.[21]
Resistensi fraktur dari restorasi meningkat dengan post secara langsung
dihubungkan dengan faktor-faktor seperti panjang post, diameter post, desain post,
kesesuaian post, material core, dan semen adhesif.[22] Sementasi dengan semen resin
sebagian besar diterapkan untuk menguatkan ikatan dan kekuatan fiber post.
Pemilihan bahan dan sistem yang tepat pada restorasi gigi yang telah dirawat saluran
akarnya dengan post core dapat meningkatkan daya tahan struktur gigi dan berfungsi
dalam waktu yang lama.
Tujuan dari penelitian in vitro ini adalah untuk membandingkan efek dari berbagai
sistem post core yang disemenkan dengan sistem yang berbeda-beda pada fraktur
akar. Hipotesis nol bahwa penerapan sistem post-core yang berbeda-beda pada gigi
kaninus yang telah dirawat saluran akar ialah tidak memiliki efek terhadap resistensi
fraktur.

BAHAN DAN METODE


Persiapan Sampel
Tujuh puluh lima gigi kaninus rahang atas bersaluran akar tunggal dan berakar
tunggal yang digunakan dalam penelitian in vitro ini. Setelah membuang sisa dari
bagian gigi, selanjutnya disimpan dalam larutan 0,1% sodium azida. Mahkota gigi
telah dibuang menggunakan bur diamond di bawah air pendingin dengan cara panjang
akar tetap 18 mm. Diameter mesiodistal (MD) dan bukolingual (BL) gigi diukur
dengan alat ukur digital (Mitutoyo Co, Tokyo, Tokyo, Jepang) untuk standardisasi.
Berat gigi diukur dengan skala presisi dan data dievaluasi secara statistik. Saluran
akar dipreparasi menggunakan Reciproc R50 instrumen rotary (VDW, Munich,
Jerman), smear layer dari akar dibersihkan menggunakan 17% asam
Ethylenediaminetetraacetic (EDTA) diikuti oleh 5,25% NaOCl dan air suling, dan
kanal-kanal dikeringkan dengan paper point. Semua saluran akar diobturasi dengan
teknik kondensasi lateral menggunakan sealer berbasis resin epoxy [AH Plus sealer
(Dentsply DeTrey, Konstnaz, Jerman)] dan gutta percha. Kemudian sampel disimpan
pada suhu 37 C pada kelembaban relatif 100% selama 1 minggu agar sealer setting.
Akar dibagi menjadi lima kelompok seperti yang tercantum di bawah ini; (N = 15).
Kontrol Negatif (Grup KN): Saluran akar dipreparasi dan dibiarkan kosong.
Kontrol Positif (Grup KP): Saluran akar diisi dengan gutta percha dan AH Plus
sealer.

Glass fiber post [Unicore] + resin komposit core [Grandio SO] (Group GCR)
Ruang pasak (5000 RPM) dipreparasi di 2/3 dari panjang saluran akar (1,75
mm diameter dari bagian koronal dan 1,5 mm dari bagian apex) menggunakan bur
glass fiber post (Unicore Ultradent, Salt Lake City UT, AMERIKA SERIKAT). Post
ini diadaptasi menggunakan bur disc diamond cukup untuk mendukung struktur core.
Setelah saluran akar dan glass fiber post dietsa dengan asam fosfat 37% (3M Espe,
Seefeld, Jerman), kemudian dibersihkan dengan semprotan air, dan selanjutnya
saluran akar dikeringkan dengan paper point (80). Karena instruksi dari produsen
fiber post, tidak perlu mengaplikasikan silane. Setelah mencuci dan mengeringkan
saluran akar, glass fiber post disemen dengan semen resin dual cure (Bifix, QM, Voco
GmbH, Cuxhaven, Jerman), dan sisa semen dibeersihkan. Kemudian dipolimerisasi
menggunakan light cure light-emitting diode (LED) (Bluephase; Ivoclar Vivadent
AG, Schaan, Lichtenstein) dari jarak 2 mm selama 20 detik. Bagian koronal gigi
direstorasi dengan resin komposit Grandio SO (Voco GmbH, Cuxhave, Jerman)
dengan menggunakan teknik layering, dipolimerisasi dengan light cure dari jarak 2
mm selama 40 detik, dan bentuk gigi dibuat seperti kaninus yang telah dipreparasi.

Glass fiber post [Unicore] + Rebilda sistem post-core (Group GR)


Prosedur dalam kelompok sebelumnya diterapkan selama preparasi saluran
akar dan post. Setelah melakukan preparasi saluran akar dan post siap untuk
diaplikasikan dan disementasi, sistem resin adhesif self-etch (Futurabond DC, Voko,
Cuxhaven, Jerman) digunakan. Terakhir, post disemenkan dengan semen resin dual
cure (Rebilda, Voko, Cuxhaven, Jerman) ke saluran akar. Proses polimerisasi
menggunakan LED (Bluephase; Ivoclar Vivadent AG, Schaan, Lichtenstein) dari
jarak 2 mm selama 20 detik. Struktur core dibuat dengan semen resin yang sama dan
bentuk gigi dibuat seperti kaninus yang telah dipreparasi.

Individual cast post core (Grup I)


Prosedur yang sama diterapkan pada kelompok sebelumnya selama preparasi
saluran akar. Kemudian, cetakan diambil dari saluran akar dengan bahan cetak silikon
tipe C (Zeta Plus, Zhermack, Badia Polesine Rovigno, Italia) dengan bantuan
instrumen saluran akar headstrom. Model post-core disempurnakan pada model
plester di laboratorium dan kemudian post core dibuat dari krom kobalt [Gambar 1].
Setelah mengaplikasikan cast post ke saluran akar, post disemenkan dengan semen
resin dual cure (Bi x QM) dan dipolimerisasi menggunakan LED selama 20 detik.
Semua sampel dibiarkan selama 1 minggu untuk setting sempurna dari semen resin.
Gambar 1. Individual cast post Gambar 2. Mesin uji universal

Tes Kekuatan Fraktur


Sampel ditanam pada blok akrilik transparan berbentuk trapesium yang
basisnya datar dan puncaknya bersudut 45, tegak lurus teradap permukaan. Sebuah
takikan ditempatkan ke bagian core gigi 2 mm di bawah insisal. Mesin uji universal
(Shimadzu Corporation, Kyoto, Jepang) digunakan pada kecepatan 0,5 mm / menit
dengan tip yang ditempatkan pada groove dengan sudut 135 antara axis panjang akar
dan tip dari perangkat [Gambar 2]. Nilai yang diukur pada saat fraktur tercatat dalam
satuan Newton (N). Sampel diamati di bawah steromikroskop dengan 20x
Magnifikasi untuk mengevaluasi jenis fraktur.

Analisa Statistik
Analisa statistik dari data dilakukan dengan menggunakan analisis varian satu
arah (ANOVA) dan post hoc Turkey test (P = 0.05). Diameter MD dan BL serta berat
dari gigi yang digunakan dalam penelitian ini, dievaluasi dengan menggunakan tes
Kolmogorov-Smirnov untuk standarisasi. Apakah terdapat perbedaan antara dimensi
dari gigi telah dievaluasi menggunakan ANOVA satu arah dan post hoc Turkey HSD
test.
HASIL

Ukuran MD dan BL, berat, dan nilai-nilai kekuatan fraktur dari tiap-tiap
kelompok dirangkum dalam Tabel 1. Hasil dari analisis statistik yang telah
dikonfirmasi sesuai dengan standarisasi diameter MB, BL dan berat. Resistensi
fraktur terendah (466,04 + 34,9) terjadi pada kelompok NC sementara resistensi
fraktur tertinggi (1949,35 + 316,0) terjadi pada kelompok I. Grup PC dan NC
menunjukkan resistensi fraktur lebih rendah dari kelompok lain (P <0,05). Kelompok
I menunjukkan resistensi fraktur lebih tinggi dari kelompok GCR, PC dan NC (P
<0,05). Sambil mengamati fraktur catastropik (vertikal, oblique atau tipe horizontal)
pada kelompok I, kelompok GCR, dan kelompok GR, fraktur diamati pada sepertiga
servikal dari mahkota.

TABEL 1
DISKUSI

Penelitian ini membandingkan resistensi fraktur dari gigi yang telah dirawat
saluran akar dan didukung oleh sistem cast dan glass fiber post-core. Hipotesis nol
ditolak karena sistem post-core yang berbeda-beda dapat mempengaruhi resistensi
fraktur gigi.
Cast post yang kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi sehingga tidak
dapat menyerap energi di bawah tekanan atau menyalurkan gaya kompresif secara
miring terhadap jaringan dentin yang memiliki struktur kurang kaku. Kondisi ini
meningkatkan risiko fraktur akar[23]. Hal itu juga dinyatakan oleh Hayashi et al.[23]
bahwa fraktur akar gigi yang direstorasi dengan post-core tergantung pada kekerasan
post. Dalam penelitian kami, fraktur terjadi sebagian besar miring dan di sepertiga
tengah.
Pereria et al.[18] menerapkan empat sistem post yang berbeda (cast post core,
pra-fabrikasi, stainless steel, serat karbon, dan glass fiber post) dengan panjang akar
yang sama dari gigi kaninus dan diperiksa resistensi frakturnya. Hasilnya
diidentifikasi bahwa cast post menunjukkan resistensi yang lebih tinggi (750,6 N)
dibandingkan glass fiber post (461.35N), sedangkan fraktur catastropik terjadi pada
semua gigi dalam kelompok cast post, fraktur akar tidak terjadi dalam kelompok lain.
Dalam sebuah penelitian, Franco et al.[24] membandingkan resistensi fraktur
dari cast post (2/3) dan fiber (1/3, 1/2. 2/3) post yang digunakan panjangnya berbeda-
beda dan sebagai hasilnya mereka menyimpulkan bahwa cast post (634,94 N)
menunjukkan nilai resistensi fraktur lebih tinggi dari fiber post (200.1, 212.17, 236.08
N). Verrisimo et al.[25] meneliti analisis elemen terbatas tiga dimensi dan distribusi
tegangan in vitro dari cast post dan fiber post dan didapat bahwa glass fiber post
menunjukkan distribusi tegangan yang lebih homogen sementara cast post
menghasilkan stres yang lebih tinggi pada pertemuan post-dentin.
Dalam sebuah penelitian, Franco et al.[24] meneliti 40 gigi kaninus rahang atas
dalam hal resistensi fraktur dalam empat kelompok berbeda-beda. Cast post core
emas digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok lain struktur resin komposit
core diaplikasikan pada glass fiber post yang panjangnya berbeda. Demikian pula
dengan penelitian kami, bahwa sampel dengan cast post core memiliki ketahanan
fraktur paling tinggi dan semua sampel mengalami fraktur catastropik seperti pada
penelitian lain. Mengamati sangat jarangnya fraktur akar catastropik terjadi pada
fiber post dengan inti komposit, komplikasi klinis yang paling sering adalah gagalnya
system adhesif. Kegagalan diamati pada sendi dari resin inti komposit dan akar dalam
sampel yang posting kaca ber diterapkan. Kegagalan dari glass fiber post terjadi
akibat kegagalan antara struktur core dan struktur yang tersisa. Kegagalan ini
merupakan kegagalan yang dapat diperbaiki seperti disebutkan dalam banyak
studi.[26,27]
Struktur cast post-core memiliki modul elastisitas yang lebih tinggi dan
kekakuan pada kelompok kontrol, dinding koronal menghasilkan adhesi dan stabilitas
yang lebih tinggi untuk mahkota. Namun, struktur core menghasilkan penyaluran
stress yang lebih besar dari mahkota dengan struktur post-core ke dentin akar yang
tersisa. Ketika stres ini melebihi batas ketahanan, fraktur akar terjadi. Giovani et al.[28]
meneliti dua kelompok (cast post core dan glass fiber post) setelah mereka
menerapkan perawatan saluran akar pada 60 gigi kaninus. Sampai fraktur terjadi,
peningkatan beban kompresi terus diberikan. Serupa dengan penelitian kami, glass
fiber post menghasilkan resistensi fraktur yang lebih tinggi untuk gigi dengan
perawatan endodontic daripa cast post logam.
Keterbatasan yang paling utama dari penelitian ini adalah metode tes yang
meniru kondisi klinis in vivo tidak diterapkan. Keterbatasan lain dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: kondisi basah yang dapat menyebabkan perubahan kimia dan
termal di lingkungan mulut dan tekanan pengunyahan tidak dapat diberikan, hanya
gigi kaninus maksila yang dievaluasi dan disementasikan oleh tekanan jari tangan.
Desain studi ini di mana pada ligamen periodontal disimulasikan dan penelitian lebih
lanjut harus dilakukan untuk membandingkan sistem post-core.

KESIMPULAN

Dalam keterbatasan penelitian ini, sistem fiber post-core yang berbeda sebagai
alternatif untuk sistem cast post-core, dapat meningkatkan resistensi fraktur dari gigi
kaninus yang telah dirawat saluran akar. Selain fraktur catastropik dapat terjadi pada
cast post core, struktur core mengalami fraktur dari bagian sevikal mahkota dalam
kelompok fiber post-core.
REFERENSI
1. Assif D, Gor l C. Biomechanical considerations in restoring endodontically
treated teeth. J Prosthet Dent 1994;71:5657.

2. Sorensen JA, Martinoff JT. Intracoronal reinforcement and coronal coverage:


A study of endodontically treated teeth. J Prosthet Dent 1984;51:7804.

3. Santos AF, Tanaka CB, Lima RG, Esposito CO, Ballester RY, Braga RR, et
al. Vertical root fracture in upper premolars with endodontic posts: Finite
element analysis. J Endod 2009;35:11720.

4. Chan CP, Lin CP, Tseng SC, Jeng JH. Vertical root fracture in endodontically
versus nonendodontically treated teeth: A survey of 315 cases in Chinese
patients. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 1999;87:5047.

5. Cohen S, Blanco L, Berman L. Vertical root fractures: Clinical and


radiographic diagnosis. J Am Dent Assoc 2003;134:43441.

6. Tsesis I, Tamse A, Lustig J, Kaffe I. [Vertical root fractures in endodontically


treated teeth part I: Clinical and radiographic diagnosis]. Refuat Hapeh
Vehashinayim 2006;23: 1317, 68.

7. Tsesis I, Rosen E, Tamse A, Taschieri S, K r A. Diagnosis of vertical root


fractures in endodontically treated teeth based on clinical and radiographic
indices: A systematic review. J Endod 2010;36:14558.

8. Sathorn C, Palamara JE, Palamara D, Messer HH. Effect of root canal size and
external root surface morphology on fracture susceptibility and pattern: A nite
element analysis. J Endod 2005;31:28892.

9. Testori T, Badino M, Castagnola M. Vertical root fractures in endodontically


treated teeth: A clinical survey of 36 cases. J Endod 1993;19:8791.

10. Butz F, Lennon AM, Heydecke G, Strub JR. Survival rate and fracture
strength of endodontically treated maxillary incisors with moderate defects
restored with different postandcore systems: An in vitro study. Int J
Prosthodont 2001;14:5864.

11. Ferrari M, Vichi A, GarciaGodoy F. Clinical evaluation of berreinforced


epoxy resin posts and cast post and cores. Am J Dent 2000;13:15B18B.

12. Fuss Z, Lustig J, Katz A, Tamse A. An evaluation of endodontically treated


vertical root fractured teeth: Impact of operative procedures. J Endod
2001;27:468.

13. Lertchirakarn V, Palamara JE, Messer HH. Patterns of vertical root fracture:
Factors affecting stress distribution in the root canal. J Endod 2003;29:5238.

14. Torbjorner A, Karlsson S, Odman PA. Survival rate and failure characteristics
for two post designs. J Prosthet Dent 1995;73:43944.

15. AlOmiri MK, Mahmoud AA, Rayyan MR, AbuHammad O. Fracture


resistance of teeth restored with postretained restorations: An overview. J
Endod 2010;36:143949.

16. Peters MC, Poort HW, Farah JW, Craig RG. Stress analysis of a tooth restored
with a post and core. J Dent Res 1983;62:7603.

17. Toparli M. Stress analysis in a postrestored tooth utilizing the nite element
method. J Oral Rehabil 2003;30:4706.

18. Pereira JR, Lins do Valle A, Shiratori FK, Ghizoni JS, Bonfante EA. The
effect of post material on the characteristic strength of fatigued endodontically
treated teeth. J Prosthet Dent 2014. May 14. pii: S00223913 (14) 001917

19. Salameh Z, Sorrentino R, Ounsi HF, Goracci C, Tashkandi E, Tay FR, et al.
Effect of different allceramic crown system on fracture resistance and failure
pattern of endodontically treated maxillary premolars restored with and
without glass ber posts. J Endod 2007;33:84851.

20. Salameh Z, Ounsi HF, Aboushelib MN, Sadig W, Ferrari M. Fracture


resistance and failure patterns of endodontically treated mandibular molars
with and without glass ber post in combination with a zirconiaceramic crown.
J Dent 2008;36:5139.

21. Boschian Pest L, Cavalli G, Bertani P, Gagliani M. Adhesive postendodontic


restorations with ber posts: Pushout tests and SEM observations. Dent Mater
2002;18:596602.

22. Fernandes AS, Dessai GS. Factors affecting the fracture resistance of post
core reconstructed teeth: A review. Int J Prosthodont 2001;14: 35563.

23. Hayashi M, T akahashi Y , Imazato S, Ebisu S. Fracture resistance of


pulpless teeth restored with postcores and crowns. Dent Mater 2006;22:477
85. 24. Franco EB, Lins do Valle A, Pompeia Fraga de Almeida AL,

24. Rubo JH, Pereira JR. Fracture resistance of endodontically treated teeth restored with
glass ber posts of different lengths. J Prosthet Dent 2014;111:3034.

25. Verissimo C, Simamoto Junior PC, Soares CJ, Noritomi PY, SantosFilho PC. Effect
of the crown, post, and remaining coronal dentin on the biomechanical behavior of
endodontically treated maxillary central incisors. J Prosthet Dent 2014;111:23446.

26. Pereira JR, Valle AL, Shiratori FK, Ghizoni JS, Melo MP. Influence of intraradicular
post and crown ferrule on the fracture strength of endodontically treated teeth. Braz
Dent J 2009;20:297302.

27. Zogheib LV, Pereira JR, do Valle AL, de Oliveira JA, Pegoraro LF. Fracture
resistance of weakened roots restored with composite resin and glass ber post. Braz
Dent J 2008;19:32933.

28. Giovani AR, Vansan LP, de Sousa Neto MD, Paulino SM. In vitro fracture resistance
of glass ber and cast metal posts with different lengths. J Prosthet Dent
2009;101:1838.

Anda mungkin juga menyukai