MACAM-MACAM PONDASI
Berdasarkan bentuk dan strukturnya, pondasi dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Pondasi Menerus adalah pondasi yang dibuat menerus sepanjang/ sekeliling tembok bangunan.
Pondasi jenis ini biasanya dibuat dari pasangan bata, pasangan batu kali, batu padas/karang, beton
bertulang .
2. Pondasi Setempat adalah pondasi yang dibuat pada tempat-tempat tertentu dan biasanya pada setiap
kolom beton untuk bangunan bertingkat seperti: pondasi plat kaki (foot plat), pondasi bor file, pondasi tiang
pancang, pondasi sumuran dan sebagainya.
3. Pondasi Cakar Ayam. Adalah pondasi yang terbuat dari beberapa buah silinder (pipa) beton yang
dibagian atasnya disatukan dengan plat beton. Pondasi jenis ini cocok untuk tanah rawa seperti Bandar
Udara Cengkareng.
4. Pondasi Sarang Laba-laba. Adalah pondasi yang berbentuk plat beton lebar kemudian diperkuat dengan
balok -balok yang menghubungkan antara tiang yang satu dengan yang lain ke arah X dan Y sebagai
balok utama dan pembagi serta diagonal yang menyerupai rangkaian sarang laba-laba.
1. Pondasi langsung adalah Pondasi yang langsung dibangun diatas tanah yang cukup keras. Dan
biasanya pondasi jenis ini dibuat jika dalamnya lapisan tanah keras tidak lebih dari 1 m.
2. Pondasi tak langsung. Jika kondisi tanahnya lembek dan lapisan tanah kerasnya sangat dalam maka
pondasi biasanya dibangun di atas suatu struktur penghubung seperti: tiang pancang, cerucuk, dan
sebagainya.
Seperti diketahui bahwa beton adalah terdiri dari campuran antara bahan pengikat Portland Cement (PC)
dengan bahan tambahan (pengisi) pasir dan krikil dalarn jumlah perbandingan tertentu ditambah dengan
air secukupnya hingga menjadi adukan beton yang siap untuk dituangkan (dicorkan) kedalam acuan beton
(bekisting).
Pebandingan campuran beton untuk konstruksi beton seperti: kolom, lantai, balok lantai, balok ring, balok
sloof, plat kaki, dan sebagainya adalah 1Pc : 2Ps : 3Kr, sedang untuk beton rapat air seperti: bak tandon
air, atap plat beton (dak), luifel dan sebagainya adalah 1 Pc : 1 1/2 Ps : 2 1/2 Kr.
Beton mempunyai sifat sanggup mendukung tegangan tekan dan boleh di kata tidak sanggup sama sekali
mendukung tegangan tarik, huigga pada beton yang menerima tegangan tarik harus diberi tulangan yang
dapat mendukung tegangan tarik yang timbul, dan tegangan tekan diterima oleh beton. Dengan
pengetahuan ini, maka dapat dibuat bennacam-macam konstruksi dari beton bertulang. Bentuk pondasi
beton dapat dilihat pada gambar dibawah
Pondasi Pias
Pondasi pias terdiri dari sebuah plat yang lebarnya tergantung dari pada berat dinding tembok dan daya
dukung tanah dasar yang diperkenankan.
Daya dukung tanah dasar mungkin besar, lebar plat B akan makin kecil. Karena tekana tanah dasar, ujung
plat dengan lengan mendukimg ke atas, sehingga pada bagian bawah plat yang tertarik harus diberi
tulangan.
Tabel plat d dan banyaknya tulangan dapat ditenhikan atas dasar momen lenhuuntuk panjang plat 1 meter
sebesar : .q.a.2 (Gambar).
Karena makin keujung momen lenturnya makin kecil, maka tebal plat makin ke ujung dapat dikurangi
(Gambar).
Bagian bawah plat menerima tegangan tarik, maka tulangan pokok harus diletakkan pada bagian bawah
plat dengan arah tegak lurus terhadap dinding tembok, sedang tulangan pembagi sebanyak 20% dari luas
tampang tulangan pokok dipasang sejajar terhadap dinding tembok atau tegak lurus terhadap tulangan
pokok.
Pondasi Sumuran.
Apabila lapisan tanah keras terdapat pada kedalaman 3-5 m maka untuk membuat pondasi langsung,
lapisan tanah dasar pondasi hanrs diperbaiki dengan cara pemadatan tanah atau urugan pasir.
Penyelesaian seperti ini pada umumnya kecuali mahal juga akan lama, sehingga perlu dipilih cara lain
yang lebih praktis, antara lain dengan pondasi sumuran.
Di sini pondasi sumuran berfungsi sebagai perantara untuk memindahkan beban bangunan yang terletak
di atasnya kepada tanah dasar pondasi yang kokoh (tanah dasar yang mempunyai daya dukung besar).
Sumur-sumur ini berdiri vertikal dan dapat dibuat dari cincin-cincin (buis) beton yang dikenal dalam
perdagangan sebagai pipa beton untuk bangunan (gorong-gorong), yang disusun vertikal satu demi satu
hingga mencapai kedalaman tertentu dan di dalam pipa lalu diisi dengan pasir atau beton siklop.
Setelah pipa beton pertama dipasang pada tempat yang sebenarnya, kemudian tanah dalam pipa
dikeluarkan sambil pipa beton diturunkan perlahan-lahan. Pekerjaan seperti ini diulangi dengan
menempatkan pipa beton kedua di atas pipa beton pertama tadi dan seterusnya hingga mencapai
kedalaman sumur seperti yang direncanakan.
Jika terdapat gangguan-gangguan yang disebabkan air tanah, maka untuk mengeluarkan tanah galian
yang terdapat di dalam pipa sumuran dapat dilakukan dengan mengeruk. Pengecoran beton siklop dalam
air sumuran dilaksanakan dengan menggunakan corong tuang (tremi), sedang banyaknya air dalam
sumuran dapat dikurangi dengan jalan dipompa sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.
Konstrusi pondasi sumuran seperti ini dapat dilaksanakan jika pengeringan air tanah dalam sumuran tidak
mampu dilaksanakan dengan pompa pasir karena pasir mudah dipadatkan yaitu dengan cara mengenangi
dengan air sampai jenuh, sedang untuk bangunan yang cukup besar, bahan pengisi sumuran dapat
dipakai beton siklop yaitu dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr yang ditambah dengan batu kali sebanyak
30% nya. Bahan batu kali pada beton siklop dimaksudkan untuk menghemat biaya.
Sumuran diletakkan tepat satu sumbu di bawah dinding tembok bangunan dengan jarak masing-masing
satu terhadap yang lain supaya diusahakan agar sarna, kecuali apabila keadaan pembagian ruangan yang
tidak sarna. Demikian juga di tempat-tempat sudut bangunan dan tempat-tempat sambungan dinding
tembok (delatasi) harus didirikan pondasi sumuran (Gambar 2.12).
Setelah pondasi sumuran selesai selesai dikerjakan, maka untuk selanjutnya di atas sumuran dipasang
balok terusan dari beton bertulang yang berfungsi mendukung dinding tetnbok bangunan di atasnya (
Gambar 2.13).
Untuk menghitung besarnya garis tengah sumuran, maka dapat dipakai ketentuan tanpa
memperhitungkan berat sendiri bahan pengisi sumuran, tetapi disertai dengan mengurangi besarnya daya
dukung tanah dasar pondasi, schingga rumus besarnya daya dukung tanah dasar pondasi sumuran yang
diperkenankan menjadi :
Apabila kondisi tanah bangunan sangat tidak menguntungkan terutama dalam pelaksanaan pekerjaan
pondasi dari suatu bangunan, antara lain disebabkan:
Keadaan muka air tanah sangat tinggi hingga dapat mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan pondasi
menjadi sulit.
Keadaan lapisan tanah memiliki daya dukung yang berbeda-beda artinya perbedaan daya dukung
tanah cukup besar, dan lagi untuk mencapai lapisan tanah dasar yang kuat/memenuhi syarat
diperkirakan cukup dalam.
Untuk mempermudah pelalaksanaan pekerjaan pondasi, maka dipilih pondasi tidak langsung jenis tiang
pancang, karena konstruksi pondasi tiang pancang paling cocok pada keadaan tanah seperti tersebut di
atas.
Tergantung besar beban yang didukungnya, maka konstruksi pondasi tiang pancang dapat dibedakan
dalam 2 macam yaitu :
1. Pondasi tiang pancang, yaitu yang mendukung beban dinding tembok tannpa perantaraan badan
pondasi, tetapi dinding tembok langsung didukung oleh balok dukung (Garrrbar 2.16).
2. Pondasi di atas tiang pancang, yaitu yang mendukung dinding tembok dengan perantaraarr badan
pondasi dari pasangan, batu kali atau beton cor (Garnbar 2.17).
Tergantung besar beban yang didukungnya maka tiang pancang dapat dibuat dari beton atau kayu,
demikian pula balok dukungnya. Untuk menghemat biaya sebaiknya tiang pancang dibuat dari bahan yang
mudah didapatkan dan tidak jauh dari tempat pekerjaan. Khusus untuk tiang pancang dari kayu maka
supaya diperhatikan tentang sifat tahan lama.
Oleh karena itu bagian konstruksi yang terdiri dari bahan kayu harus diletakkan selalu terendam air, sebab
bahan kayu tidak akan 1apuk bila selalu dalam keadaan basah (kadar lengas kayu tetap). Pada keadaan
muka air tanah yang tetap, maka tiang pancang dari kayu sangat cocok karena tidak dikhawatirkan
terjadinya lapuk akibat basah keringnya kayu.
Tetapi apabila keadaan muka air tanah tidak tetap akibat musim kemarau dan musim hujan, maka tiang
pancang sebaiknya tidak dibuat dari kayu oleh karena pada bagian diantara muka air tanah terendah dan
tertinggi, tiang pancang dari kayu akan lapuk dan perbaikannya kecuali sulit juga mahal. Dan apabila
keadaan terpaksa harus menggunakan bahan kayu rnaka dapat dibuat tiang pancang gabungan yang
terdiri dari tiang kayu dan tiang beton. Agar tidak lapuk, tiang pancang kayu hanya dibuat sampai dengan
0.30 m di bawah muka air tanah terendah, sedang diatasnya yang mengalami basah kering dibuat tiang
pancang dari beton (Gambar 2.16)
Dengan demikian bahaya lapuk pada tiang pancang kayu tidak akan terjadi. Karena tiang pancang
semacam ini tidak praktis, maka konstruksi ini jarang terdapat dalam praktek. Pada beban yang besar,
pada umumnya digunakan tiang pancang dari beton bertulang. Tampang tiang pancang beton bertulang
ada yang bertampang bujursangkar, segi enarn atau segi delapan beraturan dan bulat.
Untuk tarnpang bujur sangkar sudut-sudutnya diserong sedikit agar tidak mudah rusak / pecah pada waktu
tiang pancang diangkut ke tempat pekerjaan atau pada waktu penggerakan dalam penyetelan. Tampang
bujur sangkar mempunyai keuntungan bahwa acuan (" bekisting") sangat sederhana, oleh karena itu
pekerjaan acuan dapat dikerjakan dengan cepat hingga biaya pembuatan tiang pancang menjadi murah.
Sedang tampang segi enam atau segi delapan beraturan merupakan perbaikan dari tampang bujur
sangkar, tetapi pekerjaan acuan menjadi lebih sukar hingga relative biayanya akan menjadi lebih mahal.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan luas/garis tengah tampang tiang pancang antara
lain sebagai berikut :
4. Harus kuat menahan lenturan akibat berat sendiri pada waktu tiang pancang diangkut atau diderek
dalam penyetelan.
Sebagai pedoman untuk menenentukan garis tengah tampang tiang pancang dari beton bertulang, maka
luas tampang dapat diambil 800-400 crn2 hingga garis tengah tiang pancang terdapat diantara 32-42 cm.
Mengingat ukuran garis tengah tampang tiang pancang juga tergantung pada panjangnya, maka umumnya
garis tengah tiang diambil paling sedikit 1/60 dari panjang tiang pancang.
Panjang tiang pancang yang diperlukan tergantung dari dalamnya lapisan tanah dasar yang kokoh atau
yang memiliki daya dukung yang besar. Atau panjang tiang pancang dapat pula ditetapkan dengan
melakukan penyelidikan tanah bangunan terhadap tahanan konus dari tiap-tiap jenis lapisan tanah.
Dengan percobaan pembebanan pada satu tiang atau lebih, dapat pula ditetapkan panjang tiang pancang,
demikian pula daya dukungnya. Tetapi cara yang terakhir agak mahal hingga sekarang tidak pernah
dipakai lagi dalam praktek.
Berhubungan dengan kemampuann alat pancang sangart terbatas, maka panjang tiang biasanya hanya
dibuat sarnpai 25 m saja, hingga apabila panjang tiang yang dibutuhkan mencapai lebih dairi 25 m, ini
berarti tiang harus disambung. Pekerjaan tiang pancang cukup sulit, oleh karena itu bila mungkin tiang
pancang jangan disambung.
Tulang memanjang tiang pancang harus dipasang di sekeliling bagian 1uar selimut beton 3,5 cin yang
dibelit dengan tulang spiral 6 crn atau 8 mm dengan jarak 8 cm sampai 12 cm. Banyak tiang
memanjang diambil 8 sampai 12 batang dengan garis tengah 16 mm sampai 25 mm dan disarnping harus
kuat mendukung beban yang disyaratkan juga harus memenuhi peraturan-peraturan yang tercantum
dalam peraturan beton. Gambar 1-18 mernperlihatkan contoh tiang beton tampang bujur sangkar.
Tulang memanjang berjumlah 12 20 mm yang dibelit dengan tulangan 6 mm dengan jarak 8 cm. Di
bagian kedua ujung tiang pancang, jarak tulangan spiral diperkecil hingga 3 cm agar tiang lebih tahan
terhadap pukulan akibat tumbukan pemancangan dan gesekan tiang terhadap batu-batu yang ada dalam
tanah.
Sedang Gambar 2.18 memperlihatkan contoh tiang pancang betcn tampang segi delapan beraturan.
Tulang memanjang berjumlah 8 19 mm yang dibelit dengan tulangan spiral 6 mm dengan jarak s = 8
mm.
Pada ujung tiang yang akan menderita pukulan akibat tumbukan pemancangan diperkuat dengan
menambah tulangan membujur hingga menjadi 8 9 mm - 8 14 rnm dengan jarak s = 5 cm.
Dengan diperkuatnya bagian ujung tiang pancang, maka dapat diharapkan bahwa tiang pancang tidak
akan mudah pecah atau hancur akibat tumbukan pada waktu pernancangan.
Apabila lapisan tanah dasar pondasi yang baik artinya cukup kokoh sebagai tanah dasar pondasi,
mempunyai daya dukung yang besar, terdapat cukup dalam misalnya antara 2,50 m sampai 3,50 m dari
permukaan tanah, hingga dikhawatirkan kecuali akan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan juga mahal bila
dipergunakan konstruksi pondasi langsung, maka dapat dipergunakan pondasi tidak langsung macam
tiang Straus.
Pondasi tiang Straus sangat praktis dalam pengerjaannya hingga relative akan menjadi murah bila
dibandingkan dengan macam pondasi lainnya, sebab :
1. Tidak membutuhkan tempat kerja yang luas dan apabila dipergunakan macam pondasi langsung, maka
kecuali lebar lobang galian tanah pondasi bagian atas sangat besar juga penempatan tanah galian
membutuhkan tempat yang luas, hingga praktis pekerjaan dapat terganggu dan relatif mahal.
2. Karena tanah dasar pondasi yang baik kedapatan cukup dalam, maka apabila dipergunakan macam
pondasi langsung akan membutuhkan bahan pondasi cukup banyak dan pelaksanaan pekerjaan juga
memakan waktu cukup larna hingga pembiayaan anggarannya relatif akan menjadi mahal pula.
Dasar-dasar teori yang menjadi landasan penggunaan konstruksi tiang Straus adalah sebagai berikut :
1. Campuran beton kering yang ditumbuk di dalam lubang tanah dapat mendesak tanah disekelilingnya
hingga menjadi padat dan membesar pada ujung bawahnya sehingga membentuk bulatan yang dapat
menambah luasan bidang kontak dengan tanah dasar atau sebagai plat kaki pondasi
2. Campuran beton kering yang ditumbuk dalam lubang tanah lama-kelamaan akan membatu akibat
kelembaban di dalam tanah (semen portland apabila kena lembab dapat mengeras) hingga menjadi
pondasi yang kokoh.
3. Dengan isi campuran beton kering 0,12 m3 akan dapat membentuk telapak kaki bulat dengan garis
tengah 50 cm, sehingga dengan demikian terdapat luas dasar telapak kaki sebesar . n d2 = .
3,13,502 =1962,50 cm2 atau dapat dibulatkam menjadi 2000 cm2.
4. Apabila tanah dasar pondasi tiang Straus mempunyai daya dukung stanah = 2,5 kg/cm2, ini berarti daya
dukung satu tiang Straus kurang lebih 2000cm2 x 2,5 kg/cm2 = 5000 kg.
5. Mengingat besarnya daya dukung tiap-tiang Straus hanya kurang lebih 5000 kg, ini berarti penerapan
pondasi macam tiang Straus diutamakan hanya untuk bangunan yang ringan-ringan agar didapatkan jarak
tiang kurang lebih 1,50 m yang tentunya relatif akan menjadi murah.
6. Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang Straus tidak membutuhkan ruang kerja yang luas dan waktu yang
lama hingga relatif akan murah biayanya.
7. Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang Straus tidak menimbulkan getaran yang berarti pada tanah
bangunan di sekitarnya, hingga tidak dikhawatirkan adanya retak-retak pada bangunan tersebut.
8. Setelah bagian pekerjaan tiang Straus selesai, maka dapat segera dilanjutkan dengan bagian pekerjaan
di atasnya tanpa menunggu proses pengerasan beton tiang Straus, sehingga dengan demikian pekerjaan
dapat berjalan dengan cepat.
Gambar Cara Pelaksanaan Pembuatan Pondasi Tiang Straus
1. Pertama-tama letak tiang Straus supaya ditentukan terlebih dahulu (uitzet), sumbu tiang Straus harus
tepat pada sumbu kolom atau dinding tembok yang didukungnya.
2. Pada titik di mana tiang Straus didirikan, supaya dibuat lubang vertikal dengan jalan mengebor sampai
kedalaman pada lapisan tanali cukup keras, tetapi dalamnya tidak lebih dari 3,50 m. Garis tengah bor
cukup diambil 30 cm.
3. Setelah pekerjaan pengeboran selesai atau bersamaan dengan pekerjaan pengeboran, pada lubang
tanah lalu dimasukkan pipa besi dengan garis tengah yang sesuai dengan garis tengah bor (lubang tanah),
sehingga ujung pipa tersebut sampai pada dasar tanah pengeboran.
4. Setelah bor tanah ditarik ke luar dari pipa besi, kemudian dalam pipa dimasukkan beton kering
sebanyak kurang lebih 0,12 m3 dengan perbandingan campuran 1 Pc : 2 PS : 3 kr yang telah diaduk
homogen.
5. Guna pemadatan campuran beton kering dalam pipa, dipakailah timbris dengan berat kurang lebih 100
kg yang terbuat dari besi atau kayu dengan garis tengah kurang lebih 25 cm atau 27 cm (garis tengah
timbris diambil lebih kecil dari pada garis tengah pipa besi, hal ini dimaksudkan agar mempermudah
pekerjaan penimbrisan).
6. Campuran beton kering dalam pipa, kemudian ditimbris beberapa kali sambil pipa secara perlahan-
lahan diangkat ke atas setinggi kurang lebih 50 cm.
7. Campuran beton kering dalam pipa, setelah ditimbris beberapa kali akan mendesak tanah dasar dan
tanah disampingnya hingga menjadi bentuk kebulat-bulatan dan keadaan seperti ini dapat berfungsi
sebagai telapak kaki pondasi tiang Straus.
8. Sesudah keadaan beton kering yang ditimbris dalam pipa mencapai sama tinggi dengan ujung yang
telah diangkat setinggi kurang lebih 50 cm, pekerjaan timbris lalu dihentikan dan alat timbris ditarilk keluar
dari pipa.
9. Selanjutnya rangkaian tulang beton kolom bulat dengan garis tengah lubang pipa yang terdiri dari
tulangan pokok 6 12 mm dengan begel (sengkang) spiral (ulin) 6 mm dengan jarak s = 15 cm
dirnasukkan kedalam pipa besi.
10. Sesudah tulangan distel (diatur) dengan baik yaitu satu sumbu dengan pipa dan terletak di atas dasar
beton tumbuk, kemudian campuran beton cair dengan perbandingan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr yang
telah diaduk homogen lalu dimasukkan kedalam pipa. Bersamaan dengan proses pengecoran, beton cair
dipadatkan dengan alat getar (vibrator) dan pipa besi diangkat (ditar-ik) perlahan-lahan ke luar dari lubang
tanah hingga seluruh lubang tanah terisi penuh dengan beton.
11. Selanjutnya pekerjaan seperti di atas dapat dilakukan lagi untuk pembuatan tiang Straus yang lain.
Keterangan: Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat sketsa Prosedur Pembuatan Pondasi tiang Straus
seperti gambar 2.14.
Daftar Kuantitas/Bill of Quantity/BQ
Daftar Kuantitas memuat jenis pekerjaan, volume dan satuan pengukuran dari
semua item pekerjaan yang akan dilaksanakan. Volume pekerjaan ini dihitung oleh
Perencana berdasarkan gambar rencana yang telah disetujui oleh pemberi tugas. Daftar
kuantitas ini bisa diberikan kepada Kontraktor sebagai bagian dari dokumen tender dan
bisa pula tidak tergantung dari sistem pelelangan yang diterapkan oleh panitia lelang.
Daftar kuantitas yang dikalikan dengan harga satuan pekerjaan merupakan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) proyek yang disusun oleh Perencana. RAB proyek yang disusun
Perencana setelah disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi Pemilik Proyek untuk
melakukan pelelangan akan ditetapkan sebagai Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS
akan dipakai pedoman oleh pemilik proyek (owner) dalam mengevaluasi penawaran dari
Kontraktor.
Bila BQ diberikan kepada Kontraktor : akan menjadi pedoman bagi Kontraktor dalam
menyusun RAB penawaran dan akan memudahkan panitia dalam evaluasi penawaran
karena uraian jenis pekerjaan akan sama dan volumenya sama sehingga hanya perlu
mengevaluasi harga satuan dan total harga. Waktu yang diperlukan untuk pengajuan
penawaran juga lebih singkat. Umumnya untuk jenis kontrak Unit Price.
Bila BQ tidak diberikan kepada Kontraktor maka tiap kontraktor akan menghitungnya
langsung dari gambar rencana yang diberikan sehingga konsekwensinya akan ada
perbedaan interpretasi yang akhirnya akan menghasilkan perbedaan volume tiap-tiap
jenis pekerjaan. Panitia harus mengevaluasi volume, harga satuan dan total harga.
Harus diberikan waktu yang cukup untuk kontraktor dalam mengajukan
penawaran. Umumnya untuk jenis kontrak lump sum.
Keterangan-keterangan lain
Berupa Berita Acara penjelasan mengenai Dokumen Tender yang diberikan saat
pemberian penjelasan pekerjaan (Aanwyzing). Keterangan ini bisa berupa gambar,
tambahan/pengurangan keterangan tentang syarat-syarat Administrasi maupun Teknis.
Yang dimaksud dengan Dokumen Pelaksanaan Proyek adalah Dokumen Kontrak serta semua Laporan
dan Berita Acara yang dihasilkan selama pelaksanaan Proyek hingga penyerahan proyek.
Dokumen Kontrak
Dalam pelaksanaan Konstruksi, Kontrak adalah Surat Perjanjian antara Pemberi Tugas (Owner)
dengan Penerima Tugas (Kontraktor atau Konsultan), Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak) ini
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat antara Pemberi Tugas dan Penerima Tugas. Kontrak ini
dibuat setelah dalam pengadaan barang/jasa terpilih satu perusahaan sebagai pemenang dan telah pula
melalui proses klarifikasi dan negosiasi akhir.
Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) yang dilampiri dengan dokumen tender dan lampiran
lainnya disebut Dokumen Kontrak. Dokumen Kontrak digunakan untuk mengatur syarat-syarat
administratif, teknis dan keuangan selama masa pelaksanaan hingga penyerahan Proyek. Isi Dokumen
Kontrak adalah sebagai berikut :
Merupakan kumpulan dari catatan-catatan penting yang disusun saat pihak pemilik dan
Kontraktor/Konsultan pemenang melakukan klarifikasi dan negosiasi. Berita acara
maupun catatan-catatan ini bisa berupa uraian maupun gambar yang disetujui kebua
belah pihak.
Sistem Kontrak
Berdasarkan Keppres RI No 80 tahun 2003, Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas :
a. berdasarkan bentuk imbalan
1. Lum Sum
2. Harga Satuan
3. Gabungan lum sum dan harga satuan
4. Terima jadi (turn key)
5. Persentase
b. berdasarkan jangka waktu pelaksanaan
6. tahun tunggal
7. tahun jamak
c. berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa
8. kontrak pengadaan tunggal
9. kontrak pengadaan bersama
Kontrak persentase
Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan
pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan
persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.
Kontrak Pengadaan Bersama adalah kontrak antara beberapa Unit Kerja atau beberapa Proyek
dengan Penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu
sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing Unit Kerja dan pendanaan bersama yang
dituangkan dalam kesepakatan bersama.Sistem Kontrak
Berdasarkan Keppres RI No 80 tahun 2003, Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas :
a. berdasarkan bentuk imbalan
1. Lum Sum
2. Harga Satuan
3. Gabungan lum sum dan harga satuan
4. Terima jadi (turn key)
5. Persentase
b. berdasarkan jangka waktu pelaksanaan
6. tahun tunggal
7. tahun jamak
c. berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa
8. kontrak pengadaan tunggal
9. kontrak pengadaan bersama
Kontrak persentase
Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan
pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan
persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.
Tegangan
Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m atau
Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m2).
Selain itu, Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan.
Tegangan normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau
kompresi dan tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan
pada ujung-ujung batang sedemikian rupa sehingga batang dalam
kondisi tertarik, maka terjadi tegangan tarik pada batang, jika batang
dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan.
2. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar
dengan penampang.
3. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda
yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda tersebut
tetapi tidak menyebabkan bentuk benda berubah.
Regangan
Modulus Elastisitas
Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda tersebut dan mengamati
penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya. Besar pelenturan (f)
ditentukan melalui persamaan matematis sebagai berikut:
Keterangan:
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)
Hukum Hooke
Besaran adalah gambaran secara kuantitatif (ukuran) dari benda, proses atau suatu keadaan,
contohnya : massa, panjang, tekanan, tegangan, kecepatan, dan sebagainya. Dalam suatu pengukuran
nilai suatu besaran adalah harga ukuran itu.
1. Besaran Vektor : yaitu besaran yang mempunyai besar (nilai) dan arah, seperti gaya, kecepatan,
dansebaginya
2. Besaran Skalar : yaitu besaran yang hanya mempunyai besar tapi tidak punya arah, contohnya
: massa, panjang, waktu, suhu, dan sebaginya.
Sistim Satuan International (SI) adalh suatu sistim yangtelah diolah dan dikembangkan oleh komisi teknik
dan ISO (International Organization for standardization). Standar satuan ini tercantum dalam International
Standard ISO R31. ada tiga macam kategori satuan yaitu :
1. satuan dasar
2. satuan tambahan
3. satuan turunan
Panjang adalah besaran, 2 disini menyatakan nilai ukuran (nilai besaran), dan meter adalah satuan.
Tiga kategori satuan system Internasional yaitu satuan dasar, satuan tambahan dan satan turunan.
Nama Lambang
No Besaran
Satuan satuan
Definisi
meter adalah suatu panjang
yang sama dengan
1.650.763.73 kali panjang
gelombang dalam vakum
1 Panjang Meter M dari radiasi yang besesuaian
dengan transisi antara 2
P10 dan 5 d5 dari atom
krypton-86 (CGPM ke-11
tahun 1963)
Nama Lambang
No Besaran
Satuan satuan
Definisi
1 Sudut Radian rad Radian adalah sudut bidang
Bidang antara dua jari-jari lingkaran
Datar yang memotong keliling
lingkaran, dengan panjang
busur sama panjang dengan
jari-jarinya.
Satuan SI
Besaran
Nama Lambang
Satuan
Besaran
Nama lambang Bentuk lain (SI) Bentuk lain (SI)
Untuk factor konfersi ini bias langsung dilihat pada tabel-tabel konversi berikut.
cm m km in ft mil
1 inchi 2,540 25,4 x 10-3 25,4 x 10-6 1 88,33 x 10- 15,79 x 10-
3 6
1 yard = 3 ft = 36 in
1 Angstrom (1Ao) = 10-10 m
m3 cm3 l in3
1 gallon (Indonesia) = 4 liter 1 barrel (US) = 42 gallon (US) = 34,97 gallon (UK)
Tabel 8 konversi tekanan
1 kp = 1 kgf/cm2
g kg slug oz Lb
dyne N lb pdl gf
1 british termal unit 1 0,2161 392 x 10-6 0,07 293 x 10-6 0,293
pergram
1018 Eksa E
1015 Peta P
1012 Tera T
109 Giga G
106 Mega M
103 kilo K
102 hecto H
101 deca Da
10-1 deci Di
10-2 centi c
10-3 mili m
10-6 mikro
Faktor perkalian singkatan Simbol
10-9 nano n
10-12 pico p
10-15 femto f
10-18 atto a
Ringkasan
1. Besaran adalah gambaran secara kuantitatif (ukuran) dari benda, proses atau suatu keadaan. Ada dua
maca besaran yaitu : Besaran Vektor (besaran yang mempunyai besar (nilai) dan arah, sepertigaya,
kecepatan, dan sebaginya), serta Besaran Skalar (besaran yang hanya mempunyai besar tapi tidak punya
arah, contohnya : massa, panjang, waktu, suhu, dan sebaginya).
GAYA
a. Hukum I Newton
Setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan kecuali benda itu
dipaksa untuk mengubah keadaan tersebut oleh gaya-gaya yang dikerjakan padanya.
Jika tidak ada gaya yang berpengaruh pada suatu benda maka percepatannya adalah nol. Contoh
yang sering kita temui adalah misalkan kita naik mobil yang awalnya diam tiba-tiba mobil bergerak maka
kita akan terpental kebelakang (cenderung diam). Ataupun ketika kita naik mobil dalam keadaan bergerak,
tibi-tiba mobil direm, maka kita akan terdorong kedepan (cenderung tetap bergerak). Jadi setiap benda
cenderung untuk mempertahankan keadaan pada dirinya.
Gaya merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan kecepatan pada benda. Suatu
kenyataan bahwa jika tidak ada gaya yang memaksa maka benda tetap akan diam atau bergerak lurus
beraturan. Hal ini merupakan sifat inersia (kelembaman) suatu benda yang bermassa m.
b. Hukum II Newton
Gaya efeksial yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus dengan massa benda dan
percepatannya, arah gaya adalah sama dengan percepatan benda.
Jadi F=m.a
Dimana F = gaya (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2)
hukum Newton I adalah keadaan khusus dari hukum newton II ini, yaitu keadaan F = 0 maka percepatan a
= 0. sehingga benda dalam keadaan diam atau bergerak konstan.
Jika pada benda bekerja lebih dari satu gaya maka total gaya tersebut adalah F= m .
a dimana F adalah jumlah vektor semua gaya luar yang bekerja pada benda tersebut. Dalam
penguraian komponen vektor maka harga F dan percepatan a dapat diuraikan menjadi :
Fx = m . a x
Fy = m . ay
Misalkan kita menarik benda dengan seutas tali maka pada tali dan benda akan melakukan gaya reaksi
juga yang besarnya sama. Jika gaya tariknya kuat dan lebih besar dari gaya berat atau gaya yang bekerja
pada tali dan benda maka benda akan bergerak menurut tarikan.
1. gaya hubung
2. gaya gravitasi
3. gaya magnit
4. gaya elektrostatis
5. gaya/Tegangan tali
6. gaya gesek
7. gaya normal
8. gaya sentripetal
9. gaya sentrifugal
10. gaya berat, dan lain-lain
Koefisien gesek pada kedua permukaan benda bergantung pada bermacam-macam variabel, seperti
bahan yang dipergunakan, halus atau kasarnya permukaan, kelembaman, selap;ut permukaan, tempertur,
kebersihan permukaan, dan sebagainya.
Pada benda yang menggelinding diatas suatu permukaan dilawan oleh gaya yang timbul oleh
perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Gaya ini disebut gaya gesek gelinding/luncur.
Misalkan pada roda sebuah mobil yang bergerak maka antara roda dengan jalan akan terjadi kontak gaya
gesek.
Pada gerak menggelinding tanpa slip setiap bagian ban yang kontak dengan jalan aspal ada dalam
keadaan diam karena bagian ini bersinggungan dengan aspal dan tidak ada slip maka kecepatan pada
bagian ini sama dengan kecepatan aspal. Berarti kecepatan relatif pada kedua permukaan yang
bersinggungan adalah nol dan gaya gesek antara ban dengan jalan adalah jenis gaya gesek statik.
Contoh soal.
1. sebuah benda diatas meja ditarik oleh beban yang menggantung di tepi meja dengan tali dan roda
seperti gambar.
Jika M1 = 1 kg dan M2 = 3 kg sedangkan percepatan gerak kearah M2 didapat 0,2 m/det2 . tentukan gaya
gesek kinetik benda M1terhadap meja.
Jawab.
Berdasarkan hukum Newton II maka dapat diturunkan rumusan penyelesaian sebagai berikut :
(M1 . g) - fk = (M2 M1) . a
(M2 . g) (k . M1 . g) = (M2 M1) . a
maka :
Sehingga :
2. sebuah mobil bergerak sepanjang horisontal dengan laju vokemudian mesin dimatikan. Jika koefisien
statis antara ban mobil dengan jalan aspal adalah s, berapakah jarak minimum untuk menghentikan
mobil tersebut tanpa direm.
Jawab
Kita anggab mobil sebagai partikel yang begerak kearah sumbu x positif.
Dari rumusan pada bab tentang gerak kita dapatkan :
v2 = vo2 + 2 . a . x
dengan laju akhir v=0
sehingga kita peroleh :
andaikan kecepatan awal ketika mesin mobil dimatikan adalah 97 km/jam dan s = 0,60 (harga pada
umumnya) maka jarak untuk menghentikan mobil adalah 61 m
Sebuah balok terletak pada bidang miring, balok ini ditahan oleh tali yang terikat pada batang.
Penggambaran gaya-gaya yang bekerja pada balok adalah seperti yang ditunjjukan disampingnya.
F1 (m . g . sin ) = 0
F2 (m . g . cos ) = 0
Jika nilai m dan diberikan maka besar F1 dan F2 bisa dihitung
Pada sumbu x dan y kita peroleh
Fx = m . ax Fy = m . ay
Sehingga kita peroleh
F2 (m . g . cos ) = m . ay = 0 dan (m . g . sin ) = m . ax
Maka ay = 0 dan ax = g . sin
Contoh 2. sebuah benda digantung dengan menggunakan tali seperti pada gambar dengan massa tali
diabaikan.
Fa , Fb , Fc adalah semua gaya yang bekerja pada benda. Karena benda tidak dipercepat (diam) maka :
Fa + Fb + Fc = 0
Dengan bantuan sumbu x dan y diatas maka kita dapatkan :
Fax + Fbx = 0
Fay + Fby + Fcy = 0
Karena semua vektor terletak pada bidang x-y maka semau gaya pada bidang z adalah 0.
Selanjutnya dari gambar kita dapatkan :
Fax = Fa cos 30o = 0,866 Fa
Fay = Fa sin 30o = 0,500 Fa
Fbx = Fb cos 45o = 0,707 Fb
Fby = Fb sin 45o = 0,707 Fb
Fcy = Fc = W
Dengan mensubstitusikan ke persamaan semula maka akan diperoleh :
0,866 Fa + 0,707 Fb = 0
0,500 Fa + 0,707 Fb W = 0
jika harga W di ketahui maka besar Fa , Fb , Fc akan diketahui pula.
Contoh 3. Dua benda bermassa tidak sama dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol licin dan tidak
bermassa seperti gambar.
Ringkasan
a. Hukum Newton tentang gaya ada tiga seperti yang tertera pada bagian 1 bab ini
b. Penggambaran gaya adalah seperti penggambaran vektor
c. Terdapat banyak sekali macam-macam gaya seperti : gaya gravitasi, gaya normal, gaya gesek, gaya
berat, tegangan, dan sebagainya.
d. Operasi matematik gaya adalah seperti operasi matematik vektor.
e. Gaya gravitasi tiap tempat dimuka bumi adalah berbeda-beda tergantung letak lintang atau ketinggian
suatu tempat tersebut.
f. Gaya normal adalah gaya yang tegak lurus terhadap bidang
g. Gaya gesek timbul akibat gesekan dua bidang. Ada dua maca gaya gesek yaitu gaya gesek statis dan
gaya gesek kinetis. Gaya gesek kinetis lebih kecil dari pada gaya gesek statis.
Soal-Soal
1. Tentukan massa sebuah benda yang beratnya 1 N di suatu tempat dimana g = 9,8 m/s 2 dan tentukan
massa suatu benda yang beratnya 1 dyne disuatu tempat dimana g = 980 cm/s 2
2. Pada gambar berikut, tentukan tegangan pada tali dan percepatan pada kedua benda jika massa tali,
massa katrol, dan gesekan tali dengan katrol diabaikan.
3. Kotak dengan massa 250 kg ditarik dengan gaya 1000 N pada sudut 30o, jika koefisien gesek antara kotak
dengan lantai 0,5 tentukan percepatan kotak
4. Sebuah pesawat pengangkut barang lepas landas dari suatu lapangan datar dengan menarik dua buah
pesawat luncur, yang satu dibelakang yang lain. Berat tiap pesawat luncur adalah 2400 lb dan gaya
gesekan atau drag dari tiap pesawat dianggap konstan yaitu 400 lb. Tegangan dalam tali yang menarik
pesawat luncur pertama tidak boleh lebih dari 2000 lb.
a. kalau untuk lepas landas diperlukan kecepatan 100 ft/s berapa panjang landasan yang akan terpakai
b. berapa tegangan dalam tali penghela antara kedua pesawat luncur ketika sudah memperoleh kecepatan
untuk lepas landas.
5. Pada gambar berikut, diketahui bahwa koefisien gesek antara meja dan benda M1 adalah 0,02 sedangkan
massa M1 = 25 kg dan M2 = 15 kg
Tentukan :
1. Tegangan tali T jika massa tali, massa katrol, dan gaya gesek diabaikan
2. Cari percepatannya jika massa tali, massa katrol, dan gaya gesek diabaikan
3. Dengan memperhitungkan gaya geseknya berapa jauh benda M2turun setelah dilepas selama 3 detik.
6. Jika koefisien gesek antara ban mobil dan jalan adalah 0,5. berapakah jarak paling pendek pada sebuah
mobil yang melaju dengan kecepatan 60 mil/jam dapat berhenti.
7. sebuah peti yang beratnya 80 kg terletak dilantai bak sebuah truk. Koefisien gesek statik antara lantai bak
dengan peti adalah 0,30 sedang koefisien luncurnya adalah 0,20. Tentukan besar serta arah gaya
gesekan pada peti jika :
a. truk bergerak dengan percepatan 6 m/detik
b. truk diperlambat dengan perlambatan 10 m/detik
Elastisitas
Gambar 1. Pegas
Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk
awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada adonan kue. Bila kita
menekan adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan
dari adonan kue tersebut, maka adonan kue tidak dapat kembali ke bentuk
semula.
Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah pada tingkatan dalam
besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis
pada benda perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut mempunyai sifatsifat
berikut:
Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifatsifat fisis
yang sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak
ada perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi
perubahan volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini
disebut juga modulus elastisitas.
Penggunaan beton bertulang dalam konstruksi gedung sudah umum dilakukan. Beberapa keuntungan
menggunakan beton bertulang antara lain: kekuatannya menahan beban yang sangat tinggi, mudah
dibentuk sesuai kebutuhan, keawetannya, dan ketahanan terhadap api yang lebih baik dari struktur baja
(karena adanya selimut beton yang melindungi tulangan baja di dalamnya). Salah satu kekurangannya
adalah bervariasinya kuat tekan beton yang sangat dipengaruhi oleh jenis, kualitas, dan komposisi material
pembentuknya (aggregat, semen dan air), serta cara pengerjaannya. Oleh sebab itu, kontrol kualitas beton
biasanya cukup ketat baik dalam proses pengadukannya, pengecorannya serta perawatan setelah dicor.
Biasanya dalam spesifikasi teknis suatu bangunan yang akan dilaksanakan, dipersyaratkan perlunya
pengujian mutu beton agar kuat tekan beton sesuai dengan yang direncanakan.
Lokasi pembuatan beton dapat dilakukan pada site proyek, atau dapat juga dengan memesan beton yang
sudah jadi (ready mix). Proses pembentukan struktur beton bertulang dapat dilakukan di tempat, atau
dapat juga menggunakan beton precast (memesan sudah jadi sesuai dimensi yang ditentukan). Ditinjau
dari sistem penulangannya, dikenal beton bertulang biasa dan beton prategang (prestressed).
Gambar Penulangan balok dan kolom eksternal
Gambar Penulangan balok dan kolom Internal
Macam-macam bentuk atap
Atap merupakan bagian bangunan yang berperan penting dalam keindahan bentuk bangunan bahkan
kadang kala atap menjadi suatu ciri khas dari sebuah bangunan atau ciri khas daerah tertentu .
Oleh karena itu arsitek sering kali membuat bentuk atap yang aneh atau lain dari pada yang lain. Namun
demikian secara umum bentuk atap dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
1. Atap Pelana
Bentuk atap seperti ini biasanya dipakai pada rumah-rumah sangat sederhana, karena bentuknya yang
sederhana, gampang membuatnya dan biayanya ekonomis. bahan yang sering dipakai adalah bahan yang
berbentuk lembaran seperti asbes, seng dan sebagainya. Model seperti ini dipilih dimaksudkan agar tidak
banyak diperlukan pemotongan atap untuk membuat sudut jurai luar.
2. Atap Limas
Untuk rumah dengan denah persegi panjang. Bentuk atap seperti ini paling banyak dipakai karena
bentuknya bagus, mempunyai kemiringan ke empat arah dengan puncak memanjang. Bentuk atap ini
paling aman dan mudah perawatannya . Bahan atap yang sering dipakai adalah genteng karena murah ,
mudah memasang dan tidak diperlukan pemotongan bahan .
Gambar Atap Limas
3. Atap Tenda
Untuk bangunan yang memiliki denah persegi, paling banyak memilih bentuk atap tenda . Bentuknya
hampir sama dengan atap limas , memiliki kemiringan ke empat arah , hanya puncak satu titik ditengah
(gambar 4.3) . Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai tenda yang keempat sudutnya diikat
dan ditengah-tengah ditopang dengan satu tiang. Bahan yang sering dipakai Atap model ini adalah
genteng, sirap dan sebagainya.
Bentuk atap seperti ini banyak dipakai pada rumah tradisional Jawa. Atap seperti ini bisa dipakai untuk
denah bujur sangkar ataupun persegi panjang. Struktur atap ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas
yang mempunyai kemiringan lebih curam dan bagian bawah ( bagian luar ) memiliki kemiringan lebih
landai. Oleh karena itu terjadi patahan atap pada gording. Besarnya sudut kemiringan atap bagian bawah
dan atas tergantung dari bahan yang dipakai. Karena bentuk atap seperti ini mengutamakan keindahan,
maka bahan yang dipakaipun harus yang memiliki nilai artistik.
5. Atap Mansard
Bentuk atap mansard ini merupakan kebalikan dari atap joglo. pada atap joglo patahannya kedalam,
sedangkan pada atap mansard patahannya keluar. sehingga sudut kemiringan atap bagian atas lebih kecil
dari sudut kemiringan atap bagian bawah. bentuk. Bentuk atap seperti ini banyak kita jumpai pada
bangunan lumbung padi, tetapi di Bali patahan ini dibuat lebih halus sehingga mendekati lengkung.
Gambar Atap Mansard.
6. Atap Kubah
Atap kubah mempunyai tampak depan dan tampak samping berbentuk lengkung/ setengah lingkaran.
Sedangkan tampak atasnya bisa berbentuk segi 8, segi banyak beraturan sampai berbentuk lingkaran (
gambar 4.6 ). Bentuk atap seperti ini banyak kita jumpai pada atap puncak dari bangunan mesjid, teater
IMAX Keong Emas dan sebagainya. Pembuatan atap seperti ini memang membutuhkan lebih banyak
bahan karena daya tutupnya relatif lebih kecil dan banyak dilakukan pemotongan bahan. Disamping itu
pengerjaannya memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi.
Gambar Atap Kubah
7. Atap Gergaji
Untuk bangunan yang luas ( panjang dan lebar ), seperti bangunan pabrik, hangar dan sebagainya, jika
dibuat atap limas atau bentuk lain, maka akan didapat tinggi atap yang sangat tinggi. Hal ini tidak sesuai
dengan tinggi bangunan sehingga kesannya keberatan atap. Oleh karena itu luas bidang atap dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian. Pada setiap bagian dibuat atap dengan satu kemiringan dengan emperan
sebagai pencegah tetesan air hujan dari depan. Bentuk atap dengan satu kemiringan ini menyerupai gigi
gergaji, sehingga disebut atap gergaji ( gambar 4.7 ). Disamping itu juga bentuk atap seperti ini
dimaksudkan untuk memperoleh ventilasi dibawah atap emperan.
Tanah berbutir halus pada umumnya mempunyai ciri - ciri plastis yaitu dapat diubah bentuknya
sesuai dengan keinginan kita tanpa terjadi retak, kondisi ini berlangsung pada fase plastis tanah yang
dapat ditentukan dari kadar airnya.
Tanah berbutir halus pada umumnya mempunyai 4 fase atau 4 wujud tanah yaitu
1. Fase kaku
2. Fase semi plastis
3. Fase Plastis
4. Fase Cair
Ketiga wujud / fase tanah ini yang berbeda-beda semuanya ditentukan oleh kandungan air ( kadar
air ) yang berbeda-beda.
Pada kondisi kaku, tanah berupa bongkahan padat yang kalau diremas dengan tangan dapat pecah
berantakan dan tanah akan menggelinding kalau diletakkan pada bidang miring.Kondisi ini terjadi karena
kadar airnya kecil (tanah agak kering ).
Pada fase semi kaku,tanah masih dapat kita bentuk tetapi sudah timbul retak-retak pada permukaannya,
sedangkan pada fase kaku samasekali tanah tidak dapat kita bentuk karena pecah berantakan.
Pada kondisi plastis tanah dapat digiling dan dapat kita bentuk sesuai dengan yang kita inginkan tanpa
terjadi retak-retak.Kondisi ini dapat terjadi karena kadar airnya berkecukupan
Pada kondisi fase cair, tanah sifatnya seperti fluida yaitu dapat mengalir pada bidang miring karena gaya
gravitasi , kondisi ini terjadi karena kadar airnya berlebih.
Diantara fasecair dengan fase plastis terdapat batas kadar air minimum dimana tanah akan mulai
mengalir batas ini disebut Batas Cair tanah yang disimbulkan dengan LL (Liquid Limit ).Diantara fase
plastis dengan fase semi kaku terdapat Batas Plastis yang disimbulkan dengan PL ( Plastic Limit )dimana
pada batas ini tanah dapat dibentuk tetapi sudah mulai timbul retak-retak halus pada permukaannya.
Diantara fase semi kaku dengan fase kaku terdapat Batas Susut yang disimbulkan dengan SL (Shrinkage
Limit ) dimana pada batas ini volume tanah akan mulai berhenti menyusut walaupun pengurangan kadar
air terus dilakukan.
Plastisitas tanah sangat tergantung dari rentang antara batas cair dengan batas plastis yang
disebut dengan Indeks Plastisitas ( IP ) dimana :
IP = LL-PL
Tanah yang mempunyai IP besar dikatakan tanah yang mempunyai plastisitas tinggi yaitu tanah ini
mudah dibentuk pada rentang kondisi kadar air yang lebih besar.Dalam bidang rekayasa tanah semacam
ini pada umumnya tidak baik dan mempunyai kembang susut yang besar contoh misalnya tanah lempung.
Sebaliknya tanah yang rentang indeks plastisnya kecil biasanya sulit dibentuk dan hanya dapat
dibentuk pada rentang kondisi kadar air yang terbatas, tanah ini mempunyai plastisitas yang kecil. Dalam
bidang rekayasa tanah jenis ini baik digunakan karena kembang susutnya kecil.Contoh ekstrim adalah
tanah pasir dimana rentang indeks plastisnya hampir = 0 yang artinya posisi batas cair dan batas
plastisnya hampir berhimpit sehingga tanah ini tidak memiliki fase plastis, maka tanah pasir disebut
dengan tanah non plastis.Demikian juga tanah yang berasal dari penghancuran batuan disebut dengan
tanah non plastis misalnya abu batu, tumbukan batu-bata, tanah cadas, hancuran limestone dll.
Komposisi Tanah
Mekanika Tanah adalah ilmu yang mempelajari gaya gaya yang terjadi pada tanah sehubungan
dengan adanya beban suatu bangunan yang bekerja padanya.
Tanah diartikan dalam ilmu mekanika tanah adalah menyangkut semua endapan alam mulai dari butiran
yang paling halus yaitu tanah lempung ( clay ) sampai butiran yang paling kasar / besar yaitu berangkal (
batu-batu yang besar).Pengertian tanah dalam ilmu mekanika tanah lebih berat dibedakan atas
pembagian ukuran butiran tanah saja (gradasi).
Jenis tanah dibedakan atas gradasi butir :
Jenis tanah
Diameter butiran
Kita tahu bahwa semua bangunan rekayasa sipil berdiri diatas tanah dan tanah adalah suatu bahan yang
relatif lebih lemah kalau dibandingkan dengan komponen bahan bangunan seperti beton,baja,batu dll.
Seringkali terjadi suatu permasalahan pada bangunan yang disebabkan oleh karena kegagalan pada
tanah sebagai pendukung terakhir dari seluruh berat bangunan,misalnya :
Terjadinya keruntuhan pondasi karena kemampuan dukung tanah lebih kecil dibandingkan
dengan beban bangunan.
Terjadinya penurunan pondasi bangunan (settlement ) yang tidak merata yang mengakibatkan
retak pada struktur bangunan.
Terjadinya erosi/bahaya piping yang disebabkan oleh rembesan air pada bagian pondasi
bangunan (khususnya pada bangunan-bangunan air ) yang menyebabkan keruntuhan
pondasi.
Terjadinya kelongsoran pada lereng tebing tanah yang dapat mengakibatkan kerugian material
maupun jiwa.
Konstruksi dinding penahan tebing tanah yang jebol.
Permukaan jalan yang bergelombang akibat proses pemadatan tanah dasar yang tidak
memenuhi persyaratan atau kondisi tanah dasar yang tidak baik
Kegagalan kegagalan tersebut disebabkan karena kita belum mengenali secara baik tanah itu
baik mengenai sifat sifat fisis (index properties) maupun sifat sifat mekanisnya (engineering properties
),dan kita belum memanfaatkan sepenuhnya dari kekuatan tanah tersebut untuk kepentingan bidang
rekayasa.
Sifat fisis tanah (index properties) ialah ialah sifat tanah dalam keadaan asli yang digunakan untuk
menentukan jenis tanah.
Yang termasuk sebagai sifat fisis tanah antara lain : kadar air , berat jenis , Batas Atterberg, gradasi
tanah.
Sifat mekanis tanah (engineering properties) ialah sifat reaksi tanah sehubungan dengan adanya
pengaruh luar yang bekerja padanya misalnya kalau tanah mendapatkan pembebanan,sifat ini digunakan
sebagai parameter dalam perencanaan pondasi.
Yang termasuk sebagai sifat mekanis tanah antara lain : besaran-besaran konsolidasi misalnya Indek
kompressi (Cc) , Koefisien daya kompresi (mv), koefisien konsolidasi (Cv) , besaran-basaran dari
pengujian geser misalnya sudut geser tanah (), kohesi ( C ) , kepadatan kering tanah (d) , CBR ,
permeabilitas.
Kalau kita sudah mengenali baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat mekanisnya maka kita dapat mengetahui
jenis tanah tersebut, proses ini disebut dengan klasifikasi tanah.
Selanjutnya kita dapat menganalisis besarnya kemampuan tanah tersebut baik dalam keadaan asli
maupun setelah dilakukan peningkatan kemampuan misalnya antara lain dengan proses pemadatan.
Pengertian
Manajemen Proyek Konstruksi dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga) kata
yaitu Manajemen, Proyek dan Konstruksi
Manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola pekerjaan dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang.
Secara umum Manajemen dapat artikan sebagai suatu Ilmu dan Seni
- Manajemen dalam pengertian sebagai Ilmu : karena Manajemen bisa dipelajari sama seperti ilmu
pengetahuan lain umumnya
- Manajemen dalam pengertian sebagai Seni : karena Manajemen bersifat abstrak dimana
pengembangan ketrampilan manajemen hanya dimungkinkan dari bakat, kemampuan dan pengalaman
dalam mengembangkan Seni Manajemen
Namun hasil yang terbaik akan diperoleh bila Ilmu dan Seni dalam manajemen itu bertindak saling
melengkapi (complementary).
Jadi pengertian manajemen dalam hal ini adalah seni mengelola kegiatan-kegiatan untuk mencapai
sasaran yang optimal
Proyek adalah suatu kegiatan berkesinambungan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
mencapai sasaran yang ditentukan dengan waktu dan sumber daya yang terbatas di suatu lokasi tertentu
Konstruksi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan membangun suatu
bangunan konstruksi
Dengan demikian Manajemen Proyek Konstruksi dapat diartikanbagaimana cara mengelola suatu
proyek pembangunan konstruksi agar diperoleh hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan
dengan melibatkan sekelompok orang yang masing-masing mempunyai kemampuan/keahlian tertentu,
sumber daya dan waktu yang terbatas di suatu lokasi tertentu.
Manajemen Proyek Konstruksi selanjutnya disebut Manajemen Konstruksi saja.
Tujuan
Tujuan pokok dari Manajemen Konstruksi adalah mengelola pelaksanaan proyek konstruksi sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil sesuai sasaran dengan memenuhi 4Tyaitu : Tepat Waktu, Tepat Mutu,
Tepat Biaya dan Tertib Administrasi. Penerapan Manajemen yang baik sangat penting dalam
pelaksanaan konstruksi karena menentukan keberhasilan pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.
Ruang Lingkup
Manajemen Konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas karena mencakup tahapan kegiatan
sejak awal pelaksanaan kegiatan proyek sampai akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan
(suatu konstruksi).
a. Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan dari konstruksi yang akan dibangun, pembuatan
gambar rencana dan persyaratan teknis yang diperlukan
b. Pengorganisasiaan (Organizing)
Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun organisasi yang akan melaksanakan
pembangunan, termasuk mengatur hubungan kerja diantara unsur-unsur organisasi
c. Pelaksanaan (Actuating)
Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan
bangunan konstruksi yang akan dibangun. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu diatur hubungan kerja
antar pelaksana pembangunan serta selalu tunduk dan taat pada peraturan dan ketentuan yang telah
disepakati
d. Pengawasan (Controlling)
Kegiatan pengawasan dilakukan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan Konstruksi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material sehingga mutunya akan banyak tergantung
kondisi material pembentuk ataupun pada proses pembuatannya.
Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.
Contoh :
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
Fc = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm
note :
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI
Contoh :
tabel diatas merupakan contoh yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu beton dalam pelaksanaan terkait
dengan pemahaman antara Kualitas Beton dengan fc ( Mpa ) dan K ( kg/cm2 ).
Untuk mengetahui kepastian komposisi campuran dan kualitas yang diinginkan bisa dilakukan uji laboratorium Mix Design (
penyelidikan material ) serta melakukan slump tes
Penentuan nilai Fc bisa juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji
tekan benda uji kubus bersisi 150 mm.
Contoh :
K.300 (kg/cm2) ------> MPa. Dengan mengalikan 0,098 ==> fck = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
terima kasih ..
Sumber : http://www.hdesignideas.com/2012/06/memahami-mutu-beton-fc-mpa-dan-
mutu.html#ixzz40ctkqKT1
tabel slump test beton