2, AGUSTUS 2015
ABSTRACT
Fresh fruit of cardamom (Amomumcompactum Sol. Ex Maton) contains essential oils consisting
of cineol, terpineol, borneolwhich can be used to eliminate bad breath. The research has been
conducted to formulate the essential oil of cardamom fruit (Amomumcompactum Sol. Ex Maton) as a
jelly candy with variations on the concentration of gelatin. The concentration of gelatin used were
14%, 16%, 18%, and 20%. Preparations evaluations including organoleptic, weight uniformity, water
content, pH, time of dissolving gel, strength, and panelists preferences. From the research, we found
that essential oils of cardamom fruit (Amomumcompactum Sol. Ex Maton) could be formulated onjelly
candy and favored by the panelist based on statistical data analyzed by using Kruskal-Wallis test
method to test panelist pleasure. The most effective formula in eliminating bad breath was F2
containing gelatin in concentration of 16%.
dari sukrosa, bahan pembentuk gel seperti menghasilkan suatu sediaan yang stabil pada
agar, gum, pektin, pati, karagenan, dan gelatin penyimpanan Bentuk permen jeli yang
yang diolah dengan teknik dan perlakuan beragam berdasarkan perbedaan konsentrasi
tertentu (Buckle, 1987). Gelatin dipilih sebagai gelatin dari tiap-tiap formula.
bahan dasar pembuatan jel karena berdasarkan Uji keseragaman bobot permen jeli,
sifat-sifatnya gelatin digunakan sebagai karena belum ada persyaratan keseragaman
penstabil (stabilizer), pengental (thickener), bobot permen jeli yang ada di pasaran
pengemulsi (emulsifier), pembentuk jeli dijadikan sebagai pembandingnya.
(gelling agent), pengikat (binder), perekat Pengujiannya dilakukan menggunakan 20 buah
(adhesive), dan pembungkus makanan (edible permen jeli minyak atsiri kapulaga, yang
coating), serta daya cerna yang tinggi. ditimbang satu persatu kemudian dihitung
Konsentrasi gelatin yang digunakan adalah bobot rata-rata dan persen penyimpangan
14%, 16%, 18%, dan 20%. Pada orientasi juga terhadap bobot rata-ratanya. Pemeriksaan ini
telah dicoba menggunakan karagenan sebagai bertujuan untuk mengevaluasi kehomogenan
bahan dasar permen jeli dengan menggunakan permen jeli yang dihasilkan, Hasil
konsentrasi yang sama yaitu 14%, 16%, 18%, pemeriksaan diperoleh penyimpangan tiap
dan 20% namun hasilnya kurang bagus, formula permen jeli dari bobot rata-rata adalah
dimana permen jeli yang diperoleh tidak berkisar antara 0,063% sampai 0,491%., hasil
elastis/kenyal. ini cukup baik untuk keseragaman bobot
Pemeriksaan terhadap bahan-bahan formula permen jeli minyak atisiri kapulaga.
tambahan juga perlu dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan kandungan air permen jeli,
meliputi organoleptis dan kelarutan. Hasil menunjukkan formula pada F0 lebih banyak
pemeriksaan telah memenuhi persyaratan mengandung air yaitu 15,89%. Konsentrasi
sesuai dengan FI edisi IV. Dengan demikian yang digunakan antara F0, F1, F2, F3, dan F4
bahan-bahan yang akan digunakan sudah dapat yang paling kecil adalah F0 dan tidak ada
dipakai untuk pembuatan permen jeli. bahan aktif, sehingga kandungan airnya lebih
Pada evaluasi organoleptis permen jeli tinggi, sedangkan pada F1, F2, F3, F4
minyak atsiri buah kapulaga yang dilakukan kandungan airnya lebih sedikit karena
selama 8 minggu didapatkan hasil F0 konsentrasi gelatin yang digunakan lebih
(berbentuk padat elastis/kenyal, warna kuning besar, dimana semakin besar konsentrasi
muda transparan, bau lemah, rasa manis); F1 gelatin yang digunakan kandungan airnya
(bentuk padat elastis/kenyal, warna kuning semakin sedikit, dan minyak atsiri yang ada
muda transparan, bau khas kapulaga, rasa dalam tiap formula tidak mempengaruhi
manis pedas menyegarkan); F2 (bentuk padat kandungan air karna selama pemanasan
elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, minyak atsiri tersebut akan menguap.
bau khas kapulaga, rasa manis pedas Evaluasi pH permen jeli minyak atsiri
menyegarkan); F3 (bentuk padat kurang buah kapulaga yang diamati menunjukkan
elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, hasil, pH permen jeli yang dihasilkan harus
bau khas kapulaga, rasa manis pedas berada pada range pH mulut agar tidak
menyegarkan); F4 (bentuk padat kurang menimbulkan iritasi pada mukosa mulut. Hasil
elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, pH yang diamati F0= 6,20, F1= 6,19, F2=
bau khas kapulaga, rasa manis pedas 6,20, F3= 6,22, F4= 6,22, P= 6,23. Sementara
menyegarkan), hal ini disebabkan karena pH normal mulut yaitu berada dalam range 5,5
konsentrasi gelatin yang digunakan dalam 7,9 (Rooban, 2006), disini menunjukkan
formulasi berbeda-beda, sehingga elastisitas formulasi permen jeli cocok dengan pH mulut.
permen jeli pada F0, F1, F2, F3, dan F4 Pengujian pH dilakukan hanya satu kali
kelihatan elastis/kenyal. Dari hasil evaluasi karena berdasarkan sifat dari gelatin yang
organoleptis terhadap permen jeli yang edible coating yaitu pembungkus makanan
meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna ini dalam waktu lama agar tidak cepat rusak, dan
menunjukkan bahwa sediaan permen jeli tidak juga dapat menghambat masuknya udara, debu
mengalami perubahan pada saat penyimpanan. dan sebagainya dari luar ke dalam makanan,
Hal ini dapat terjadi karena kesesuaian antara jadi pH permen jeli dalam beberapa waktu
bahan-bahan sehingga tidak terjadi interaksi selama penyimpanan tidak akan jauh berbeda
antara bahan yang dapat menyebabkan bahkan memiliki pH yang sama dengan
perubahan-perubahan pada sediaan dan
pengukuran sebelumnya, oleh karna itu tertinggi (Spiegel M. and L. Stephens., 2004).
pengukuran pH hanya dilakukan satu kali saja. Hasil uji kesukaan panelis terhadap lima
Uji waktu hancur permen jeli, formula dan satu pembanding yang dianalisa
menggunakan alat Desintegrator tester. Waktu dengan metode kruskal-wallis berdasarkan
melarut permen jeli yang diukur dengan rata- rangking yang tertinggi menunjukkan bahwa
rata daya larut berkisar antara; F0= 15,6 menit, F0 paling banyak disukai rasanya oleh panelis
F1= 15,6 menit, F2= 17,2 menit, F3= 18,8 karena rasanya yang enak dan tidak
menit, F4= 20 menit, P= 41,8 menit. Pada mengandung minyak atsiri kapulaga yang
setiap formula menunjukkan variasi dalam sebagian besar panelis tidak menyukai rasa
daya larut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pedas dari kapulaga, sedangkan F2 paling
konsentrasi gelatin pada setiap formula, makin disukai sebagai penghilang bau mulut,
tinggi konsentrasi gelatin makin lama larutnya konsentrasi minyak atsiri yang digunakan sama
permen jeli yang dihasilkan. Pembanding lebih sehingga kemampuan untuk menghilangkan
lama melarutnya di banding F0, F1, F2, F3, F4, bau mulut juga sama, F2 ini dilihat dari
salah satu penyebab dari formulasinya, dimana bentuknya yang elastis/kenyal dan juga dapat
formulasi permen jeli pada pembanding menghilangkan bau mulut, sedangkan pada F3
menggunakan gelatin dan agar-agar powder, dan F4 bentuknya kurang alastis/kenyal.
sebagai bahan dasar pembentuk jel. Berdasarkan statistik bahwa F0 paling banyak
Uji kekuatan gel permen jeli, disukai dari segi organoleptisnya karena F0
menggunakan alat Digital Force Gauge memberikan rasa yang enak bagi panelis,
didapatkan hasil F0= 1,3495 N, F1= 1,3995 N, sedangkan F1, F2, F3 dan F4 memiliki rasa
F2= 1,709 N, F3= 2,0162 N, F4= 2,3995 N, P= yang pedas dari minyak atsiri buah kapulaga.
0,5745 N. Dari hasil pengujian kekuatan gel Analisa komposisi kimia minyak atsiri
dapat di simpulkan bahwa kekuatan gel dilakukan dengan menggunakan metode GC-
permen jeli cukup baik dalam formula permen MS. Metode ini merupakan metode yang cepat
jeli minyak atsiri kapulaga. Kekuatan gel dan akurat untuk memisahkan campuran yang
merupakan sifat fisik gelatin yang utama, rumit, mampu menganalisa cuplikan dalam
karena kekuatan gel menunjukan kemampuan jumlah yang sangat kecil serta menghasilkan
gelatin dalam pembentukan gel (Glicksman, data yang berguna mengenai struktur serta
1969). Gelatin yang mempunyai kekuatan gel identitas senyawa organik. Kromatografi gas
yang tinggi diharapkan mempunyai berfungsi sebagai alat pemisah berbagai
kemampuan mengikat yang tinggi pula. Tetapi komponen campuran dalam sampel sedangkan
pada pembanding konsentrasi yang digunakan spektromassa berfungsi mendeteksi masing-
cukup tinggi namun pada pengukuran, masing molekul komponen yang telah
kekuatannya lebih rendah di bandingkan F0, dipisahkan pada sistem kromatografi gas
F1, F2, F3, F4. Hal ini di sebabkan oleh (Agusta, 2000).
ketebalan, dimana pada pembanding ukuran Secara garis besar komponen-komponen
ketebalannya agak tipis sehingga pada dasar GC-MS terdiri atas gas pembawa,
pengukuran harus hati-hati karena pengukuran gerbang suntik, oven, kolom, detektor, dan
dengan menggunakan alat Digital Force perekam. Parameter hasil pemisahan yang
Gauge teknik pengukurannya seperti digunakan adalah waktu hambat atau waktu
penekanan beban tidak boleh sampai ke dasar retensi. Waktu retensi adalah waktu yang
landasan, karena kekuatan yang akan terbaca dibutuhkan oleh suatu komponen untuk
adalah kekuatan dari landasan tersebut, oleh terpisah sejak penyuntikan hingga
karena itu pembanding dengan bentuk agak terbentuknya puncak maksimum.
tipis penekanan beban agak sulit di kontrol Dari analisa GC-MS akan diperoleh 2
terlebih pada pengukuran dibagian sisi informasi dasar, yaitu hasil identifikasi
samping. pemisahan campuran senyawa kimia dari GC
Pada uji kesukaan panelis dianalisa yang akan ditampilkan dalam bentuk
dengan metode kruskal-wallis karena uji kromatogram, dimana dari kromatogram
kesukaan panelis bersifat non parametrik. tersebut dapat dilihat komponen kimia, waktu
Metode kruskal-wallis merupakan metode retensi, luas area (% Area Peak). Sedangkan
analisa yang paling tepat dan mudah untuk dari spektrometer massa akan memberikan
melakukan uji kesukaan panelis karena hasil informasi mengenai jenis dan jumlah fragmen-
ujinya didasarkan kepada rangking yang fragmen molekul yang terbentuk dari suatu
komponen kimia yang memiliki BM yang Glicksman, M., 1969, Gum Technology in
berbeda. Food Industry, Academic Press, New
Sampel dianalisa dengan metode GC- York.
MS, dari hasil kromatografi gas akan Herliana, E. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas
ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Dari Berkat Herbal. Bogor.
kromatogram tersebut akan diperoleh Spiegel, M. R., and L. J. Stephens, 2004,
informasi mengenai jumlah komponen kimia Statistik Edisi ke-3, Diterjemahkan oleh
yang ditunjukkan oleh jumlah puncak yang W. Kastawan dan I. Harmein, Erlangga,
terbentuk pada kromatogram. Dari hasil Jakarta.
kromatogram, telah diketahui bahwa pada tiap- Utami, D. R. 2013. Aktivitas Antibakteri
tiap sampelnya mempunyai perbedaan, baik Ekstrak Buah Kapulaga (Amommum
dari segi jumlah komponen kimia yang Compactum Soland. Ex Maton.)
teridentifikasi, juga kadar masing-masing
Terhadap Escherichia coli dan
komponen kimia tersebut. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah Streptococcus pyogenes. Yogyakarta:
satunya adalah alat pada GC-MS tersebut universitas Atma Jaya Yogyakarta.
misalnya kolom dan gas yang digunakan. Dari
minyak atsiri diperoleh komponen kimia
sebanyak 13 senyawa kimia dengan tiga kali
penginjeksian sampel.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Minyak atsiri buah kapulaga dapat
diformulasi dalam bentuk permen jeli
dengan konsentrasi gelatin 16%.
2. Berdasarkan uji statistik dengan metode
kruskal-wallis formula permen jeli yang
paling disukai panelis adalah F2 untuk
menghilangkan bau mulut.
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya
agar dapat menguji aktivitas antibakteri
sediaan permen jeli minyak atsiri buah
kapulaga terhadap bakteri Streptococcus
pyogens, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans.
DAFTAR PUSTAKA