Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN

Oleh

Hana Puspita Sari

1601031031

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) di ruang Aster (Ruang


Keperawatan Anak) RSUD dr.Soebandi Jember.

Jember, November 2016

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

.................................. ........................................

Kepala Ruangan

...............................

LAPORAN PENDAHULUAN
Intrauterine Growth Restriction (IUGR)

A. Definisi
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) disebut juga PJT atau pertumbuhan
janin terhambat. Menurut Lissauer, Tom., & Fanaroff, Avroy (2009) PJT adalah
kegagalan janin atau bayi mencapai potensial pertumbuhan genetiknya. Sebagian
besar bayi juga akan menjadi kecil untuk masa kehamilan (KMK atau small for
gestasional age, SGA), walaupun kedua istilah tersebut tidak sama. KMK berarti bayi
berada dibawah berat persentil tertentu untuk masa kehamilan yang sesuai; persentil
ke 10 adalah yang paling sering dipilih, namun persentil ke 3 atau yang lainnya
digunakan. Semakin tinggi persentil yang dipilih maka semakin tinggi proporsi bayi
yang tercakup padahal sebenarnya normal namun kecil; semakin rendah persentil
yang digunakan semakin tinggi proporsi bayi dengan penyebab patologik, namun
akan lebih banyak yang terlewatkan. Janin mungkin mengalami gagal tumbuh namun
tidak termasuk KMK karena berat badan mereka masih diatas persentil ke 10.
Menurut Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009), hambatan pertumbuhan intrauterus
sering disebut juga bayi yang kecil untuk masa kehamilan. Diperkirakan dari 3 sampai
10 % bayi mengalami hambatan pertumbuhan. Secara umum bayi kecil untuk masa
kehamilan dianggap sebagai bayi yang beratnya kurang dari presentil ke 10 untuk
gestasinya. Pertumbuhan dan perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan
pertumbuhan bergantung pada kausa hambatan, gizi selama masa bayi, dan
lingkungan sosial. Bayi dengan hambatan pertumbuhan akibat faktor konstitusional
ibu, kromosom, virus, atau kongenital akan tetap kecil seumur hidupnya. Mereka
yang mengalami hambatan pertumbuhan akibat insufisiensi plasenta sering dapat
mengejar ketertinggalan setelah lahir dan mendekati potensi pertumbuhan herediterny
jika berada pada lingkungan yang optimal.

Tabel Persentil Berat Badan Lahir (g) yang Telah Dibulatkan untuk Usia
Gestasi di Amerika Serikat, Berdasarkan 3.134.879 Kelahiran Tunggal
Hidup.

Persentil
Usia (mgg) Ke- 5 Ke- 10 Ke- 50 Ke- 90 Ke- 95
20 249 275 412 772 912
21 280 314 433 790 957
22 330 376 496 826 1023
23 385 440 582 882 1107
24 435 498 674 977 1223
25 480 558 779 1138 1397
26 529 625 899 1362 1640
27 591 702 1035 1635 1927
28 670 798 1196 1977 2237
29 772 925 1394 2361 2553
30 910 1085 1637 2710 2847
31 1088 1278 1918 2986 3108
32 1294 1495 2203 3200 3338
33 1513 1725 2458 3370 3536
34 1735 1950 2667 3502 3697
35 1950 2159 2831 3596 3812
36 2156 2354 2974 3668 3888
37 2357 2541 3117 3755 3956
38 2543 2714 3263 3867 4027
39 2685 2852 3400 3980 4107
40 2761 2929 3495 4060 4185
41 2777 2948 3527 4094 4217
42 2764 2935 3522 4098 4213
43 2741 2907 3505 4096 4178
44 2724 2885 3491 4096 4122
Sumber:Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009)

B. Klasifikasi
Menurut Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009), PJT diklasifikasikan menjadi:
1. Simetris
Hambatan pertumbuhan janin simetris, berarti kecil secara proposional.
Kemungkinan patofisiologi hambatan pertumbuhan janin simetris adalah
gangguan awal akibat pajanan bahan kimia, infeksi virus, atau kelainan
perkembangan selular inheren akibat aneuploidi secara teoretis dapat
menyebabkan pengurangan ukuran kepala dan badan secara proporsional. Hal ini
disebut sebagai hambatan pertumbuhan simetris.
2. Asimetris
Hambatan pertumbuhan janin asimetris mengacu kepada mereka dengan
keterlambatan pertumbuhan abdomen (dibandingkan dengan ukuran kepala).
Gangguan pada akhir kehamilan seperti insufisiensi plasenta yang berkaitan
dengan hipertensi secara teoritis dapat menyebabkan berkurangnya penyaluran
glukosa dan penyimpanan di hati. Oleh karena itu, lingkar perut janin yang
mencerminkan ukuran hati akan berkurang. Secara bersamaan, diperkirakan
terjadi pengalihan oksigen dan nutrien ke otak sehingga pertumbuhan otak dan
kepala dapat normal. Rangkaian kejadian ini secara teoritis dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan asimetris dengan peningkatan abnormall ukuran relatif
otak dibandingkan hati yang kecil (lingkar perut).
Adanya pola gangguan pertumbuhan janin yang simetris dan asimetris menimbulkan
minat dalam diagnosis antepartum dari kedua bentuk ini karena pola kelainan
mungkin dapat mengungkapkan penyebabnya.

C. Etiologi
Etiologi pertumbuhan janin terhambat (PJT) Menurut Lissauer, Tom., & Fanaroff,
Avroy (2009) dan Menurut Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009) adalah:
a. Janin
1) Gangguan kromosom, misalnya trisomi 18 dan sindrom genetik lainnya
2) Malformasi struktural
3) Infeksi kongenital CMV
Infeksi virus, bakteri, protozoa, dan spirokaeta. Infeksi yang paling sering
adalah infeksi yang disebabkan oleh sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan
rubela.
b. Ibu
1) Gizi kurang, misalnya krisis makanan dinegara berkembang, Gangguan
makan
2) Hipoksia maternal, misalnya penyakit jantung sianotik, penyakit pernapasan
kronik, ketinggian.
3) Obat obatan, misalnya rokok, Alkohol, obat terlarang.
4) Ibu yang secara konstitusional kecil
c. Plasenta
1) Penurunan suplai vaskular maternal pre eklamsia, penyakit maternal
kronik, misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit ginjal
2) Trombosis, infark, misalnnya antikoagulan lupus maternal, sindrom
antifosfolipid, penyakit sel sabit.
3) Pembagian vaskularitas uterus kehamilan multipel.

D. Patofisiologis
Menurut Lissauer, Tom., & Fanaroff, Avroy (2009) Secara tradisional
Pertumbuhan Janin Terhambat telah dikelompokkan menjadi simetrik atau asimetrik,
walaupun dalam praktik klinis terdapat tumpang tindih satu sama lain. Pertumbuhan
janin terhambat simetrik dimana kegagalan pertumbuhan yang mempengaruhi berat
badan, kepala, dan panjang tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh faktor janin, misalnya
gangguan kromosom, berbagai sindrom, maupun infeksi kongenital. Keadaan ini
dapat disertai dengan polihidramnion jika terdapat pennurunan aktivitas menelan
cairan amnion oleh janin, misalnya pada trisomi 21 (sindrom Down), obstruksi
gastrointestinal. Bayi cenderung terus kecil selama masa anak anak.
Sementara pada pertumbuhan janin termambat asimetrik, Kegagalan pertumbuhan
dengan pertumbuhan kepala(yang mencerminkan otak) relatif terjaga. Keadaan ini
disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenta dengan penurunan transfer oksigen ke
janin. Adaptasi janin terhadap hipoksia adalah dengan mengutamakan suplai darah ke
organ vital, yaitu otak, miokardium, dan kelenjar adrenal, dengan mengesampingkan
ginjal, saluran gastrointestinal dan hati, anggota gerak, dan jaringan subkutan.
Keadaan ini tercermin dari terpeliharanya pertumbuhan kepala namun menurunnya
lingkar perut akibat penurunan cadangan glikogen dihati serta oligohidramnion akibat
penurunan produksi urin. Jika hal berlanjut maka dapat menyebabkan asidemia fetal
dan kematian janin.

E. Pemeriksaan
Menurut Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009), untuk mendiagnosa hambatan
pertumbuhan janin dapat dilakukan:
1. Konfirmasi usia gestasi secara dini
2. Perhatian terhadap pertambahan berat badan ibu
3. Pengukuran yang cermat pertumbuhan fundus uterus selama kehamilan
Jika tinggi fundus >2 hingga 3 cm di bawah tinggi yang diharapkan dapat
dicurigai adanya kelainan pertumbuhan janin.
4. Identifikasi faktor resiko termasuk riwayat hambatan pertumbuhan janin
Pada wanita yang beresiko harus dipertimbangkan pemeriksaan sonografi serial.
Pemeriksaan awal pada 16-20 minggu diikuti pemeriksaan kedua pada 32-34
minggu.

F. Penatalaksanaan
Menurut Lissauer, Tom., & Fanaroff, Avroy (2009) Penatalaksanaan adalah
dengan surveilans fetal intensif untuk memaksimalkan kehamilan tanpa
membahayakan janin
a. Antenatal
1) Tentukan penyebab dari janin melalui pemindaian ultrasografi yang detil
terhadap anomali fetal dan kariotipe jika terdapat indikasi.
2) Pantau pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan mengukur berbagai
parameter pertumbuhan, profil biofilik (volume cairan amnion, pergerakan
janin, tonus janin, aktivitas jantung janin), dan kecepatan aliran darah droplet.
Lahirkan janin, bergantung pada usia gestasi, jika pertumbuhan terhenti atau
terdapat profil biofisik yang abnormal atau terdapat kelainan signifikasi pada
bentuk gelombang kecepatan aliran Droppler.

Gambar: 1.1 Bentuk gelombang Dopler umbilikal.

Normal (a), kecepatan aliran akhir diastolik berkurang (b), tidak ada (c),
terbalik (d). Sinyal Doppler dari arteri umbilikalis memberikan informasi
mengenai aliran darah fetoplasenta. Peningkatan kecepatan aliran darah pada
arteri serebri media janin dan tidak adanya atau terbaliknya aliran pada diastol
aorta janin menunjukkan hipoksia fetal. Aliran akhir diastolik yang terbalik
pada duktus venosus menunjukkan insufisiensi miokardial fetal dan perlunya
dilakukan persalinan.

b. Postnatal
Setelah lahir, bayi dengan hambatan pertumbuhan beresiko mengalami
asfiksia saat lahir, perlu:
1. Dipantau terhadap adanya hipoglikemia
Hipoglikemia akibat cadangan glikogen dan sumber energi lain, seperti lemak,
yang buruk
2. Dipantau adanya polistemia
Polistemia dapat terjadi akibat hipoksia intrauterin.
3. Diperiksa untuk mencari bukti adanya gambaran dismorfik atau infeksi
kongenital
4. Observasi suhu tubuh
Bayi beresiko mengalami hipotermi
G. Pathway

IUGR

Ibu: Gizi kurang, Hipoksia


maternal
Obat obatan

Bayi lahir IUGR

Kegagalan Janin
H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan dalam Nanda 2015-2017 :
a. Risiko Infeksi
1) Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
menggangu kesehatan
2) Faktor resiko
a) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
b) Malnutrisi
c) Obesitas
d) Penyakit kronis
e) Prosedur Invasif
Pertahanan Tubuh Priemer
a) Gangguan integritas Kulit
b) Gangguan peritalsis
c) Merokok
d) Pecah ketuban dini
e) Pecah ketuban lambat
f) Penurunan kerja siliaris
g) Perubahan pH sekresi
h) Statis cairan tubuh
Pertahanan Tubuh Sekuner Tidak Adekuat
a) Imunusupresi
b) Leukopenia
c) Penurunan Hemoglobin
d) Supresi respons Inflamasi
b. Ikterik Neunatus
1) Definisi
Kulit dan membran mukosa neonatus berwarna kuning yang terjadi setelah
24 jam kehidupan sebagai akibat bilirubin tak terkonjugasi ada didalam
sirkulasi
2) Batasan Karakteristik
a) Kulit kuning sampai oranye
b) Memar kulit Abnormal
c) Membran mukosa kuning
d) Profil darah abnormal
e) Skelera kuning
3) Faktor yang berhubungan
a) Bayi mengalami kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin
b) Keterlambatan pengeluaran mekonium
c) Penurunan berat badan tidak terdeteksi
d) Pola makan tidak tepat
e) Usia <7 hari
c. Ketidakefektifan pola napas
1) Definisi
Inspirasi dan /atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
2) Batasan Karakteristik
a) Bradipnea
b) Dispnea
c) Fase ekspirasi memanjang
d) Ortopnea
e) Penggunaan otot bantu pernapasan
f) Takipnea
g) Pola napas abnormal
h) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Faktor yang berhubungan
a) Ansietas
b) Deformitas dinding dada
c) Imanuritas Neurologis
d) Hiperventilasi
d. Hipotermia
1) Definisi
Suhu inti tubuh di bawah kisaran normal diural karena kegagalan
termoregulasi

2) Batasan Karakteristik
a) Bradikardia, Dasar kuku sianotik, Hipoglikemia, Hipolsia, Kulit dingin,
Menggigil, Penurunan kadar glukosa darah, Peningkatan konsumsi O2,
Penurunan ventilasi, Takikardia
b) Pada neonatus:
Asidosis metabolik, bayi dengan kekurangan energi untuk
mempertahankan menyusu, bayi dengan penambahan BB kurang (<30
g/hari), distres pernafasan, gelisah, ikterik, pucat, suhu inti <36,5oC.
3) Faktor yang berhubungan
a) BB ekstrem
b) Agen farmaseutikal
c) Kerusakan hipotalamus
d) Kurang pengetahuan pemberi asuhan tentang pencegahan hipotermia
e) Kurang suplai lemak subkutan
f) Lingkungan suhu rendah
g) Malnutrisi
h) Usia ekstrem
i) Pada neonatus : Penundaan menyusu ASI, terlalu dini memandikan
bayi, stratum korneum imatur, peningkatan area permukaan tubuh
terhadap rasio BB, peningkatan kebutuhan O2, Kontrol vaskuler tidak
efektif.
e. Resiko kekurangan volume cairan
1) Definisi
Kerentanan mengalami penurunan volume cairanintravaskuler, interstitial,
dan atau intaseluler, yang dapat mengganggu kesehatan
2) Faktor resiko
a) BB ekstrem
b) Gangguan mekanisme regulasi
c) Penyimpangan yang mempengaruhi absorpsi cairan
d) Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan
e) Kehilangan volume cairan aktif
f) Usia ekstrem

I. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan
Kekurangan volume cairan Mandiri
Resiko tidak terjadi setelah dilakukan 1.Monitor status hidrasi
tindakan keperawatan selama 2.Pertahankan catatan intake output
kekurangan
3x24 jam 3. Monitor tanda-tanda vital.
volume NOC: Fluid balance, hidration, 4. Dorong masukan oral (ASI)
cairan bd nutrition status, fluid intake 5.Monitor respon klien terhadap
Kriteria hasil: penambahan cairan
kehilangan
- Mempertahankan urine 6. Monitor BB
cairan output sesuai dengan usia, BB, 7. Awasi masukan dan haluaran caairan.
BJ urine normal 8. Kolaborasi:
- TTV dalam batas normal -Berikan cairan
- Tidak ada tanda dehidrasi

Ikterik Ikterik neonatus tidak


ada Mandiri
1. Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk
neonatus b/d setelah dilakukan tindakan
faktor risiko hiperbilirubinemia
Penurunan keperawatan selama 3x24 jam.
2. Amati tanda ikterus
Kriteria hasil:
BB abnormal 3. Tempatkan bayi di isollete
Tanda vital dalam batas 4. Instruksikan keluarga pada prosedur
normal fototerapi dan perawatan
Pertumbuhan dan 5. Terapkan tambalan mata
perkembangan bayi dalam 6. Hapus tambalan mata setiap 4 jam
7. Memantau mata edema, drainase dan
batas normal
BB bayi= masa tubuh warna
Tidak ada respon alergi 8. Memonitor TTV
9. Memantau tingkat bilirubin serum
sistemik
Status nutrisi adekuat
Pasien menunjukkan
ekspresi wajah tidak
menahan nyeri
Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan Mandiri
1. Monitoring BB, TB, Lila
angan nutrisi keperawatan selama 3x24 jam,
2. Kaji intake output makanan dan
kurang dari intake nutrisi tubuh menjadi
cairan
kebutuhan adekuat dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan penggunaan NGT bila
1. BB dan Lila dalam
tubuh b/d pasien kesulitan menelan atau
batas normal
kesulitan mengalami mual muntah yang tak
2. Hasil pemeriksaan Hb
menelan terkontrol
dan albumin dalam
4. Monitoring kadar Hb maupun
batas normal
kadar albumin
(Hb : 13,0 mg/dl dan
albumin )
Kolaborasi
1. Mengkonsultasikan dengan ahli
gizi terkait diit yang sesuai
nutrisi pasien
Hipotermia Setelah dilakukantindakan Mandiri
1. Monitoring tanda-tanda vital
b/d Kontrol keperawatan selama 3x24 jam,
2. Observasi penurunan suhu
vaskuler suhu tubuh dalam batas normal 3. Anjurkan penggunaan selimut atau
tidak efektif dengan kriteria hasil: bedong
1. Tanda vital dalam batas 4. Berikan suhu lingkungan yang
normal nyaman dan sesuai
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100 x/menit
S : 36,5-37,5 0 C
RR : 20-22 x/menit
2. Tidak ada reaksi
konvulsi / kejang

Resiko Infeksi tidak menjadi aktual Mandiri


1. Monitoring tanda dan gejala infeksi
infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan
2. Bersihkan lingkungan
immunosupre keperawatan selama 3x24 jam. 3. Pertahankan isolasi
Kriteria hasil: 4. Batai pengunjung
si
1. Tidak ada tanda infeksi 5. Pertahankan teknik aseptik
2. TTV dalam batas
normal

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. (2016). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, Ed.10. Jakarta: EGC
Leveno, Kenneth, J., dkk. (2009). Obsetri Williams Panduan Ringkas. Edisi 21. Jakarta:
EGC.
Lissauer, Tom., & Fanaroff, Avroy. (2009). At a Glance Nenonatoogi. Jakarta: Erlangga
Nurarif. A. H., dan Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Jogja:
Mediaction.
Nurarif. A. H., dan Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 2. Jogja:
Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai